It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Nama tokoh dan lokasi cerita hanyalah kebetulan dan tidak ada unsur kesengajaan dari cerita fiksi berikut ini.
Namaku Kristo Rinaldi Reksodiwiryo
Laju mobil kupacu dari rumah kontrakan di daerah sadang-serang (SD-Serang tidak ada hubungan dengan sekolah dasar, itu hanya cara penulisan oleh angkot jurusan sd-serang : caringin). Sekarang aku menuju simpang dago dan laju itu terhenti oleh pasar tumpah di pagi hari itu.
Beringsut dan beringsut, sedikit demi sedikit.
Keluar dari simpang dago itu, laju mobilku kembali terhenti oleh macetnya di depan kampus Unikom dan beberapa universitas swasta di Dipati Ukur (DU).
Tidak ada lancarnya hingga mencapai persimpangan Sekeloa, deretan tempat fotokopi, pemberhentian mobil travel Bandung-Jakarta, warung makan Nasi Kuning serta Kupat Tahu.
Riuhnya pemandangan rutin hari demi-hari yang sanggup membuatku tetap bersemangat meski macet begini.
Biasanya konsentrasiku pecah oleh rintihan nada dering HP berisi panggilan dari Fiola seorang teman kuliahku.
Fiola anak Bogor yang mencoba peruntungan kuliah di kota Bandung ini. Oh iya, aku malah belum sempat memperkenalkan diri, namaku Kristo Rinaldi Reksodiwiryo.
"Tuan Reksodiwiryo sudah dimana nih ?" tanya yang tidak berujung dari Fiola
"Tuan ? preeetttt...... bisa saja kamu ! udah lepas dari simpang dago nih ? hebat bila kamu ga nelpon aku barang sehari saja !" jawabku
"Pulsa aku banyak gini, jadi ga ada salahnya ganggu HP kamu" balas Fiola sekenanya.
"Betul itu, karena dah berapa orang kamu lobby untuk berpartisipasi mendonasikan pulsa" aku juga membalas sikap santai Fiola.
"hahah bukannya kamu yang beliin aku pulsa kemaren ? pura-pura lupa ya ?" tanya Fiola
aku malah tertawa dengan jawaban Fiola seraya berkata .... "Nyonya, maaf ya ! nih aku mau masuk jalan Surapati ! bersiap dengan kemacetan yang lain" kataku berstrategi untuk mengakhiri pembicaraan.
Ya..... di ujung jalan Surapati itu, disanalah kampusku berada.
Sebuah kampus universitas swasta di kota Bandung. Untuk anak yang IQ nya pas-pasan ga mungkin juga di Bandung ini aku masuk kampus teknik berlambang gajah itu !
Jadi aku cukup bahagia saja kuliah disini.
"Aku dah lokasi parkir, sabaaarrr dulu ah" jawabku di HP untuk Fiola
"cepatan dong ah Kris ! sebentar lagi bapak itu dah masuk kelas ! urung deh mendapat jawaban" keluh-kesah Fiola
"jawaban dari siapa ? dari dia ?" tanyaku
"sopan dikit napa ? jangan dia-dia ! bagaimanapun bapak itu dosen kita" kalimat dari Fiola
"iya maksudku bapak itu" jawabku
"bawel kamu ah ! cepetan" permintaan Fiola
Cewek yang aneh ! dia yang kesulitan mengerjain tugas, ngapain aku yang harus menemani dia menghadap dosen itu ?
Sehingga pas ketemu Fiola, aku benaran bertanya : "rasanya kamu bisa sendiri bertanya pada dia, tanpa harus memompa jantungku ! kalo tadi kecelakaan apa kamu tanggung jawab ?" kataku sekedarnya
"kecelakaan bisa direnofasi, operasi plastik ! maka kamu jadi perawan kembali" jawab Fiola hahahhh kampret juga mulutnya, hatiku ciut mendengar guyonan cewek manis itu.
