It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tetapi saya akan baca langsung naskah itu kalau tidak menarik, maka Daya akan terus dihukum hingga tidak lagi bertemu dengan saya" Ceramah pembuka dari pak guru Fisika itu
"Iya karena kelas tiga kami diajar oleh guru yang lebih kompeten dan berasal dari pusat bimbel terkenal" kata Natasya dengan polos
"Apa ? kamu banding-bandingin saya dengan dia. Kalau saya mau saya juga bisa ngajar di bimbel terkenal itu" balas si bapak
"Kenapa bapak membuka sendiri bimbel tapi hanya beberapa murid yang mau bapak paksa dan mengapa bapak tidak pernah diterima ngajar di bimbel yang terkenal? kalau bapak punya kemampuan" kata salah seorang angota geng cewek cantik brisik
"Karena gaji bimbel sana tidak terlalu besar" jawab si bapak agak ngeles
"Kenapa hanya Daya yang bapak suruh berdiri, minggu kemaren si Karmila juga terambat. Mentang-mentang Karmila anak yang ikut bimbel sama bapak ?" desak anak-anak lagi. Baru sekarang Jala paham apa sesungguhnya akar masalah.
"Itu hak saya, dan saya tahu siapa yang pantas saya hukum" bapak itu tidak mau kalah
"gini saja pak, pertemuan selanjutnya silahkan kasih soal ke salah satu kami tentang topik kita sekarang : tegangan permukaan cairan, dan izinkan juga kami mengajukan soal untuk bapak. Siapa yang ga bisa menjawab hukumannya sama-sama berdiri, kita berdiri maka bapak juga berdiri" Dika sang ketua kelas yang lebih pendiam dari Jala sekarang menenangkan kelas.
Perang dingin telah dimulai antara guru arogan dengan siswa yang merasa tertindas
"Ayo aja, siapa takut ! siapa yang setuju usulan ketua kelas, silahkan tunjuk tangan" hardik si bapak
Natasya yang menujuk pertama kali, dan tak terduga JALA menunjuk sebagai nomor dua. Melihat itu anak-anak yang lain dan ketua kelas juga menunjuk dan terakhir aku yang menunjuk. Sekitar 4 orang dari kami yang privat sama bapak itu tidak berani menunjuk.
"anak baru sok belagu ya, ya sudah kita lihat pertemuan selanjutnya siapa yang menang" seringai si bapak
"orang benar pasti menang pak, kita tunggu itu" komentar yang berwibawa dari Jala
"sudah-sudah saya muak dengan kalian, saya ga ada mood lihat wajah kalian hari ini" si bapak berlalu dari kelas
kami semua bertepuk tangan
Terakhir natasya menarik tangan entek-entek pak fisika itu supaya juga keluar kelas, karena kami mau menyatukan suara
Setelah 4 dari kami yang selalu mengekor guru fisika itu juga keluar, berdirilah Dika
"Jadi siapa yang akan membimbing teman-teman" kata Dika
"Saya" kata Jala
Kembali kami bertepuk tangan
"Untuk soal yang di buku dan LKS saya memberesin dan mohon kumpulkan contoh soal di bimbel kalian masing-masing tentang tegangan permukaan" permintaan Jala
"siip, besok kami rangkum" kata mereka
"Kita latihan tiap hari ! setuju ?" heroiknya gaya bicara Jala
"setuju" kata mereka lagi
"saya ga setuju kalau kita latihan disini, secara strategi kita akan diintip olh mata-mata bapak itu. jadi rumah siapa yang besar disini ?" tanya Jala lagi
"Rasanya rumah Daya ok lah" jawan Dika
anak-anak berfikir, rumah siapa lagi yang besar
"rumah Fanny juga besar" usul geng cantik
"jauh rumah fanny di sunter sana" kilah Dika
"Ya aku kira kita pilih rumah yang dekat dari sini" saran Jala
"rumah Daya lebih tepat lagian juga kita mau nyelamatin Daya" kata Dika
Begitulah, rumahku didaulat untuk memenangkan perang dingin ini. Harusnya tidak terjadi hal-hal yang seperti ini. Ini hanya contoh kecil pergesekan-pergesekan yang terjadi jika guru terlalu arogan dan matre serta menganggap anak didik hanya objek semata bukan sebuah pribadi yang menarik.
Jam pulang sekarang adalah hal yang kutunggu, karena sore ini akan kuhabiskan untuk mengenalkan Jala pada penghuni rumahku kecuali papa yang lagi dalam urusan bisnis. Saat Jala minta izin ke toilet, aku sempatkan buka HP melihat perkembangan gosip sekolah terkini.
Anak berbakat sastra tapi bukan dari jurusan bahasa, semoga menjadi cendikiawan berwawasan sastra, amiin.
Tulisan Ibu honorer bahasa Inggris yang cantik,
tetapi, sedikit kecut senyumku. Apa iya akan menang. Belum menang pun, sikap pak fisika itu sudah kelewat batas, apa lagi aku menang makin dicari-carilah kelemahanku. Wandi yang tahu jawabnya, karena dia salah satu peserta privat sama bapak itu. Lagi-lagi Wandi, kapan aku ga diplorotinnya lagi ? untuk saat ini aku jaga jarak dulu dengan Wandi, dengan kekhawatiran tante dan bibi bisa ngamuk betulan.
