It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
gambaran seseorang yang berprofesi sebagai
dokter. Namun, beda dengan dokter yang satu ini
Ladies. Hatinya sungguh mulia. Adalah Dr. Jim Withers, seorang dokter asal Pittsburgh. Sudah 20 tahun belakangan, beliau mendedikasikan hidupnya untuk sesama yang tak memiliki rumah tempat tinggal. Dilansir dari odditycentral.com, beliau dikenal sebagai 'Dokter Jalanan', karena selalu berpakaian seperti tuna wisma dan keluar pada malam hari untuk memberikan perawatan medis untuk kaum papa.
Luar biasa.. Sejak tahun 1992 silam, sebanyak
1.200 orang berhasil merasakan betapa mulia hati
Dokker Jim. Bersama Mike Sallows, seorang
rekannya yang juga mantan tuna wisma, mereka
berdua berkeliling membawa ransel yang berisi
bahan makanan maupun obat-obatan. Berdua menyusuri malam, menemukan siapa saja yang
membutuhkan bantuan mereka. Kepeduliannya akan sesama yang membutuhkan patut diacungi jempol. Rasa iba melihat para tuna wisma yang sakit dan kerap kedinginan yang mendasari beliau melakukan kegiatan mulia ini.
Kita doakan saja akan semakin banyak Dokter Jim Dokter Jim lain yang lebih peduli pada sesama, yang juga lebih membuka hati akan penderitaan sesama
kadang membuat seseorang dengan tega
membuang buah hatinya. Fenomena membuang
bayi ini terjadi banyak di seluruh dunia, salah
satunya adalah di Korea. Pendeta Lee Jong Rak, adalah salah seorang yang sering menjadi saksi akan bayi-bayi yang malang itu. Oleh karena itu, dalam hidupnya ia ingin menyelamatkan bayi-bayi tak diinginkan ini sebisa mungkin.
Tahun 1987, Pendeta Lee bahkan menjual
rumahnya demi keinginan kuatnya untuk
menyelamatkan anaknya yang baru lahir, Eun Man. Bayi itu lahir dengan kondisi cacat otak dan dokter memvonis bahwa hidupnya tak lama lagi. meski begitu, Pendeta Lee tak menyerah untuk tetap membesarkan anaknya. Pendeta Lee dijuluki, 'lover of the unlovable', karena ia mau menerima mereka yang ditolak di dunia ini. Bahkan seorang wanita memohon pada pendeta itu untuk mengadopsi putrinya yang cacat.
Begitu banyaknya bayi yang telah ia tampung,
membuat Lee Jong Rak membuat sebuah kotak di
dinding depan rumahnya bernama Baby Box. Meski begitu, Lee Jong Rak tak pernah benar-benar berharap akan ada bayi yang datang. Kasihan nasib bayi-bayi itu dan dia berharap makin banyak orang tua yang menyayangi bayinya, bukan sebaliknya. Sungguh sosok yang memiliki hati mulia. Ia tak berpikir panjang untuk mengambil tindakan yang memang dianggapnya baik. Semoga kebaikan juga menyertai pendeta yang satu ini.
beruntung yang pernah ada. Bagaimana tidak, saat
dirinya terjangkit penyakit mematikan, sang atasan
justru membantunya tanpa pamrih. Yah, Brittany
Mathis sangat terkejut tatkala ia mengetahui dirinya
mengidap tumor karena ruam di kakinya. Kejadian pada bulan Desember lalu ini tentu membuat ia dan keluarga merasa sedih luar biasa. Tak hanya dengan penyakit tersebut, namun juga akibat kurangnya biaya untuk melakukan pengobatan. Sebuah fakta juga diketahui bahwa ayah gadis 19 tahun itupun meninggal akibat tumor yang juga ia alami. Namun Brittany dan keluarganya tak ingin
merepotkan siapapun. Sehingga mereka hanya
merasa sangat miris dengan keadaan ini, hingga
sang atasan mendengar berita tersebut. Pria
bernama Michael De Beyer itu tak hanya tinggal diam.
