It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lulu_75 iyak. Nanti ane update lagi ceritanya. Akhirnya pada penasaran, seneng deh bikin orang brtnya2, jd lbih semangat bikin ceritanya makasih dah mampir gan.
Latar tempat negaranya ane juga bingung. Yg jelas bukan Indo. Soalnya ane menerangkan latar tempatnya sesuai dari dunia dipikiran ane aje. Gak deskriptif bgt ke tempatnya.
Tapi gak ngurangin sisi menarik dari ceritamu ini @am_rz
Ya bisa jadi begitu @3ll0
Syukur kalo g mngurangi dari cerita ane gan. Makasih penilaiannya.
yg gw bingung disini tiba2 aja diceritain klo jalanan lagi macet. dan gw kira ada tuh bukan mimpi. ehh gak taunya mimpi.
apakah yg kecelakaan ituu???
tanggal ulang tahun diatas dua-duanya percis tanggal ulang tahun gue sama tanggal ulang tahun si ....
ish.. apa-apaan ini..
Iyak. Nanti ane gk lupain lg deh mention.
Hehehe ... maap gan bikin jd bingung. Biar gk mudah ketebak ceritanya.
Hah seriusan bro?? Kok bisa yak, ane ngasal doag kook ..
apa ini pertanda gue n dia bakal kaya kisah ini?
jadi pls bikin happy ending yah..
tapi mungkin dialognya terlalu formal.. terlalu baku.
Ga janji ya bro kek apa endingnya, tapi bisa dipikirkan untuk ending yg bahagia.
Makasih reviewnya. Nanti dialognya ane coba buat kasual deh. makasih dah mampir.
Komentarnya dong bro tentang cerita ane ini makasih dah baca.
Beberapa langkah sudah kuambil, Ario muncul dipermukaan jalan dan langsung menghampiriku.
“Kamu mau kemana, Ocky?”, tanyanya.
“Aku hanya penasaran akan penyebab dari kemacetan ini. Sepertinya dikarenakan Police Line disana, sehingga membuat jalan satu terpecah menjadi dua arah”, jawabku.
“Naiklah ke motor, nanti kita akan sampai disana. Lagipula sebentar lagi kita sampai di tempat yang kita tuju”, kata Ario.
“Baiklah iio”, kataku.
Kamipun kembali menaikki motor dan berjalan ke tempat yang akan ditunjukkan oleh Ario. Motorpun berjalan perlahan menyusuri ruang-ruang dijalan. Tak lama kamipun sampai pada garis polisi yang tadi aku lihat. Dan dugaanku benar, di dalam garis polisi tersebut terdapat pecahan-pecahan kaca, patahan beberapa bagian kendaraan yang berserakkan di atas jalan yang berada dalam garis polisi tersebut. beberapa meter dari pecahan kaca tersebut, aku melihat bagian belakang bus yang dalam posisi menjorok kebawah. Sepertinya ada kecelakaan bus pada jalan ini, sehingga membuat bus tersebut dalam posisi terjun kebawah. Sebelah kiri dari kendaran kami menghadap adalah jurang dengan danau yang luas yang diapit dua pengunungan. Dan sebelah kanan kami adalah bangunan-bangunan kecil yang difungsikan sebagai tempat tinggal, restaurant, dan toko-toko kecil. Aku melihat ke depan, beberapa polisi terlihat sedang mengatur jalan yang sedang macet akibat adanya kecelakaan bus ini. Motor pun sambil berjalan perlahan, aku kembali terfokus dengan garis polisi tersebut. Berfikir tentang Kapan kecelakaan bus ini terjadi? mengapa tidak ada berita yang menginformasikan adanya kecelakaan ini? Bagaimana bisa kecelakaan bus ini terjadi sehingga bus terperosok ke dalam jurang tersebut? tiba-tiba badanku terdorong ke depan terbentur punggung Ario. Aku langsung mengubah fokusku menjadi ke depan dan memukul paha Ario.
“iio, ada apa? Nyaris saja aku jatuh”, tanyaku.