Sampailah kami di depan kantor bapak dosen itu
"pagi pak, kami mau bertanya tentang tugas" kata Fiola
"maksud kamu itu tugas dari saya ?" tanya pak dosen itu
"bukan pak, tugas dari bu dosen yang ngajar Fisika Material" kata Fiola
"bukan tugas dari saya, ka....lian tanya sama saya ? ini saya mau siap-siap mau ngajar" jawab pak dosen itu ragu-ragu
meskipun demikian, dia mengizinkan kami duduk dan dia menerangkan pada Fiola dengan cekatan dan jelas hingga Fiola mengerti. Tak sedikitpun mata dosen itu menatap wajahku. Biar saja !
oh ya nama Dosen itu Ahrul Zakaria, berumur sekitar 37 tahun, tidak terlalu tinggi hanya sekitar 165 cm dengan berat badan sekitar 58 kg. Seorang dosen sederhana tidak menonjol dan tidak terkenal di kampus ini.
Kulitnya bersih, tidak terlalu putih karena dia melayu asli, rambutnya ikal, dan kumis tipis menghiasi bibir yang bebas dari asap rokok.
Masih mengucap syukur, karena aku memiliki tubuh yang jauh lebih baik dari dosen itu.
Tinggiku 174 cm dan berat badanku 70 kg, kulitku dan penampilanku bisa diandalkan sebagai gandengan yang bisa dipamer-pamerkan oleh cewek.
Sebelum pak dosen itu berlalu, aku sekedar menyapa
"Pak jadwal kita hari ini ga berubah ! masih jam 13" sergahku
"iya Kristo, ga perlu diingatkan ! saya tidak lupa !" kata dia sambil berlalu
"naaahhhh lo ! ga enak ya dicuekin ! pagi ini aku hanya sekedar ingin lihat, apa pak dosen kita itu masih mau berkomunikasi dengan ketua angkatan ?" keterangan Fiola
"ternyata tidak ! ga masalah itu, masih banyak dosen lain yang lebih baik dari dia" aku menjawab
Saat kami meninggalkan ruang dosen itu, munculah si Didin yang tidak kalah paniknya. Teman sekelasku yang ini perfek sekali ga mau kalah dari anak pendatang, merasa sebagai putra daerah, dia ingin memiliki IPK yang selalu unggul dari anak-anak seperti kami yang datang dari jakarta, tanggerang, bekasi, dan bogor.
"Ya Allah, pak Ahrulnya dah pergi ?" tanya Didin dan dia tampak begitu hopeless
"sudah ! jangan panik gitu napa ! nih aku dah dapat cara jawab tugas dari ibu itu" kataku
"ah seriusan Kris ? kamu itu ternyata benaran si kasep penyelamat kelas !" kata Didin
Kami ga menanggapi perkataan Didin, dan Fiola kembali mencecar bagian evaluasi diri mengapa dan ada apa dengan perubahan sikap pak Ahrul.
"terakhir ku lihat kamu, Rahman, dan Erick memutuskan untuk kumpul dengan anak baru, padahal pak Ahrul minta waktunya yang terpakai oleh libur Idhul Adha kemaren" kata Fiola
"Kamu memutuskan tanpa diskusi kelas dengan kami ?" desak Didin
"lah di kampus lain, kalo libur ya libur ! saat jam ngajar lagi, topik bisalah dipadatkan, satu pertemuan dengan kapasitas bahannya untuk dua kali pertemuan" jawabku
"Kris...Kris... anak borju ! kamu harus tau bahwa sekali pertemuan itu adalah gaji yang diharap dosen kita, kamu ga merasa sih bagaimana perjuangan dapat gaji, karena kamu borju" kata Didin sambil berlalu dengan sindiran.
Aku dan Fiola terdiam, aku ga terbebani apapun pendapat pak dosen itu dan si Didin itu.
Namun Fiola cukup terusik dan masih memikirkan perkataan Didin dan perubahan sikap pak Ahrul.
Selesai makan siang, aku membantu memasangkan perangkat bahan ajar yang dibutuhkan oleh pak dosen itu. aat itulah datang mamang kantin nasi Timbel menagih dosen itu.
