It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ane butuh komentar kayak begini nih, bisa mengoreksi kekurangan yang ane punya dalam penulisan.
sebenernya ane bikin cerita ini dengan memposisikan penulis sebagai aku atau Rico, tapi sepertinya masih belum cukup membuat jiwa sebuah cerita. mungkin anenya yak yg belum pandai menuangkan isi pikiran kepala ane. nanti coba ane lihat cerita yang ente beri buat referensi.
keep staying tune ya bro dan ditunggu komentar yang membangun berikutnya.
(a big fan of CSK) @polos
Ayam jago berkokok menyambut matahari yang terbangun dari ufuk timur, menerangi gelapnya malam, mendandakan bahwa pagi sudah datang. Begitupun dengan aku juga terbangun dari tidur. Aku melihat sosok Ario yang tertidur sangat pulas, sehingga aku tidak tega untuk membangunkannya. Aku memeluknya, mencium pipi dan keningnya dan mengelus-elus rambut disekitar keningnya.
“Tahukah kamu, aku sangat beruntung mendapatkanmu. Terima kasih telah datang di kehidupanku hingga 7 tahun terakhir ini. Aku sangat menyayangimu”, teriak hatiku sambil mencium keningnya kembali.
Aku mengambil jam tanganku menunjukkan waktu pukul 5.30. Aku mengambil jam tangan yang berada di meja ujung dekat dengan lemari pakaianku. Aku ingin memastikan bahwa jam tanganku berfungsi dengan baik. Setelah aku cocokkan, jam tersebut menunjukkan waktu yang sama.
“Astaga! Mungkin semalam aku benar-benar lelah, hingga ku pikir jam tanganku rusak”. Pikirku. d
Aku pergi menjelajah rumahku, untuk melihat keadaan sahabat-sahabat Ario. Aku pergi ke kamar lain di lantai dua, aku membuka pintunya perlahan. Ternyata mereka sedang tertidur dengan pulas juga. Kemudian aku keluar dari kamar dan pergi ke teras dan berolahraga kecil. Setelah selesai, aku pergi ke lantai satu. Aku mengecek keadaan dapur, ruang tamu, teras depan, semua tertata rapih. Menurutku, rumah ini terlalu besar untuk ditinggali berdua dengan Ario. Rumah yang memiliki luas tanah 200m (10 x 20) dengan luas bangunan sebesar 150 m disetiap lantainya, setinggi 2 lantai. Rumah ini dilengkapi dengan CCTV yang dipasang disetiap sudut ruangan. Rumah ini memiliki dua kamar tidur diatas dan dua kamar tidur dibawah, sangat mubazir bukan. Biasanya aku mengganti-ganti ruang tidur di setiap malamnya. Kalau aku sedang badmood dengan Ario, kita tidur di ruang yang terpisah. Namun sudah sebulan terakhir ini aku tidur sendirian, karena Ario memiliki tugas dinas diluar kota. Memang tidak terlalu jauh dari kotaku saat ini, sehingga bisa ia tempuh menggunakan motor.
Aku bergegas menuju kamarku. Masih ku lihat tubuh Ario yang terbaring lemah karena kelelahan semalam. Karena waktu sudah pukul 06.00, akhirnya aku perlahan membangunkan Ario untuk lekas kerja hari ini. Aku berbisik sambil menggerak-gerakkan tubuhnya.
“iio sayang, ayo bangun. Kamu sudah waktunya pergi kerja, nanti kamu terlambat”, bisikku.
“Hmmm …”, jawabnya.
Aku langsung menggerak-gerakan tubuhnya lebih keras, namun ia mengunci leherku dengan tangannya, dan terbantinglah aku diatas tempat tidur, kemudian ia memelukku.
“Hari ini aku tidak bekerja. Entah sampai kapan aku bisa bekerja, tergantung dari project yang datang. Bossku akan konfirmasi ke aku jika ada pekerjaan yang memerlukan bantuanku. Aku telah menyelesaikan projectku sehingga sebulan kemarin aku tidak pulang ke rumah. Maafkan aku yah, aku meninggalkanmu sendirian Ocky”, Ario menjelaskan “Aku sangat amat merindukanmu. Dapatkah kamu cuti untuk hari ini saja, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu”.
“Tidak bisa iio, aku harus kerja hari ini. Tapi akan ku usahakan pulang lebih awal. Aku juga sangat kangen denganmu iio”, jawabku sambil memeluknya.
