It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Didi @3ll0 kesimpulan dr manakah itu ?
Percakapan Rico n Bu Grace Ko @Tsunami.tapi emboh mane..hehe
Ohh jangan2 scene ini cm flashback doank ye ... pinterrr didi gw ini #cubittt pipi didi lagi )
io itu halusinasi apa setan sih?
atau gw gagal paham???
lanjut.. misterinya okeeeeh B-)
Makasih Reviewny dan simpulanny jg. Hehehe ... nnti ditunggu lanjutanny biar lbih jelasnya
Hehehe ... ente gak gagal paham kok. Cuma masih misteri pertanyaan ente itu broo... nanti ane taggin lg cerita ane selanjutnya. Makasih buat reviewny broo
Pikiranku semakin tidak beres, semua reaksi yang terpancarkan dari tubuhku adalah aura negative. Semua ini dikarenakan rasa takutku yang terus menyerang diriku tanpa henti. Rasa takut yang timbul dari mulai dari perjalanan gedung corong tadi hingga ke tempat ini yang entah kapan dapat sampai di Camp Motel dan bertemu dengan Rangga. Bulu kuduk disekitaran leher sepertinya ikut berdiri. Angin yang menggoyangkan pohon sehingga terdapat beberapa ranting kecil menyentuh bagian dari tubuhku seolah seperti memperingatkanku suatu hal namun aku tak dapat menebaknya. Tepat berada di jok motor belakang, sambil memeluk Ario dengan kencang, menaruh pipiku di punggungnya dan bersenandung dengan lagu, tidak membuat rasa takutku hilang. Aku pun memejamkan mata sambil bersenandung, dalam hati berkata “Semoga cepat sampai”, berulang ku ucapkan dalam hati.
“Sabar ya sayang, kita akan segera sampai. Tempat ini memang sedikit agak menyeramkan. Jalanannya kurang bagus. Pencahayaannya juga redup. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba Rangga menelpon memintaku untuk menemuinya di Camp Motel malam ini”, jawab Ario.
Aku kaget Ario berkata seperti itu. Ia mengetahui bahwa aku takut. Ya, bagaimana tidak karena ku pikir ia juga merasakan hal yang sama. Tempat ini agak menyeramkan untuk dilalui malam hari.
“Iya iio. Semoga nanti masih ada kamar untuk kita check in ya, soalnya kalo ga ada kita pulang ke rumah lebih larut lagi, lewat jalur ini lagi”, kata ku dengan nada takut.
“Kalaupun tidak ada, kita bisa minta extrabed. Ku rasa Rangga sudah check in disana. Kamu jangan takut Ocky, kan ada aku disini. Kalo kamu takut, aku mau berhentikan motor lalu berbalik ke arahmu. Aku ingin melihat wajah lucumu ketika sedang takut. Hahaha”, kata Ario bercanda.
“Kamu tuh ya iio, sudah cepat laju motornya dipercepat lagi. Aku lelah, ingin sekali rasanya tertidur diatas springbed yang empuk di motel nanti “, jawab aku.
Ario masih mengendarai motornya sementara aku kembali ke aktivitasku sebelumnya yaitu bernyanyi dengan mata tertutup sambil memeluk Ario dengan erat dengan hati yang penuh harapan. Sekitar beberapa menit, motor Ario pun berhenti.
“Oh tidak, motorku mogok Ocky. Padahal Bensinku masih cukup banyak”, kata Ario.
“Apa? Kenapa bisa? Aku ingin cepat sampai iio, aku takut. Kalau kita harus jalan kaki sambil mendorong motor akan lama”, jawab aku, membuka mata dan melepaskan pelukanku.
Ario pun turun dari motor dan menyetandarkan motornya, lalu merangkulku sambil menunjuk ke salah satu tempat yang memiliki cahaya lebih terang.
“Lihat Ocky, letaknya ada disana sepertinya. Cahaya disana lebih terang. Ya sekitar 300M lagi, tidak apa menurutku harus berjalan kaki. daripada aku harus mengecek motor mogok ini ditengah jalan mencekam dan cahaya yang kurang ini” kata Ario.
“Memang sebaiknya seperti itu iio”, jawabku.