"Maaf Pak, tadi den Tedi, neng Ratih, den Kris, serta neng Fiola makan atas nama panitia malam inogurasi" kata mamang itu
pak dosen itu terpana
dia menjawab
"mang, pembentukkan tim itu difasilitas Fakultas, tapi pengurusan hingga pementasan sudah ditransfer uangnya ke rekening ketua pelaksana" kata dosen itu
"uuuu pak, si dodol ketua itu kalo dapat uang digadaikannya dulu untuk permak sepeda motor butut" sorak anak-anak
"oh... saya ga tau itu ! jadi berapa semua makan siang mereka mang ?" tanya pak dosen itu
"50 rebu pak" jawab mamang penjual nasi Timbel itu
Pak dosen itu membukakan dompetnya
... dia termenung ...
terlihat hanya ada satu lembar uang bewarna biru yaitu uang 50 ribu dalam dompetnya.
dengan tidak bersemangat, pak dosen itu memberikan uang itu.
akhir perkuliahan, kami berhamburan ke pelataran gaul utuk ketemu anak-anak sekampus ini ala mahasiswa batulah, seenaknya, seekonomis mungkin.
"wah mudah amat dapat gratisan makan siang yang mengenyangkan di kampus itu" kegembiraan dari Teddi
"yoi ga Kris ?" kata dia lagi
kami terdiam
"yoi ga Kris ?" dia mengulang
'karena kalian dah makan, ya yoi saja lah Kris ! susah amat" sorak Didin.... dummmmmmm
lagi-lagi aku mendengarkan sindiran halus dari Didin
"kami ga tau lagi Din, bahwa untuk hari ini dan seterusnya, dana sudah di ketua panitia" bela dari Fiola
"kalo ga tau, harusnya kalian dong inisiatif membayar tagihan nasi Timbel tadi" kata Didin lagi
"hemmm iya juga ya, yaaahhh tapi kitakan masih muda, masih butuh gratisan" kata Teddi
"iya, tapi sekarang kamu ga bisa gratis saja nebeng dengan mobilku, sekarang kamu yang menyetir, aku yang santai" kataku
"walah, Teddi kan mau ikut mobilku?" tanya Fiola heran
"ga deh Fiola, sore ini aku mau JJS sama Kris" tolak Teddi
Tak disangka, di perempatan Pahlawan, aku melihat pak dosen itu mengguncang-guncang motornya yang ga ma berjalan lagi.
Seketika Teddi berkata :
"Kris, napa tuh ? itu motor habis bensin ! percuma saja dosen, beli bensin saja ga bisa" kata Teddi
aku terdiam
"napa kamu diam begitu ?" Teddi heran
"Pelanin jalan mobil !" perintahku
"ya aku malah pengen lakuin seperti ini" tiba-tiba Teddi ada ide. Terlihat setelah itu Teddi malah berhenti di samping motor pak dosen itu seraya berkata
"habis bensin ya Pak ?" kata dia
Pak dosen itu diam
"Beli dong bensin Pak" saran Teddi
Pak dosen itu bertambah diam tanpa pernah ada keberanian untuk melihat wajahku yang terlalu charmy ini................
POV Pak Dosen :
Sore ini saya apes sekali, hanya selembar uang 50 ribu di dompet telah melayang untuk makan siang pelaksana malam inogurasi anak baru. Saya baru sadar, bahwa bensin motor juga dah mau habis. Biasanya kalau motor jadi berhenti mendadak oleh kurang bensin, dengan menguncang-guncang motor, maka sisa bensin akan sanggup menggerakkan bensin.
Namun tidak untuk hari ini.... motor kesayangan ini memilih untuk berhenti benaran.
Mana tadi bertemu Tn Raden Kristo Rinaldi Reksodiwiryo lagi dengan body guardnya. Begitu saya dengar dari teman-temannya yang manggil-manggil Tuan... Tuan. Si bodyguardnya yaitu si Teddi yang tidak bear sama sekali. Kalo Teddy bear itu chubby, baik hati, dan menyenangkan serta disayang anak-anak.
Untung ada Rahman dan Erick yang bersedia mencari dan membeli bensin meski oplosan ga apa lah, yang penting motor saya bisa jalan lagi.
Rahman dan Erick meski tidak sekaliber Tn raden borju dari jakarta itu, namun tidak pernah menyusahkan, dan terkesan mandiri menyelesaikan masalah kuliah, dan saat ini mampu mencari solusi bagaimana motor saya bisa jalan lagi.