“ya sudah, sekarang kita bangun”, Kata Ario sambil terbangun dari tempat tidur. Lalu ia menggendongku dan membawaku ke kamar mandi “Waktunya untuk manddiiiii”.
Diturunkannya aku di sebuah bathtub, dan dinyalakan air kearahku. Basahlah seluruh pakaianku. Tapi aku senang apa yang telah ia lakukan kepadaku. kemudian ia membukakan seluruh pakaianku hingga aku bugil di dalam bathtub yang baru terisi air sedikit. Ia langsung mengambil shower yang tertempel diatas dan menyeprotkan ke seluruh tubuhku, namun aku merasa aneh diperlakukan seperti ini dan akhirnya aku minta ia berhenti. Namun ia tidak mengkhawatirkannya, dan melanjutkan aksinya menyirami seluruh tubuhku dengan air yang disemprotkan dari shower.
“Kamu yang tenang yah, biarkan aku yang membersihkanmu. Sudah lama aku tidak melakukan ini kepadamu. Mungkin terakhir kalinya saat kau berumur 22 tahun”, ujar Ario.
Aku diam tak berkutik. Ia menggosok-gosok punggungku dengan sabun, kemudian naik ke leher, lalu turun kembali ke dada, turun kembali ke pinggang, turun terus kebawah hingga ke bagian kaki. Disaat ia sedang melumuri tubuhku dengan sabun, aku langsung mengambil kendali shower dan menyeprotkannya ke Ario dan basahlah semua tubuhnya.
“Kena kau!”, teriakku dengan senang.
“Sial, pakaianku basah. Kenapa kau lakukan itu, aku sepertinya harus mandi juga”, jawabnya
“kau memang harus mandi iio”, ujarku sambil tetawa.
Ario pun melepaskan seluruh pakaiannya dan akhirnya ia ikut mandi dalam satu bathtub bersamaku. Namun ia tidak ingin aku mandikan seperti yang ia lakukan kepadaku. selepas kami mandi, kami masing-masing mengeringkan badan. Lalu aku menggunakan kostum kantorku sedangkan Ario mengganti dengan baju tidur yang lain dan kembali ke tempat tidur.
“Hey iio pemalas, hayo bangun. Lakukanlah hal lain”, suruhku sambil bercermin.
“Iya, nanti. Aku masih mengantuk”, jawab Ario.
“Dasar. Oh iya iio, aku tinggalkan handphoneku di rumah yaah untuk kamu gunakan. Nanti akan aku kabari untuk pulang cepat atau tidaknya. Jangan lupa untuk membangunkan sahabat-sahabatmu apakah bekerja atau tidak. Aku jalan duluan”, aku menjelaskan sambil mencium bibirnya sebagai tanda pamit aku pergi ke kantor.
“baik, untuk sobatku akan aku urus. Hati-hati Ocky sayang”. Jawab Ario.
Aku bergegas pergi keluar rumah untuk berjalan menuju halte. Sesampainya di halte, aku melihat jam tanganku menunjukkan waktu pukul 07.30. Sambil melihat jam, aku melilhat ada goresan di tanganku saat aku menarik lengan panjangku. Goresan tersebut adalah busik, dimana kulit kering sepertinya terjadi karena gesekkan kancing lengan.
“Tidak biasanya aku mengalami kulit kering hingga busik seperti ini. Sepertinya aku harus menggunakan handbody”, tanyaku dalam hati.
Tak lama bus pun tiba, aku langsung masuk ke dalam bus dengan cepat dan mengetapkan kartu ke mesin scan. Suasana di dalam bus tidak terlalu padat, sehingga aku masih mendapatkan tempat duduk nomor empat dari depan di sisi jalan. Namun ada beberapa bangku yang masih kosong, karena beberapa penumpang lebih memilih berdiri dibanding duduk. Laju dari bus ini juga standard. Sesekali bus melakukan rem mendadak, para penumpang di depan mengeluhkan hal itu, dan sang supir meminta maaf. Sangat berbeda sekali dengan bus yang aku naiki semalam.
Seorang wanita yang duduk dipojok dengan rok mini dan earphone di telinganya melihat ku lagi dan lagi. Aku dapat melihatnya seketika posisi wajahku berada ke depan. Ia seperti mesin scan yang memeriksa tubuh manusia, dari ujung rambut sampai kaki. Aku tidak mengerti mengapa wanita tersebut melihatku seperti itu. Akhirnya aku pergokki, dia langsung menoleh ke jendela. Tak lama dia keluar dari bangkunya dan menekan tombol berhenti di halte berikutnya. Aku masih bertanya-tanya mengapa wanita tersebut melihatku yang agak aneh, tapi yang aku tebak mungkin dia jatuh cinta pada pandangan yang pertama.