“Maaf Ocky, polisi di depan kita menghentikan perjalanan. Karena ada seorang pria berbaju putih bermasker dan bersarung tangan karet yang berjalan merangkul seroang wanita berdarah yang sedang berjalan menyebrang. Malang sekali wanita itu, sepertinya ia salah satu korban bus yang selamat”, Jawab Ario
“Apa, bisa kau ulangi iio?”, tanyaku kembali sambil berfikir.
Aku tidak sependapat apa yang telah dibicarakan oleh Ario. Aku memang melihat polisi di depan kita sedang mengatur jalan dan memang menghentikan jalannya motor kami. Aku juga melihat orang yang berbaju putih yang menggunakan masker dan sarung tangan karet tersebut karena ia adalah seorang tim penyelamat atau mungkin tim kesehatan. Aku bisa menilai tentang orang itu karena di seberang jalan ada sebuah mobil besar ambulance yang diperuntukkan korban-korban yang selamat dan mobil besar jenazah yang diperuntukkan untuk mayat. Aku juga melihat wanita berdarah yang disebutkan oleh Ario tersebut. Namun perbedaannya adalah, yang aku lihat wanita tersebut sedang digendong menghadap ke depan oleh pria berbaju putih tersebut menyebrang jalan menuju kedua mobil tersebut. Bagaimana bisa Ario bilang ia berjalan dengan dirangkul oleh pria berbaju putih itu padahal ia tidak bisa jalan? Dan anehnya lagi bagaimana bisa Ario berkata bahwa ia adalah wanita yang selamat? Wanita itu terkapar, tak berdaya dalam gendongan pria berbaju putih. Aku tidak tahu bagaimana kondisi wanita berdarah itu. Raut wajahnya tidak terlihat karena tertutup rambuh panjang hitam yang dilumuri darah membuatku bertanya-tanya apakah wanita itu masih hidup atau memang sudah menjadi mayat. Ario masih bercerita tentang apa yang ia lihat kepadaku.
“Oooh…”, jawabku sambil berfikir dan terpusat dengan apa yang aku lihat.
Aku masih melihat pria berbaju putih dengan menggendong wanita yang berdarah itu menyebrang jalan dan menuju ke salah satu mobil. Tiba-tiba terdapat sesuatu yang menepuk pundakku membuatku terkaget-kaget sehingga fokusku ke pria berbaju putih itu kabur.
“Aaaahhh …”, Teriakku sambil berbalik ke arah datangnnya tepukkan di pundakku.
“Ada apa ocky?”, Tanya Ario sambil menengok kepalanya ke arahku.
“Astaga, Syukurlah. Tidak apa iio, seorang polisi menepuk pundakku”, jawabku.
Seorang polisi berbaju Coklat dengan Vest Hijau Glow in the dark yang membawa lampu merah yang menyala untuk mengatur jalan ternyata yang meneppuk pundakku. Polisi tersebut memandangku dengan aneh selepas aku berbicara dengan Ario.
“Selamat malam! Apa yang sedang bapak lakukan disini?”, tanyanya.
“Malam pak! Saya ingin pergi ke suatu tempat yang saya sendiri belum tahu dimana. Pacarku merahasiakan ini semua, ia ingin membuat kejutan untukku”, jawabku
Polisi tersebut langsung memasang wajah yang sangat ketakutan. Keringat langsung terkucur dari wajahnya. Aku tidak mengerti apa yang ia pikirkan, hingga mengubah mimic wajahnya tersebut.
“Pacarmu? Baiklah, kalau begitu hati-hati. Selamat malam, Pak!”, jawab polisi tersebut dengan wajah yang ketakutan dan langsung berbalik, berjalan sangat cepat meninggalkan kami seolah-olah ia melihat sesuatu yang menyeramkan.
“iio, apa ada yang salah denganku? Kenapa ia begitu ketakutan berbicara denganku?”, tanyakku ke Ario.
“kurasa tidak. Yang salah itu ada pada dirinya”, jawab Ario “sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan. Kau berpegangan yaah Ockyku sayang. Aku ingin melanjutkan perjalanan. Polisi di depan sudah mempersilahkan kita untuk jalan”, kata Ario.