Ada kesalahan sikap yang saya tunjukkan, entahlah ! baru kali ini saya terlihat lemah oleh pesona Tn Raden itu. Harusnya aku bersikap adil pada setiap mahasiswa. Syukurnyanya, belum ada mahasiswa lain yang beranggapan saya perhatian dengan berlebih untuk si Tn Raden itu.
Ya Tuhan .... jika Kris jadi akrab dengan Teddi apa salahnya ? wajar dan sangat wajar sekali
sungguh tidak wajar jika saya juga terlihat akrab dengan Kris ! Yang benarnya, saya bisa jaga jarak dengan semua ini. Dari segala segi, kondisi Kris jauh berbeda dari saya. Besar sekali pengaruh kehadiran Teddi, untuk saya membuka mata dan sadar diri.
Karena ini pengalaman pertama bagi saya yang telah berani membuka hati untuk orang lain maka inipun akan menjadi terasa sulit. Namun saya akan mencoba mencari cara yang terbaik untuk semua pihak.
BERSAMBUNG ...
Selamat datang ko @Tsunami, mbak @Wita, dan bro @cute_inuyasha
Hari itu hari Jum'at. Rumah kontrakanku kedatangan dua kawan sepermainan SMP dan SMA di Ciledug dulu.
Dua kawan ini juga tidak beruntung seperti diriku. Mereka keterima di Universitas swasta sebelah kami.
Kampus mereka menawarkan bidang ilmu Administrasi dan Sastra.
Terlihat badan temanku ini agak berkeringat meski hari masih pagi yang sungguh sejuk di sd-serang.
"akhirnya wa tapaki juga rumah kontrakan elo Kris" kata salah seorangnya yang disapa dengan Jintan.
"iya nih sungguh OH dan besar amat nih rumah ! elo sadar ga kalo elo itu sendiri" tanya dia lagi sedangkan yang satunya lagi lebih kalem sambil cengar-cengir. Kalo yang ini nama akrabnya LeMong.
"adoh Kris, jauh amir nih rumah ! di depan dikit napa ? tuh Tubagus Ismail lebih OK sepertinya" protes Jintan
"aku ada mobil, ga masalah sih" jawabku datar
"ga masalah apa, kami saja yang naik angkot serasa pegel, apa lagi yang nyetir" balas Jintan
"oh kalian naik angkot ? banyak ojek loh di simpang Tubagus atau naik Taxi yang berseliweran di depan pasar simpang" saranku
"Ini masih pagi keles, mana ada yang gitu-gituan. Adanya mereka masih tidur habis begadang taruhan bola" jawab si LeMong
"Oh ya masih pagi, hahah, aku juga baru sadar taruhan bola di Bandung ini segini amat ya ! mau dikasih makan apa itu ya anak istri?" tanggapanku
"tanya aja ke si pelaku taruhan, ngapain elo tanya pada kami" protes si Jintan yang tidak pernah menjadi Jantan
"sekiranya kalian tau ! ya baiklah kita akhiri talking ini. Sekarang kita mau ngapain nih" desakku
"terserah sih ! kami fine-fine saja ! apa elo cukup kuat untuk memuaskan kami berdua ?" canda si Jintan
"wahahh hahahh, kalian telat sih, coba datangnya malam ! karena sudah pagi, maka jam gituan dah dilarang" jawabku.
"Jadi bisa gituan ? manfaatin rumah sebesar ini dunk ! tapi awas aja , ada yang laporin mama" peringatan dari LeMong.
"hemm... bukanlah Mong ! mamaku terlalu banyak even di Bandung ! jadi aku akan selalu terpantau. Lagian ini karena rumah salah satu rekan bisnis mama dengan harga sewa rumah yang lebih murah dibandingkan rumah lain ! jadi intinya mereka menjalin bisnis yang saling menguntungkan" infoku untuk mereka.
"Lapar sih ! namun ga yakin ada makanan tuh dalam kulkas" pancing si Jintan
"Lapar ? beli dong ! tuh banyak penjual nasi Kuning" saranku
"Tn diningrat ini ya, tolonglah membagi sedikit kelimpahan hartanya" hinaan dari Jintan
"Harta itu diperoleh dengan bisnis yang ga mudah, jadi harta bukan untuk dibagi-bagi" keterangan dariku
Akhirnya kupersilahkan mereka menikmati keinginan mereka untuk main games 3D ataupun main musik. Satu jam kemudian, LeMong ke dapur membuka kulkas. Melihat bahan-bahan apa yang tersisa di dalamnya.
