It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
sebagian dari harta yang kita miliki ini ada hak orang lain. Itulah kenapa kita sering dianjurkan untuk bersedekah atau menyisihkan sebagian harta yang kita miliki untuk disumbangkan. Biasanya kita hanya menyisihkan sebagian kecil uang yang kita miliki untuk disumbangkan. Tapi Ma Yong berbeda. May Yong selalu menyisihkan 3/4 gaji bulanannya untuk disumbangkan ke anak-anak yang kurang mampu.
Dilansir dari shanghaiist.com, setiap bulan Ma mendapat gaji 2.200 yuan (sekitar 4,6 juta
rupiah) dari pekerjaannya sebagai satpam. Dari gaji tersebut, 1.700 yuan (sekitar 3,5 juta rupiah) akan ia sumbangkan ke 17 anak-anak sekolah yang kurang mampu. Ma mengatakan kalau perusahaannya sudah memberinya makanan dan seragam. Jadi ia hanya butuh sedikit uang saja untuk dirinya sendiri, sisanya akan ia sumbangkan ke orang-orang yang membutuhkan. "Cukup makan dan punya baju hangat, dan bahagia sudah didapat," kata Ma.
Dengan sisa gaji bulanannya, Ma akan membayar
biaya transportasi sehari-hari dan biaya telepon. Apa yang dilakukan Ma ini ternyata sempat ditentang oleh keluarganya. Ma masih tinggal bersama orang tuanya yang berusia 70 tahunan dan bekerja sebagai petugas kebersihan. Sang ibu meminta Ma untuk menghentikan donasinya, tapi Ma menolak. Ma menjelaskan kalau ia bukannya mau membebani orang tuanya, tapi ia hanya tak bisa diam saja melihat anak-anak yang kurang mampu.
Sebenarnya apa sih yang memotivasi Ma untuk
selalu menyisihkan sebagian besar gajinya untuk
disumbangkan?
"Ketika saya di militer, ibu saya kehilangan satu
jarinya karena kecelakaan dalam menggunakan
mesin, tapi kami tak punya uang untuk membawanya ke dokter. Para kamerad saya secara sukarela menyumbangkan uangnya untuk perawatan ibu," ungkap Ma. Rupanya kebaikan para rekannya saat itu telah menginspirasi Ma untuk berbuat kebaikan lebih banyak lagi. Sejak meninggalkan militer, Ma sudah bekerja di berbagai tempat. Berapa pun gaji yang ia dapat,
selalu saja sebagian uang ia sumbangkan ke anak-
anak kurang mampu atau orang miskin. Ia mengaku kalau ia tak merasa keberatan menyumbangkan uangnya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menyisihkan sebagian uang dan rezeki kita untuk orang lain?
Hale meninggal 36 jam sebelum suaminya
meninggal. Seolah-olah, mereka tidak ingin terpisahkan, bahkan oleh maut. Pasangan ini sudah menikah selama 60 tahun, wajar jika ada rasa tidak ingin terpisahkan. Mereka bahkan bergandengan tangan sebelum meninggal.
Pasangan ini menikah pada tahun 1953. Selama 60 tahun waktu dihabiskan bersama, Floreen dan Ed sudah mengalami banyak asam garam pernikahan. Dalam usia yang tidak lagi muda, tubuh mereka sudah mulai digerogoti penyakit. Pada tanggal 4 Februari, Flooren dibawa ke rumah sakit karena mengalami gagal jantung kongestif. Ed sebenarnya juga mengalami komplikasi ginjal saat itu, dia juga dirawat di rumah sakit yang berbeda. "Aku ingin melihat istriku.." Demikian permintaan Ed yang dirawat di rumah sakit berbeda, sekitar 56 km jauhnya. Pihak keluarga sepertinya sudah punya firasat bahwa itu adalah permintaan terakhir Ed. Akhirnya setelah kesepakatan, dua rumah sakit yang berbeda itu
menyatukan Ed dan Flooren di sebuah kamar dan meletakkan ranjang mereka berdampingan. Tubuh
mereka makin renta seiring menuanya usia, namun
cinta tetap ada di hati Ed dan Flooren, tetap terjaga
seperti saat pertama kali mereka menikah.