Ario pun kembali menjalankan motornya. Aku masih kebingungan dengan polisi tersebut. mengapa ia begitu ketakutan berbicara denganku? Fokusku pun berubah ke arah pria berbaju putih tadi. Aku melihat ke seberang untuk memastikan pria yang menggendong wanita berdarah itu apakah masuk ke dalam mobil Ambulance atau mobil Jenazah. Karena dari situ aku dapat memastikan bahwa wanita itu masih hidup atau sudah menjadi mayat. Tapi yang kulihat, pria itu sudah tidak menggendong mayatnya lagi. Ia kembali menyebrang ke arah kecelakaan bus tadi. Motor yang terus maju membuat membuatku tidak focus. Aku pun memeluk Ario yang sedang mengendarai motor untuk perjalanan selanjutnya.
“iio, aku ingin Tanya mengenai wanita tadi? Bagaimana kau bisa melihat wanita tersebut berjalan dengan dirangkul oleh pria dari tim kesehatan tersebut?”, tanyaku.
“Ocky, aku melihat sendiri dengan mata kepalaku. Mereka sedang berjalan di depan motorku. Wanita berdarah tersebut sempat melihat ke arahku dan tersenyum kepadaku”, jawab Ario.
“apa? Kau sempat melihat wajahnya tersenyum kepadamu? Kenapa berbeda dengan yang aku lihat yah? Aku melihat wanita itu terkapar berdarah, di gendong dengan pria dari tim kesahatan itu. Aku tak dapat melihat wajah wanita tersebut karena tertutup rambut yang penuh darah”, aku menjelaskan.
“Benarkah? Hmm…. Sangat aneh”, kata Ario bingung.
“Atau…, mungkin kau bisa melihat makhluk halus iio? Jangan-jangan ia sudah meninggal. Yang kulihat adalah jasadnya, dan yang kau lihat adalah ruh-nya?”, tanyaku kembali.
“Sepertinya aku tidak dapat melihat makhluk halus. Semua yang kulihat memang seperti itu, aku tidak tahu yang sebenarnya itu yang kau lihat atau yang aku lihat”, jawab Ario.
“Feeling ku kuat iio. Yang kau lihat adalah hantunya, sedangkan aku hanya dapat melihat jasadnya”, jawabku meyakinkan Ario.
“Kamu membuatku takut Ocky. Makhluk halus itu tidak nyata. Mungkin saat itu salah satu dari kita ada yang lelah sehingga timbul halusinasi. Sudah jangan dibahas lagi”, kata Ario.
“Baiklah iio. Aku hanya bertanya-tanya. Banyak hal akhir-akhir ini yang membuatku sangat bingung dengan kehidupanku. Semuanya aku abaikan saja berdasarkan asumsiku. Apalagi hari ini, di hari ulang tahunku sendiri. Penuh dengan misteri yang dipertanyakan. Mulai dari Waktu yang menurutku tidak relevan. Kemudian kau tahu, pagi ini kita mandi bersama, kau melumuriku dengan sabun. Namun saat di jalan, aku merasa badanku kurang enak, agak risih. Di satu sisi aku melihat kulit tanganku yang kering. Aku mengetahui itu disaat aku melihat jam, kulitku menyentuh kancing baju panjangku ini dan terdapat busik. Pagi ini Kevin melihatku kucel sekali dan beranggapan aku naik bus yang sangat padat. Padahal perjalanan ku ke kantor sangat lenggang busnya. Bahkan aku mendapatkan tempat duduk di sebelah wanita yang melihatku agak aneh. Saat di kantor aku bercermin memang aku terlihat seperti orang yang belum mandi. Akhirnya aku cuci muka kembali. Mungkin aku terlalu suntuk dengan pekerjaanku yang begitu banyak sehingga mengurangi performanceku”, aku menjelaskan.