"silahkan masuk Jala" aku ajak jala masuk mobil
"eeeehh berapa kali dibilang, satu di depan kek, jadi pacar saya" permintaan konyol pak supir
"enak aja, pacar ga untuk dibagi pak" sergahku
Bibir Jala sekarang dah bisa senyum dengan banyolan kami berdua
"Yang pertama kenalan resmi, ini dia supir keluarga ku" perkenalanku pada Jala
"Perkenalan resmi, aden benaran dah jadian dengan anak ini ?" kata supir itu
"Jala pak namanya, anak ini-anak ini !" sergah ku
"Iya Jala" balas pak supir
"Jadian apa ? jadian teman iya" balas Jala diplomatis
"Jika hanya teman, kurang lengkap hidup ini terasa" propaganda si pak supir
"jadi kamu ga mau ya jadiin sama aku ?" candaku sama Jala
"aduh Daya, ngucap Daya ! ngomong apa sih ?" Jala udah ga mau lagi candaan seperti ini
"Ya, nama bapak ini adalah pak Tamam. Ingat ya" informasi dariku untuk Jala
"iya Pak Tamam, nama saya Jala. Senang berkenalan dengan Bapak" balas Jala dengan sopan
pak supir tersenyum, "Iya selamat datang di keluarga pak Imam, moga langgeng"
"hahah langgeng tuh kan, mulai lagi ! pak Imam adalah papa nya Daya ?" tanya Jala
"iya betul itu" kata pak supir
Pada menit berikutnya, kami disibukkan dengan kicauan tentang perang dingin fisika telah dimulai. Ada banyak sekali balasan, anak kelas XI sakit hati, anak kelas X ketakutan. Dan yang komen malah anak kelas atas yaitu kelas XII kami bahagia saja tuh dengan konsep fisika saat ini.
Jala tertawa melihat apa tulisan yang ada pada layar HP ku saat itu. Sesaat tangannya mengetik angka-angka dan di call nya ! kriiiinngggggg, itulah nomor si Jala
"cara yang bagus promosi nomor HP" sindirku
"simpan itu nomorku, hanya orang-orang tertentu yang tahu nomorku" lagak hebat si Jala, hahahh
"Eh ngomong-ngomong berdosa ga ya ? perang dingin itu jelas tidak baik" aku minta pendapat Jala
"kita itu harus hijrah, kalau hanya diam tidak berbuat sesuatu maka bapak itu akan terus begitu, malah dosa yang kita wariskan untuk adik-adik kelas kita" filosofi yang tinggi diucapkan oleh mulut Jala
"aku ga apa kok sebenarnya dihukum berdiri, lebih ada variasi belajar, daripada duduk melulu" kataku
"dihukum ? aden dihukum ? ga berarti ya nama pak Imam disana ? tayain berapa donasi pak Imam untuk sekolah aden ?" gerutu pak supir
kami terdiam, wah, keceplosan deh
"wah ga bisa didiamkan ni, beneran aden dihukum ?" desak pak supir
"waduh bapak, diam napa ? dihukum karena aku malas beajar pak. Ga usah bawa-bawa nama perhimpunan wali murid lah pak ! kami bisa dan belajar menyelesaikan sendiri" kata Daya
Kali ini Jala sangat setuju dengan pendapat Daya
"Iya Pak, kali ini kami belajar untuk mengatasi masalah kami, sehingga kami bisa menyongsong masalah setelah SMA" pinta Jala
"serah deh ! ini hanya saran ! wali murid harus tahu perkembangan anaknya di sekolah" kata pak supir
Dialog tu berhenti ketika mobil memasuki halaman rumahku
Itu yang buka pintu adalah pak satpam kami sift pagi-sore namanya mas Ipunk, inifo itulah yang kukatakan pada Jala
Kemudan jala turun berkenalan dengan pak satpam itu. Seorang lagi yang sift malam-pagi juga sudah ada lagi nonton TV dan mereka juga kenalan
"wah iya besar sekali rumahmu Daya ! rapi dan teduh" kata Jala
"Jala...., kompleks ini kan emang besar-besar rumahnya" jawab ku
"lagi-lagi kamu merendah ! anak tunggal rumah sebesar ini ? tidak takut kamu apa ?" tanya Jala ga habis-habis
Masuklah kami ke dalam rumah langsung di sambut bi surti membukakan pintu. Dia tersenyum lebar melihat anak ganteng berkeringat di siang hari, seger sepertinya, sebagai pengemar daun muda
"selamat siang aden, mau cari bibi ya ? masih singset loh !" promosi dari bibi
"bukan bu" jawab Jala dengan sopan
"hahaha, Jala, ini bibiku orang tuaku, musuhku, namanya bi surti" informasi dariku
"oh, aku Jala bu" perkenalan dari Jala
"Iya den Jala yang ganteng, mau minum apa ?" rayu bi surti
"ha ? aku kok ga ditawarin ? jus pepaya ya bi" pintaku
"aku juga jus pepaya bi, seger sepertinya" balas Jala
"dua cowok ganteng hobinya kok jus pepaya ya ? mencurigakan ! harus dilapor bu Hana nih" kecurigaan bi surti
"emang mitos apa di balik pepaya ? terlalu banyak primbon bibi ini" aku mulai jengkel dengan mitos-mitos bibi
Jala juga berfikir, tapi sebentar saja. Dia lebih takjub dengan dekorasi dalam rumah
"Rumah sebesar gini hanya ada lima kamar, dua di bawah, tiga di atas" komen si Jala
"ya yang atas kamarku, kamar papa, dan kamar bibi (adik papaku)" kataku
"Kamar bawah ?" tanya Jala lagi
"Kamar bi surti dan bi ijah, satu lagi untuk untuk pak Tamam atau satpam atau rekan-rekan mereka" jawabku