Yah, tanpa mengharapkan imbalan apapun, Beyer
lantas berinisiatif untuk menjual rumah makan
keluarganya turun temurun. Padahal, rumah makan tersebut adalah usaha Beyer yang sudah ia jalani selama 17 tahun.
Beyer mengatakan bahwa ia tak pernah bisa hidup
tanpa mempedulikan orang lain. Sehingga memberi semua hasil penjualan rumah makannya adalah hal yang tepat bagi dirinya. Dan seperti yang dilansir buzzfeed.com, atas dasar hal itulah Brittany dapat sembuh dari penyakit mematikan tersebut.
suami sudah menjadi hal yang biasa, tetapi apa
yang dilakukan seorang wanita bernama Juwariyah
ini sungguh luar biasa. Dengan tangan dinginnya,
Juwariyah bahkan mampu membantu meringankan
beban ekonomi 50 keluarga tetangganya. Cara yang diambil Juwariyah ini termasuk sepele,
ide kreatifnya membudidayakan tanaman toga,
sayur-sayuran dan buah-buahan di pekarangan
rumah serta beternak ikan lele bahkan membuat
RT04-RW04 di rumahnya ini menjadi Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL) terbaik nasional. Apabila Anda bertandang ke Kelurahan Rejomulyo,
Anda akan menjumpai kekompakan dan hijaunya
pekarangan rumah di sana. Dipenuhi dengan jenis
tanaman kebutuhan sehari-hari seperti terong, kubis, sawi, cabe, tomat, kembang kol bahkan markisah. Seorang pria tua bernama Sukiman, suami Juwariyah, dengan tlaten mengatur tanaman di dalam polyback secara teratur.
Dari kejauhan tampak segar dengan daun-daunan hijau yang merilekskan mata. "Desainnya memang seperti ini, ada anyaman bambu yang melengkung sebagai rambatan. Maksudnya, agar sinar matahari ke teras rumah bisa terhalangi oleh daun tanaman . Sehingga udara tetap sejuk dan tidak panas," imbuhnya. Seluruh halaman rumah Juwariyah ini memang dipenuhi tanaman, dilengkapi tempat pembuatan bibit dan pengolahan pupuk kompos, yang menjadikan semua tanaman sayuran dan buah-buahan ini tumbuh dengan organik.
Ide kreatifnya ini sebenarnya berlangsung belum
lama, dimulai pada bulan April 2012, di mana kala
itu Pakde Karwo yang menjabat sebagai gubernur
Jawa Timur bermaksud memberikan bantuan bibit
tanaman bagi yang ingin membudidayakan aneka
sayuran dan buah-buahan. Tak banyak orang yang meresepon bantuan tersebut, namun Juwariyah
berbeda, tidak mengenal gengsi dan menganggapnya sebagai peluang, ia kemudian kerja bakti bersama beberapa tetangga menanam bibit tanaman dalam polyback kecil-kecil. Sejak masih remaja, Juwariyah memang gembar
bertani. Suaminyalah yang memperkenalkan teknik
bercocok tanam kepada Juwariyah, yang kemudian
menjadi kesenangan tersendiri. Kala itu, tanamannya tidak sebanyak sekarang. Hasil gelontoran bantuan dari Pakde Karwo berupa
bayam, kangkung, tomat, sawi dan juga terong. "Terongnya besar-besar, tomatnya juga terlihat
merekah. Duh, pokoknya senang sekali melihatnya. Panen pertama itu, saya bagikan ke seluruh tetangga. Karena bibitnya bantuan, semua tetangga juga harus merasakan hasilnya. Mereka mulai bertanya-tanya, bagaimana cara membudidayakan dan merawatnya sampai menghasilkan buah yang bagus-bagus itu," kata Juwariyah menceritakan peristiwa Juli 2012, seperti dilansir Merdeka.com.
