It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kayaknya hafal banget detil2 di mekkah
Iya mas Fian, pernah !, tapi ini versi Rusli. Aku dulu tahun 2010 hanya naik Saudi Arabian, transit dimana-mana. Ini Rusli naik garuda lebih bagus garuda emang apa lagi itu tahun 2014 sepertinya Bandara King Abdul Aziz sudah direnovasi, terkesan lebih kinclong versi Rusli, pengen umroh lagi ah
Iya Bro Balaka, ini lagi dirangkai ya penuturannya
Penat di badan masih tersisa sedikit, namun demikian aku tetap bangun subuh untuk menunaikan kewajiban sholat. Kemudian, berhubung masih ngantuk aku tidur lagi hehehe (sudah nambah sehari bolos, sekarangpun hari Minggu tentunya boleh bolos lagi) , dan zzzzzzzzzzz
tertidurlah aku dan masih terasa di awan-awan saat meminum air zam-zam dan membuat mas Wiji senyum lebar saat kusiramkan air itu di wajahnya.
Terbangun dari tidur, saat itu jam 07.30, aku dapati ruang tamu yang sepi dan kamar papa Ridwan tertutup. Sepertinya papa juga tertidur habis sholat subuh. Ternyata.... tidak aku saja yang letih, Itulah papa dengan bawaan umur tidak bisa dihindari !.... aku ga bilang tua loh, hehe.... Makanya aku langsung mandi saja, maunya mencicipi kue pagi papa Ridwan ataupun nenek. Mungkin nanti jam 10 an, sabar dulu ya perut .....
Setelah berpakaian khas hari Minggu, hehe khas hari Minggu, apa ayo... ya T-Shirt saja ! sama celana katun.
Hanya ada warna putih berkombinasi biru or birumuda si TShirtnya di dalam lemari pakaian yang disiapkan uwo. Warna hitam serta biru tua untuk celana katunnya, (beberapa ada juga celana jeans tapi tidak banyak, karena uwo dan nenek tidak suka konsep celana jean),
yeaahh nurut saja, alhamdulilah sudah dibelikan dan disiapkan uwo
Uwo paham betul karakterku dan bagaimana cara mengurus diriku.
Balik lagi ke ruang tamu, kali ini terdengar suara perbincangan di bawah sana
"Aduh..., mama kamu itu sudah terlalu sering ngasih kue" naaahhh itu suara nenek
"Baru kue ulang tahunmu kemaren" oww itu suara papa
siapa ya yang di bawah ?
dia ngantar kue ?, ya Allah perut sudah rindu sama kue Indonesia, adooohhh..... gitu amat padahal hanya 8 hari umroh.
"kalau mama sudah di Semarang, tidak bisa lagi ngirim kue untuk nenek" sebuah suara yang terkesan kalem namun apa iya kalem hahahaha mas Wiji ??????? modus apa ini
"bagaimana istirahat kau ?" tanya papa
"lumayan pa, sekarang sudah seger" jawab suara itu
Takut sekali turun, namun aku ingin lihat wajah mas Wiji
Ah.... segan sama papa ! curiga dia ntar. Biarlah seperti aturan nenek, kalau dia yang nyuruh baru aku boleh menemui tamu di bawah.
Ok saja, aku baca koran pagi Minggu itu, beritanya masih saja pro dan kontra pemilihan pimpinan fraksi-fraksi DPR saat itu, antara yang mendukung pemerintah dan yang oposisi. Aku senyum, kalau ga ada partai yang netral, siapa yang menengahi ? makanya ada dua kubu terus, semoga presiden tetap kuat.
Namun telinga ini ga bisa lepas dari suara mas Wiji hmmm.