“Oke Ocky, tolong kamu duduknya geser ke jok depan. Aku akan memegang kedua stang ini dibelakangmu, Lalu aku akan mendorong motor ini bersama kamu, pangeranku. Kamu jangan takut, aku akan melingkarimu dan membawamu dengan selamat sampai ke Camp Motel dan kita beristirahat disana”, kata Ario.
“Berlebihan kamu iio. Cepat lakukan seperti yang kau bicarakan”, jawabku.
Aku menggeser tempat dudukku ke jok depan, lalu Ario berdiri disampingku sambil memegang kedua stang di kanan kiri tangannya, melingkariku dari kiri motor seolah dia memelukku. Aku pun merangkulnya dengan tangan kananku. Ia langsung mendorong motornya hingga ke satu cahaya yang sangat terang di depan sana. Sambil berjalan, kami membuat sebuah game kata untuk mengisi waktu bosan dan mengusir rasa takut kami. Sangat menyenangkan, ditengah suasana yang tidak menentu ini dapat bermain game kata dengannya. Hingga tak terasa kami sudah memasuki sebuah gerbang cukup besar yang didepannya terdapat bangunan sederhana dan plang bertuliskan “Welcome to Camp Motel, The place that you feel home”. Tempat ini sangat sepi sekali. Tak ada pelayan yang membuka gerbang ataupun orang yang menjaga di depan loby Motel tersebut. Ario langsung mencari tempat parkir untuk motornya.
Sesampainya di tempat parkiran, Aku turun dari tempat parkir dan rasa kantukku pun langsung hilang. Sangat mengagumkan pemandangan dari tempat parkir ini. sebuah cahaya bulan yang bercermin pada danau yang diapit oleh dua gunung tersebut dapat terlihat jelas disini. Aku langsung mengabadikan pemandangan tersebut dengan kamera ponselku. Aku meminta Ario untuk memfotokanku dengan pemandangan seperti itu, namun ia sedang sibuk mengecek kondisi motornya. Sesaat aku sedang memotret, tiba-tiba ada sms masuk dari Rangga. Aku langsung membuka SMS tersebut.
“Rico dan Ario, kalau kalian sudah sampai di Camp Motel, langsung saja ke kamarku di nomor 306, yang letaknya di lantai 3. Oh iya, aku minta maaf kalau kalian mau menginap semalam di motel ini, sebaiknya checkin saja kalian di ruang terpisah. Aku tidak ingin mengganggu bulan madu kalian, hehe… canda. Sebenarnya aku hanya ingin sendiri malam ini”, lebih kurang isi SMSnya seperti ini.
Aku langsung memberikan ponselku ke Ario. Ia langsung membalas SMS itu. Yang ia jawab hanya “Ok” saja.
“Iio, kalo kamu mau ketemu Rangga dan Checkin Ruang langsung saja ya. Aku masih ingin disini bersama keindahan alam”, kata aku.
“baiklah Ocky, aku check in terlebih dahulu, lalu menemui Rangga. Nanti kamu menyusul ke ruangan Rangga aja dulu ya, aku akan tunggu kamu disana”, jawab Ario.
“hmm … baiklah iio”, jawabku.
Ario langsung bergegas menuju motel untuk checkin dan menemui Rangga sementara aku masih berdiri memandang keindahan alam diruang parkir ini. Akupun berkeliling di sekitaran parkir menikmati udara malam yang segar. Tempat parkir ini terbuka, kita bisa melihat semua sudut adalah alam. Namun tempat parkir ini tidak luas. Tedapat satu bus, dan tiga mobil dan dua motor dalam parkiran ini. aku mengenal salah satu motor yang terparkir, terlihat sangat familiar. Tapi itulah aku yang pelupa, entah dimana aku melihatnya. Aku tak terlalu memperdulikan tentang motor. Aku berjalan berkeliling parkir yang tidak luas ini yang diapit dengan Motel dan hutan yang menghadap ke danau besar tersebut. Dibelakang motel terdapat pepohonan-pepohonan menjulang keatas. Semakin keatas aku melihat pepohonan, ternyata adalah sebuah jalan raya. Aku berjalan menyusuri tiap-tiap sudut di parkiran, tiba-tiba aku menendang sesuatu, yaitu ponsel yang sangat amat mirip dengan ponsel milik Ario. Akupun memungutnya dan coba untuk menyalakannya, namun tidak berhasil. Aku mengantongi ponsel tersebut, lalu kembali menikmati area parkir tersebut. aku melihat ada sekitar beberapa orang turun dari bus dengan kepala menunduk kebawah.