“Sepertinya begitu. Pagi ini aku sudah bilang ke kamu Ocky, untuk kamu cuti. Tapi ya, memang tidak bisa mendadak sih. Ambillah satu hari untuk cuti sejenak, mengistirahatkan pikiranmu supaya performancemu lebih oke, Ockyku”, kata
Ario sambil mengelus-elus tanganku yang melingkar di pinggangnya.
Aku memeluk Ario semakin erat dan menyenderkan kepalaku di punggungnya seakan punggungnya adalah bantal. Merasakan setiap angin yang berhembus dalam laju motor yang dikendarainya. Merasakan hangatnya bantal ini di tengah cuaca yang sedikit dingin. Menerangi setiap jalan ditengah gelapnya keadaan sekitar. Seakan aku ingin berada dalam keadaan seperti ini selamanya, bersama dengan Ario.
Motor masih melaju dengan cepatnya, akupun hanya dapat melihat pemandangan sekitar yang begitu Indah, khususnya di sebelah kami. Kalau saja kita disini di pagi hari, ingin rasanya aku berhenti sejenak sambil berfoto ria mengabadikan momen Indah bersama dengan Ario. Kemudian keadaan jalan berubah. Pemandangan yang terlihat hanyalah pohon-pohon di kiri-kanannya yang di setiap jalan diterangi oleh nyala lampu. Aku kembali mengantuk, namun sebisa-mungkin aku berusaha untuk tidak tertidur kembali diatas motor ini. Aku pun bernyanyi diatas motor untuk membuatku tetap terbangun.
“Suaramu Indah Ocky. Teruslah bernyanyi. Setiap alunan nada di setiap lagu yang kau nyanyikan, mengingatkanku disaat 2 tahun kita berpacaran. Kau masih ingat ketika dalam ajang pencarian bakat dimana kita bernyanyi berdua dan salah satu juri bilang suara kita bagaikan bumi dan langit. Suaramu yang begitu merdu, namun suaraku yang begitu jelek. Disaat itu kau lulus dalam keadaan itu. Tapi kau menolaknya karena aku tidak lolos. Bahkan kau meminta sang juri jika tiket lulusmu itu diberikan kepadaku saja, untuk suaraku dilatih”, kata Ario mengingatkan kejadian-kejadian terdahulu.
“Aku tidak akan melupakan saat-saat itu iio. Aku tidak ingin menjadi orang terkenal dengan suaraku yang merdu ini yang akan membuatku jadi sombong. Aku takut merendahkanmu nantinya. Untuk itu aku ingin agar bersamamu atau kau saja yang maju”, jawabku mengenang masa lalu.
“Aku ingin setiap perbedaan yang kita miliki dapat menjadi sebuah persamaan. Jika memang tidak bisa, mungkin perbedaan tersebut tetap dapat kita jalanin berdampingan. Seperti air dengan minyak, yang takkan pernah dapat larut. Namun jika ditaruh dalam suatu wadah, ia akan berdampingan. Apalagi kalau dalam wadah tersebut diberikan mie, ayam, sauce, sambal, daun bawang, air dan minyak tersebut bisa membuat semuanya bersatu menjadi makanan yang enak”, jawabku kembali.
“Terima kasih Ocky-ku. Aku sangat amat menyesal telah menyakitimu hingga tiga kali dalam tujuh tahun terakhir kita berpacaran. Aku terlalu bodoh untuk berselingkuh dengan yang lain. Apa yang kau bilang benar, disaat kita seolah memiliki segalanya kita dapat melupakan orang lain. Tapi aku tersadar disaat terakhir aku berselingkuh 3 tahun lalu, dan aku sangat bersyukur aku masih dapat bersamamu lagi. Tak satupun aku temukan orang seperti dirimu, Ocky. Terima kasih telah memaafkanku, terima kasih sudah percaya kepadaku. seperti terakhir aku berjanji yang kuucapkan dengan tulus, bahwa aku akan bersamamu semampu aku bisa, Ocky”, kata Ario sambil mencengkram telapak tanganku.