"Rusli sudah mendingan, tadi dia tertidur lagi habis sholat subuh" kata nenek
"Dia sudah harus makan sepertinya mak, aku bangunkan Rusli dulu " kata papa Ridwan
Naiklah papa Ridwan
Dan seketika papa mendapatiku sudah rapi, sudah cakep, sudah wangi ala bedak bayi Jhonson hehehe...... kata uwo itu bedak yang paling bagus biar pahaku tetap nyaman saat berkeringat, benarkan ! pakai bedak yang aneh kalau alergi makin sulitlah kaki itu, marilah pakai bedak bayi, heheheh
"wah Rusli sudah Rapi, hemm makin cakep anak papa" kata papa Ridwan sambil merangkul tubuhku
"met pagi pa, tadi aku masih ngantuk" kataku
"ga apa, tuh ada Wiji, kita makan kue di bawah yuk " ajak papa
Aku turun dengan papa ke lantai Satu
"eeeehhhh kamu dah rapi Bro ? ndengar pembicaraan kami dari atas ya ?" ledek mas Wiji
"heem, Rusli jarang turun kalau tidak aku yang nyuruh" kata nenek
aku senyum, duduk dekat nenek dan nenek mengacak-acak lagi rambutku, padahal sudah rapi, heheheh
"nenek aturannya banyak yang sadis" spontan mas Wiji berkata benar, hahahah ga juga 100% mas Wiji, mas Wiji tidak pernah tahu mengapa nenek begitu.
"hahah bukan, agar yang merasa sok dekat dengan aku, tidak memanfaatkan Rusli" kata nenek
mas Wiji terdiam sesaat dan mencoba mencerna kalimat nenek
"hemm emang banyak yang bermental instan ? nenek juga sih kelewat baik dengan mereka" kata mas Wiji
"namanya juga bisnis Wiji " kata papa
"nurutku, karena nenek dan papa sayang sama Rusli !, jadi takut goyah pendirian, kalau Rusli yang minta. Maaf kalau salah" pendapat mas Wiji
"hahah kamu benar dan berani sekali ya ? mama papamu tidak begitu" canda nenek
"darimana nenek tahu ? " tanya mas Wiji
"heemm sudah ya, berhubung kuenya sedikit, maka kami saja yang makan ini, kalian berdua makan diluar" kata papa sambil memberikan kunci mobilnya pada mas Wiji
nenek tersenyum
mas Wiji bingung
"oh, tapi aku bawa motor pa" jawab dia
"ku cekek leherkau jika bawa Rusli pakai motor" ancam papa
"hahha... pergilah kalian ! tapi jangan lama-lama, dan hati-hati" kata nenek
Untuk pertama kalinya aku bepergian tanpa pengawalan papa, nenek, atau uwo. Mereka tidak pernah curiga pada prilaku yang aku tunjukkan. Mereka tidak akan percaya bahwa aku memiliki asa. Mereka hanya tahu aku anak baik, dan bahkan nenek juga hanya tahu bahwa Bapakku orang baik, tidak tahu nenek kenapa mamak begitu kesal sama Bapak yang super perhatian sama papa Ridwan.
Selagi papa Ridwan hanya tahu bahwa mas Wiji itu nekat, dan papa tidak mau aku dijerumuskan dalam anggota perkumpulan anak-anak motor, tidak akan banyak pertanyaan pribadi !
sejauh ini sikap mas Wiji juga datar didepan papa, mas Wiji ga menunjukkan yang serius-serius gimana gitu, karena aku juga belum menyatakan apa-apa sama mas Wiji.
"aku tahu Bro mengapa papamu membeli mobil ini" kata dia
"apa itu ?" aku penasaran
"ini masa depan kita Bro, dia menyerahkan mobil ini ke aku ! Fortuner" kata dia PeDe
"hahah ada-ada saja ! " baru aku teng... iya merek mobil papa itu
"wah, ini orang tuaku harus menabung sepuluh tahun Bro baru dapat mobil seperti ini" kata dia
"aduh mas aku ga ngerti harga-harga ! aku juga tidak tertarik sama mobil" jawabku
"karena kamu tertarik sama kue" kata dia ! kemudian dia memberikan beberapa surat untukku dari sekolah yang dititipkan ke Nana,
aku sedikit melirik surat apa saja itu ? Salah satunya surat pencarian sponsor kegiatan sekolah.
kembali kufokuskan perhatian pada wajah ganteng mas Wiji,
hahaha ......
ngajak ngomong kue lagi, kue gadis chuaannntik.