LeMong merebus pasta dengan saos bumbu instan. Namun demikian LeMong terlihat mengiris tomat segar, daun kemangi dan daun bawang serta serbuk udang kecil ala Indonesia. Sehingga aku perkirakan pasta ini ga akan rasa Italy banget ada sentuhan rasa Inonesia. Sementara itu Jinta masih asik dengan Games nya sedangkan aku asik bertelponan dengan mama.
Setelah makan, LeMong merasa badannya beraroma daun bawang, wahahah sehingga dia minta izin bersih-bersih di kamar mandi dan berganti pakaian dengan pakaianku dalam lemari. Demikian juga halnya dengan Jintan yang merasa gerah setelah memenangkan beberapa seri di Games itu. Terakhir, aku juga bersih-bersih diri bukan berarti gerah melihat tingkah mereka, hahah bukan, kerena ini hari Jum'at kami mau sholat Jum'at di Kampus ntar.
Karena kampus mereka sebelah kami, maka kami putuskan sholat di mesjid kampus kami saja
Bersamaan kami menyusuri jalan menuju mesjid kampus, aku dihadapkan dengan pemandangan seorang dosen yang ga bisa dibilang muda tapi ga bisa juga dibilang tua. Rambutnya dipotong rapi dan cepak, pake baju batik dominan putih dengan motif daun bewarna merah-jingga dengan celana jeans warna hitam. Baju batik itu terkesan beda sekali dengan kemeja lengan panjang. Lebih santai, lebih fresh, dan lebih sporty.
Kami terpana dan berharap bapak itu mau tersenyum ikhlas di hari Jum'at
Namun senyum itu tidak ada, wajahnya datar tanpa ekspresi.
Kemudian dosen itu berlalu pada lokasi wudhuk sebelah kanan, kami berwudhuk di sebelah kiri.
Setelah itu kamu menuju dalam mesjid, ketemu lagi dengan dosen itu.
Sekarang dia pake peci warna hitam polos, wajahnya kelihatan jadi tambah cakep dan bersih dari biasanya ketika dia pakai kemeja lengan panjang yang formil. Tubuhnya yang jauh dari gemuk terkesan ringan dan lugas. Dhuggggsssss aku memalingkan wajah, ketika dia dengan tidak mau kenal memilih duduk di sebelah kanan dinding yang berjendela dalam mesjid itu.
Kami terdiam
beberapa saat kemudian, Jintan membuka suara
"Itu dosen elo ? cakep banget ya ! sederhana, ga banyak tingkah, jauh dari kesan pamer" bisik Jintan
"Bukan, aku ga kenal dia" kataku ngeles
"masa ? tuh dia duduk di samping Rahman, sambil senyum-senyum, wa kenal sama si Rahman teman elo itu dekat kostan dengan wa" protes LeMong
"Au... Ah.... brisik ! dah mau azan, dilarang bicara" saranku
"uh elo aneh ! panas ya ? sama Rahman dia senyum, sama elo dia datar ! siapa sih yang ketua angkatan ?" goda Jintan
"Sudah..... benaran dah mau azan, tolong diam" paksaku
"Siap boss" persetujuan dari mereka
"gitu dong ! sibuk ngurus orang aja kerjaan kalian" kataku
Selesai sholat itu, kami berpisah. Jintan dan LeMong segera cabut ke kampus mereka dari jalan belakang mesjid. Aku menuju kelas yang akan belajar lagi dengan bapak yang satu itu yang entah kapan bisa pergi dalam benakku. Ga ada apa yang semuran yang lebih lucu-lucunya dibandingin dia
Aku sengaja ngulur waktu, biar masuk pas ! ga usah ketawa-ketiwi dengan anak-anak yang pro sama bapak itu.