Berawal dari panen perdana Juwariyah yang
melimpah tersebutlah, satu per satu masyarakat di
RT 4 memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya
untuk berkebun. Hasil dari berkebun itu memang sementara hanya bisa dinikmati warga RT, mereka bisa dengan bebas memetik dan menikmati hasil tanaman dan menghemat uang belanja besar-besaran. Kalau hasilnya cukup banyak, mereka juga akan menjualnya dengan harga yang lumayan. Sekarang, sistem marketing sedang dikembangkan. Penjual sayur keliling menjadi perpanjangan tangan masyarakat RT 04, Kelurahan Rejomulyo, kota Kediri ini. Hasilnya juga mulai dipasarkan melalui show room PKK milik Pemkot Kediri. Harapan Juwariyah, hal ini bisa terus menerus dikembangkan sehingga tidak
hanya 50 keluarga yang bisa terbantu, tetapi juga
banyak keluarga, sehingga perekonomian rumah
tangga semakin kuat.
Solo, 24 Februari 1952 yang hingga saat ini masih
punya kondisi kesehatan yang fit dan segar. Nenek
usia 61 tahun ini sudah punya banyak cucu, namun
masih aktif menjadi anggota perlindungan masyarakat (Linmas) di kelurahan Sondakan, Laweyan Solo.
Heri Iswanti sudah menjadi anggota Linmas sejak
1989, dan menjadi salah satu pelopor Linmas wanita di kota Solo. Pun demikian, ia tidak pernah
mendapatkan perlakuan istimewa hanya karena ia
seorang wanita. Sama seperti anggota Linmas
lainnya, ia juga menjalani pelatihan yang sama. "Saya itu dulu suka memimpin pleton. Anggota saya dulu 33 Linmas wanita, tapi sekarang dipecah. Tak ada perbedaan dengan pria, kalau pria dihukum, kita yang wanita juga harus dihukum. Jangan dibeda- bedakan antara laki-laki dan perempuan," ungkap Heri, seperti dilansir Merdeka.com.
Menjadi anggota Linmas adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi wanita yang pernah mendapatkan penghargaan 'Kunthi Award' dan Linmas wanita terbaik di Solo ini. Tak jarang, ia harus menghadapi tantangan yang beraneka ragam, yang sering membuat khawatir keluarganya. "Kita sering dipisuh-pisuhi (dikata-katain kotor) sama warga. Apalagi kalau ada tidak KDRT, orang- orang mabuk dan lain-lain. Sering kita dibentak sama preman, diancam mau dibunuh, disepelekan. Tapi semua itu kita hadapi dengan senyum dan sabar. Kita sudah terbiasa menghadapi hal seperti itu. Kalau sudah angel-angelan (susah diatur), ya kita laporkan ke polisi," paparnya. Untungnya, keluarga dan sahabat-sahabatnya tetap memberi dukungan sehingga Heri tetap bersemangat. Menghadapi preman saat berpatroli di kampung juga bukan hal yang aneh lagi.
Sekalipun tidak dibekali keahlian khusus bela diri, ia memberanikan diri bersama 14 anggota Linmas wanita lainnya untuk tetap berkarya. Menjadi anggota Linmas, tidak membuat ibu dari
enam anak ini kemudian melupakan tugas sebagai
ibu rumah tangga dan istri. Bersama suami yang
bekerja sebagai sopir, nenek Heri berhasil
menyekolahkan 6 anaknya hingga perguruan tinggi. "Anak saya setengah lusin. Yang sarjana ada 3, yang lainnya lulusan SMA. Mereka sudah pada mentas (berkeluarga), ada 3 yang sudah menikah. Meski gaji saya sedikit, tapi cukup untuk anak-anak saya," ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, sebagian besar rekan-
rekan Linmas wanita banyak yang mundur karena
berbagai alasan. Entah karena malu, karena
kesejahteraan yang kurang, atau alasan lain. Namun Nenek Heri tidak pernah berhenti berusaha. "Saya tetap akan menjadi Linmas sampai tua nanti Hingga tenaga saya tak dibutuhkan lagi," tandasnya.
dia mengumpulkan sampah-sampah plastik demi
membiayai operasi jantungnya. Kami yakin, hidup
Anda jauh lebih beruntung dari nasib balita cantik
ini. Banyak orang mengeluh tentang cinta, pekerjaan, atau mengeluh belum punya iPhone terbaru. Apa yang membuat banyak orang begitu mengejar kebahagiaan dari materi duniawi? Lihatlah gadis kecil ini, dia sudah merasakan kerasnya hidup sejak kecil. Dilansir oleh situs AsiaOne.com, balita ini mengumpulkan sampah plastik demi biaya operasi jantung.