Hingga pada akhirnya, Tuhan memanggil mereka
berdua. Ed meninggal pada tanggal 7 Februari,
hanya 36 jam setelah kepergian istrinya. Pihak
keluarga sangat kehilangan, namun mereka juga
bahagia melihat keduanya masih saling mencintai
hingga hanya maut yang memisahkan. "Saya berduka atas kepergian Flooren dan Ed, namun saya pikir, kepergian mereka berdua sangat indah, seolah keduanya memang tidak bisa hidup ketika ada salah satu yang pergi untuk selamanya," ujar Lisa Giattino, salah satu keponakan mendiang. Itulah sepenggal kisah nyata tentang cinta, bahwa
cinta sejati itu masih ada jika Anda dan pasangan
mau berusaha dan percaya. Semoga Flooren dan
Ed mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Terima
kasih sudah membuat kami percaya, bahwa cinta
itu ada.
menjadi alasan untuk tidak berkarya dan
menyebarkan cinta kasih. Pelajaran inilah yang
dapat di ambil dari TIm Harris, seorang penderita
Down Syndrome yang merupakan pemilik sebuah
restoran. Dilansir huffingtonpost, Tim Harris terlahir dengan penyakit down syndrome yang membuat dirinya mengalami hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Namun, kedua orangtuanya tetap mendukungnya dan percaya padanya. Berkat kepercayaan dan dukungan orang tuanya,
Tim kini menjadi pemilik sebuah restoran yang unik
dan sukses. Uniknya restoran ini memiliki satu
menu yang memiliki nol kalori, yaitu pelukan Tim.
Pria 28 tahun ini dengan senang hati memeluk
pengunjung restorannya yang datang. Keluarganya kemudian menyadari bahwa ulang tahun Tim jatuh pada hari peluk nasional, dan mereka membuat acara pelukan untuk Tim di restorannya. Dalam acara ini Tim juga mengadakan pengumpulan dana untuk kemanusiaan.
Tim memeluk lebih dari 1000 orang dan berhasil mengumpulkan dana $6000 atau Rp 72.000.000. Tahun ini dia bercita-cita untuk memeluk 2000 orang dan menyumbang $10.000 atau Rp 120.000.000 untuk kemanusiaan. Dia sangat bahagia bisa memeluk dan menolong orang banyak.
di sekitarnya, terlebih jika orang tersebut menderita.Rupanya hal ini lah yang dirasakan Callie Olson. Dia ingin sekali membahagiakan pamannya yang sedang menderita. Paman Callie menderita penyakit multiple skleriosis yang parah. Seperti dilansir 620wtmj.com. Callie kemudian bertekad untuk menjual 2.000 box biskuit untuk
memenangkan sebuah laptop untuk pamannya.
Hatinya tergerak untuk menolong pamannya yang
membutuhkan sebuah laptop. Pamannya adalah seorang pemain biola yang memerlukan laptop untuk menggubah musiknya. Meskipun kini pamannya sudah berhenti bekerja, Callie tetap ingin memberi laptop pada pamannya itu.
Ibunya, Julie membantunya dengan menyebarkannya melalui Facebook dan teman-
teman kantornya. Banyak dari teman-temannya
yang tergugah hatinya dan membeli biskuit yang
dijual Callie. Callie tidak kenal kata menyerah untuk menjual biskuit-biskuitnya. Dia merasa dirinya seorang anak yang kuat dan dapat melakukan apapun. Callie akhirnya dapat menjual 2.077 box biskuit, dan akan segera memberi laptop pada pamannya. Jika seseorang bertekad kuat untuk meraih sesuatu, pasti terbentang jalan di hadapannya untuk meraih tujuannya.
Termasuk kebaikan dalam menolong sesama.
Seperti yang dilakukan oleh pasangan suami istri
Chen Tianwen dan Guo Gairan. Puluhan tahun
sudah mereka mendedikasikan hidupnya untuk
merawat puluhan anak difabel. Sudah 26 tahun Chen dan Guo mengadopsi anak- anak difabel. Dilansir dari shanghaiist.com, bermula ketika tahun 1989, dalam perjalanan pulang kerja dari pabrik pupuk setempat, mereka menemukan sesosok bayi yang terlihat punya kecacatan dalam tubuhnya yang dibuang begitu saja. Merasa kasihan, mereka membawa bayi itu pulang. Bayi itu pun dirawat bersama dengan tiga anak lainnya di rumah.