hmmmmmmm, Jala menghela nafas
"kalo kami ada tamu, langsung jadi tanggung jawab kamar masing-masing" kataku lagi
Selanjutnya dari atas turunlah kedua orang tuaku yang lain, mereka mau shoping sepertinya, sambil larak-lirik kamarku, padahal aku masih di bawah
"Daya, ayo kita berangkat !" dia melongo ke kamarku
"Aku di bawah tante" aku sahuti panggilan itu
"oh kamu di bawah" tante Hana menuju ke bawah diikuti bibiku
Tante hana langsung senyum pada Jala dan berucap :
"oh Daya bawa teman ? siapa namanya nak ?" tanya tante Hana
"Jala tante" jawabnya
"Mau ikut shopping ?" ajak tante hana
"Ngajak ato maksa ? perasaan ga ada perjanjian deh" protesku
"hahaha Daya emang gitu susah ngajaknya keluar ! oh iya saya bibinya Daya, Astuti ! itu teman bibi namanya tante Hana" kata bibiku mendamaikan suasana
"oh iya bibi, aku Jala" jawab jala
"jadi Daya dan Jala ga mau ikut ? ga mau TShirt baru ?" goda tante Hana
"wah makasih ya tante" Jala memang sopan
"iya bibi, panas sekali, aku milih di rumah ya, mau belajar juga" kataku
"belajar lagi ? belajar hingga jam 3 pagi masih kurang ? sebelumnya papamu titip order batasin kamu belajar hingga pagi, ada apa ini Daya ? mau sakit ? Aku ga mau jawab pertanyaan papamu" bibiku agak marah, Jala berfikir
"bukan belajar itu bi, tapi bikin tugas !" jawabku
"apapun itu ! ingat kondisi tubuh lah" bela tante Hana
Akhirnya mereka pergi, ada pertanyaan yang mengganjal di hati Jala ! mungkin kurang setuju juga kalau aku harus begadang tiap malam untuk belajar atau ngerjain tugas
"malam kemaren Jala berakhirnya, sekarang ga begadang lagi kok !" janjiku
"ga ada bagus juga hingga subuh gitu, bukan tambah pintar tapi jadi sakit" sindir Jala
"iya bos, perhatian benar sama aku !" kugoda Jala dan dia tersenyum
Sambil minum jus buatan bibi ku, ku bukakan album fotoku yang tertumpuk di ruang tamu, hemmm nikmat dan seger, jus pepaya dingin di siang hari emang terasa seger sekali.
"masa kecil dan sekarang wajahmu ga berubah" puji Jala
"Ganteng maksud mu ? bilang aja ganteng malu-malu segala" godaku
"hahah iya, dan ini mama kamu ya ?" tanya Jala tampak malu-malu
"dulu iya, sekarang dia di Taiwan sama orang lain" kataku
"oh maaf ya Daya" rasa sesal si jala
"sekarang ya itu aku punya banyak mama, berupa bibi-bibi" kataku
"bi surti tadi dan adik papamu itu yang membesarkanmu ?" rasa ingin tahu dari jala
"iya tidak ternilai jasa mereka dalam menjagaku, terutama bi surti" kataku
"tuhan sayang sama kamu Daya, jadi tetap semangat ya" support dari Jala
"makasih ya Jala, uuhhhhhgggggg peluk dulu dong" pintaku sama Jala
Kemudian tanpa maksud apapun Jala segera memeluku untuk menyemangatiku, hangat pelukan seorang sahabat, sungguh tulus !
"selanjutnya kita ke kamarku ya ?" ajakku
"mau apa Daya kita di kamarmu ?" tanya Jala dengan polos
"mau apa aja boleh, aku siap melayanimu" tantangan dari ku
"kok kamu ngomong seperti itu ? penuh aroma pornografi" komentar Jala sambil senyum
Aku tidak peduli, itu juga bagian dari ramah tamah sebuah wellcome party, hingga sampailah kami dalam kamarku
"Waaahh, ini kamarmu ?" tanya Jala
"Iya, ucap salam dulu dong" pintaku
"assalamualaikum, boleh aku masuk" kata Jala semangat
"gini jawab kasurku Jala, silahkan kak Jala, selamat datang ya" suaraku kubuat seperti boneka, jala tampak nyaman dengan tingkahku. Tidak ada rasa canggung lagi
Jala meloncat dan merebahkan diri di atas kasurku, empuk
"Jangan tidur dulu, sebelum tidur, cuci tangan dan kaki dulu Jala" aku membukakan pintu kamar mandi dekat lemari pakaianku sehingga cahaya lampu keemasan terpancar ke dalam kamar
"aku bersih kok, malah disuruh cuci tangan dan kaki, lucu kamu" protes Jala
"Biar ga cacingan !" guyon ku
"hahahaha, orang sableng kamu Daya" Jala tertawa lepas menuju kamar mandi untuk mencuci kaki dan tangan.
"cah bagus ! gitu dong" balasku
"hahah cah bagus mbah mu ! sana aku dah cuci tangan, kini giliranmu !" usir Jala
"setelah aku cuci tangan, enaknya kita ngapain ya ? kan dah sama-sama bersih" godaku
"hahah si Daya makin eror, karena aku peluk tadi ya ?" tawa Jala ga habis, dan siang ini adalah sejarahnya ku lihat bahwa Jala merupakan sebuah pribadi yang hangat sebenarnya. Sangat berbeda jika dibandingkan di lingkungan sekolah. Dan aku makin mengerti bahwa pribadi manusia itu sangat beragam.
BERSAMBUNG
sumpah ya si Daya n orang seisi rumahnya, sableng!!! hahaha pembantu n majikan kyk keluarga aja yah... n hebat betul tuh yg kerja d rumah Daya, bisa menerima 'perbedaan' cool!
lanjuuttt^^
Makasih kak YanYan, selamat datang kak.