Nama balita dua tahun ini adalah Xiaoxiao, berasal
dari China. Selama tiga bulan terakhir, dia
mengumpulkan sampah berupa botol plastik.
Sampah-sampah itu dia kumpulkan dan dijual lagi,
semua dilakukan demi biaya operasi kelainan
jantung yang dideritanya sejak lahir. Tim dokter yang menangani Xiaoxiao mengatakan
bahwa operasi jantung akan berhasil jika dilakukan
sebelum usia Xiaoxiao tiga tahun. Biaya yang
dibutuhkan sangat banyak, sekitar hampir Rp 200
juta. Bagi keluarga Xiaoxiao yang miskin di pinggir
kota Beijing, angka itu melampaui pendapatan mereka. Xiaoxiao tidak berjuang sendiri, ibunya membuka usaha menjahit sekaligus mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Selama ibunya bekerja, Xiaoxiao dititipkan pada kakek dan neneknya.
"Xiaoxiao sering menangis dan memanggil-manggil
ibunya saat sedang tidur (bermimpi)," ujar sang
nenek. Berapa uang yang berhasil dikumpulkan Xiaoxiao dalam 3 bulan mengumpulkan sampah botol plastik? Baru sekitar Rp 99 ribu, masih jauh dari angka biaya operasi yang diminta tim dokter. Semoga saja ada tangan-tangan mulia yang mau membantu Xiaoxiao membiayai operasinya. Jika sudah begini, masihkah Anda mengeluh tentang hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dikeluhkan? Belajarlah dari Xiaoxiao, dan bersyukurlah pada apapun yang Anda miliki saat ini
kekurangan sendiri-sendiri. Ada beberapa orang
yang menyerah dengan kekurangan mereka begitu
saja. Tapi beberapa yang lain memilih berjuang
dengan keras demi memperbaiki diri mereka. Salah
satunya adalah kisah sopir taksi yang gigih belajar bahasa inggris ini. Seorang sopir taksi bernama Pak Tarnedi menjadi pembicaraan banyak orang akhir-akhir ini karena keinginannya yang kuat untuk belajar bahasa inggris. Demi melatih bahasa inggrisnya, Pak Tarnedi selalu ingin mengajak penumpangnya agar berbicara dalam bahasa inggris seperti yang dilansir oleh Merdeka.com (12/12). Sebuah pesan tertulis di belakang kursinya agar bisa dibaca oleh semua penumpang. Pesan itu berbunyi : "TO ALL PASSENGER PLEASE TALK IN ENGLISH BECAUSE I WANT TO IMPROVE MY ENGLISH. IF YOU DON'T KNOW HOW TO SPEAK ENGLISH IT DOESN'T MATTER. THANK YOU. BEST REGARDS, TARNEDI"
Pria paruh baya yang saat ini berusia 54 tahun ini
mengatakan bahwa dia bersikeras untuk belajar
bahasa inggris agar tidak ketinggalan dengan negara lain. Oleh karena itu, sudah dua tahun ini dia gigih belajar bahasa inggris. Padahal dulunya, Pak Tarnedi adalah tidak tamat SD dan pernah merasakan menjadi buta huruf. Namun dia tidak
menyerah begitu saja. "Saya sudah jadi sopir sudah 20 tahun lalu tetapi belajar bahasa Inggris baru dua tahun. Saya ingin bisa giat belajar biar tidak ketinggalan dengan negara lain," kata Pak Tarnedi ketika ditanya tentang alasannya belajar bahasa Inggris.