"hahahahah apaaaaan" protesku
"tahu ga Bro, si Nana kurang ajar ketagihan buat kue resep dari kamu, aku yang sengsara mengocok adonan tadi malam, syukur jadi dan enak " kata dia
"aha ... itu kue kreasi Nana dan mas Wiji ? pasti enaklah, tapi kita diusir ga boleh makam kue itu" tanyaku
"tenang Bro, aku ajak kamu ke toko kue langganan mama ya, aku ada kue spesial untukmu hari Minggu ini" kata dia
Mobil diarahkan mas Wiji ke daerah Pemancar itu daerah bagus jugalah ada kampus, ada perumahan penduduk yang rame, ada pertokoan juga. Lumayan tertata, tidak se semrawut seperti di angso duo ataupun simpang kawat tentunya.
Ada beberapa amoi-amoi berkelas duduk menikmati kue dan kopi,
bagus dan bersih toko kue ini ! dan lumayan keren. Toko yang seperti ini di kota Jambi bisa dihitung dengan jari, hemmm
Kami milih duduk mojok agar dekat dengan WiFi gratis sebagai servis dari toko ini
"Bro, nanti aku akan nabung, dan benaran naik haji kita berdua" kata dia
"hemm.. aku diuruskan uwo mas, sekitar tahun 2018" kataku
"itu uang orang lain, ini uang dari pacar, pasti beda !" kata dia sambil mencoba mengonekkan HP nya dengan line gratis ini heheheh
"hahahah...... mas jangan ngomong seperti itu" kataku
"lama aku berfikir Bro tadi malam, nenek dan papamu begitu sayang sama kamu, apa aku akan bisa berbuat seperti itu untuk mu" kata dia
"hemm kenapa mas memikirkan itu ?" tanyaku
"gara-gara cerita ini bro" dia membukakan salah satu situs cerita
"oh ini ya situsnya, aku coba buka ya" kataku
"sambil dimakan Bro kuenya, mau minum coklat hangat tidak ?" tawaran dia
"mau mas" jawabku
"kamu lebih suka coklat ya ? aku lebih suka kopi" kata dia
"iya mas, kalau ga teh cukuplah ! nah ini sudah kebuka mas, cerita yang mana ?" tanyaku
dia memilihkan satu cerita
Maaf ya om tante mas abang kakak dan mbak, bukan memilih-milih cerita, tapi ini cerita tidak begitu populer tidak banyak yang baca tapi banyak komentar, komentar yang menghina cerita ini. aku terdiam. Ya ceritanya tidak begitu glamor, ditulis dengan tidak ada maksud apapun selain berbagi rintihan hati.
"mas sudah halaman berapa ?" tanyaku
"sudah di pertengahan Bro" kata dia
Tampak mata mas Wiji berkaca-kaca
dan akupun sudah masuk diawal cerita ada anak yatim di sekolah bagus di jakarta menenteng kresek berisi jualan kue buatan mamanya, aku agak gemetar dan pedihnya terasa
apa ini karena ceritanya menyindir masa laluku ?
Mas Wiji makin diam dan sesekali menekurkan kepalanya
"mas, sudah ya, ntar mas terbawa perasaan, ga baik dilihat orang" saranku
"iya Bro" desah mas Wiji sambil menutup HP nya
aku coba mengalihkan pembicaraan
"hidup mungkin seperti itu mas, kita kadang tidak ada pilihan" kataku
"itu yang aku kagum sama kamu Bro, aku makin kagum ketika mengetahui bahwa kamu bukanlah anak pak Ridwan" kata dia
"tidak enak dapat musuh mas, dulu aku di SMP hanya Wulan temanku mas, mereka semua terlalu kaya untuk mau berteman denganku" satu kalimat kulontarkan untuk mas Wiji dan tanpa terasa cerita itu benar-benar mengungkit luka lama yang inginku lupakan.