Iya kak aku setuju, kita hanyalah manusia, apapun statusnya tetap saja manusia ya Kak
cukup Yan ajah gak usah pake kak. gue berasa tua^^ #plak*gaknyadarumur
mention ya kalo update lagi^^
Iya Kak, ntar malam kalau di update aku mention
"Aku minta kamu diam dulu Daya ! Karena Pak Tamam dan Bibi sudah disini, maka bisa kukatakan bahwa kami sekarang lagi dihukum untuk belajar" kata Jala
"Tuh kan apa saya bilang tadi di mobil !" balas pak supir
"emang den Daya bikin salah apa ?" bi Surti mendengar dengan serius
"Iya Bapak dan Bibi, sekarang ga perlu tanya salah apa dan mengapa ! kami hanya butuh ruangan tamu ini untuk dua jam sehari mulai jam 15.00 hingga jam 17.00, demi Daya ! mohon kerjasamanya" lanjut Jala
"wah kalau itu bibi setuju den, gampanglah ntar bibi atur yang rapi. Semoga si den Daya semakin berubah dan ga kelayapan kemana-mana lagi" harapan si bibi
"setuju bi, kami hanya butuh monitor layar lebar itu, karpet terbentang luas ! dan satu meja untuk LCD" kata Jala selanjutnya
"iya nak Jala itu gampang kok, peralatan lainnya tinggal geser ke dapur dan ke ruang saya. Karpet besar juga banyak tergulung dalam kamar saya, tinggal pilih mana yang bersih" persetujuan dari pak supir
"makasih banyak Bapak, Bibi, jangan terlalu khawatir ya. Ini hanya masalah kecil dan kami mencoba untuk belajar menyelesaikan masalah" Jala sedikit menghibur pak supir dan bi surti
"dan rasanya hanya itu, saya mohon pamit" kata Jala yang harus segera pulang membantu mamanya.
"Tuh. Tadi kan den Daya yang jemput, sekarang silahkan den Daya antar nak Jala pulang" saran bi surti
"dengan senang hati bi" aku segera mengiyakan
"makasih bi, aku bisa jalan kaki kok, ga terlalu jauh" penolakan halus dari Jala
"dah hampir magrib nak Jala, ga apa sini kami antar" ajak pak supir
Setiap hari, ku fikir bahwa Jala selalu memunculkan sikap yang tak kunjung habis kekagumanku untuknya, mengapa Jala baru hadir sekarang di depan mataku ? mengapa Jala ga hadir dua tahun yang lalu ?
Ketika memasuki gang kecil itu, pak supir menunggu di ujung jalan dan aku masuk sebentar menemani Jala hingga depan rumahnya saja, karena hari dah hampir magrib.
"Jala, lihat tangan kamu sepertinya terluka !" kataku seketika mencegah Jala langsung nyelonong masuk rumah kontrakannya
"berdarah ? kitakan ga menggunakan benda tajam dari tadi !" Jala mengulurkan tangannya
Seketika itu juga aku genggam tangan Jala
"luka atau tidak luka, maka tanganku ini akan setia menggenggam tanganmu" itulah ucapanku yang ga kusangka bisa membuat Jala terdiam dan berfikir
"kamu .... kamu mengerti ga dengan apa yang telah diucapkan ? kalau hanya untuk main-main" senyum tanggung Jala terkulum di bibirnya. Mungkin saat itu aku dianggapnya super gombal.
Malam itu, hatiku terasa hampa sekali !
seakan semua yang telah ku perbuat akhir-akhir ini tidak ada yang pasti karena masih ingin mencoba-coba, selalu penasaran, dan tidak mau kalah.
Setelah itu aku bosan, lalu ingin mencoba yang lain, serta ingin merasakan yang lain.
Siapa kah Jala ?
Apa aku ingin mencoba sesuatu yang menarik dengan Jala ?
Jika aku bosan bagaimana dengan perasaan Jala
Sekarang perasaan Jala fokus untuk membantu kehidupan keluarganya
Pantaskah aku kasih penderitaan yang lain untuk perasaan Jala ?
Aku hanya ingin dekat dengan Jala
Tetapi setelah itu jika aku ingin lebih dekat lagi, apa yang harus ku perbuat ?
Terlebih jika Jala tidak ingin lebih dekat, hubungan teman baik seperti ini saja sudah cukup bagi Jala
Tentunya aku akan gigit jari
Karena telah berani menggantungkan harapan terlalu tinggi
Aku tidak tahu jawabnya !!!!!!
Pertanyaan yang bertubi-tubi di atas, saat ini mampu membuat kepalaku berdenyut-denyut
Bolehkah ku kirim satu SMS ke Jala ?
Hanya berupa sebait kalimat : apa kabar Jala ? makasih ya atas pertolongan hari ini
Bagaimana kalau SMS itu tidak dibalas Jala ?
Tetapi kalau tidak dibalas, mengapa dia tadi siang mengasihkan nomornya ke HP ku ?
Iya itu nomor untuk urusan penting, dan kalimat "apa kabar Jala" kurasa bukanlah hal yang penting dan tentunya Jala ga mau menjawab
Dan kekecewaanku akan bertambah di malam ini !
Apa yang harus ku lakukan Tuhan ?
Perasaanku tidaklah sekuat tubuhku, butir air hangat menetes dari kelopak mataku dan merembes pada alas kasur ini.
Aku tertidur selama satu jam, rasanya gelisah sekali, berbagai mimpi datang silih berganti, dan akhirnya aku terbangun
Kembali aku merenung
Sepertinya kehilangan Jala, adalah takdirku seperti sekarang ini. Aku tidak berbuat apapun tetapi tetap saj aku tidak bersama Jala
Apa salahnya mencoba
Dan stelah itu baru bisa tahu, harus melupakan Jala atau lebih masuk pada kehidupan Jala !