Sejak saat itu, Chen dan Guo selalu mencari anak-
anak difabel yang terlantar. Mereka akan membawa anak-anak kurang beruntung itu pulang dan dirawat dengan baik. Lambat laun makin banyak anak yang mereka adopsi. Hal itu sampai ke telinga pemerintah setempat. Pemerintah pada akhirnya memberi bantuan 150 yuan (sekitar 310 ribu rupiah per bulan untuk setiap anak. Dengan makin banyaknya anak yang ia rawat, Guo merasa kewalahan. Akhirnya ia putuskan untuk berhenti kerja dan fokus membesarkan anak-anak yang ia adopsi. Ia mengandalkan pendapatan dari hasil bercocok tanam. Awalnya, para tetangga tak bisa menerima keluarga Chen dan Guo. Tetangga merasa anak- anak adopsi mereka itu bau dan tak berpendidikan. Tadinya para tetangga melarang anak-anaknya untuk bermain dengan anak adopsi Guo dan Chen. Namun, seiring berjalannya waktu dan kegigihan pasangan suami istri yang sudah berusia 60an, para tetangga bisa menerima mereka semua.
Penolakan juga datang dari sang anak sulung
Junwei. Junwei tak bisa menerima kondisi keluarga
dan cara hidup mereka. Sampai akhirnya Guo dan
Chen mengatakan kalau Junwei sebenarnya adalah anak adopsi seperti yang lain. Sejak saat itu, Junwei kabur dari rumah dan tak pernah kembali. Sejak banyak media yang memberitakan keluarga tersebut, banyak orang dermawan yang memberi bantuan dan donasi. Bahkan pemerintah sekarang memberi bantuan 1.000 yuan (sekitar 2 juta rupiah) per anak setiap bulannya.
"Pada akhirnya kami memang bukan orang idiot seperti yang dikata orang. Yang kami lakukan ini
adalah sebuah kebaikan, kami hanya ingin menjadi
contoh," papar Guo.
Di setiap festival qingming (ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah ke kuburan sesuai dengan ajaran Khonghucu), Guo dan Chen akan mengadakan ritual mengirim doa pada anak-anak adopsi mereka yang meninggal di usia belia.
mendapat balasan di kemudian hari. Jika kita
melakukan kebaikan, tentu kebaikan pula yang akan kita dapatkan nantinya. Mungkin itulah pedoman yang dipegang oleh seorang pria asal Australia bernama Tommy Connolly. Dilansir dari metro.co.uk, pria berusia 23 tahun ini rela membantu sepupunya yang sedang mengalami
masa-masa berat dalam hidupnya. Sepupunya
tahun tersebut telantar dalam keadaan hamil besar
dan kecanduan obat-obatan terlarang. Dulu keduanya sempat dekat, tapi mereka sudah jarang
bertemu dan berhubungan selama kurang lebih 10 tahun.
Tidak hanya menyediakan tempat tinggal dan biaya hidup, Tommy juga bersedia menjadi orang tua asuh dari sepupunya tersebut. Ia telah menjamin biaya pendidikannya dan hadir ketika ia melahirkan. Bahkan, ia lah yang melakukan tugas ayah sang bayi yaitu memotong ari-arinya. Tommy menuliskan pada akun Facebooknya, “Dia
bisa menulis sebuah buku tentang pengalaman pahit yang dialaminya. Tidak banyak orang yang tahu kisah hidupnya. Tidak seorang pun layak
mendapatkan kehidupan seperti yang ia miliki”.
Saat banyak orang memberikan pujian atas apa
yang ia lakukan, ia hanya mengatakan bahwa ia
tidak sepantasnya mendapatkan hal itu. “Aku tahu
apa yang aku lakukan adalah sesuatu yang baik,
tapi aku jadi merasa bersalah jika harus menerima
perhatian sebesar ini,” ujarnya. Semoga segala kebaikan Tommy bisa menjadi inspirasi dan ia
mendapatkan balasan yang sesuai kelak.
semua orang terdekatnya. Hari bahagia yang hanya terjadi seumur hidup sekali ini pasti tidak ingin Anda lewatkan dengan tidak lengkapnya kehadiran salah satu anggota keluarga. Dan ini memang hak Anda untuk meminta keluarga terdekat hadir dalam pesta pernikahan Anda. Mungkin demikian yang dirasakan oleh Danielle dilansir dari huffingtonpost.com.
Gadis berkebangsaan India ini merencanakan
pernikahan tetapi saudara perempuannya ternyata
hanya memiliki waktu beberapa hari saja untuk
hidup. Pada tanggal 2 Februari lalu, keluarga Gabby menyadari bahwa putri kesayangan mereka
sekaligus saudara perempuan Danielle ini mengidap penyakit mematikan. Gabby menderita infeksi yang menyebabkan sistem imunnya tidak mampu bekerja dengan baik. Kesehatan Gabby semakin hari semakin menurun.