"jangan kawatir Bro, teruslah jadi Rusli yang baik di mataku" kata mas Wiji sambil menggenggam tanganku dengan sedikit gemetar. Aku butuh tangan yang seperti ini ya Allah, dan rasanya aku mau mas Wiji yang seperti ini,
esok hari akan ku lihat apa di depan para cewek anak IPS XII itu mas Wiji masih akan seperti ini ?
Dalam perjalanan pulang
"makasih ya Bro untuk hari ini, dan mohon tidak menghindari diriku" harapan mas Wiji dan sekarang giliran tangannya yang mengacak-acak rambutku
"iya mas Wiji, InsyaAllah !, aku sungguh ingin lihat mas lebih baik dari hari ini" ini sebenarnya adalah do'a untuk mas Wiji
"siap Bro" jawabnya
"hapus tuh sisa air mata mas, jangan buat papa curiga ya mas ! " harapanku
Dalam makan siang sama nenek, papa, dan uwo aku terkagum dengan menunya, ini bukanlah uwo yang bikin, karena tadi uwo masih tidur
"nenek, ini seperti rasa hidangan Sinar Bulan" tebakanku
mata nenek dan papa mendelik
"hahah Rusli makin bersih ya wajahnya dan lidahnya makin baik" kata uwo
"hem bukan uwo, tapi rasa yang seenaknya aku hanya mencoba dengan nenek si RM Sinar Bulan" kataku
"iyo Rus, uwo kau dari muaro Bulian" kata nenek
"adooohh pantesan dari pagi uwo tidak ada, aku kira uwo tidur" kataku
"tidur apo ? nenek dan papa kau tuh yang tidur, aku yang disuruh ke muaro Bulian" kata uwo
hahahah ....... sorak nenek dan papa Ridwan
Terakhir aku bereskan meja makan dan kusalin semua masakan enak dan spesial ini, ada dua potong rendang aku simpan dalam tupperware untuk mas Wiji dan Nana, mereka perlu mencoba.
Urusan menolong nenek dan papa berlangsung menyenangkan hingga jelang magrib tidak kami hiraukan. Urusan yang sdikit tidak terurus selama seminggu lebih, telah diatur kembali. Aku lebih ke input data saja. Ketika melihat mereka bertiga berbantahan dan mencatat tugas masing-masing, jika perlu telpon, aku carikan nomornya dengan sigap siapa rekan bisnis yang harus ditelpon itu. Sambil menunggu hasil telpon biasanya aku seling dengan nonton TV hari Minggu dan seterusnya. Habis sholat Isya malam itu, mereka sudah letih .....
Aku kembali membuka HP, oh ga ada SMS dari mas Wiji, mungkin dia masih mewek dengan cerita ini yang tamat pasti dibacanya sehari, tadi saja dia dah di pertengahan,
ya sudah
aku juga baca, kalau terlalu sedih, aku tidur saja ke kamar nenek dan ku tutup cerita itu.
Ya tuhan, dari lembar ini, makin ke lembar lain, terjelaskan bahwa teman-teman anak itu ada yang baik ada juga yang jahat ke sumsum tulang. Terenyuh hatiku saat jalan-jalan kelas, anak itu saja yang tidak diajak, kue yang dibuat orangtuanya itu untuk penyambung hidup, dibuang temannya ke comberan, ya Allah ....
aku betulan menangis saat membayangkan lagu sedih anak itu ketika dia terusir dari sekolah itu dan balik ke Surabaya !
cukup sudah, aku tutup HP itu dan aku berlalu ke kamar nenek, aku ingin menangis disamping nenek ................ aaaarrrrgggggggg ketidak-adilan terjadi dimana-mana.
