It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
BIJI ? Biji apa ? Biji dua hahah tahu aja Bro kita suka sih Biji dua
Feeling Bro Balaka luar biasa tajam iya dia ada maksud baik
Tuh dah update 2 x , selamat mebaca Bro
eh maksudnya ama tulisannya hehe
bang turney gmn bisa tahu aku dari pekalongan bang
sumpah kaget bacanya hehehehe.....
Itu wiji beneran mau berbuat aik ama rusli atau vuma memanfaatkan rusli buat ngerjain PRnya ya?
Pada hari H yang ditunggu, aduuuhhhhh semua penjuru kota tersendat akibat pengerahan masa yang tidak setuju dengan keputusan KPU dalam penetapan presiden pemenang pemilu. Ada kelompok yang pro ada juga kelompok yang kontra.
Syukur sekali polisi dengan kekuatan penuh mengamankan ibukota, sehingga ke dua masa tidak saling bertemu sedikit menghindari kemungkinan benturan fisik.
Kemana-mana macet, rasanya sudah berbotol air kemasan aku teguk demikian juga dengan rasa bosan yang juga dengan ikhlas kami teguk.
Manalah ada suasana beginian di kota Jambi yang damai dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak.
Acungan jempol untuk bapak supir taxi ini, tabah nian
kata beliau, suasana ginian sudah jadi keseharian dalam mengais rezeki. Lumyan juga, nenek dapat berbincang dengan santai bapak supir taxi itu sekedar menghindari rasa kesal terjebak macet.
Hal hasil kami sampai di gedung pertemuan pemda itu sekitar jam setengah tiga, mana belum sholat zuhur lagi. Sehingga sebelum masuk dalam gedung, kami ke tempat sholat dulu.
Tidak perlu waktu lebih dari 15 menit untuk sholat, aku rapikan penampilan dengan kemeja tenun khas Jambi. Uwo memesankan khusus motiv dan warna untuk anak cowok yang tentunya dengan warna kalem dan dingin. Celana katun abu-abu melengkapi coolnya penampilan yang tidak melupakan budaya lokal. Tidak terperkirakan mahalnya pakaian dengan konsep seperti ini, dan lokasi untuk mendapatkannya tidaklah sembarangan di kota Jambi. Nenek juga orang yang tipenya cool tidak silau gitu. Masih seirama warna dan motif yang kami pakai.
Setelah itu, kami menuju lokasi acara, dari bunyi-bunyian, sudah penuh dengan orang-orang yang hadir dan masih ada lagi itu yang terjebak macet.
Dengan langkah lambat dan penuh perhitungan serta diiringi tongkat aku mendampingi nenek menghadapi urang rantau Jambi di Jakarta ini.
"uni... duuh sudah ada yang mendampi sekarang ! siapa nama cucu uni ko ?" kata beberapa rekanan bisnis nenek di Jakarta ini
"Namonyo Rusli, ayo nak kenalan sama tante" ajak nenek
"aku Rusli tante, assalamualaikum" kataku saat salim dengan para sahabat nenek
"ini pasti bermotor-motor ya, kaki jadi gini ?" komentar salah seorang dari mereka
"hahah bukan, terkilir main bola" alasan nenek iniiiiii...... terus dan terus ..... padahal aku tidak bisa main bola hi...hi
"bagus benar pakaian Rusli, uni...... aku pengen satu uni untuk si bungsu. Dipakai untuk mengahdiri wisuda Kakaknyo" serius sekali salah satu tante memaksa
"iyo uni, duuuh terlihat jiwa Jambinya di baju Rusli" kata tante yang lainnya
"makonyo ke Jambi lah, pasti aku tunjukkan dimano mesan nya !" saran nenek
"nian yo uni, lah rindu kami sama taman tepi sungai di rumah uni" kata mereka lagi
"iyo, nian" jawab nenek
Dan iya....... banyak sekali peluang bisnis yang tercipta bila masyarakat kreatif dan mengikuti warna dunia. Tradisional boleh, itu bahan dasar dan motif, namun warna dan kombinasinya harus menyesesuaikan untuk remaja cowok atau cewek, ibu-ibu, atau anak kulihan, model untuk mereka sebenarnya dapat dilihat di butik-butik. Itulah ide yang terbersit dipemikiranku.
Pada acara ini, nenek adalah salah satu dati tiga orang pengusaha perempuan yang tersukses dari Jambi. Andalan usaha nenek adalah memasok minyak goreng curah untuk Jakarta Bekasi dan Bogor, itupun nenek sudah kewalahan.
"makin bagus kwalitas minyak uni, aku perhatikan tidak jauh berbeda dengan yang komersil. Sedingin itu di bogor uni, jarang minyak uni beku tidak seperti minyak dari daerah lain" komentar salah seorang rekanan nenek
"iyo nak, kami lakukan penyaringan yang baik, lagian kwalitas sawit dan lokasi pengolahannyo boleh dilihat semua bersih" kata nenek yang tidak berbohong sedikitpun, karena aku saksikan sendiri di rumah.