Melihat keadaan saudara perempuannya, Danielle
yang telah berhubungan dengan kekasihnya selama 3 tahun itu akhirnya mempersiapkan acara
pernikahan dalam dua hari. Danielle memohon gara dirinya bisa melangsungkan pernikahan yang
dihadiri oleh Gabby. "Aku hanya ingin Gabby di
sana, aku ingin Gabby mendampingi pernikahanku" begitulah Danielle memohon kepada keluarga dan pihak rumah sakit. Akhirnya semua orang bekerja sama, baik pihak keluarga maupun rumah sakit untuk mempersiapkan
kehadiran Gabby dalam pernikahan Danielle. Acara pernikahan Danielle digelar di Indiana University Health dan Gabby juga mendapatkan gaun pengiring pengantin sebagai kado terakhir dari Danielle. Perawat rumah sakit menyiapkan peralatan pernapasan dan alat untuk memonitor keadaan Gabby. Semua pengunjung yang hadir meneteskan air mata selama berlangsungnya acara pernikahan tersebut.
Yang membuat Danielle begitu sayang pada
saudara perempuannya karena Gabby tidak pernah menangis saat kesakitan maupun saat mengetahui bahwa dirinya akan mati. Kata-kata terakhir yang diucapkan Gabby untuk Danielle adalah "Aku sangat bahagia kau melakukan ini untukku." Kemudian keesokan harinya Gabby tidak membuka matanya lagi untuk selamanya.
dukanya sendiri. Kita bisa merasa tertekan tapi juga bisa bahagia dengan pekerjaan yang kita jalani. Tinggal bagaimana cara kita menghadapi dan menyikapinya. Di Cina, bekerja sebagai sopir taksi bukanlah hal mudah. Tapi sopir taksi bernama Teng Jiazhi ini tampaknya sangat bahagia menjadi seorang sopir taksi. Dilansir dari shanghaiist.com, pria yang terkenal dengan julukan Uncle Teng ini sudah mengoleksi 30 ribu foto selfie bersama para
penumpang. Kerennya lagi, di setiap foto selfie,
Uncle Teng selalu memasang wajah tersenyum.
]Semua berawal ketika 10 tahun lalu, saat cuaca sedang dingin-dinginnya, Uncle Teng menemukan sepasang penumpang yang menggigil. Penumpang tersebut sudah kedinginan menunggu
taksi selama lebih dari sejam. Mereka sangat
bersyukur akhirnya bisa naik taksi Uncle Teng dan ingin memberi uang tambahan. Tapi Uncle Teng
menolak. Akhirnya sepasang penumpang tersebut
mengajak Uncle Teng berfoto bersama sebagai
ungkapan terima kasih. Terinspirasi dari kedua
penumpang tersebut, tahun 2011 Uncle Teng
memasang kamera di taksinya. Sejak memasang kamera di dalam taksinya, Uncle Teng selalu mengajak para penumpang untuk berfoto selfie. Dalam kurun waktu 4 tahun, ia berhasil mengumpulkan koleksi 30 ribu foto selfie bersama penumpang. Bahkan ia baru saja mendapatkan penghargaan atas koleksi foto selfie- nya yang memecahkan rekor.
“Senyuman adalah bahasa paling indah di dunia,”
papar Uncle Teng. Berfoto selfie dengan penumpang bukan hanya hobi semata. Tapi ia punya semacam “misi khusus” di dalamnya. “Saya berusaha sebaik mungkin membantu mengatasi masalah para penumpang saya. Yang perlu dilakukan hanyalah mengobrol ringan, bernyanyi, atau bercanda untuk membuat mereka kembali bahagia,” katanya.