“Komplotan yang sangat aneh, semua kepala menunduk ke bawah, apa yang mereka lihat. mungkin biar ga kesandung kali ya”, tanyaku.
Aku berjalan menghampiri bus karena aku ingin tahu, bus tersebut atas studi tour dari mana. Sekitar 5 meter dari bus, seseorang membuka pintu dan nyaris menabrakku. Aku kaget.
“Oh tidak, dia adalah orang yang aku temui kemarin malam di sebuah bus juga. Dia .. dia… dia adalah siapa yaa… hmm … aah, Supir bus yang berkendara ugal-ugalan malam itu yang pernah aku complain karena membuatku terjatuh dalam bus”, jawabku dalam hati.
Supir bus yang pernah ku temui tersebut berwajah pucat dan datar dan pengelihatannya sangat kosong. Ia berjalan keluar dari bus dengan keadaan kepala tertunduk, tanpa suara satupun, mengikuti komplotan orang-orang lain yang ku sebut mereka adalah penumpang dari bus tersebut. aku melihat supir yang sedang berjalan tersebut yang juga mengikuti komplotan penumpangnya. Walaupun dari komplotan penumpang tersebut berjalan beramai-ramai, tapi tak satupun dari mereka yang berbicara satu sama lainnya. Cara jalan mereka juga sangat lambat. Mereka semua terlihat seperti zombie dalam sebuah film.
Aku mendekati bus untuk mengikuti dari belakang supir tersebut. entah ingin pergi kemana komplotan penumpang aneh bersama dengan supir ini merupakan tanda tanya besar dalam diriku. Aku dan supir pun melewati bagian depan bus ini. Berbalik dan melihat kondisi bagian depan bus tersebut. Bagian bus ini terlihat penyok dan berdarah, sama persis seperti bus yang aku naiki malam itu, aku yakin bus ini adalah bus malam itu, bersama orang-orang di dalamnya.
Aku terus mengikuti supir yang berjalan mengikuti komplotan penumpangnya mendekati sebuah hotel. Karena penasaran yang sangat besar tentang bus itu, aku menepuk pundak sang supir tersebut. “Permisi pak, aku ingin bertanya apakah … ?”, tanyaku.
“Aaaaahhhhhh ... tidaaak, tolong aku”, Teriakku.
Supir bus itu pun berbalik kearahku dan aku sangat terkejut ketakutan melihatnya. Jidatnya yang dipenuhi darah mengucur, menyusuri tiap ruang diwajahnya, menetes-netes lewat dagunya. Bibirnya yang sumbing, giginya yang keropos dan bola mata kanannya yang masih keluar, terkatung-katung di udara dekat dengan pipi kanannya seperti yoyo. Ia langsung memegang erat tanganku yang sangat dingin sekali. Aku berusaha untuk melepaskan cengkramannya dan terus berteriak.
Komplotan penumpang lainnya yang berada di depan kemudian berbalik dan kearahku. Wajah yang pucat, datar dengan tatapan yang kosong menuju kearahku juga. Aku masih berusaha untuk melepaskan cengkraman si supir itu. Aku melihat semua penumpang itu seperti yang ada dalam bus malam itu. Mereka semakin dekat menuju diriku. Dan wajah mereka perlahan mulai berubah. Di bagian wajahnya ada yang dilumuri darah, ada yang tiba-tiba tangannya terkatung-katung, ada yang lehernya mengucur banyak darah keluar dan sebagainya, semakin mereka mendekat kepadaku semakin menjadi sosok yang sangat amat menyeramkan. Pikiranku sangat tidak menentu karena rasa takutku sudah overload.
“Arrriiioooo … tolong aku, aaaaahhhhh… lepaskan aku bodooh” Teriakku sambil berusaha melepaskan cengkraman yang masih belum berhasil ku lepaskan.