Tak lama tiba giliranku untuk turun. Aku beranjak dari tempat duduk menuju tombol berhenti yang tertempel di tiang depan. Aku langsung menekan tombol tersebut untuk berhenti di halte berikutnya. Setelah usai, aku mengetapkan kartuku dan pintu bus terbuka. Aku pun turun dan keluar dari bus. Aku langsung menengok jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 09.30, berarti sekitar 45 menit perjalanan. Aku langsung berjalan ke arah kantor sambil berfikir,
“Kondisi jalan di pagi ini dan malam tadi berbeda. Malam kemarin kondisi jalan sangat sepi, tapi sudah satu jam lamanya aku masih berada di satu tempat yang aku tidak tahu dimana tempatnya. Dan pagi ini perjalanan lebih ramai dibandingkan semalam, tapi hanya 45 menit sudah sampai. Kebanyakan dari bus yang berhenti di depan kantorku hampir semuanya lewat halte dekat rumahku, jadi peluang untuk kemungkinan salah naik bus juga kecil. Tapi mungkin tadi malam aku mendapat peluag yang kecil itu”.
Aku masuk ke Area kantor. Memasukki lobby kantor dan menuju lift untuk ke ruanganku di lantai delapan. Tak lama seorang sobatku datang menghampiriku, namanya Kevin.
“Hey Rico, apa kabarmu? Tumben kau datang agak siang. Dan kau terlihat sangat kucel pagi ini, ada masalah apa denganmu?”, Tanya Kevin.
“Kucel?”, kagetku
“Iya Co, kucel. Alias berantakan. Sepertinya kau sedang dalam masalah”, jawab Kevin
“Entahlah, sepertinya karena pagi ini aku naik bus. You know lah, mobilku masih dalam masa service, jadi dua minggu ke depan aku harus naik angkutan umum”, aku menjelaskan “sama sekali tidak ada masalah, semalam memang aku pulang larut karena aku dikejar deadline. Jadi ya, itu saja”.
“oh, kau naik bus. Sepertinya di dalam bus tersebut sangat ramai yah sehingga bisa kucel seperti itu. Atau mungkin AC-nya mati hahaha … Kenapa tidak naik taxi saja, toh tidak terlalu jauh dari rumahmu jadi cost yang dibutuhkan tidak terlalu mahal bukan?”, Tanya Kevin kembali sambil masuk ke dalam lift.
Aku pun ikut masuk ke dalam lift dan mengambil posisi paling belakang. Kevin yang masuk menekan tombol lantai delapan lalu pergi ke belakang bersamaku. Kita diam tanpa kata menunggu lift berhenti di lantai delapan. Sementara itu, aku menoleh ke kanan untuk becermin sejenak. “Astaga! Aku memang seperti orang yang berada di dalam satu masalah. Pantas saja seorang wanita melihat ku seperti mesin scan”, kagetku dalam hati.
Lift berhenti di lantai delapan. Pintu lift pun terbuka, aku dan Kevin keluar dari lift.
“Kevin, kau duluan saja. Aku mau ke toilet sejenak untuk merapihkan kekacauan yang ada di tubuhku ini”, ujarku sambil pergi ke toilet.
“Baiklah Rico”, Kevin menjawab.
Aku berlari menuju ke toilet dan langsung bercermin. Aku langsung membuka keran air, membasuh wajahku dengan air. Aku mengambil salah satu scrub dalam tasku dan megoleskannya ke wajahku. Kemudian aku basuh kembali wajahku dengan air untuk membersihkan wajahku dari scrub yang menempel.
“Terlihat lebih baik. Mungkin selama mobilku masih dalam masa service, aku akan minta Ario untuk mengantarku sampai depan halte dekat kantor saja. Ia juga belum tahu kapan ia dapat bekerja lagi. Naik bus ternyata dapat menimbulkan kekacauan”, ujarku.
Aku melihat jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 09.55, aku langsung keluar dari toilet dan berlari ke ruang finger print. Sesampainya disana aku langsung menempelkan tanganku ke mesin tersebut. “Access Denied”, mesin berbunyi seperti itu. Tanganku yang basah membuat mesin tidak bekerja dengan baik. Akupun langsung mengelap tanganku hingga kering. “Processing Successful at 09.59. Access Allowed”, mesin berbunyi.