Pernah suatu ketika ada penumpang wanita yang
menolak untuk diajak berfoto selfie dengan Uncle
Teng. Saat Uncle Teng mengajaknya ngobrol
barulah diketahui kalau wanita tersebut baru saja
bertengkar dengan ibunya. Uncle Teng kemudian
menyanyikan sebuah lagu yang membuat sang wanita tersentuh dan menangis haru. Sang wanita
lalu menelepon ibunya untuk minta maaf. Baru
setelah itu, wanita tersebut bersedia diajak berfoto
selfie dengan Uncle Teng. Pernahkah Anda menjumpai sopir taksi atau orang-orang di sekitar Anda yang begitu baik pada Anda? Atau mungkin kini saatnya Anda yang belajar untuk berbuat baik pada orang di sekitar Anda? Seperti meniru cara Uncle Teng dengan selalu menyunggingkan senyum hangat pada setiap orang yang diajaknya selfie.
di rumah sendiri, tentu tahu perjuangan untuk bisa
membeli sebuah rumah. Namun ada sebuah kisah
yang akan menyentuh hati Anda, tentang
perjuangan untuk mendapatkan sebuah rumah. Qiu Guoying adalah seorang pria biasa, namun ia
sangat miskin. Ia menikahi Hao Ranran walaupun
keluarga Hao tak menyetujuinya. Mereka ragu Qiu
bisa membahagiakan Hao Ranran karena ia sangat miskin.
Namun pernikahan itu tetap terjadi. Yang mana
saking terbatasnya perekonomian mereka, Hao dan Qiu sampai mencari-cari pinjaman baju pengantin agar bisa menikah. Meski pasangan ini tak punya uang, namun Qiu tak ingin menyengsarakan istrinya dan ingin membelikan rumah yang layak bagi Hao. Ia berjanji akan membeli sebuah rumah, tak peduli betapa sulitnya hal itu. Qiu bekerja keras hingga seharian penuh,
sementara istrinya berusaha untuk menghemat
pengeluaran rumah tangga. Hao sempat menitikkan air mata saat mengingat bahwa kadang ia meminta-minta sayuran gratis ke pedagang di pasar.
Harga DP rumah mereka sekitar 100.000 yuan dan
selama 3 tahun, setiap bulannya mereka
menyisihkan 3500 yuan. Untuk bisa mencapai
tabungan sebanyak itu, sehari mereka hidup hanya
dengan 5 yuan atau sekitar Rp 10 ribu. Saat akhirnya mereka sudah bisa membayar rumah
tersebut, Qiu menghemat biaya renovasi dengan
membetulkannya sendiri. Dibantu temannya, ia juga mendapatkan beberapa peralatan rumah dan
furniture. Qiu tersentuh dengan kesabaran dan kesetiaan istrinya. Ia memajang beberapa foto di dinding rumah dengan pesan-pesan khusus yang
menyentuh hati. Qiu meminta maaf karena istrinya
harus menunggu lama untuk rumah itu. Ia kemudian menyimpan kunci rumah dalam amplop bentuk hati dan memberikannya pada Hao Ranran
Keduanya teringat betapa berat perjuangan yang
harus mereka jalani untuk mendapatkan rumah
impian itu. Hao dan Qiu kemudian berpelukan dan
saling menitikkan air mata.
oleh dunia setelah dia tertangkap kamera,
mempertaruhkan nyawanya demi seekor anak rusa. Ia bahkan mengangkat rusa itu di tangannya tinggi-tinggi, meski dirinya kelam oleh air. Dilansir dari Dailymail, pemuda ini bernama Belai
dan dia masih sangat muda. Dengan tubuhnya yang kurus, ia menerjang air sungai dan orang-orang takut ia tak akan muncul kembali. Mengingat sungai itu cukup deras dan dalam.
Yang dilakukan oleh Belai hanyalah membawa anak rusa itu ke pinggir sungai yang lain. Dia ingin
mempertemukan anak rusa itu dengan induk dan
keluarganya. Keluarga rusa ini terpisah akibat air
yang meluap ke sungai pasca banjir dan hujan lebat. Belai benar-benar mempertaruhkan nyawanya sendiri. Ia memiliki kesadaran untuk menyelamatkan dan melindungi rusa di tempat
tinggalnya di Noakhali, Bangladesh. Sejak musim
hujan dan terjadi banjir, wilayah ini kehilangan
banyak rusa. Jadi penduduk sekitar berusaha melindungi mereka dengan cara apapun.
Kejadian ini difoto oleh Hasibul Wahab. Ia juga
kagum dengan keberanian Belai yang berani turun
langsung ke sungai. "Ia sangat pemberani.
Sungainya sangat deras dan kupikir ia akan
tenggelam. Temanku sudah siap loncat untuk
menyelamatkannya, namun ternyata pemuda ini berhasil." Mulia sekali ya? Rela berenang menerjang arus dan mempertaruhkan nyawa untuk mempersatukan anak rusa dengan keluarganya kembali. Semoga Belai dan keluarganya mendapat kebaikan yang setimpal
sesuatu yang di luar nalar kita. Seperti apa yang
dilakukan Rocky Abalsamo, yang telah 20 tahun
menjaga makam istri yang paling dicintainya. Rocky Abalsamo sangat mencintai Julita, wanita
yang telah menjadi istrinya selama 55 tahun. Namun sayang kebersamaan itu harus berakhir, tatkala Julita dipanggil Tuhan pada tahun 1993.