Supir tersebut mengangkat tanganku menuju mulutnya yang sumbing tersebut, namun aku langsung menonjok perut supir tersebut hingga dia tidak mengubah posisi cengkramanannya. Aku langsung memukul tangannya yang mencengkram aku tersebut sekuat aku. Tangannya patah dalam keadaan mencengkramku sangat erat. Aku berusaha melepaskan patahan tangannya itu yang diujungnya mengucur darah sangat banyak. Sangat menjijikan, tapi aku tidak bisa ke motel dalam keadaan seperti ini. Namun akhirnya aku bisa juga melepaskan cengkraman tangan tersebut. Aku langsung membanting tangan tersebut dan menginjaknya dengan sekencang-kencangnya, Supir itu pun langsung kesakitan.
Aku berlari sekencang mungkin ke arah motel, menuju lobby motel dan ruangan Rangga. Aku langsung menelpon Rangga untuk memberitahuku dimana ruangan tempat Ario Checkin, namun nomornya tidak aktif. Aku langsung berfikiran flashback disaat aku menaiki bus menuju rumah, dimana rasanya bus tersebut sangat lama, membawaku entah kemana dan menurunkanku di suatu tempat yang tidak aku kenal. Kondisi depan bus yang ku lihat seperti yang aku temui malam ini, begitupun dengan supir dan penumpang di dalamnya. Aku sangat yakin bahwa bus yang aku naiki malam itu adalah Bus Hantu, dan orang-orang yang di dalamnya merupakan hantu-hantunya. Namun yang menjadi pertanyaan untukku, mengapa bus hantu tersebut berhenti di depan halte dekat kantorku tersebut? apakah mereka mencari mangsa atau tumbal atau bagaimana? Apa salahku kepada mereka sehingga mereka menggangguku? Ini masih menjadi tanda tanya besar.
Sesampainya di halaman depan, aku langsung masuk ke dalam Motel melalui Lobby Motel tersebut. aku mendobrak pintu yang tertutup dan akhirnya aku masuk ke dalam. Aku melihat terdapat seorang pria dan wanita di belakang meja dengan tulisan yang terpampang “Concierge”, namun mereka berdua hanya berdiri dalam keadaan kepala menunduk. Aku juga melihat ke tiga orang yang duduk dalam keadaan kepala menunduk. Aku menemukan ketidak beresan dari reaksi orang-orang sekitar. Namun aku tidak memperdulikan, aku langsung menuju Concierge dan menanyakan sebuah lift untuk menuju lantai 3. Concierge tersebut tidak berkata apapun, ia hanya memberi isyarat dengan mementangkan tangannya yang menunjuk ke arah yang menurutku menuju lift. Tanpa mengucapkan terima kasih, aku langsung berlari ke arah yang ditunjuk oleh salah satu Concierge tersebut. Aku tidak menemukan lift sepanjang pelarianku menuju arah yang ditunjukkan, namun aku menemukan tangga.
Aku menaiki satu per satu tangga tersebut kemudian terdiam. Aku mendengar suara orang yang menaiki atau menuruni tangga dengan sangat terburu-buru. Suaranya semakin keras. Aku berfikir bahwa orang tersebut sedang menuruni tangga. dengan diterangi cahaya yang remang, aku perlahan menaiki anak tangga tersebut untuk melihat siapa orang yang menuruni tangga tersebut. dari jauh, aku melihat seseorang dengan wajah pucat, datar dengan kepala menunduk berlari turun dengan terburu-buru. karena aku takut, aku kemudian berbaik kembali menuruni anak tangga dan menuju kedua Concierge tersebut, lalu seseorang terdengar seperti suara Ario berteriak memanggilku “Ocky, apakah itu kau! Jika iya jawab aku, dan berhentilah!”.
Aku berhenti dan memberanikan diri untuk berbalik melihat kearahnya. Perlahan aku menoleh kearahnya dan dugaanku salah. Ternyata yang menuruni tangga dengan terburu-buru tersebut adalah Ario. Aku langsung bergegas ke arahnya, memeluknya dan menciumnya.
“Arriiooooo … Aku sangat takut. Aku tidak ingin berada di tempat ini. aku ingin bergegas kita segera pulang dari tempat ini aku takut”, jawabku dengan ketakutan sambil memeluknya dengan erat. Ia menepuk-nepuk punggungku dan membelai rambutku lalu bercerita.