“Syukurlah, aku masih belum terlambat. Nyaris saja”, keluhku sambil menghela nafas.
Aku masuk ke dalam ruangan dan lagi-lagi ada pesta kejutan untukku. Namun bagiku, pesta kejutan semalam adalah yang paling terindah. Kevin memintaku untuk meniupkan api yang menyala di lilin yang tertancap pada kue vanilla putih ini. Aku pun menutup mataku, dan melihat semua yang aku lihat semalam dalam gelap, kemudian aku melihat wajah Kevin, dan seluruh teman-teman kantor yang berada disana dengan doa :
“Wahai Penguasa Alam, berikanlah semua yang ada dalam pengelihatanku ini yang terbaik menurut-Mu”, kemudian akupun membuka mataku dan meniup lilin tersebut. Setelah selesai, aku pun langsung menuju ruanganku dan bekerja seperti biasanya.
Jam berputar dengan cepatnya menunjukkan waktu makan siang tiba. Aku langsung beranjak dari tempat duduk dan keluar dari ruangan menuju kafe di lantai rooftop. Aku makan siang dengan cepat lalu kembali beranjak ke ruanganku untuk segera menyelesaikan pekerjaanku karena hari ini aku harus pulang lebih awal. Sesampainya di ruanganku, waktu masih menunjukkan pukul 12.20, masih sekitar 40 menit lagi waktu istirahat akan berakhir, tapi waktu tersebut aku gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Sekitar tiga jam telah berlalu, dengan menyelesaikan pekerjaan sambil sesekali ke toilet, dan ke toilet juga ke beranjak dari duduk untuk minum, aku langsung menelpon hapeku yang kuletakkan di rumah.
“Halo, selamat sore”, kata Ario di telepon.
“Sore iio, hari ini aku bisa pulang lebih awal. Kamu jemput aku di halte dekat kantorku. Segera yah, kita pergi ke kafe tempat kita biasa”, jawabku.
“Baiklah, aku akan segera sampai sana Ocky”, kata Ario.
Aku langsung mematikan laptopku dan bergegas pergi tempat finger print dengan melewati ruangan orang-orang bekerja. Aku menyapa mereka dan mengucapkan terima kasih kembali atas apa yang telah mereka berikan di hari ulang tahunku hari ini, dan melanjutkan ke ruang finger print. Sesampainya disana, aku langsung mengetapkan jariku ke mesin scan. “Processing Successfully at 15.15. Access Allowed”, mesin berbunyi. Aku menuju lift dan turun ke lantai dasar. Aku berjalan cepat menuju lobby, dan keluar dari gedung menuju halte. Sesampainya di halte, aku sangat kaget. Disana sudah ada Ario seorang dengan motornya. Benar-benar tidak dapat dipercaya, aku baru saja menelponnya sekitar pukl 15.00 namun ia sudah sampai di halte hanya dalam waktu 15 menit. Atau mungkin bisa jadi lebih cepat tapi kemungkinannya kecil. Pikirku karena dia memang menggunakan motor ke kantorku.
“Sudah lama menunggu kah, iio?”, tanyaku.
“Baru saja Ockyku. Aku tak ingin kamu menunggu terlalu lama. Baiklah, naik ke motorku dan kenakan helmetmu”, jawab Ario.
Aku langsung naik ke motornya dan mengenakan helmet ku. Aku langsung melingkarkan tanganku diatas pinggangnya. Ario menepuk-nepuk tanganku memastikan aku benar-benar sudah berpegangan dan ia langsung mengendarai motornya dengan cepatnya. Sore ini kondisi di jalan tidak macet. Aku memeluk Ario semakin erat karena laju motor yang ia kendarai sangat kencang. Dan tak lama kita sudah sampai di kafe seperti biasanya. Aku melihat waktu menunjukkan pukul 15.30, perjalanan sekitar 10 menit dari kantorku.
“Sepertinya kau pembalap yang hebat iio, melesat seperti kilat. Biasanya kita ke kafe ini dari kantor membutuhkan waktu paling cepat setengah jam, namun sekarang hanya membutuhkan waktu 10 menit saja”, ujarku.
“tidak lah ocky, kondisi jalan yang tidak macet saja kok”, jawab Ario.