“Tahukah kamu iio? Hal yang membuatku berfikir tentang apa itu kesombongan diri adalah dirimu. Kau tahu pertama kali kita bertemu, aku tak tampan, memang aku orang yang mungkin terlahir dengan cukup materiku dan kau pun juga, tapi materi yang aku miliki tidak dapat membayar keadaanku. Kesendirianku tanpa adanya keluarga, dalam rumah yang sepi disetiap harinya. Mereka telah berpisah dan meninggalkanku dalam rumah besar itu. Hidup dengan teman-teman sekolahku yang hampir semuanya berorientasi pada materi yang aku miliki. Namun ketika kau datang, kau tidak memperdulikan semua itu. Bahkan jika kau ingin mendapatkan seseorang yang lebih, Kau tahu aku cukup materi, tapi kau tidak seperti teman-temanku yang hanya memanfaatkanku. Kau memberikanku apa yang terbaik untukku, memberikan semangat kepadaku. membuat hidup ini adalah pelangi, bukan hitam putih”, aku menjelaskan.
“kau tahu disaat kau selingkuh, disanalah aku belajar tentang ikhlas. Aku memang sangat sakit saat melihatmu selingkuh dan memintamu untuk pergi bersamanya. Mungkin dia yang terbaik untukmu. Dan aku kembali dalam hitam putih duniaku yang mana aku harus ubah menjadi pelangi seperti yang telah engkau buat”, kembali aku menjelaskan.
“dan disaat kau kembali, disanalah aku belajar tentang bersyukur. Dalam setiap doaku, aku ingin yang terbaik untukku dan dirimu. Dalam hati berharap kau dapat kembali, dan Sang Maha Kuasa menunjukku menjadi orang yang terbaik dalam hidupmu. Aku tidak tahu, apakah harapan dalam hatiku ini sudah terkabulkan, tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik dalam hidupmu. Kau sudah cukup untukku iio, tak satupun pria aku memandang seperti memandangmu”, kembali aku menjelaskan sambil memeluknya dengan erat.
“Terima kasih Ockyku sayang. Seandainya aku tidak sedang mengendarai motor aku ingin memelukmu dengan erat. Aku sangat menyayangimu Ocky. Ingat janjiku, kau adalah orang terakhir dalam hubungan cintaku”, jawab Ario.
“Haha … aku memintamu untuk tidak berjanji seperti itu. Masih ingat permintaanku dalam janjimu saat terakhir kita balikan? Aku ingin pintaku terkabul”, tanyaku.
“Iya, kau adalah pria terakhir yang harus kucintai semampu aku bisa. Namun jika salah satu kita dipisahkan oleh waktu yang sudah ditetapkan dari Sang Maha Kuasa, aku atau kamu harus memilih orang terakhir dalam kehidupan kita yaitu seorang wanita. Menikah dengannya, melanjutkan kehidupan baru agar kaum manusia tidak punah”. Jawab Ario.
“Tepat sekali. Satu pintaku untuk berjanji kepadaku”, kata aku.
Kami berbincang-bincang sepanjang perjalanan. Jalan-jalan yang kami lewati berganti-ganti mulai dari kota, danau dengan gunung, pepohonan dan masuk kembali ke dalam kota. Tidak terlalu mewah dalam kota yang kami masukki ini tapi cukup untuk menerangi perjalanan yang sebelumnya. Motor pun memasuki sebuah bangunan seperti topi pesulap yang ditempatkan dalam keadaan terbalik. Ya, bangunan itu adalah tempat pertama kali aku bertemu dengan Ario. Hal ini mengingatkan aku terhadap mimpiku.
“iio, belum lama aku memasuki bangunan itu. Aku bermimpi diatas motor ini, kau membawaku ke dalam tempat ini dan segalanya saat pertama kali bertemu terjadi dalam mimpiku”, ungkap aku.
“Sepertinya mimpimu menunjukkan masa depan. Berarti tidak kejutan lagi dong. Aku sengaja membawamu kemari agar kamu bisa mengingat pertama kali kita bertemu dalam gedung itu. Kita bisa memulainya lagi dari awal. Aku ingin memperbaiki kesalahan dalam cerita cinta kita yang tercoreng atas kebodohanku. Aku ingin kau tahu betapa aku sangat mencintaimu, Ocky, sehingga kau tidak ragu bersamaku”, Kata Ario.