“Iya, aku juga ingin secepatnya pergi dari tempat ini. Rangga yang ku temui sangat datar. Wajahnya pucat, setiap pembicaraannya memiliki tatapan mata yang kosong. Ia juga sempat menundukkan kepalanya sambil bercerita banyak hal yang aneh. Ia mengajakku ke suatu tempat dimana aku harus pergi bersamanya untuk yang terbaik untuk ia dan aku, dan meninggalkanmu. Aku tidak dapat mengabulkan permintaanya, dan saat aku meminta ia memandangku, ia mengangkat kepalanya dari tundukkannya dan apa yang aku lihat, bola matanya semua berwarna putih. Ia mencengkramku sangat erat, tangannya sangat dingin. Aku langsung takut dengan wajah Rangga yang menyeramkan seperti itu dan langsung turun untuk membawamu pulang secepatnya”.
“semua yang ku alami, aku telah alami dibawah tadi iio. Sekarang kita harus pulang”, jawabku.
Ario pun merangkulku sambil berjalan dengan cepat menuju Lobby Motel untuk keluar. Aku melingari tanganku di pinggangnya Ario dengan pipiku yang menempel pada dadanya sambil berjalan mengikuti gerakan Ario. Kami terus berjalan dan sampai ke sebuah ruangan yang sangat kacau dan gelap. Terdapat bangku-bangku rusak, lantai kotor, bagian atas dari ruangan tersebut yang pecah. Aku begitu yakin bahwa ruangan yang kacau tersebut adalah Lobby Motel. Aku tahu karena aku berjalan persis seperti yang Ario lewati saat menuju tangga. aku juga melihat di salah satu meja tertulis “Concierge”. Semua yang kulihat barusan di Lobby merupakan rekayasa hantu,dan sekarang adalah keadaan motel yang sebenarnya.
“Semuanya telah berubah Cky, Lobby ini sudah berubah menjadi ruangan yang kacau. Lihatlah sekeliling kita sekarang”, kata Ario.
“Benar iio, kita telah ditipu oleh hantu-hantu disini. Sepertinya mereka menginginkan kita mengetahui tempat ini”, jawabku.
“Aaahhhh …”, Teriakku. Tiba-tiba sesuatu mencengkram tanganku yang sedang melingkar di pinggang Ario. Sentuhannya sangat amat dingin. Aku langsung melepaskan lingkaranku di pinggang Ario dan berusaha melepaskan cengkraman tersebut dan berhasil. Aku dan Ario berbalik, ternyata itu adalah Rangga dengan wajah yang menyeramkan seperti yang diceritakan oleh Ario.
“Sebaiknya kau pulang sendirian Rico. Biarkan Ario bersamaku. Aku akan membawanya ke suatu tempat untuk kebaikan kita semua. Ario adalah salah satu bagian dariku”, kata Rangga.
“Tidak Rangga. Aku tidak akan membiarkan Rico sendirian, pulang dengan rasa takut”, jawab Ario dengan keras.
Ario menarikku dan menuju pintu keluar dan kami pun berhasil menuju halaman depan motel tersebut. dalam sekejap, seluruh keadaan motel berubah total. Sebelumnya motel itu terlihat sangat biasa, dan sekarang berubah menjadi menyeramkan.Bagian atas motel tersebut yang rusak parah seperti kejatuhan meteor dari atas langit. Tak ada lagi lampu yang menyala pada motel dan halam sekitar motel tersebut. aku dan Ario kembali menuju ke tempat parkir untuk pulang ke rumah. Hanya ada satu motor dalam parkiran tersebut, yaitu motor Ario saja tak ada bu Hantu ataupun mobil yang sebelumnya aku lihat. Namun ada satu hal yang tidak berubah, yaitu pemandangan Indah disekitaran Parkiran tersebut. Aku masih bisa melihat nyala bulan di atas langit dengan penuh bintang yang becermin pada danau luas yang diapit oleh dua gunung. aku menaiki motor tersebut dan memeluk Ario. Mesin motor pun dijalankan dan kami meninggalkan motel hantu tersebut.
Motor kami pun keluar dari gerbang motel tersebut, tiba-tiba terdengar suara dibelakang kami. Ario menghentikan motornya. Kami langsung menolehkan kepala kami ke sumber suara tersebut. ternyata suara itu adalah suara gerbang yang tertutup secara otomatis. Kami langsung melanjutkan perjalanan kami menuju rumahku. Aku memeluk Ario dengan erat dan menaruh pipi dan dadaku di punggungnya. Kondisi jalan yang tadi kami lewati berubah total. Jalanannya sangat mulus, lampu-lampu pun terang menerangi jalan kami pulang. Angin yang berhembus menggoyangkan pepohonan seolah berkata “Selamat Jalan” kepada kami.
