It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tp dikit amaat
wiji nakal ye tangannya. udah berani aja megang2 itunya. btw sejak kapan wiji manggil papa ridwan papa? apa gw yg lupa yee?
bang jasri juga kok liat wiji ampe segitunya?
jd penasaran keep mention gan thank's
p.o.v dari JASRI
Assalaamualaikum Bro...
Beribu maaf aku hadir saat ini dan jangan khawatir, ini hanya untuk satu sesi tidak lebih. Karena pada cerita yang lalu seenaknya pak Ridwan menyuruhku pergi dari hadapannya mentang-mentang aku tidak berharga. Nyesak sekali terasa apa lagi di hadapan Rusli segala.
Ada apa dengan cowok ladas yang tidak tahu diri itu ? Pak Ridwan kenal sama dia ? mengapa dia juga marah-marah sama Rusli dan menyuruh Rusli masuk dalam ruang pasien.
dan .... Nama cowok itu Wiji ...,
syukurlah aku tahu dengan sendirinya karena pak Ridwan sepertinya sengaja meneriakkan nama itu.
Baguuussssss .....
Aku ada bahan cerita untuk si tuan kaya raya ini mengenai si Wiji, tunggu saja !
Dalam jedah waktu yang sempit dimana aku harus diskusi dengan dosen yaitu seorang dokter yang ahli penyakit malaria (semester ini aku masuk dalam bahasan blok Penyakit Infeksi), aku dihadapkan dengan urusan menarik seperti ini.
Langsung saja aku berbelok ke halaman parkir setelah melalui beberapa bangsal rumah sakit ini. Di balik pohon pinang hias ini, aku tegakkan antene telingaku hingga tak satupun kalimat yang mereka ucapkan luput dari pendengaranku.
"bagaimana kondisi keluarga pak guru mu ?" tanya pak Ridwan
"semakin membaik pa, eh aku biasa manggil bapak teman dengan sebutan pa" kata cowok itu
"terserah kamu saja ! tapi bukan itu inti pembicaraan kita" gertak pak Ridwan
"lalu kita mau bicara apa ?" tantang dia
"kamu seberapa dekat dengan anak ku ?" tanya pak Ridwan
"dekat ! dan sepengetahuan ku, papa bukan orang tua Rusli" sambutan dari dia
"itu bukan urusanmu ! kalau motor gedemu itu dikira bisa merebut perhatian anakku, kamu salah ! kesembuhan anakku diatas segalanya" ancam pak Ridwan
"maaf pa, hanya sekali saya membonceng Rusli, itupun karena supir terlambat menjemput" jawab dia
"benar ? bagus kalau begitu ! tolong jauhi anakku ! tidak cocok dengan anak kota ! Rusli takdirnya di Muaro Tebo" keterangan dari pak Ridwan. Agak terasa asam kalimat pak Ridwan kali ini, siapa yang di muaro Tebo ??????
"benar pa ! tapi biarlah Rusli memilih sama siapa dia mau berteman" besar juga nyali dia
"cukuplah di masa lalu anakku menderita ! tidak akan kubiarkan orang yang tidak jelas mempengaruhi anakku" lanjutan dari pak Ridwan
si Wiji itu terdiam
"aku tidak pernah menyakiti anak papa ! " dia masih berargumen
"mungkin sekarang tidak, yang terbaik kamu serius saja dengan sekolahmu dan kupastikan Rusli tidak bisa lagi ke rumahmu untuk mengajar ! rasanya cukuplah selama ini" ultimatum pak Ridwan.
Hemmm banyak berita yang tak ku tahu, dan cowok ini sangat dekat ternyata dengan Rusli hingga datang-datang ke rumah segala.
"ah rasanya mamaku juga banyak membantu usaha kalian" lagi infomasi yang ku dengar,
dan aayyeeeee, giliran mamanya yang dibawa, berani berhubungan dengan keluarga pak Ridwan berarti mama cowok ini bukanlah orang sembarangan.....
"sudah berakhir, sudah deal, dan aku tidak ingin lagi berbisnis dengan Pemda, cukup sekali saja, repot" kata pak Ridwan
"terserah papalah, kalau Ruslinya tidak, papa mau apa ?" tantang cowok itu
Rasanya kesabaranku sudah habis ! banyak bacot sekali cowok yang satu ini.
Masih kurang ya setelah menabrak satu pedagang beras, besok-besok Rusli akan terpelanting dari motor jika sering gaul dengan kelompok ini. Memang di kota Jambi belum ada genk motor seperti di Bandung, tapi sudah mengarah kesana ....... aku sering lihat di jalan.
Aku agak khawatir sama cowok ini, dari segala segi untuk saat ini dia tidak cocok jadi teman Rusli. Ini bukanlah cemburu atau apa.