Pagi ketika aku dibangunkan nenek untuk sholat subuh,
"Rus, bangun nak ! menangis kau nak ? nenek risau melihat kau menangis tidak ada sebab"
kata nenek sambil menghapus sisa air mata di pipiku
terdengar langkah uwo
"napo Rusli menangis uni ? kemaren sore masih baik sajo" sergah uwo
"maaf nek, uwo, aku mimpi" kataku menghindari pertanyaan mereka lebih lanjut
"mimpi apo ? duh kau ini nak, makonyo baco doa sebelum tidur" saran nenek
"iya nek, untuk anak yatim terlantar nenek ada membagi rezki ?" tanyaku dengan lambat
"iyolah Rus, jangan kawatir kau, itu uwo yang mengontrol tiap bulan" kata uwo
"alhamdulilah, aku mimpi raso di dusun dan aku diusir dari sekolah karena mamak tak punya uang" kataku
"oh... Rus .... jangan mikir sampai itu nak, banyak orang jahat, banyak juga orang baik" pertahanan nenek goyah suaranya gemetar dan memelukku dari depan
kami terdiam hanyut dengan perasaan masing-masing
"mokasih yo Rus, melihat wajah kau, selalu kami teringat yang tidak beruntung, mokasih kau telah menemani kami" nenek makin mengeratkan peluknya, aku juga ingin Jala juga ada yang memeluk seperti ini.
Di sekolah pagi itu
Hingga sekitar 5 menit lagi pelajaran dimulai aku tidak menerima SMS dari mas Wiji ataupun melihat wajahnya pagi ini, lalu aku coba SMS
"aku yakin, mas Wiji akan peduli sama anak yang butuh sekolah tapi terkendala oleh biaya ! " kalimatku
langsung terbalas
"Iya dek, di masa depan masih banyak yang perlu kita tolong" balasan mas Wiji,
kemajuan ... dia sudah menyebut kata-kata adek, bukan Bro lagi. Dia tidak malu membuka situs cerita gay itu dan tidak gugup ketika menunjukkan wawasannya tentang suka sama cowok agar aku yakin dia tidak ada cewek karena dia masih bebas sendiri.
Sejauh ini perkembangannya makin positif, syukurlah.
Jam istirahat ku dengar Titin meracau sekembalinya dari kantin
aku dan Nana menikmati brownis sisa kemaren yang dibuatnya, iya dah makin lezat saja
"mana sih si bang Wiji ???? dasar" umpat Titin
"hehehe katanya dah ga mau lihat mas Wiji" sontak Nana
"ya lihat sebentar saja ga pa ! pindah nongkrong kemana dia ?" sorak Titin lagi
"yeiii tanya dulu dong, dia lagi pertemuan dengan guru kesenian" Nana makin jengkel
lalu Titin duduk dan merebut kue dari tangan Nana
hahahah
aku kasihkan bagianku untuk Nana dan mereka memakannya
"Rus jangan pergi-pergi lagi ! masa bisnis labih seminggu" rengek Titin
"mbantu orang tua Tin, kamu lancar pelajarannya ? hampir UAS loh ga naik kelas nanti" nasehatku
"Tidak ngerti aku apa yang diajarkan ! ntar sore kita belajar ya !" kata dia, dan Nana senyum mekar
"loh aku yang mau belajar kan aku ga masuk" candaku
kemudian terdengar anak-anak di kelas ini ribut
"sepertinyo pentasan pelepasan anak XII berlangsung semarak tahun ini" sorak kawan-kawan yang dikompori oleh cowok baris belakang itu hahaha aku sudah tahu itu dari surat pemberitahuan dari sekolah untukku terutama mencari sponsor kegiatan
ujung-ujungnya surat itulah yang ke aku, untuk meluluhkan hati papa dan nenek hahaha...
tapi ga apalah untuk membuat orang tersenyum, nenek dan papa bisa berbuat lebih dari itu, lagian aku juga akan mencari orang-orang yang ingin mendekat-dekat dengan usaha nenek hemmm ini bolehlah dalam hal menggolkan acara yang sukses,
satu yang istimewa sebenarnya : aku ingin mas Wiji tersenyum bahagia saat meninggalkan kota Jambi ....
Sekolahnya ini adalah sekolah yang memberi kesan istimewa.