Kamipun berjalan menuju pintu masuk kafe, aku membuka pintu. Aku masuk dan memanggil Ario untuk masuk ke dalam. Ia pun bergegas masuk. Kami mengambil bangku di ujung kanan dekat dengan jendela, tak lama seorang waiter datang memberikan menunya.
“Selamat Datang. Mau langsung pesan atau … “, Tanya waiter tersebut.
“Langsung pesan saja, mba. Tunggu sebentar ya”, jawabku.
“Aku mau menu yang biasa saja yah Ocky”, kata Ario.
“Baiklah, satu Pasta Bolognize without cheese dan hot chocolate dan Pudding Coklat”, jawabku sambil menulis menu.
“Iya, maaf?”, Tanya waiter kebingungan.
“Oh tidak mbak. Sebentar yah”, jawabku sambil menulis menu. “ini menu yang kami pesan, boleh untuk dibacakan kembali menunya?”, tanyaku.
“Oh tentu. Satu Hot Chocolate, satu White Coffe, satu pasta bolognize tanpa cheese, dan satu yang menggunakan cheese. Ditambah satu salad dan satu soup, dengan dua dessertnya pudding coklat, ada yang bisa dibantu?”, Waiter menjelaskan dengan muka kebingungan.
“Tidak terima kasih”, jawabku.
“baiklah, sekitar 15 menit lagi makanan akan datang.
Tunggulah sebentar”, kata Waiter.
Waiter pun pergi. Aku dan Ario berbincang-bincang banyak hal selagi menunggu makanan datang. Sangat seru dan menyenangkan menghabiskan waktu bersamanya. Tapi entah kenapa setiap kali aku bersama dengannya, aku merasa sudah sangat lama, tapi waktu berputar hanya sebentar saja. Aku menoleh ke arah kasir dengan hati berkata-kata “lama sekali makanan datang, aku takut Ario sudah lapar”, tapi setelah aku melihat jam diatasnya baru berputar selama lima menit. Dan kami pun berbincang-bincang kembali. Tapi aku merasa diperhatikan oleh seseorang yang berdiri di depan kasir. Awalnya aku tidak menghiraukan, tapi jengkel juga jika harus diperhatikan seperti itu. Aku langsung menoleh kearahnya.
“Ocky, heey. What’s going on?”, Tanya Ario.
Aku hanya terdiam memandang orang itu. Ario pun menggerakkan tubuhku dan aku langsung menatapnya sambil berkata “Seseorang memperhatikan kita terus iio”, jawabku.
Ario langsung menoleh ke orang tersebut lalu menoleh ke arah jendela. Aku pun bingung memperhatikan apa yang Ario lakukan tapi aku kembali menoleh ke orang yang berdiri di kasir tadi yang masih memperhatikan kami. Orang itu berumur sekitar 40 tahun, berbadan besar dengan kepala beruban seakan asing melihat kami. Aku pun langsung berdiri ingin menuju ke orang itu, namun Ario memegang tanganku dengan kepala mengangguk ke bangku dan wajahnya seperti menyuruh aku untuk duduk kembali. Aku pun terduduk lagi.
“Dia tidak memperhatikan kita, kamu jangan GR ki. Dia sedang memandang ke Jendela, ada seseorang yang ia lihat tadi”, ujar Ario.
“Aku merasa terganggu iio diperhatikan seperti ini. Menurutku di jendela tidak ada apapun dari tadi”, jawabku.
“Ya kamu jelas tidak melihatnya, orang kamu melihat ke arahnya terus”, kata Ario.
Tiba-tiba orang itu datang menghampiri kami. “Permisi Tuan, ada yang bisa saya bantu? Sepertinya anda agak kebingungan tadi sempat berdiri dan menatap ke arah ku”, jawab orang tua itu.
“Tidak apa pak, saya hanya pegal makanya saja berdiri”, jawabku jutek.
“Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke tempatku lagi”, jawab orang tersebut.
“Maaf ya pak”, jawab Ario.
Orang tersebut jalan saja seperti biasa tanpa menjawab pertanyaan dari Ario. Mungkin ia tidak mendengarnya. Tak lama makanan datang. Seorang waiter memberikan makanan tersebut kepada kami. Dan kami pun memakannya. Selesai makan, aku memanggil waiter kembali untuk membayarnya. Aku memberikan kartu tunaiku untuk membayar semua makanan yang kami makan. Dan kami kembali berbincang-bincang sambil memakan makanan yang masih ada. Waiter itu kembali dan memberikan struk beserta kartu tunaiku dan kembali meninggalkan kami.