Wanita ini meninggal dunia saat operasi jantung dan dimakamkan di Pemakaman St Joseph di Boston. Sejak ditinggal mati oleh Julita, ada bagian dalam hidup Rocky yang juga mati. Oleh karena itu, pria ini memutuskan untuk menjaga makam Julita. Bagi Rocky, istrinya adalah cinta sejati dengan kecantikan yang luar biasa. Tahun 2000, apa yang ia lakukan setiap hari dengan menunggui makam istrinya meski hujan dan terik atau bahkan badai salju datang, mendapat perhatian dari The Boston Globe.
Mereka terenyuh melihat kesetiaan kakek tersebut
yang sudah 20 tahun selalu menunggui makam
istrinya. Alasan Rocky Abalsamo menjaga makam
Julita adalah supaya belahan jiwanya itu tak
kesepian. "Dia adalah bagian hidupku, jadi di sinilah aku merasa penuh," kata Rocky. Anak dan keluarga Rocky mungkin merasa khawatir
dengan kesehatan dan keadaannya. Namun tak
akan ada yang bisa menghalangi pria ini datang ke
makam Julita setiap hari. "Hal istimewa dari ayahku
adalah ia hidup dengan jalannya sendiri," kata sang putri, Angela.
Pada tanggal 22 Januari lalu, Rocky akhirnya
meninggal dunia setelah kesehatannya menurun. Ia meninggal di usia 97 tahun, setelah selama 20
tahun ia menunggui makam istrinya tiada henti. Rocky akhirnya meninggal dengan memegang teguh kesetiaan cintanya. Ia dimakamkan di sisi makam istrinya seperti yang selalu ia lakukan selama ini, berada di sisi Julita.
daerah Birmingham, negara bagian Alabama,
Amerika Serikat, dipenuhi salju dan badai salju
menyelimuti seantero kota. Selasa pagi, tak ada orang yang berminat pergi keluar rumah dalam kondisi cuaca yang ganas. Badai salju membuat jalanan licin, tertutup salju dan bahkan bisa mengganggu penglihatan di jalan.
Namun, cuaca mengerikan itu tidak membuat nyali
Dr. Zenko Hrynkiw ciut. Ia menerobos badai salju demi menyelamatkan seorang pasiennya. Dr. Zenko Hrynkiw adalah satu-satunya dokter ahli
syaraf du Trinity Medical Center. Mendadak seorang petugas jaga rumah sakit bernama Steve Davis meneleponnya karena ada seorang pasien dalam kondisi gawat yang membutuhkan operasi, seperti dikutip dari Merdeka.com. Jalanan tidak memungkinkan untuk ditempuh dengan berkendara, bahkan pihak berwenang rumah
sakit sempat berusaha menjemput Dr. Zenko namun tidak berhasil. "Saya tidak bisa kemana-mana dengan berkendara, saya akan jalan kaki," demikian kata Dr. Zenko setelah mengetahui bahwa kondisi jalan benar-benar tak mampu ditempuh dengan kendaraan tipe apapun. Jarak dari rumah Dr. Zenko ke rumah sakit sekitar
10 kilometer, dan Dr. Zenko membutuhkan
setidaknya lima jam lamanya berjalan di tengah
badai salju untuk menolong pasiennya.
Sekitar 12.30 siang, Dr. Zenko sampai di rumah
sakit dan berjalan di lorong menanyakan kabar
pasien. Iapun bergegas menuju ruang operasi dan
mengadakan operasi untuk pasiennya. "Jika saja Dr. Zenko tidak datang, maka pasien itu akan meninggal," ungkap Davis, si penjaga rumah
sakit. Selama 10 tahun bekerja di rumah sakit, Davis tidak pernah melihat kejadian semacam ini. Menurutnya, Dr. Zenko adalah orang yang sangat berdedikasi, ia bekerja 330 hari dalam setahun dan selalu memprioritaskan pasiennya. Pujian yang datang kepada Dr. Zenko tidak membuatnya besar kepala, ia malah hanya menjawab dengan rendah hati, "saya hanya menjalankan tugas."