Selama dua tahun belajar bahasa inggris ini, dia
mengaku mendapatkan banyak pengalaman. Tapi
menurutnya yang terpenting adalah ilmu gratis yang dia dapatkan dari pesan yang dia tempel di
kursinya. Salah satunya adalah seseorang yang
merekam kejadian ini, dan menaruhnya di situs Youtube. Dari sinilah banyak orang mengenal pak
Tarnedi sekarang. Saat ini, bahasa inggris Pak Tarnedi memang masih tergolong sederhana. Namun kegigihannya yang luar biasa memberikan kita pelajaran berharga untuk selalu bekerja keras dan pantang menyerah seperti kata pepatah : 'Pemenang selalu menemukan jalan, dan pecundang selalu menemukan alasan'
tolong menolong dan saling memberi bantuan
kepada orang-orang yang membutuhkan. Untuk
menolong dan membantu orang lain, tak seharusnya kita membedakan siapa yang akan ditolong. Seorang mahasiswa penganut ajaran Sikh di Selandia Baru, akhir-akhir ini telah menjadi sorotan dunia karena kebaikannya.
Dilansir dari laman metro.co.uk, seorang mahasiswa bernama Harman Sigh (22) ini rupanya telah rela melepas sorban di kepalanya untuk menolong seorang anak yang mengalami kecelakaan di depan tempat tinggalnya. Perlu diketahui, sikh sendiri merupakan istilah untuk
menyebut para pengikut dari sikhisme, yakni suatu
agama yang berasal dari wilayah Punjab, India.
Salah satu ajaran sikh menyatakan bahwa mereka
harus memakai penutup kepala atau sorban dan
dilarang melepasnya. Namun Harman (22), nampaknya rela melepas sorbannya untuk membantu orang lain. Meski awalnya sangat takut untuk melepas sorban, ia nekat melepas sorban untuk membantu menyelamatkan hidup seorang balita yang tengah mengalami kecelakaan di depan rumahnya.
Harman Sigh mengatakan "Saya mendengar suara tabrakan di depan rumah. Saya keluar dan saya melihat ada seorang anak tergeletak dengan kepala berdarah. Ibunya mencoba menahan darah agar tak keluar dari kepalanya dengan tangan. Namun, darahnya tak kunjung reda. Saat itu, saya melepas sorban saya untuk menahan darah dari kepalanya hingga ambulan datang." "Yang ada di pikiran saya saat itu adalah bagaimana saya menolong anak tersebut. Saya berpikir sorban
saya sangat penting dan sakral, namun nyawa anak itu juga lebih penting. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Yakni menolong sesama tanpa pamrih." Tambah pria 22 tahun tersebut.
Menurutnya, sorban yang dikenakan oleh prajurit
sikh sendiri dianjurkan untuk digunakan membantu
orang lain yang terluka atau seorang wanita yang
memerlukan penutup badan di waktu ia tak memiliki pakaian. Jadi, ia hanya melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Atas apa yang dilakukannya, Harman telah mendapatkan banyak pujian atas kebaikannya. Bahkan, ia mendapatkan pujian dan apresiasi baik dari komunitas sikh di India. Apa yang dilakukan Harman telah mengajarkan kepada kita semua untuk menolong orang lain tanpa pamrih.
Peristiwa berawal ketika ia sedang menikmati
makan siang. Sebelumnya, ia berkunjung ke Nepal
karena mendengar bahwa seorang wanita tengah
mencari anaknya di panti asuhan tersebut. Ishwor
sendiri baru saja datang dari Australia. Di Australia,
ia mendapatkan beasiswa di Pulteney Grammar School di Adelai sejak satu tahun yang lalu.
Ishwor lalu meminta semua anak dan orang di
dalam gedung untuk keluar dan mencari tempat
yang aman. Menurut Ishwor, guncangan bumi
semakin kencang. Ia mengatakan "Saat gempa,
anak-anak terlihat panik dan mulai berteriak serta panik. Saya mencoba menenangkannya dan
membawa mereka ke tempat yang aman yakni di
sebuah lapangan.
Tidak hanya membawa anak-anak ke lapangan,
Ishwor juga menyuruh anak-anak berada di lapangan dan ia membuat tenda penampungan sementara menggunakan plastik. Setelah gempa reda, Ishwor mengajak anak-anak yang berusia 4 - 16 tahun ke sebuah gereja setempat untuk mendapatkan perlindungan sementara. Apa yang dilakukan Ishwor telah menjadi inspirasi dan dikatakan sebagai perbuatan yang sangat mulia.