Treetttt HP ku bergetar hmmm Teddi dan ku angkat panggilan itu
"dah terima foeward dari ku, ada foto si bapak kere yang lagi sholat di mesjid. Foto itu dari Erick sih yang juga dapat dari Rahman katanya cakep juga" info dari Teddi dari Lokal B, aku adalah anak Lokal A
"emang cakep kok, aku lihat sendiri" jawabku
"kok gitu sih Kris ? maksud kamu apa ?" tanya Teddi
"benaran cakep ! untuk pakaian seperti urusan ke mesjid dan urusan yang sederhana ! terus apa itu ada hubungannya dengan kamu ? santai Ted, bukan urusanmu usil pada hal sepele gini" saranku
Tuuunggg..... HP dimatikan si Teddi, syukurlah..... ga usah nelpon lagi sekalian
Anak-anak pada berbisik terutama yang cewek, merasa dapat angin, apa lagilah. Mendapati dosen yang masih membujang, dah ada karir, tidak genit, tidak banyak tingkah, sederhana, yang penting dengan perhatian si dosen mereka bisa belajar dengan mudah untuk topik yang berat dengan penjelasan yang bisa didapat kapanpun mengingat si dosen itu ga akan bisa dibeli dengan uang.
Masuklah si dosen masih dengan tanpa ekspresi. Anak-anak senyum lebar melihat foto yang diunjuk Rahman adalah benar. Siang ini dosen itu cakep sekali, ga ganteng sih, namun enak dipandang.
Dia menerangkan agak terstruktur, tidak seperti biasa lebih ke pengertian konsep, karena saat kemaren waktu masih banyak, sekarang dua topik dijadikan satu pertemuan.
"Maafkan saya ya, hari ini kita agak serius. Ini mau kalian, saya minta dicariin waktu tambahan karena terpotong libur nasional, kalian malah memilih kumpul-kumpul yang ga berguna dengan anak baru" keterangan dari dosen ini
Wajah anak-anak mulai berkeringat, setelah itu barulah aku sadar bahwa memang tidak enak belajar diburu-buru waktu gini, mana mau UAS lagi.
Tapi konsep santai dan happy gathering, aku juga sangat mendukung itu. Terserah kepada penilaian bapak itu. Kalau dia kecewa dengan sikapku ya itu tu terserah dia.
Aku ga pernah minta dia untuk memuji ataupun kecewa dengan diriku.
Ini salah siapa ? Yang terbaik memang begini, harus datar dan harus ada jarak dengan dosen. Tetapi kalau kita desak dan kita minta, dosen ini juga akan melemah. Dua tahun kami kenal dia, kami kira-kira mengerti tabiatnya. Ga sulit-sulit amat berurusan dengan orang baik.
Mobil dijalanin oleh Teddi dan diberhentikannya lagi dan kembali berkata, aku bengong, ngapain sih bocah ini
"Sudah baik ya pak motornya ! sediain uang donk pak untuk beli bensin, biar ga mogok" kata Teddi
kali ini pak dosen itu membalas dengan santun
"kemaren saya ga bawa uang cash yang cukup, hanya selembar, dan itu kamu makan tanpa permisi" kata dia
"bukan aku saja keles, yang lain juga" kata Teddi
"iya, tapi yang lain ga pernah dua kali menghina saya untuk beli-beli bensin" jawab dosen itu
Teddi kehabisan kata-kata
"Tulari perbuatan baik pada kawan, jangan tulari sikap malas seperti yang kamu lihat di kampus ini" kata pak dosen itu sambil berlalu dengan motornya
Aku termenung
Teddi emang malas, tapi pak dosen itu juga menganggap aku sekarang jadi pemalas ? emang iya aku pemalas !, ga ada hubungan dengan dia kan ? oh bingung, apa dia berasumsi jika aku malas aku akan tidak sukses ?
hmmm bukan begitu juga, setiap orang tua pasti ingin melihat anaknya semangat dan belajar dari hidup, untuk masa depan yang sungguh sangat keras pada 20 tahun ke depan.
"Aku stop disini ya Kris, mau ketemu sama teman-teman dulu" Teddi ke luar mobil untuk berhenti nyetir, dan sekarang aku yang nyetir mobilku sendiri. Teddi kemudian masuk dalam sebuah caffee-book yang sangat digemari oleh anak gaul yang borju di Bandung. Kami bisa baca komik, minum kopi, sosialisasi, ngincar gebetan, atau kenalan dengan teman untuk membuka bisnis apa saja ala mahasiswa.