Sepanjang perjalanan pulang, aku terus berfikir bagaimana Rangga bisa berada di dalam motel tersebut dengan berpenampilan seperti hantu. Ia sempat berkata demi kebaikan aku, Ario dan dirinya. Ia sangat menginginkan Ario untuk tetap bersamanya, dan menginginkanku pulang ke rumah. Entah apa saja yang dia bicarakan dengan Ario di ruangan yang bernomor 306 tersebut. apa hubungan antara Ario, Rangga dengan semua hantu yang ada di Motel itu? Bus hantu yang mengintai kehidupanku hingga malam ini. Aku sangat pusing memikirkan hal ini. Ario mengendarai motornya dengan sangat kencang, aku pun dengan sangat erat memeluknya dari belakang. Kami hanya terdiam karena shock selama perjalanan.
Sesampainya di depan rumahku, aku langsung membuka gerbang pintu rumahku, dan Ario memasukkan motornya kedalam. Aku mengunci gerbang pintu tersebut dan masuk ke rumah. Aku dan Ario senang sudah sampai di rumah dalam keadaan selamat. Apa yang telah terjadi hari ini di hari ulang tahunku sangat aneh. Di satu sisi aku senang hadir dalam acara Night of Love Memorial. Di sisi lain terdapat misteri setelah acara berakhir. Aku langsung menuju kamar mandi yang terletak dalam kamarku untuk bersih-bersih diri sebelum tidur. Ario mengikutiku menuju kamarku. Aku menyalakan lampu kamar dan bertelanjang diri, membuka lemari dan mengambil handuk baru dan melilit handuk di sekitaran pinggang hingga kakiku. Sedangkan Ario langsung menuju tempat tidur, membaringkan diri. Wajahnya yang sangat kelelahan dicampur dengan trauma. Iya menaruh tangannya di jidatnya, seolah dia memikirkan sesuatu yang membuatnya menjadi pusing. Aku langsung pergi ke tempatnya, dan duduk diatas pahanya sambil mengelus kepalanya, lalu mencium kedua pipi
nya. “Iio, terima kasih untuk malam ini. sudah menjadi pendamping yang sempurna untukku”, kataku sambil mengelus-elus tangannya.
“Entahlah Ocky. Aku bingung. Pasti ada sesuatu dengan Rangga, sehingga di Motel tadi ada hantu yang menyerupai Rangga, dan memiliki gerak-gerik dan sifat seperti Rangga. Memperingatkan satu hal yang terbaik untukku, kamu dan dia”, jawab Ario.
Aku membaringkan dadaku yang tanpa busana ini keatas dadanya dan memeluknya dengan erat. Aku mencium sekitaran lehernya. Ia langsung memelukku dengan amat erat hingga membuatku sesak. “Iio, kamu terlalu erat memelukku”, kata aku.
“Dengan seperti ini, aku merasa lebih baik Ocky. Biarkan aku memelukmu seperti ini, lima menit saja. Kamulah solusi dari semua masalahku yang ada. Aku sangat ingin menikahimu, namun kamu selalu menolak dengan alasan aku harus menikah dengan wanita untuk mempertahankan umat manusia. Padahal di Negara ini memperbolehkan siapapun menikah dalam sesama atau berbeda jenis. Tidak ada diskiriminasi”, kata Ario.
“Orang terakhir dalam hidupmu bukanlah aku, tapi seorang wanita yang dapat membuahkan dirimu seorang anak yang tampan dan cantik nantinya. Kau dapat melakukan itu disaat kau sudah mencintai seorang wanita atau setelah aku tiada. Ku harap, kau dapat menikah sebelum aku mati. Aku ingin dapat melihat dirimu, istrimu, dan anak-anakmu”, jawabku.
“Sepertinya sulit Ocky. Aku sudah sangat amat mencintaimu. Mungkin saat kau tiada nanti aku tidak tahu aku bisa mencari penggantimu dengan wanita atau tidak. Aku ingin terus bersamamu selama ini. Saat ini mungkin kau seperti seorang istri untukku, jika kau adalah wanita. Kenapa kau tidak diciptakan sebagai wanita saja agar dapat membuahkan seorang anak?” tanya Ario.