"ketemu lagi nih" sapaku dengan santai
tampak wajah marah dari pak Ridwan dan wajah gugup dari si Wiji
mereka tak bergeming
"Pak, tanya saja apa dia sudah menguruskan asuransi bagi pedagang beras yang ditabrak nya" kataku
mata pak Ridwan mendelik
"oh itu tidak benar pa, itu masalah sudah damai, bisa tanya mama kok" kata dia
aku tidak tertarik dengan alasannya
dan karena sudah saatnya aku harus bertemu dosenku, aku masuk lagi ke rumah sakit itu. Aku mulai diskusi dan mencermati tugas tambahan yang dibebankan padaku. waktu untuk diskusi ini hanya 20 menit dialokasikan beliau, mengingat banyaknya pasien yang harus ditolong.
Hal hasil aku berkesempatan membagi perhatian di bangsal. Ada kakak seniorku yang jadi dokter jaga, tapi yang utamanya ada guruku dan Rusli di dalam sana.
"Selamat sore pak" sapaku
"waw ado si Jasri ! cakep benar kau dengan baju praktek itu" kata pak guruku
teman-teman Rusli yang super brisik itu jadi hening
"anak-anak, ini kakak Rusli, dia juga salah satu alumni kita yang diterima di FK" kata bapak itu mengenalkanku
mereka tersentak setelah itu
"nian apo ? kok kakak ini tidak secakep Rusli " sorak para cewek
"iyo.... bohong sajo ...." sorak mereka lagi
"eheemmmm" dehem para cowok hehehhe
"cakep apo ?, cakep hanyo pake baju praktek" sorok cewek-cewek itu lagi
"hahah cakep atau tidak cakep tergantung mata siapa yang memandang" candaku
"kak siapa namanya ?????" tanya salah satu cewek dengan semangat
"hehehh" aku tersipu
"senyum bae... siapo namonyo ??????" desak mereka lagi
"Tanyolah Rusli siapa namaku" aku mainkan mereka
"siapo namonyo Rus" ..... hehehe
"bang Jasri" info dari mulut adekku yang bermata teduh ini, cieee adekku eheemmm dan amiiiiiiiiiin
"oh bang Jasri namonyo" .... hihihi
30 menit itu, penuh aku dikelilingi oleh cewek-cewek anak SMA dimana aku dulu juga menuntut ilmu disana.
Kesempatan selanjutnya aku mendampingi pak guru dan Rusli keluar RS, Kami menuju halaman parkir, dan mobil pak Ridwan yang setia terparkir menunggu Rusli.
Pak Ridwan benaran meletakkan segala harapan pada Rusli, dia anak yang pantas dibanggakan keluarga pak Ridwan,
tapi tidak pantas amat gaul sama anggota genk motor gitu.
Hari ini aku makin yakin, tebing terjal untukku benaran ada, jika berniat untuk mendekati Rusli, sungguh tidak mudah.
Apa lagi untuk rival dengan dia ini. Wajahku dan silsilahku tidaklah secemerlang dia.
"Oh ada Pak Ridwan ? Jemput Rusli ya pak ?" sapa pak guruku
"Iya pak" kata pak Ridwan basa-basi
"ayo naik Rus" ajak si Wiji,
ngggggrrrrrrrrrrrrrrrrrrr perasaanku, ngapain dia merapatkan badannya pada Rusli, padahal Rusli bisa sendiri masuk ke mobil pak Ridwan
"Jalan pa" PeDe sekali dia mengendalikan suasana, malah ikut naik mobil pak Ridwan
dan karena tidak tahan aku bersuara juga akhirnya .....
"mana motor mu ? kalau dititip sama anak buah, suruh hati-hati, jangan nabrak orang yang tidak berdosa" uhhhh..... puasssss, biar Rusli mendengar sekalian !
mata para siswa membelalak
menabrak siapa ? siapa ? mati ? atau koma ?????????
Waktu yang bergulir selanjutnya aku gunakan untuk kembali ke kosan.
Sekedar melupakan Rusli dan pak Ridwan sesaat, aku ikuti permintaan perut yang iya sudah lapar.
Sejak tadi siang aku belum sempat makan.
Habis kuliah tutorial di kampus, aku ada praktikum mikrobiologi di lab, dan sorenya aku ke RS serta tanpa sengaja bertemu urusan lama ....... urusan yang tidak pernah selesai dengan pak Ridwan dan Rusli. Bagaimana tidak, pak Ridwan adalah papa yang membesarkanku, dan Rusli adalah adik yang menghiasi anganku dengan senyumnya dan menghiburku dengan suaranya.
Aku ingin membalikkan waktu, kalau dapat saat aku kecil terus, ada pak Ridwan dan Rusli serta si jutek kak Nisa.