Ku kirim satu SMS untuk Jala : Apa kabarmu malam ini ? Selamat istirahat ya !
send .......
beres
Kutinggalkan HP itu di ranjangku yang luas itu, harusnya ada Jala tidur bersamaku saat ini.
Aku melangkah ke kamar mandiku, membersihkan badan, mencuci muka, menggosok gigi, dan menyisir rambut. Sekedar berkaca, seperti apa sekarang raut wajah menderita si Daya.
Aku balik ke ranjang
Tidak ada balasan dari Jala
Ku pejamkan mata ini selama 5 menit
Masih belum ada jawaban
Berarti Jala memang tidak ingin diganggu
Aku masukkan HP itu ke dalam saku tas sekolahku
Aku bentangin selimut dan aku masuk dalam selimut itu lalu aku ingin tidur lelap
Aku ingin melupakan kejadian hari ini
Lagi-lagi aku terbangun setelah itu. Lalu ku lirik jam di dinding menunjukkan jam 02.25
Masih jelang subuh
Semoga masih ada rasa kantuk itu
Aku coba memejamkan mata kembali
Ternyata masih belum bisa tertidur
Aku duduk, dan kembali mengambil HP dalam kantung tas sekolah itu
Ga ada balasan dari Jala
Jala ga menganggap SMS ku penting untuk dijawab
Ya inilah kenyataannya
Jam 6 pagi aku terbangun dengan malas-malas. Aku sekedar mandi dan berganti pakaian dengan seragam sekolah.
Seminggu yang lalu aku masih semangat dengan segala pengharapan sehingga rajin makan dan sarapan.
Pagi ini, tak ada keinginanku sarapan.
Aku mengulur-ulur waktu hingga tiba dis ekolah ga kepagian seperti seminggu yang lalu, sehingga ga banyak waktu untuk Jala.
Aku berharap nanti anak-anak sudah rame di kelas, jadi ada alasan aku bisa menghindar ngobrol dengan Jala
Sesampainya di dalam kelas
"Daya....... ternyata kamu yang nulis naskah Drama itu ! kami baru tahu ada pengumuman di mading" teriak para geng cewek cantik brisik
"Oh baru seleksi saja, kata panita ada 13 naskah yang masuk, lawan sungguh berat" kataku
"dari judul saja, mereka lewat... ! kamu yang the best Jaya" kata mereka lagi
Aku diam, ga pasti juga begitu, emang kalian Tuhan
"tapi yang penting, kamu bisa kembali bersama mama kamu ya Daya" harapan mereka
Maka ku aminkan moga terkabul, moga aku bisa melihat mama secepatnya
Heboh sekali kelas, apa lagi acara belajar pertama di rumahku nanti. Para cewek cantik udah ga tahan untuk mengacak-acak rumahku, dan membongkar isi kulkasku
Dari kejauhan ku lihat Jala melempar senyum. Dia sekarang duduk sama yang lain ga jelas anak cewek membelakangiku lagi asik ngobrol dengan temannya
Sekedar sapaan dan basa-basi aku berucap pada Jala dari bangkuku, ga perlu pula mendekat pada mejanya
"maaf tadi aku kesiangan, ga bisa jemput kamu dah tahukan cara ngantar kue ke kantin ?" tanyaku
Jala hanya diam dan sekedar senyum, sambil terus memperhatikan teman sebangkunya bicara
Ya sudah
Aku juga akan asik ngobrol dengan Dika, mengenai teknis belajar bersama nanti
Jam istirahat aku langsung nyelonong ke luar menuju teman-teman SMP dulu
Sekilas ku lihat, si Jala juga acuh. Ia asik membaca buku yang pelajaran setelah jam pelajaran ini.
"Daya, mana Jala ? bawa ke sini dong ?" sorak cewek-cewek hahahh
"ada tuh di kelas, datanglah sekarang ajak kenalan, bilang kami teman SMP si Daya
Selanjutnya, tinggalah yang cowok hahaha
"kalian juga mau ngobrol dengan Jala ?" pancingku
"oh tidak Daya, sama kamu aja dah bahagia rasanya kamu terlalu jauh dari kami sekarang" keluh mereka bercanda
"iya dung harus jauh, kan udah SMA bukan SMP lagi" balasku
"main basket yuuuk" ajak mereka
"ayuuk" ajakku
Selagi asik bermain basket, aku lihat di sudut jalan masuk ke toilet, Jala memperhatikan ku dari kejauhan. Aku takut sakit lagi ! sungguh ga mau sakit lagi menunggu semalaman untuk satu SMS saja dari orang sehebat Jala Tifatul Usman. Sekarang aku lagi happy main basket.
BERSAMBUNG
"Terimakasih, ada banyak orang di rumahku dan mereka bisa kerjasama menata ruangan" penolakan halus dariku
Tanpa basa-basi, mobil yang dikemudikan oleh pak supir sekarang melaju ke arah rumahku. Sampai juga di halaman rumah lalu aku menuju pintu masuk. Di dalam rumah terlihat olehku pemandangan baru. Kursi-kursi dan perabotan ruang tamu sudah berpindah tempat.
Aku coba menghubungkan laptop pada LCD dan sound system, lalu ku sambungkan ke layar berukuran besar di tengah ruangan serta dinding bercat putih di sebelah kiri adalah output dari LCD. Jadi mata dan perhatian teman-teman akan nyaman dalam memperhatikan penjelasan Jala dan berlatih mengerjakan soal. Melihat layar yang mana, tergantung di sebelah mana mereka duduk tentunya.
Setelah itu aku naik ke atas meletakkan segala bawaan sekolahku tetapi kulihat pintu kamar bibi terbuka. Terdengar suara musik. Selalu muncul ideku untuk membuyarkan mesum mereka.