Kalau mas Wiji balik suatu hari nanti sebagai orang pintar, dia akan tertarik untuk merasa nyaman balik ke Jambi ini.
Aku mungkin bukanlah orang yang bisa berkata yang wah wah, mengenai ungkapan hati !
Tapi aku punya kekuatan yang lain untuk mas Wiji untuk dapat mengingat bahwa dia pernah dekat denganku.
Setelah menitipkan Tupperware berisi masakan kesukaan mas Wiji, aku dijemput pak Hamid pulang sekolah itu, kemudian aku dapati satu SMS dari mas Wiji
"jangan telat makan siang ya dek" kalimat dia
"makasih mas, aku titipkan rendang sama Nana untuk mas makan malam" kalimatku
"alhamdulillah, serasa ada yang menemaniku makan malam nanti" kalimatnya begitu dewasa
Malam harinya, tidak butuh waktu 5 menit, papa, nenek, dan uwo menyetujui rencanaku dalam acara melepas anak kelas XII itu. Aku selalu meminta kalau itu adalah hal-hal yang serius ! mereka mengerti, untuk hal-hal kecil aku tidak pernah merepotkan orang tua itu.
Pada donasi dari rekanan nenek dan mama mas Wiji, aku diizinkan untuk diantar jemput dengan mobil mama mas Wiji itupun hanya sore jam 15.30 hingga jam 17.30 begitulah, iya karena setelah itu tidak baik bagi hidupku pada menjelang magrib, mungkin bagi orang lain tidak masalah, namun kita membawa takdir sendiri-sendiri.
Musik pengiring aku pilihkan yang agak berkelas tidak seperti selama ini, maaf aku nyebut merek grup Yamaha, ini yang sudah eksis tempat belajar mengembangkan musik di kota kami, sepertinya purwacaraka juga sudah ada di kota Jambi
saat minta pendapat sama papa pagi-pagi
"Pa, om Harry di Yamaha sibuk ga pa ? mau ga dia menolong anak papa ? hehehe" rayuku
"hahaha ... kamu, mau lah dia, jangan sebut-sebut nama papa ! dan jangan minta diskon ya nak" kata papa
aku mengerti maksud papa, lagian dananya sudah begitu banyak tidak baik meminta diskon pula, dulu mungkin papa mengembangkan bakat gitarnya disini, mengapa sekarang tidak ? apa itu dalam rangka menghidari bang Jasri ? kena batu papa kalau diajak bicara gitar,
suatu hari nanti akan ku korek ceritanya seperti apa ?
Lumayan bisa dipantau kegiatan ini, aku tidak yang terlalu fokus, pelajaran lebih utama bagiku, apa lagi olimpiade matematika ini kapan lah itu semifinalnya di jakarta ? bingung ! panitia yang aneh suka mendadak ! setelah semi final, lalu final nunggu lagi dengan jadwal yang ga jelas, huffssss benar kata uwo ....
Yang ditunjuk sekolah untuk program panggung adalah salah satu cowok baris belakang itu yang tidak ganteng,
lebih ganteng mas Wiji heheh ...
lagian mereka tidak gay hahaha lupakan nama mereka tidak penting,
Seperti biasa, dia takut sama aku, maksudnya takut kalau kupukul pake tongkat, heheh
Tinggal lihat saja hasil kerja mereka, lalu aku komen sedikit, tuh tari payung kurang rapi !
Itu dance apa ? apa perlu dance patah-patah gitu ?
begitu, dan mereka langsung membenahi.
Dengan budi baik nenek, kami berhasil menempati ballroom hotel yang besar di dekat Ramayana pusat segala pusat keramaian kota Jambi yang kecil heheh, syukurlah tapi lumayan. Dari kalangan sponsor saja, sudah penuh halaman parkir hotel hahahah apa lagi seluruh orang tua siswa plihan dengan jabatan orang tua mereka,
super crowded lah ! belum pernah aku merasakan selama sekolah disini. Apalagi ditambah oleh rombongan Pemda mama mas Wiji.