Aku hanya dapat memeluknya yang semakin erat, ia pun mengelus-elus tanganku yang melingkar di pinggangnya. Kita memasuki ruang parkir dan Ario mencari space ruang parkir yang masih ada. Aku pun turun dari motor mengikuti Ario. Ia merapihkan motornya dan membukkaan helmku dari kepalaku, lalu mencium keningku, kemudian menaruh helmnya diatas motor. Ia merangkulku sambil berjalan menuju pintu keluar parkir. Kami pun berjalan menuju lobby bangunan tersebut. aku membuka pintu bangunan itu dan masuk ke dalamnya. Yang aku ingat, kau pernah tertabrak dalam membuka pintu itu dan bertemu dengannya.
Kami berjalan menyusuri setiap ruang yang ada di dalam bangunan tersebut. ia melepaskan rangkulannya lalu mengambil sesuatu dari kantongnya. Ternyata ada sebuah amplop kecil yang ia kantongi, lalu memberikannya kepadaku.
“Apa ini iio?”, tanyaku.
“buka saja, kau akan mengetahuinya”, kata Ario
Aku membuka amplop itu secara perlahan. Aku menutup mata dan menarik nafas yang sangat dalam lalu membuang nafas perlahan dan membuka mata. Ternyata dalam amplop tersebut adalah dua buah tiket VVIP dalam acara pesta yang bertuliskan “Night of Love Memorial” yang dipersembahkan oleh Namisland Entertainment Group, sebuah perusahaan Entertainment terkenal. Namun aku masih tidak mengerti, apa maksud dari Night of Love Memorial ini. “Ini tiket apa yah iio?”, tanyaku.
“Hari ini, di gedung ini paling atas sana akan diadakan sebuah pesta yang berjudul Night of Love Memorial, yang didalamnya terdapat beberapa orang yang tidak cukup terkenal yang dianggap memiliki memori kisah cinta unik di masa lalu dan mengungkapkan apa yang akan harus dilakukan kedepannya untuk membangun kisah cinta orang-orang tersebut. Orang-orang yang akan tampil nanti adalah orang-orang terpilih yang lulus seleksi dari juri. Yang ditampilkan dalam acara nanti adalah pemenang tiga besar, yang mana kisah cintanya akan diabadikan dalam sebuah buku dan film. Cara seleksinya hanya dengan mengirimkan kisah unik berupa video dan tulisan. Semua yang terpilih dari hasil seleksi tersebut akan dibuat editing dari video-nya yang dicampurkan dalam cerita yang telah dituliskan”, Ario menjelaskan maksud dari Night of Love Memorial ini.
“Wow, aku sungguh tidak sabar menunggu-nunggu kisah cinta dari orang-orang nanti” jawabku dengan wajah yang berseri-seri.
“baiklah, kalau begitu, kau dapat mengganti kostum kerjamu ini menjadi kostum yang sedikit lebih glamour. Karena yang datang dalam acara ini cukup glamour, jadi aku tidak ingin kita menjadi pusat perhatian karena salah kostum. Ini kartu kreditku, pakai saja”, jawab Ario sambil memberikan kartu kreditnya.
“Tidak perlu iio, aku akan membelinya dengan uangku saja. Kau keep saja”, jawabku.
“Baiklah, sampai bertemu disana yah. Boleh minta satu tiketnya kepadaku. Aku ingin kau melihat perubahan kostumku nanti”, kata Ario.
“Oh, kupikir akan mencari kostum bersama. Tapi baiklah kalau begitu. Ini tiketnya, aku akan tampil sebaik mungkin. Tapi nanti kalau tidak sesuai dengan harapan kostumku nanti, jangan marah ya iio?”, tanyaku sambil memberikan salah satu tiketnya ke Ario.
“Jelas saja tidak laah Ocky”, sambil mengelus-elus rambutku. “sampai bertemu disana”.