"adooh betah amat berlama-lama di kamar berdua. Apa ga perlu udara segar ?" sindirku.
Lalu aku merebahkan diri meluruskan punggung di ranjang bibiku yang juga empuk tentunya.
"masalah bagi elu ? tuh lihat dan gunain mata, jendela kamar gue buka ! emang elu ?" tante Hana sangat sengit membalas hinaan dariku
"yang merasa salah pasti merasa terhina? pancingku
"hahaha, dengar itu babe, dia makin kurang ajar ! perasaan kita ga pernah ajar dia seperti ini" protes tante Hana
"iya nih, elu dah bosen hidup ya ? belum juga jadian sama Jala, elu mau cari mati ?" bibiku membela pacarnya tetapi tangannya membelai kepalaku dengan kasih.
Kalo ga ingat ada belajar bersama pasti aku dah tertidur oleh belaian tulus dari bibiku ini. Aku diam dan mulai menutup mata, tetapi tetap aja kesal mendengar nama si orang kehebatan itu.
"ga usah sebut nama dia, mentang-mentang cakep. Aku lebih cakep dari dia !" kali ini aku yang protes
"hahaha, kok jadi urusan cakep atau tidak cakep ? bukannya tadi elu mau bahas mengenai udara segar ? dasar anak aneh" bentak tante Hana
Masuklah bi surti
"kamu yang aneh, bicara selalu kasar sama anak ! anak ada kegiatan, apa kamu mau bantu kegiatannya ?" hardik bi surti sangat kejam
Tante Hana terdiam, orang macam bi surti dilawan ? hancur deh
Bibi ku tertawa nyengir
"makasih ya bi, selalu membela aku" alangkah menangnya aku saat ini
"sana kamu sama bi surti, jangan dekat-dekat lagi sama gue" tante Hana berdiri, dan menepok bokong ku
"udah babe, sakit itu ah ! acara apa sih bi surti ?" bibiku paling tidak tahan melihat aku dipukul orang bahkan oleh pacarnya seorang singa betina
"mereka mau belajar bersama di ruang tamu" kata bi surti
"bagus itu ! dari pada kelayapan sama si Wandi nguras kartu kredit gue" sergah bibiku
"kartu kredit elu babe ? kartu kredit gue kale !" protes tante Hana, mmm akhir-akhir ini aku lebih betah menguras kartu kredit tante Hana
"brisik kalian ini ah ! aku punya kartu debit ga pernah nyombongin diri" suara bi surti bergema
"kkkkkkkkkkk" kami terkekeh
"aden istirahat di kamar ! kamu berdua buatkan es buah" perintah bi surti
"iya tuh tante, bi surti dah kerja keras. Kursi gajah itu dah pindah ke ruang depan. Sekarang ruangan tamu dah siap untuk menampung anak-anak" kataku sebagai perbandingan untuk mereka bahwa bi surti sudah capek.
"menampung anak-anak ? emang rumah gue panti asuhan ?" balas bibiku yang segera turun untuk membantu diikuti oleh tante hana
"dah, ayo aden istirahat dulu !" usir bi surti. Terpaksa deh aku masuk kamarku padahal asik banget dalam kamar tante ini.
Memasuki kamar, masih bersih dan wangi. Tapi kelihatan bertambah rapi saja! Besar sekali jasa bi surti ! kapan aku dapat membalas jasa beliau. Aku membersihkan diri di kamar mandi dan berganti pakaian. Lalu istirahat sejenak.
Terlintas lagi dalam benakku, lagi apa si Jala sekarang ? sukurin aja elu dikrubungi dalam mobil geng cewek cantik brisik ! digrepe aja sekalian, tau rasa elu !
Rasanya baru sedetik mataku terpejam, kegaduhan luar biasa terjadi di ruang tamu
dan diakhiri oleh tepokan di bokongku
"den tolong buat diam cewek-cewek brisik di bawah !" perintah bi surti
yaaaaahhhhhh......
Melihat aku turun, mereka diam sesaat, tetapi kemudian yang ada lebih brisik
"Daya, kamu kok makin ganteng kalo pake Tshirt !" teriak mereka
"ohhh rumahmu besar sekali dan mewah, mau deh gue jadi pembantu disini !" kata mereka lagi ga ada hentinya
"jadi pembantu ? asal aja mulut elu pade" aku suruh mereka diam dengan mematahkan kalimat mereka itu adalah salah arti.
"naaah mau es buah ga ? " tanyaku
"mauuuuuu..." kebrisikan mereka naik 30%, gawat
"kalo mau ntar bisa diam ga ? kalo masih berisik ga boleh minum es buah" ancaman dariku
Saat mereka khusuk menikmati es buah bikinan bibiku dan tante Hana, datanglah da cowok keren
Yang satunya aku kenal banget seharian tadi dia menolongku untuk menghindar dari Jala. Dialah ketua kelas yang cool, yang satunya koooookkkkkk ? Si jala ? hari ini dia tahu sekali aku menghabiskan waktu dengan Dika sang ketua kelas. Dan sore ini si Jala di bonceng Dika. Mereka berdua menuju rumahku.
Santai aja sih, biar si Jala ga kepedean mendekatiku. Langsung podium diserahkan Dika untuk Jala yang memimpin belajar ini.
Mantap sekali cara ngajarnya, lewat deh guru-guru bimbelku. Apa lagi didukung oleh sound system dan big screen yang baik. Di bimbel saja kami masih pakai white board dan spidol.
Masuklah pada sesi pengerjaan soal
Jagoan sekali Jala ngajarnya, terstruktur, lalu contoh soalnya bervariasi. Karena sekarang soalnya dari beberapa pusat bimbel dan beberapa buku pegangan. Konsep gaya pada permukaan yang lupa-lupa ingat jadi jelas kembali oleh penjelasan dari Jala.