Teddi mengerti, sekarang bukan waktuku untuk leha-leha, jum'at ini aku harus balik ke Jakarta ke rumah orang tua. Papaku ada Sabtu dan Minggu ini. Sepupuku Cika dan dua teman grup cewek manis ikut mobil menuju Jakarta
Hanya sebentar aku di rumah kontrakkan berberes terutama urusan dengan si bapak dosen yang kere itu. Aku call dia, sepertinya dia akan menjawab call kalo weekend gini
treeettt...... treeettttt
ga ada jawaban
treeettt...... treeettttt
masih ga ada jawaban
Ya sudah...... kalo ga mau jawab. Aku bersegera menjemput sepupuku itu dan temannya, terus kami langsung menuju Pasteur untuk menyusuri jalan Toll ke arah Jakarta.
Hatiku masih geram, masih terasa panas dingin
...POV Pak dosen yang bernama Ahrul...
Malam ini adalah kali ke dua panggilan dari Kristo si Tn Raden Borju
Tadi sore, saya lagi mandi saat dia menelpon, jadi bukan menolak panggilan kok
Saya segera menjawab panggilan itu
"Selamat malam" saya menyapa yang menelpon
"Iya, tadi kok ga diangkat call ku?" desak si Tn Raden
"Saya lagi mandi" ....
"Alasan" kata dia
"Serah lah" ....
"Kenapa Bapak datar ketika ketemu dengan aku ? harusnya aku yang datar ! tuntutan usia yang dinamis. Bosan dengan yang tua ngelongso" hentakan dari dia lagi
"Kamu maunya gimana ? saya harus cengengesan, ngondek, ramah-ramah. Adanya saya akan dihina orang" ....
"Aku juga sudah risih ketemu bapak, mungkin aku harus berfikir ulang untuk kuliah disini. Sebenarnya aku sedang bersama orang lain bukan bapak yang selalu memenuhi kepalaku. Coba bapak fikir mengapa aku jadi begini ?" kata dia mulai menyerempet-nyerempet
"ga perlu segitunya, bulan depan saya yang akan pindah dari kampus itu. Ada tawaran dari STIKOM. Saya tertarik mengembangkan penelitian penataan kota"..... informasi untuk dia
"bagus kalau gitu, jangan tebar pesona lagi, jangan cari perhatian ! ingat umur" kata dia dengan sangat kurang ajar
"tidak, saya ga pernah begitu !, kamu saja yang beranggapan ! sudah waktunya saya mencari Istri yang soleha" ... hantaman untuk dia
diam.... suasana hening, entah apa yang difikirnya ....
dan kemudian HP dimatikannya
masih tercetak nama dia si Kristo R Reksodiwiryo dengan panggilannya yang di OFF kan di layar HP.
Ada air mata yang menetes di atas monitor HP itu, titik demi titik buliran hangat itu menetes.
diiringi sayup-sayup alunan lagu dari laptopku, mengapa kamu hadir di kampus itu ? mengapa saya bertemu dengan kamu ? ga adakah orang selain kamu ?
The way you look at me
No one ever saw me like you do
All the things that I could add up too
I never knew just what a smile was worth
But your eyes say everything
Without a single word
'Cause there's somethin' in the way you look at me
It's as if my heart knows
You're the missing piece
You make me believe
That there's nothing in this world I can't be
I never know what you see
But there's somethin' in the way you look at me
If I could freeze a moment to my mind
It'll be the second that you touch your lips to mine
I'd like to stop the clock make time stands still
'Cause, baby, this is just the way
I always wanna feel
'Cause there's somethin' in the way you look at me
It's as if my heart knows
You're the missing piece
You make me believe
That there's nothing in this world I can't be
I never know what you see
But there's somethin' in the way you look at me
I don't know how or why
I feel different in your eyes
All I know is it happens every time
'Cause there's somethin' in the way you look at me
It's as if my heart knows
You're the missing piece
You make me believe
That there's nothing in this world I can't be
I never know what you see
But there's somethin' in the way you look at me
The way you look at me
Berharap sih, agar dia bisa melihat saya apa adanya,
hmmmm tapi malangnya dia tidak menemukan cara untuk melihat saya.