Ario pun berlari pergi mencari kostum terbaiknya, begitupun dengan ku yang menyusuri butik demi butik untuk kostum terbaikku dalam acara ini. Aku memasukki sebuah butik terkenal yang didalamnya terdapat salon juga. Butik itu cukup mahal, tapi untukku sangat worth it. Aku melihat ke jam menunjukkan waktu pukul 18.00, dan acara dimulai pukul 20.00. memang untuk waktu sekarang yang menunjukkan pukul 18.00 kurang akurat berdasarkan asumsiku, karena terakhir aku melihat jam di jam tanganku menunjukkan pukul 17.20 saat aku terbangun dari tidurku diatas motor disaat adanya kemacetan jalan karena kecelakaan bus tadi. Perjalanan yang cukup jauh menuju bangunan ini menurutku setidaknya membutuhkan waktu sekitar 1.5 jam, namun hanya dalam 40 menit saja aku sudah sampai. Aku mencocokkan jam tanganku dengan jam yang terpasang pada butik tersebut menunjukkan waktu yang sama. Aku tidak terlalu banyak berfikir tentang waktu, yang terpenting dalam waktu setidaknya 1.5 jam aku sudah selesai.
Aku diminta untuk mandi terlebih dahulu membersihkan semua kekacauan yang terjadi di tubuhku. Setelah selesai, aku langsung memakai baju dalaman yang diberikan, dan menggunakan segala peralatan setelah mandi yang tersedia dalam kamar mandi. Setelah selesai, aku menuju ruang ganti yang di dalamnya terdapat banyak lemari kaca besar. Aku mencari salah satu pakaiaan kemeja, dasi, jas, celana, kaus kaki dan sepatu yang cocok untukku dari segi desain dan ukuran yang terutama. Aku mengambil kemeja berwarna putih, jas sedikit kasual berwarna hitam, dasi kecil berwarna merah, sarung tangan berwarna putih, sepatu kilau hitam beserta dengan kaus kaki hitam juga. Aku langsung bergegas berpakaian sambil bercermin. Semua ini sangat cocok untukku. Pakaian yang tadi aku gunakan aku titipkan sementara pada butik tersebut, yang akan aku ambil selepas acara selesai. Kemudian raut wajah dan rambuku di make over oleh team salon sendiri. Setelah selesai, aku membayar bill yang telah diberikan kepadaku. aku cukup kaget dengan tagihanku yang begitu mahal, namun aku tidak mempermasalahkan semua itu. Aku melihat jam yang menunjukkan waktu pukul 19.20, sekitar 1 jam 20 menit waktu dihabiskan untuk make over diriku.
Aku pun langsung berjalan menuju tempat Night of Love Memorial berada. Aku sangat percaya diri, malam ini aku sangat glamour. Aku melihat ke tiket yang diberikan, tempatnya berada di rooftop. Aku berjalan menyusuri dalam bangunan itu menuju rooftop. Setelah 20 menit berjalan, sampailah aku di rooftop tersebut. sesampainya di depan pintu masuk, aku merogoh kantongku untuk membuka isi amplop tersebut kemudian ada seorang ibu-ibu sekitar umur 60 tahun yang cukup modis menyapaku dari jarak sekitar 10 meter, lalu menghampiriku.
“Hey, kau pasti yang bernama Rico Biesch, pasangan dari Ario Gautama?”, Sapa ibu itu.
“Iya, aku Rico Biesch pasangan dari Ario Gautama”, kata aku sambil menaikkan alisku yang bermaksud bertanya siapa ibu ini.
“Ah, perkenalkan aku adalah Grace White. Aku sangat mengenalmu, Ario sering sekali bercerita banyak hal baik tentangmu. Aku adalah pembimbing Ario”, jawab Ibu yang mengaku dengan nama Grace tersebut.
“Ah, tapi Ario tidak pernah bercerita apapun tentang Ibu Grace. Pembimbing bagaimana yah maksudnya, Ibu Grace?”, tanyaku.
“Iya, dia bilang akan memberikan satu kejutan kepadamu Rico. Maka dari itu dia tidak menceritakan apapun tentang aku dan detail tentang Night of Love Memorial ini”, jawab Ibu Grace “Kau akan mengerti setelah datang di tempat ini, aku turut bangga dan bersedih atas kisah cinta kalian”.