Beban beratnya ada pada beberapa anak, aku lihat ada sekitar 4 orang cewek dan 3 cowok yang masih bertingkah seperti anak SMP yaitu Riki, Tio, dan Wawan. Jadi kami sepakat, tahap pertama mereka dulu yang dilatih. Hingga saat ini asik-asik saja, cara Jala menerangkan juga sangat bersahabat sehingga mengertilah kami jadinya.
Di akhir pertemuan, aku diselamatkan oleh telpon dari papa. Kalau sore papa nelpon pasti dia lagi off dan ceramah dimulai. Teman-teman hanya bersalaman pamit dengan bi surti, tante Hana, dan bibiku. Mereka dapat informasi dari bibiku, kalau papaku nelpon di sore hari pasti lama. Jadi mereka satu demi satu kabur dari rumahku
"hahah kamu berbakat sastra ya ?" tanya papa
"dari mana papa tahu ?" aku balas bertanya
"dari kepala sekolah, kata nya dia telah baca hasil karyamu, sangat menyentuh" kata papa
"oh gitu ya ?" jawabku datar
"kalo tahu gitu, benarkan ambilah jurusan IPS seperti saran papa dulu, malah kamu ambil IPA" kata papa lagi
"itu bakat sastra tiga hari yang lalu pa, sekarang aku dah ga mau menulis" jawabku
"loh bakat kok ada hari-harinya ? baru tahu papa tuh" papaku heran
.... aku diam
"terus hari ini kamu bakatnya apa ?" goda papa
"nunggu papa pulang" jawabku
"hahaha itu bukan bakat namanya, tapi pemaksaan kehendak" jawab papa
"kkkkk papa bisa aja, udah ga ada yang penting ya ? aku mau mandi dulu ya pa" permintaanku pada papa
"iya lah, selamat ya nak" pujian dari papa
"makasih pa" jawabku
Setelah mandi jelang magrib, perutku terasa lapar. Aku turun ke bawah, semoga bi surti mau nyiapin makanan untukku
Alangkah terkejutnya aku, Jala dan Dika masih di bawah nyusun-nyusun kursi gajah, kok mereka belum pulang ? terutama si Jala itu
"oh ada yang sudah mandi, tambah ganteng dan wangi" Jala berucap tanpa sadar bahwa di sana ada Dika
Jala menghambur ke arahku, dan memelukku !!!!!!! oh tuhan, Jala betulan sembrono
"tuh kan wangi banget, makasih ya untuk tempat hari ini" kata Jala tanpa ragu-ragu
Dika terpana
"ka....kalian seakrab ini ? sama aku, Daya tidak pernah se akrab ini ! padahal kami dah hampir dua tahun satu sekolahan" kata Dika agak pelan
Aku ga bisa ngomong
"aduh, jadi kamu ga akrab sama Daya ? maksudnya aku ga boleh akrab sama Daya ?" Jala jadi ragu-ragu
Aku ga tegaan, jadinya ikut-ikutan memecahkan suasana
"ah, siapa saja boleh akrab sama aku ! tapi ada saja yang sok merasa hebat, malah mencuekkan aku" sindiran halus itu mampu membuat mereka berfikir, terutama si Jala.
Jala dan Dika kemudian mencuci tangannya karena dipaksa oleh bi surti, lalu kami makan bertiga di meja makan keluarga.
Kami pada dasarnya memang lapar magrib itu, karena aktivitas yang banyak, terutama Dika dan Jala dalam mempersiapkan belajar bersama ini.
BERSAMBUNG
Kawan (kakak/mas/mbak), ini ada update an
@Yohan_Pratama , @YogaDwiAnggara, @dafaZartin, @tarry, @bayumukti , @Tsu_no_YanYan
Aku malam itu lebih memilih main game di laptopku ketimbang berlama-lama di twitter dan FB. Serasa ribet otakku melihat dan membaca masalah yang sedang dihadapi orang-orang di sekitar hidupku.
Entahlah, sudah lebih dari dua jam rasanya aku bermain game. Belum juga ada keinginan untuk membaca pelajaran karena besok hanyalah hari yang santai : tidak ada ulangan mendadak, tidak ada tanya jawab, dan yang pastinya tidak ada tugas. Harusnya tidak begitu, sebentar lagi kan UAS. Namun belajar adalah identik dengan Jala, ujung-ujungnya ngingat dia lagi bukan belajar.