Baru kali ini juga nenek dan papa mau hadir. Tapi aku merasa pedih apa yang dirasa bang Jasri. Tapi ga gitu juga, tahun lalu saja nenek dan papa ga mau hadir, kali ini karena aku cukup membawa mereka merasa terlibat, hahaha, atau prestise di depan para rekanan bisisnisnya yang hadir.
Aku suka sekali luas dan flatenya panggung yang kami kreasikan, kursi tertata rapi bukan kelas gedung sekolah tapi kelas hotel besar ini.
Lightingnya perfecto !, sound sytemnya dari beberapa penjuru plus dari atas, jadi tidak memekakkan telinga bagi yang mendengar.
Aneka lagu dan tari sudah berkumandang bersahutan dihadapan anak kelas XII yang menjelma jadi keren hehehe, mereka duduk dibaris pertama berbaur dengan undangan penting. Para adik kelasnya di barisan belakang.
Beda sekali, kelas om Harry tidak kuragukan hari ini
lagu daerah, mengiring tari, lagu mederen dihadirkan dengan bunyian yang syahdu dan smooth ....
Sepasang pembawa acara yang cantik dan ganteng, dia adik kelasku, selalu tampil tidak kaget, sebelum suatu pentasan selesai dia sudah senyum berdiri untuk menyampaikan informasi pentasan yang lain, akhirnya ....
dalam dentingan piano yang lambat mengiris hati ........
"maaf lampu panggung diredupkan .....
redup ....
makin redup
dan sekarang padam
Hanya ada lampu dinding saat ini hadirin !
Seperti suasana hati kita melepas kakak tercinta
Tidak perlu air mata, tidak perlu isak tangis,
bawalah do'a kami selalu !
Hanya ini yang bisa kami persembahkan untuk kakak tercinta
Terimalah ..............."
Belum lagi lagunya, musik dan kata pengantar ini saja sudah membuat kakak kelas gelisah menahan sedih.
Satu lampu bewarna biru muda mengiringi langkahku yang berpadu dengan ayunan tongkat, saat itu aku pakai jas warna Silver, kemeja warna putih dalam guratan garis biru muda, serta celana katun hitam kebanggaan keluargaku,
ada dasi panjang menghiasi leherku, dasi itu bercorak biru tua.
Semua padu dengan warna lighting yang ku pilih ............
Keluar nada terompet kematian yang serius dipelajari oleh om Harry dan rekan di grup musik Yamaha ini.
Lalu meluncur hentakan piano dan bass yang bersuara datar dan dingin ...........
Bukan meniru lagu Jala, om tante mas abang kakak dan mbak, tapi lagu ini adalah untuk mas Wiji seorang,
Hari ini dia akan tahu perasaanku
Lagu yang membuat dia menangis ketika membaca cerita Jala
Teman dan guruku berguman loh kok Rusli ??????
Rusli ..........................................................................
Nenek terbelalak, kapan aku bisa menghibur di depan umum ?????
Papa tegang dan menunggu aku mau apa ?
mas Wiji sama kagetnya dengan rekan-rekannya kelas XII itu.
Aku sambut nada mematikan dari om Harry dan grup, maka mengalunlah suaraku yang mula-mula datar lalu menjadi sedikit bervibra dan semakin tinggi
Aku Termenung Di Bawah Mentari
Di Antara Megahnya Alam Ini
Menikmati Indahnya Kasih-Mu
Kurasakan Damainya Hatiku
Heniiiiinggg semua ....... hanya terdengar tarikan nafas yang menahan rasa bahwa manusia itu tidak ada apa-apanya ! kalau tidak atas restu yang Kuasa memberi Damai pada alam. Lalu aku masuk pada bait ke dua, mas Wiji sudah menekur pada kursi disampingnya
Sabda-Mu Bagai Air Yang Mengalir
Basahi Panas Terik Di Hatiku
Menerangi Semua Jalanku
Kurasakan Tenteramnya Hatiku
Menyambut Reff beban dalam dada yang mendengar mulai meledak, dan aku harus masuk pada nada yang tinggi dan penuh perasaan
Jangan Biarkan Damai Ini Pergi
Jangan Biarkan Semuanya Berlalu
Hanya Pada-Mu Tuhan
Tempatku Berteduh
Dari Semua Kepalsuan Dunia
Sedapat mungkin aku tidak menangis dan ku tahan perasaan ini untuk menyelesaikan bait terakhir dengan makna yang lebih menusuk,
sedikit ada dentingan piano dan bass yang terasa makin membekukan perasaan, aku turun dari panggung yang tidak terlalu tinggi itu. Lighting biru muda dari atas itu kembali mengiringiku berjalan.