Aku tidak mengerti apa yang ia katakan. Kami pun masuk ke dalam ruangan tersebut tanpa ditanyakan tiketnya, mungkin karena penjaga pintu sudah mengenal Ibu Grace, mungkin mengenalku juga. Tak lama handphoneku berbunyi karena adanya panggilan masuk.
“Oh maaf Ibu Grace”, kata aku sambil mengangkat handphone untuk menjawab panggilan tersebut. bu Grace mempersilahkan aku untuk menerima panggilan tersebut. namun saat aku menjawab panggilan tersebut, tiba-tiba mati. Tertulis di layar handpone “One Missed Call from Rangga”. Aku bingung kenapa Rangga meneleponku. Aku pun kembali menelponnya dan namun handphonenya tidak aktif.
“Maaf bu Grace, tadi ada telepon”, kata aku.
“Tidak apa. Baiklah, kau pasti mendapatkan tempat duduk dengan meja VVIP, tempatnya ada di paling depan, kau dapat menuju tempat itu. Oh iya Rico, dalam acara nanti handphone tidak diperkenankan untuk aktif. Namun, jika kau tidak ingin menonaktifkan handphonemu, kau dapat mengedapkan (silent) suara handphonemu”, kata Bu Grace.
“Oh baiklah bu, aku akan mematikan handphoneku saja. Terima kasih atas sambutannya, Bu Grace. Sampai bertemu kembali”, jawab aku.
“Okay, selamat menikmati pertunjukkan acara ini”, sapa Ibu Grace.
Aku pun berjalan meninggalkan Ibu Grace menuju tempat duduk VVIP yang terdaftar dalam tiketku. Aku cukup terkesima dengan keadaan ruangan ini yang begitu sederhana. Rooftop disini dengan menggunakan hawa alam. Nyala lampu juga minim, karena di setiap meja di dalamnya ada lilin-lilin yang menyala. Tidak ada tutupan, untungnya cuaca dalam keadaan cerah malam ini. Aku dapat melihat langit diatas membentang berwarna biru gelap dengan nyala ribuan bintang-bintang menghiasi. Aku masih mencari dimana meja yang harus aku singgahi, tiba-tiba ada seseorang memanggilku dengan panggilan yang khas sambil melambaikan tangannya keatas. Siapa lagi kalau bukan Ario, dari jarak sekitar 10 meter dia sudah memintaku datang kepadanya. Akupun langsung menuju mejanya, ia langsung mencium keningku.
Lihatlah dirinya yang sangat amat tampan mala mini. Aku sangat terpukau melihatnya, sungguh berbeda saat di motor tadi. Menurutku tak ada lagi pria yang sebanding tampannya dengan dia malam ini. Kostum yang ia gunakan dengan jas yang sedikit agak kasual. Tidak berbeda jauh dengan kostumku, tapi tetap saja jika dibandingkan dia jauh lebih tampan dariku. Posisi yang didapatkan di meja kami berada di paling depan dan sangat dipinggir. Kalau dilihat ke arah pinggir, terlihat dua buah gunung dengan nyala bulan utuh. Angin yang berasal dari gunung tersebut sangat sejuk sekali. Aku sangat senang berada di tempat ini.
Di depan kami terdapat panggung dan layar. Tidak terlalu besar, namun cukup untuk menjangkau seluruh hadirin yang datang pada acara ini. Banyak dari kamera juga mengetes ulang untuk mempersiapkan acara ini. Aku melihat waktu menunjukkan pukul 19.50, jadi kami harus menunggu 10 menit lagi acara dimulai.
---Masih Berlanjut---
Invitation for :
@Tsunami @elul @hananta @balaka @kristal_air @3ll0 @lulu_75 @sinjai @d_cetya @polos
silahkan disimak kembali updateannya ane punya cerita. maap kalo dalam cerita ini, ane bikin pembaca tambah mikir, puyeng dan bingung. monggo dikomentarin setragis mungkin cerita ane ini.