Aku masuk aja dalam kamar tanteku, siapa tahu saja mereka dah selesai kencan di kamar. Jadi dalam kondisi lelah aku pasti menang lawan dia main game football war. Pastinya aku pegang MU dan tante lebih megang El Barca. Kalo bibiku lebih senang game bangun-bangun rumah gitu mirip game anak-anak hahahah
"gue masih marah sama elu, ngapain masuk-masuk kesini ?" hardik tante Hana
"Iya tanda marahnya, elu masih beliin keponakan gue TShirt putih kan ? tahu aja elu kesenangan keponakan gue" protes bibiku
Eror juga nih manusia berdua, satu menghina, satu membelaku, hahah mana mungkin tante Hana marah padaku. Bisa-bisa dia ditendang sama bibiku
"Bagus kan TShirt nya ? coba elu melawan lagi ama gue" tantangan dari tante Hana
"sudahlah tante, bilang aja tante merasa malu kepergok habis mesum. Loh hingga keringatan berdua gini, ckckck, mengherankan" aku tak kalah bikin lawakan
"hahaha ga lucu elu ah, lawan pake yang lain dong" tante Hana menangkis kelucuanku
"ok, tante takutkan football war, mana tuh El Barca tante ?" godaku
"ayo, mana tuh MU elu !" tante menjawab tantanganku
"siiip, orang habis mesum pasti kalah. Dah lemes sih" sorak ku
"Daya !!!!!! hahahahahah kualat kamu" bibiku terpingkal-pingkal menahan geli kalau digoda begini
45 menit pertama, ok tante ngasih ancaman yang sangat berbahaya
45 menit kedua, mulai ku iramakan lagu jelek yang tante ga suka, dia merasa terusik dan menyepak kakiku. Tangannya masih lincah mainin stick game dalam menghalau bolaku dan dia juga mencoba melancarkan serangan balasan
Aku terus berdengung dengan irama yang ga jelas, sekedar memancing emosi si tante yang pemarah, dan ku colong bola dari pemain tante, multku makin keras menggangu tante. Aku pura-pura ga sadar, sesekali tante melirik kesal dengan sikapku, dan ku hadang bola dari pemain tante dan serta merta ditendang oleh pemainku GOLLLLLLL, 1 : 0
Dan permainanpun berakhir
hahahahahah si licik ini menang ? oh kamu babe
apa sih yang kamu lakuin babe ? sama anak kecil saja kalah ?
ga habis gerutu dari mulut bibiku untuk tante Hana
tante Hana menarik nafas, ia menahan amarah
"Makasih atas waktu tante untuk kalah ! dan makasih untuk TShirt nya" kataku dengan sopan, namun mampu membuat tante Hana terdiam menahan nafas.
"Iya sana kamu keluar ! itu TShirt 2 buah kasih satu sama Jala" kata bibiku
"Haaaa ??? ini serupa ? dua TShirt serupa ? ogah aku make yang serupa" protes ku
"beda lah oon, makanya dilihat dulu ! besok ye gue bantai MU elu 3 : 0 tunggulah pembalasanku" tante Hana masih panas
"permisi......." lagakku
"bodoo....." balas mereka berdua kompak dan kesal, hahahahah
"Ada SMS ????? dari siapa ini" hatiku berdesir melihat HP di atas ranjangku. HP ini aku abaikan tadi karena aku lebih tertarik main game dengan tante
"Besok siang jangan pulang duluan ! sudah ku bilang jangan kirim SMS yang tidak penting, tidak akan aku balas"
begitu kalimat dari si Jala
panas nih hati, dalam sekejab kubalas dengan pedih
"emang SMS mu ini penting ? aku sih penting atau ga penting pasti ku balas ! karena aku sadar aku bukanlah orang hebat" gitu kata-kata pedih dariku
"wahahaha jadi gara-gara ini kamu acuhkan aku ? yang aku kawatirkan jika aku ga ganteng lagi di matamu" Jala membalas dengan oon
Baru saja aku sedikit bisa melupakan Jala, kenyataanya ? dia mengirim SMS konyol.
SMS konyol ! yang menerima SMS ini pastinya juga konyol, itulah diriku. harusnya aku ga ketemu dengan dia ! jika hanya menjadikan aku merasa konyol
Tidur ahhhhh ....... Lupakan saja dia
Jam lima pagi aku ke halaman belakang gerakin badan dan hirup udara segar bersama bi surti dan pak supir
"aden pergi pagi sekolah itu bagus den, pasti ada yang aden bisa tolong !" saran bi surti
entang feeling dari mana bi surti bisa berkata begitu
aku diam
"ya kira-kira begitu lah bu" info yang sepotong-sepotong dari pak supir
aku pandang supir itu dengan fokus
lama
aku tidak ingin dia cerita-erita tentang Jala dan nasib nya !
Setelah mandi dan berpakaian seragam sekolah, aku berfikir di meja belajar
siapa yang punya ide menjemput Jala ? aku
adakah Jala minta jemput ? tidak
kemaren saat tidak kujemput, Jala malah tidak marah !
Jala memasukkan sendiri kue-kue itu ke kantin ! berat ! ia jinjing dengan berjalan
siapa dulu yang punya ide untuk memasukkan kue itu ke kantin ? aku
Aku telah sangat jahat pada Jala, meski hanya sehari
Cukup lah sehari
Hari ini aku akan jadi anak yang baik kembali
Aku berdiri, dan melihat wajahku di cermin : membahagiakan orang lain tidak harus meminta perhatian yang berlebih !!!!!!!!!!!!!!!
Pagi ini aku adalah anak baik,
kami berangkat menuju gang rumah jala
di ujung gang Jala seperti biasa senyum dengan tulus
mengapa rasa air mata ini ingin cepat menetes ? dulu aku tidak cengeng, cendrung bandel
untung ada pak supir, jadi aku masih ada rasa malu untuk nangis
"Kemaren aku tunggu 5 menit, ga ada mobil, takul telat aku langsung jalan" kata Jala
aku diam, mataku masih hangat rasanya
"pagi ini nak Jala, duduk di depan ya ? jadi pacar bapak pagi ini" kata supirku
"iya pak, ada yang ga mau duduk dekat ku pagi ini" jawab Jala
Sampai di sekolah
"Kita ke kantin ya ! ini satu bungkus aku yang jinjing, satu bungkus kamu yang jinjing !" kata Jala sambil meletakkan bungkusan itu di tanganku
Jala baik sekali, tidak pernah marah ! dan tahu cara mengasih orang sebuah peranan, sehingga orang itu merasa berarti
Aku berdo'a agar Jala selalu bahagia, segera menemukan cewek yang baik dan perhatian sama dia. Itu saja ! untuk hal-hal yang lain aku masih ragu untuk memulai lagi. Seperti ini lebih baik ! Jala bebas, aku juga merasa damai tidak uring-uringan.
BERSAMBUNG