Menurut beberapa pengasuhnya, sejak kecil
Ishwor memang dikenal sebagai anak yang
bertanggung jawab, cerdas dan berhati mulia.
Saat ini, ia bersama teman-teman dari Pulteney
Grammar School sedang berusaha mengumpulkan
dana untuk membangun kembali gedung panti
asuhan yang luluh lantah karena gempa.
Badut akan merelakan dirinya berbuat bodoh atau
mempermalukan diri sendiri untuk memancing tawa, harapan dan memotivasi setiap orang saat mereka berada di situasi yang sulit. Menyadarkan setiap orang yang sedang bersedih bahwa akan selalu ada hari yang buruk di dalam kehidupan, namun jangan pernah melupakan bahwa hari yang indah juga akan selalu menyertai setiap usaha yang Anda lakukan.
Badut mungkin bukan profesi yang menghasilkan
banyak uang atau bisa membuatnya kaya, namun
hal ini tidak menghalangi Chula untuk tetap menjadi badut. Ia justru merasa sangat bebas
mengekspresikan diri lewat mimik wajah dan
gerakan-gerakan lucu daripada sekedar berkata- kata. Chula justru puas saat orang bisa tertawa dan menampilkan sisi cantik dan tampan mereka. Ia jadi lebih berarti dengan melakukan apa yang ia suka. Begitu juga dengan setiap orang, mereka perlu menemukan impian dan harapan mereka sendiri untuk bisa bahagia. Menghibur bukanlah hal yang mudah, namun seringkali orang meremehkannya. Setiap profesi memiliki peran penting tersendiri di dalam kehidupan
Namun, bila pun itu yang mereka terima, maka
dengan segenap jiwa raga, ia akan melakukan
apapun yang terbaik untuk anaknya selama mereka masih hidup. Seorang ibu yang sudah tua di China, Peng Weimei, dengan terpaksa mengurung anaknya, Peng Weiqing, di dalam tempat seperti kandang besi, selama 40 tahun. Tidak, dia bukan kejam. Karena hanya ini yang bisa ia lakukan demi melindungi anaknya menyakiti diri sendiri.
Sejak kecil, Weiqing sering sekali mengalami
penyakit dan demam tinggi. Hal inilah yang
membuat kerusakan otak pada dirinya terjadi. Sejak saat itu, Weiqing tak sama seperti anak lainnya. Weiqing seperti anak yang mengidap epilepsi dan bisa menyakiti dirinya sendiri. Takut anaknya akan berbuat nekat, Weimei pun
menempatkan sang anak di dalam tempat yang
mirip dengan kandang berjeruji besi. Lewat jeruji itu, Weimei memberinya makan dan merawatnya.
Weimei juga tak ingin memperlakukan anaknya
seperti itu, namun apa daya kondisi sang anak tak memungkinkan. "Dia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri," ujarnya.
Selain itu, biaya pengobatan yang begitu mahal
untuk dicapai, membuat Weimei dan suaminya tak
punya pilihan lain. Daripada mengambil resiko, lebih baik anaknya ditempatkan di dalam boks besi itu. "Saat masih muda, dia seringkali terluka oleh pisau dan pecahan kaca. Bahkan saat dia berjalan, dia bisa tiba-tiba jatuh dan mukanya kena duluan,
sehingga ia berdarah," cerita Weimei. Tak terasa, hal ini sudah berlangsung selama 40 tahun, dan itu tidaklah sebentar. Hampir setiap saat, sebagai seorang ibu, Weimei berpikir keras bagaimana nasib anaknya bila ia sudah tiada nanti. Ia tak keberatan mengasuh Weiqing selama ia
mampu, meski kondisinya tak sempurna. "Dia harus mengenalku, meski ia mungkin tak tahu artinya 'ibu', Dia tetap anakku yang berusia 48 tahun," ujar Weimei.
Sang suami sudah lama meninggal mendahuluinya
dan Weimei sendiri berusia 80 tahun sekarang.