Masuk di halaman rumah kos, aku parkirkan motor dan masuk pada kantin yang masih dalam komplek ini.
Lagi pengen yang hangat dalam hati beku. Aku pesan semangkok Baso dan dua potong kerupuk (kemplang) kriuk kriuk ..... ...... ...... mulutku mengunyah
treeeeetttttt ......
"Jas, aku perlu infus RL, dan antimalaria" perintah kak Nisa yang lagi perlu obat bagi pasiennya.
Sebenarnya bisa saja suaminya menolong membelikan ke muaro Bungo, lebih dekat malah dibandingin ke kota Jambi yang akan merepotkan seniorku, karena aku beum lah apa-apa belum lulus juga, ga ada wewenang nulis resep untuk ngambil obat.
"aku lagi sibuk ni ! kau baelah yang mesan resmi jangan terus merepotkan orang" saranku.
Lah dokter resmi masih mirip anak SD tidak mandiri.
"anjing jugo kau, mentang lah kayo kau dapat subsidi terus pak Impoten itu" yang ada hanya kalimat hinaan dari dia
"hendak ngapa kau ? aku tidak ada urusan samo kau, panas kau tidak dapt duit lagi dari pak Ridwan" aku redam emosinya
"yolah , adik anjing seperti kau ini akan ketularan Impoten juga" dan setelah itu dia mematikan HPnya.
Hemmm impoten dan ga impoten, tergantung lawan main lah. caci maki tidak bermutu ....
Tatkala azan magrib menggema, aku bersegera ke mesjid di depan komplek kosan ini. Ada pekerja Tekomsel yang kos disini, pekerja di supermarket, dan mahasiswa tentunya kos disini juga, terbiasa sholat magrib di mesjid. Hanya sekali sehari sholat di mesjid rasanya cukup dalam zaman sesibuk ini.
Selesai itu HP ku bergetar lagi
Aku malas melihatnya kalau kak Nisa lagi yang selalu mamancing emosi
dan ....
oh .....
pak Ridwan ....
"Asaalamualaikum" sapa ku
"tidak usah basa-basi, kau nian tahu Wiji menabrak orang" tanya pak Ridwan
"iya pak, aku kebetulan lagi di emergensi dan lihat anak berseragam SMA 1 dan itu dia si Wiji" kataku
"terus ?" desak pak Ridwan
"dia membawa orang berdarah yang ditabraknya, dan kemudian mamanya datang" kataku
"tuh kan, dia tidak seburuk yang kau kira !" kesimpulan pak Ridwan
"siapa yang bilang dia buruk ? hanya tidak aman kalau dia membonceng Rusli, orang lain saja ditabrak" kataku
pak Ridwan diam .... mikir apa dia nih
"makanya dengar dulu ! " saranku
"iya ! apa kau beranggapan dengan kau, maka Rusli akan aman dibonceng ! bukan aman atau tidak aman, keluargaku sudah tidak mau berurusan dengan keluargakau. Cepatlah kau tamat, masuk program koas tidak ada lagi kiriman uang untuk kau.
"baik pak, aku akan rajin belajar, dan masa koas aku rencana jadi honorer di RS untuk membiayai hidup" kesediaanku
"aku minta maaf yo, ini semata agar mamak kau dan keluarganya tidak mengingat Rusli karena kau, Paham tidak ? nanti Rusli juga yang akan dianiaya nya dengan berbagai cara. Jadi tolonglah Rusli dengan menjauhinya" permintaan pak Ridwan sebenarnya ......
aku mengerti itu
Sifat tamak dan serakah sering menimpakan kesalahan pada orang lain.
Kedekatan ku dengan Rusli akan menggelitik keluargaku untuk lebih berbuat jahat pada Rusli.
Sisa uang perbulan selalu aku tabung dengan baik. Sifat semau gue yang hinggap pada masa SMA dulu serasa lenyap dalam sibuknya sebagai anak FK di Unja. Saat pak Ridwan sudah benar-benar menghentikan kiriman uang, aku akan bisa bernafas tentunya, karena pendidikan dokter akan diakhiri oleh masa koas sekitar satu setengah tahun lebih sedikit dan masa ini kalau aku mampu prihatin pada hidup, rasanya banyak peluang untuk mengais rezeki di bidang kesehatan.
Setelah tamat nanti dan jadi dokter, insyaAllah nasibku semakin baik, dan tidak bergantung sama orang lain lagi.
Menjauh untuk sesaat dari Rusli, adalah yang terbaik yang bisa aku lakukan saat ini.
Bersambung .....
Bagaimana persiapan weekend nya sobat ? Semoga lancar dan menyenangkan
bro @3ll0 , bro @Tsunami , bro @balaka , bro @d_cetya , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212