Malam inogurasi yang ditunggu mahasiswa, tidak saya hadiri. Banyak yang bertanya-tanya, selama ini saya akrab dengan Kristo and genk, aktif menyemangati kegiatan mahasiswa, sekarang terkesan datar dan menghilang.
Dua hari setelahnya baru mereka ketahui, bahwa saya akan pindah mengajar, setelah permohonan saya ke Kopertis wilayah Jabar dikabulkan sejak bulan yang lalu. Awal bulan depan saya sudah bertugas di kampus yang lain. Seperti yang sudah saya ceritakan pada Kristo, saya ingin mengembangkan penataan kota yang dikombinas dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkait.
"Wah bapak akan lebih enak ngajar disana ! kampusnya ga terlalu besar tapi fokus ! ini kampus besar, namun besar juga jenis bidang ilmu yang dikelola" kata Erick
"Sabar, kalau mau membuat kegiatan jangan selalu berharap dana Fakultas ya, mana ada yang mau membantu kalian untuk mencairkan dana Fakultas !" info untuk mereka
"Mengapa demikian pak ?" tanya Rahman
"Audit dan Kontrolnya sangat ketat dari Yayasan" sambungan informasi untuk mereka
"Iya nih Pak, komputer untuk Himpunan saja tidak ada ! masa selalu menggunakan laptop anggota pelaksana suatu kegiatan" kata si Teddi bodyguard pemalas, maunya yang enak saja ! katanya borju
borju parah
sedangkan si Tn Raden diam tak bergeming, namun masih jelalatan memandang. Kenapa ? sadar ya ? dua minggu lagi kamu ga akan pernah melihat saya lagi.
hmmm .... tapi memang mereka harus beraktivitas dalam himpunan mahasiswa. Karena saya paham sekali ga ada pos untuk pembelian komputer atau fasilitas lain untuk kegiatan himpunan. Seharusnya mereka sudah terbiasa dengan proposal dan patang menyerah menyampari sponsor dengan kegiatan yang menarik. Namun ini mereka ga berpengalaman dan ga terlatih untuk itu. Kita kembalikan ke kualitas mahasiswanya lah yang kuliah disini.
Di rumah, saya buka-buka buku rekening tabungan, saya hitung-hitung cicilan Rumah Sederhana (RS) ini, pengeluaran perbulan yang bisa diirit, kiriman uang ke kampung yang bisa diirit. Saya teringat BEC dengan promo-promo laptop sesuai dengan aktivitas mahasiswa yang menjamur berupa produk dari Acer dan Asus seharga 4,5 Juta ke atas hingga 5 jutaan lah.
Saya tidak ada kemampuan untuk membelikan Macbook ataupun Sony VAIO. Hanya yang seharga 5 jutaan. Ini akan jadi kenang-kenangan terakhir untuk anak-anak itu. Semoga bermanfaat, dan semoga kegiatan mereka tambah maju.
Seminggu yang tersisa, saya sudah tidak mood lagi beraktivitas disana. Saya lebih memilih untuk pulang ke kampung halaman di Bengkulu. Semoga kawan-kawan mengenal dimana itu Bengkulu, masih di Sumatera yang menghadap ke Samudra Hindia. Terbayang perjalanan menuju kampung itu seperti apa dan bagaimana tanggapan orang kampung terhadap bujang lapuk yang belum kawin-kawin juga. Saya pasrah ya Tuhan. Semoga beban perasaan saya ini bisa membuang si Tn Raden jauh dari ingatan.
BERSAMBUNG ...
ko @Tsunami, mbak @Wita, dan bro @cute_inuyasha, ini lanjutannya.
Ini untuk kawan sejatiku :
@cansetya_s , @arieat , @alvaredza , @greenbubbles , @fends , @zeva_21, @boybrownis , @AlexanderAiman , @kimo_chie, @bumbellbee @haha5 , @3ll0, @pradithya69 , @Kiyomori, @Mr_Makasar, @d_cetya , @congcong , @Tsunami , @Akbar Syailendra , @rone , @rasdidin ,