Setiap membayangkan maut bisa menjemput dirinya kapanpun, Weimei meneteskan air mata
membayangkan nasib anaknya. Ia berharap ada
seseorang yang akan merawat Weiqing. Sungguh sebuah ketulusan cinta ibu yang mulia dan tidak mudah dilakukan oleh semua orang. Semoga
dengan tersiarnya kabar ini, ada hati yang terketuk
dan bersedia memberikan bantuan pada keduanya.
bagus, biasanya aku berikan pada orang lain.
Sedekah tidak harus berupa uang yang banyak,
begitu kata ayah. Sedekah tidak akan membuat kita miskin, karena rezeki selalu datang pada siapapun yang mau membantu orang lain.
Sayangnya, kebiasaan bersedekah ini mulai jarang
kulakukan sejak kuliah. Jauh dari orang tua
membuatku sedikit melupakan hal-hal seperti
sedekah atau makan teratur. Empat tahun kuliah
aku habiskan untuk belajar dan menambah teman.
Jujur, aku lupa bersedekah dan hanya berpikir bahwa masa depan bisa diraih asal punya banyak
ilmu dan teman. Setelah lulus kuliah, aku memutuskan untuk tetap tinggal di kota besar, karena kesempatan kerja bisa lebih luas. Berbulan-bulan lulus kuliah dengan nilai IPK tinggi, nyatanya aku belum juga bekerja. Ada beberapa panggilan kerja, namun hanya sampai tes tertulis saja. Jujur, aku mulai mencemaskan bagaimana nasibku jika berbulan-bulan di kota orang tanpa penghasilan.
Semua cara aku lakukan, mulai dari mengirim
lamaran dengan berbagai teknik, menguasai
wawancara dan sebagainya, namun belum juga
kudengar kabar menggembirakan. Sebagai anak,
saya tahu bahwa orang tua juga berharap agar aku
cepat bekerja dan punya penghasilan sendiri. Dalam kegelisahan hati yang tidak menentu, aku
menelepon ayah dan menceritakan kondisiku.
Seperti biasa, ayah selalu memintaku untuk
bersabar, kadang menunggu akan memberi hasil
terbaik pada akhirnya. Tanpa kusadari, ayah
menanyakan satu hal yang selama ini aku lupakan. "Jangan lupa berdoa dan sedekah, nduk. Ayah dan
ibu selalu mendoakanmu dari sini," begitu kata
ayah. Satu kalimat yang membuat hatiku terasa mencair. Entah kenapa, pada saat itu aku menangis. Aku lupa bahwa sesuatu yang kecil itu sudah lama aku lupakan. Selama ini aku menutup mata bahwa ada perkampungan kumuh tidak jauh dari rumah kosku. Sepertinya aku terlalu memikirkan hidup hemat, sehingga lupa bersedekah. Tidak perlu waktu lama, aku mengumpulkan uang yang tersisa dan membelikan beberapa kilogram beras. Saya tahu bahwa beras adalah kebutuhan pokok yang pasti diidam-idamkan masyarakat yang hanya makan nasi aking setiap hari. Ada rasa bahagia yang sangat besar ketika saya membagikan beberapa bungkus beras itu pada masyarakat di sekitar tempat kos. Saat melihat senyum-senyum mengembang di bibir mereka, seperti ada kekuatan baru yang membuatku untuk optimis dan ikhlas. Inilah kenikmatan berbagi, saat apa yang kita miliki bisa membahagiakan orang lain.
Aku pun tidak menghitung berapa nominal yang
keluar, namun hati ini sangat lega. Lalu keajaiban itu terjadi. Hanya beberapa hari setelah aku
bersedekah, aku menerima beberapa panggilan
kerja. Satu persatu tes aku lakukan dengan hati
yang lebih tenang. Sekitar dua minggu kemudian, empat perusahaan menerimaku bekerja. Jujur, aku sampai bingung harus memilih yang mana. Tapi keputusan tetap harus mengambil salah satu dari empat perusahaan yang menawarkan masa depan untukku. Saat aku ceritakan hal ini pada teman-teman, ada yang bilang bisa jadi keajaiban sedekah, ada juga yang bilang mungkin kebetulan saja. Namun saya percaya bahwa keajaiban sedekah itu ada, karena saya bukan manusia yang percaya kebetulan, karena semua hal pasti sudah
direncanakan oleh Yang Maha Kuasa.