“Aku kenyang Ocky. Pastanya terlalu banyak. Dan kau bawa saja pudingnya”, kata Ario.
“Tumben sekali kamu iio. Biasanya kamu yang suka menghabiskan makananku”, jawabku.
“Iya, nafsu makanku sedang berkurang hari ini. Entah kenapa, sepertinya aku kurang sehat”, kata Ario.
“Iya, kamu sepertinya memang sedang dalam masalah. Baiklah, aku akan take away pudingnya”, kata ku sambil mengangkat tangan dan waiter pun datang menghampiri kami.
“Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?”, kata Waiter tersebut.
“Aku ingin pudingnya di take away yah”, mintaku ke Waiter.
“Baiklah, mungkin ada lagi yang lainnya yang ingin di take away?”, Tanya waiter.
“Ah tidak ada, terima kasih”, jawabku.
Waiter tersebut pun meninggalkan kami dan membawa kedua pudding tersebut. Tak lama ia datang kembali dan memberikan kami pudding yang sudah terbungkus. Kami pun beranjak dari tempat duduk dan bersiap untuk pergi ke tempat lain. Waktu menunjukkan pukul 17.00. Saat kami ingin keluar kafe, aku melihat ke arah tempat kami duduk tadi, kemungkinan ada barang yang tertinggal. Aku melihat aneh. Memang tidak ada barang kami yang tertinggal, tapi aku melihat perlakuan aneh yang dilakukan para waiter disana, sangat tidak efektif. Piring dan gelas kotor yang sudah habis aku makan dimasukkan ke dalam wadah piring kotor. Namun makanan dan minuman yang masih tersisa dari Ario dibawa terpisah oleh waiter yang lainnya.
“kenapa tidak dijadikan satu saja piring tersebut. mungkin agar wadah piring kotornya tetap bersih terus”, pikirku.
Aku kembali keluar kafe dan naik ke motor Ario dan mengenakan helmet. Ia pun mengendarai motornya yang ada diluar.
“Sekarang rencana kita kemana Ocky?”, Tanya Ario.
“Kamu yang tentukan, gentian lah. Tadi aku sudah memintamu ke Kafe, sekarang kamu yang menentukan. Kemanapun aku ikut, bersamamu aku akan hidup iio”, gombalku.
“Baiklah jika seperti itu, aku akan mengajakmu ke satu tempat yang menurutku sangat Indah yang tak pernah kau lihat, tapi agak jauh kamu berpegangan ya”, jawab Ario.
Aku pun kembali memeluknya dengan erat, motor yang ia kendarai lagi-lagi melesat dengan cepatnya. Semakin kencang aku memeluknya, ia mulai menurunkan kecepatannya, namun ketika aku melonggarkan pelukanku, ia kembali menaikkan kecepatan motornya.
“kamu sengaja yah iio, memainkan gasnya agar aku terus memelukmu dengan erat”, tanyaku.
“hahaha … begitulah, aku ingin memastikan bahwa kau aman dengan memelukku dan tidak cemas pergi bersamaku”, kata Ario.
“aku tahu, semua yang kau lakukan padaku adalah yang terbaik untukku. Aku percayakan utuh kepadamu iio”, jawabku.
Aku tidak mengerti seberapa besar motor melaju. Semua yang aku ketahui adalah bersamanya. Aku bersandar pada punggungnya yang hangat, merupakan salah satu kebahagiaan yang aku miliki. Aku sangat beruntung dapat hidup di dunia ini, yang aku perlukan saat ini adalah bersyukur dengan apa yang telah kumiliki.
---Masih Berlanjut---
maap nih gan, ane pribadi masih menilai kurang bagus di episode ketiga ini. ya efek ada ide, tapi agak lelah juga. wkwkwk. silahkan dibaca dan komentar se-tragis mungkin yak untuk kmbangi cerita ini di episod laen.
dari awal gw udah duga klo bla bla bla. kebenarannya gw tunggu lanjutannya dah
tetep staytune yak.
tp gw ttp baca kok. penasaran sama ocky dan iio. sweet bgt
siip siipp ... @kristal_air
thank you kawan semua.
sama2 tees
lanjutannya jangan lama2 yee, hahaha
jangan lupa mention gw
Te es, ya Udah sih lanjut aja. Ohhh ya aku ngerasa dialog nya kurang casual. Aku ngerasa nya gitu.