Bila Ku Jauh Dari Diri-Mu
Akan Kutempuh Semua Perjalanan
Agar Selalu Ada Dekat-Mu
Biar Kurasakan Lembutnya Kasih-Mu
ada dihadapan mas Wiji aku ucapkan kalimat ini untuk dirinya dia memelukku, Terasa tubuh mas Wiji dingin sekali.
Kemudian beberapa kakak XII itu yang duduk dekat mas Wiji juga menyalamiku.
Terakhir aku di hadapan nenek dan papa yang sudah bersimbah air mata, mereka berdua mendengar aku melantunkan bagian ini :
Jangan Biarkan Damai Ini Pergi
Jangan Biarkan Semuanya Berlalu
Hanya Pada-Mu Tuhan
Tempatku Berteduh
Dari Semua Kepalsuan Dunia
Saat dipeluk nenek dan papa, lampu panggung yang lain sedikit-demi sedikit kembali menyala menyambut komentar dari pembawa acara :
"Kakak tercinta dan para undangan, dengan berakhirnya lagu dari Rusli, anak kebanggan sekolah kita, maka berakhirlah acara kita hari ini. Dipersilahkan kakak tercinta memeluk para guru dan orang tua" .....
musik lagu Damai Bersamamu ini dari om Harry masih mengalun menyayat kalbu, tidak tahukan dia para siswa berlinang air mata
"Dan para adik kelas X dan XI silahkan bersalaman pada kakak kelas yang mau meninggalkan sekolah ini" ....
Mas Wiji akhirnya tahu juga isi hatiku, yang tidak ku ungkapkan dengan kata-kata, tapi melalui lagu yang paling disukainya.
Beberapa minggu setelah peristiwa ini, hanya sedikit waktu yang tersisa untuk mas Wiji menunjukkan rasa sayangnya pada diriku. Karena setelah mas Wiji lulus UN, dia dan keluarga itu termasuk Nana pindah ke Semarang.
Inilah yang kukhawatirkan, setelah mas Wiji tahu isi hatiku, dan mas Wiji pergi berlalu. Tapi 100% itu bukan kehendak dia, kondisi yang membuat mas Wiji harus ikut orang tuanya.
Mas Wiji membawa semua hati di dadaku yang harusnya tersisa sedikit. Esok, saat mas Wiji sudah tidak butuh hati itu, maka mas Wiji akan membalikkannya pada dadaku. Artinya saat itu mas Wiji sudah bersama orang lain.
Selamat Jalan mas Wiji ..................................
Selamat membaca Sobat,
bro @3ll0 , bro @Tsunami , bro @balaka , bro @d_cetya , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212
mungkin kalian emang belum berjodoh
Iya mas, didoain selalu, amiiinn. Sudah harus mendaftar sepertinya, terakhir antriannya sudah 5 tahun. Mendaftar 2015 kebagian berangkat 2020 untuk daerah Jakarta. Ga tahu kalau Jawa Tengah, rasa juga begitu ya mas, antri.
Iya Bro, jadi baik Wiji nya, tapi kaki Rusli masih segitu saja dan lambat perkembangannya. Terakhir aku ketemu Rusli penghujung tahun yaitu November 2014 Dia masih pakai tongkat.
nyesek pastinya rusli andai wiji jd pindah