“Jika aku seorang wanita, mungkin kau tidak akan pernah bisa mencintaiku. Hahaha … baiklah iio, aku lanjut mandi dulu. Nanti kau mandi juga, lalu kita tidur, menutup hari ini”, jawabku sambil melepas pelukannya lalu duduk dan berdiri dan pergi ke kamar mandi.
Aku memasukki kamar mandi dan melepaskan handukku lalu menggantungkannya. Aku langsung bercermin, melihat diriku yang lusuh ini. tapi ada yang aneh pada cermin, yaitu adanya bekas cipratan air yang menempel. Cipratan itu cukup banyak. Tapi tadi pagi saat aku bekerja, aku yakin cermin ini sudah bersih. Tidak ada cipratan air menuju cermin.
“Iio, apakah tadi sore kau mandi di kamar mandi ini?”, tanyaku berteriak.
“Tidak Ocky. Tadi sore sebelum pergi aku mandi di kamar mandi bawah. Memangnya kenapa Ocky? Ada masalah dengan kamar mandinya?”, tanya Ario kembali berteriak.
“Aaah tidak ada iio. Hanya saja aneh. Aku yakin cermin tadi dalam keadaan bersih, walaupun aku tidak mengelap cermin pagi ini. apakah teman-temanmu ada yang menggunakan kamar mandi ini?”, teriakku menjelakan dan bertanya ke Ario.
“Tidak ada Ocky. Teman-temanku semuanya mandi di kamar mandi bawah juga. Tak satupun orang yang ku ijinkan masuk ke dalam kamarmu”, Teriak Ario menjelaskan.
Cipratan air yang menempel ini membuat sebuah pertanyaan baru untukku. Aku berasumsi saat aku dan Ario mandi tadi pagi secara bersama mungkin menyemprotkan tembakan shower yang mengenai cermin. Banyak sekali pertanyaan yang timbul hari ini yang sering kali aku jawab dengan asumsiku sesaat. Aku langsung mengelap cermin dari cipratan air tersebut hingga bersih, kemudian aku bergegas mandi. Selesai mandi, aku langsung bercermin kembali, dan melihat cermin sudah dalam keadaan bersih tanpa cipratan air yang menempel.
Aku keluar dari kamar mandi, dan melihat Ario yang tertidur. Aku langsung membangunkannya untuk lekas mandi terlebih dahulu. Ia pun terbangun dan menuruti kata-kataku. Aku langsung bergegas untuk berpakaian. Setelah selesai, aku melihat di jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 23.00, lagi-lagi pertanyaan lamaku timbul yaitu posisi waktu yang tidak relevan menurutku. Mulai dari kejadian di motel hingga sampai di rumah dalam posisiku seperti sekarang ini, hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit. Asumsiku akan jam tangan yang rusak tidak cukup menjawab pertanyaanku akan waktu yang tidak relevan ini. terkadang jam tanganku menunjukkan waktu yang benar, dan terkadang salah.
---Masih Berlanjut---
sorry baru update lagi, soalnya ane sibuk kerja rodi terus. haha. hmm ... bingung mau jelasin episod ini. intinya sih, kejadian yang terjadi masih jadi tanda tanya besar buat Rico.
silahkan disimak kembali ceritanya, dan komentar tragisnya. hehe.
Invitation for :
@adamy @Tsunami @sinjai @kristal_air @haha5 @lulu_75 @elul @hananta @balaka @3ll0 @d_cetya @polos
tapi, kalau tidak ada perubahan dalam pemilihan kata, takutnya jadi datar dan kalo cerita ini terlalu panjang, bisa bosen ditengah...
cuma saran aja sih,, walau cerita misteri tapi jangan semuanya di kaitin sama misterinya... kasih part part ringan misal kehidupan rutinitas io atau ocky yg dikemas dengan bahasa yg ringan...
Makasih gan reviewnya. Ane jg sk film walking dead gan. Bru nnton mpe season 4 doang. Tp sukur deh klo ente bs berimajinasi dr crita ane gan. Pesan yg disampein kekirim.
Ude mpe season 5 ... bersambung lagi tuhh mpe bulan Feb 2015 T_T