Datanglah salah seorang pengusaha
"uni, kami mau kerjasama dengan uni, hasil saringan itu uni jual kemana ? itu adalah bahan pelarut untuk obat dan makanan dengan pengolahan beberapa tahap lagi. Kami ada teknologi itu, mohon kerjasamanya" kata dia
"diambil sama anak perusahan pertamina, mereka juga mengembangkan itu" kata nenek
"tolong fikirlah uni, untuk kemajuan urang perantau Jambi" kata dia
Menarik sekali, nenek mengangguk-angguk, hmmmmm suda saatnya untuk tidak bersifat monopoli, ini gas dan minyak sudah diambil.... yang ini juga masih mau diambil ????? anak SMA saja bisa berfikir !
"iya datanglah ke Jambi ! kau bisa tukar fikiran dengan anakku" janji nenek
"iya uni, siaappp" persetujuan dari dia
.... ya bapak ibu sekalian ...... kita beri waktu sedikit untuk uni kita bernafas ya ..... hehehe
selamat datang uni dan cucu ................... bla, bla, bla
ciri khas seorang moderator acara
Meriah sekali dan nenek adalah orang yang dituakan dengan kata-kata yang jadi petuah untuk urang rantau di Jakarta ini agar tahu diri, tidak seenaknya, biar orang sayang sama kita meski hidup tidak di daerah kelahiran ......
Aku beruntung bisa diasuh oleh nenek sebaik ini, banyak pelajaran yang bisa kuambil. Strategi nenek sungguh tepat, setidaknya aku sudah dikenalkan dengan rekan-rekan terpercaya, dengan mereka inilah aku nanti banyak menghabiskan waktu untuk mengembangkan usaha sesuai dengan perkembangan zaman.
Aneka tari dan tradisi Jambi Nian sudah meluncur, makan-makan kuliner Jambi juga sudah, berdendang bersama kangen juga sudah, perkembangan Jambi dan profil usaha nenek juga sudah di tayangkan, Banner-banner usaha kecil yang tergabung sama program papa Ridwan juga rame diamati oleh para pengusaha muda sebagai peluang bisnis yang baik.
Tinggalah acara kumpul bareng di Resto berkonsep alam di Puncak
Ada tiga minibus yang berisi urang rantau yang masih ingin menikmati kebersamaan. Lumayan lancar malam itu jalan setelah macet total pagi dan siang tadi.
Sungguh terkesan aku dengan lampu kota yang sambut bersambut menerangi pemandangan. Warnanya begitu nyentrik dan tidak jemu dipandang. Kota metropolitan, yang begitu jauh bedanya dengan kota kami.
Restoran ini begitu besar dan moderen karena dipadu dengan beberapa perlengkapan elektronik.
Beberapa pengusaha muda asal Jambi ini benaran tertarik untuk bergabung dengan nenek. Namun nenek tidak bisa menjanjikan pada sudut yang mana lagi yang bisa dikelola.
Lalu nenek menyuruhku untuk menerangkan perkebunan sawit dan karet di muaro Tebo, muaro Tembesi, dan muaro Bulian.
Satu persatu aku terangkan dengan baik
kira-kira dibagian mana mereka tertarik
dan sepertinya muaro Tebo dan muaro Tembesi jadi incaran mereka, karena di muaro Bullian pengusaha asal medan dan Palembangpun sudah mulai masuk, karena dekat ke kota Jambi.
"yo uni tunggu di Jambi, kalaupun tidak bisa, uni banyak kawan bisa dipercaya " janji nenek dan wajah mereka berseri-seri, terbayang bisa mengembangkan bisnis, dan yang penting berpartisipasi membangun kampung.
Hingga saat yang aku hindari datang juga, dimana aku disuruh nyanyi pada iringan keyboard Resto ini.
Aduh tuhan, mana lagu yang tersedia aku ga pernah kenal, ada satu lagu yaitu lagu om penyanyi bersuara merdu yang mampu membuat orang meneteskan air mata saat merasakan kebersamaan abadi ini.
Sebuah kebersamaan yang tidak memikirkan uang semata, memajukan kampung yang tertingal menjadi prioritas utama.
Mengalunlah suaraku dari hati yang terdalam,
yang kubayangkan saat bernyanyi ini jujur adalah Bapak dan Papa Ridwan, bukan orang -orang disini !
Alangkah bahagianya papa Ridwan dan Bapak di akhir dunia nanti, mereka akan bersatu kembali.
Aduh musiknya masuk pada interlude begitu menghentak, entah om yang memainkan keyborad ikut emosi mendengar rintihan ku, aku gemetar
Nada tinggi bening aku keluarkan terasa bergetar oleh kisah pilu papa Ridwan dan Bapak, dari dasar hati kumohon sama Tuhan, jangan biarkan hati papa Ridwan jauh dari Bapak....
Tanpa sadar aku meneteskan air mata, menahan rasa teramat perih di sanubari.
"Rusli ........." jerit nenek terbata dan terlihat nenek gelisah, beliau menyeka dengan selendang air mata yang menetes hingga ke hidung lalu nenek menekur
Semua diam, termasuk yang main keyboard, lagu juga usai.
Undangan lain yang bukan grup ini turut menekur ketika musik dan lagu yang ku alunkan selesai. Apa mereka kasihan melihatku bertongkat, mungkin mereka membayangkan bagaimana seandainya mereka yang bertongkat.
Setelah lengkingan yang tinggi, aku ambil nafas...., berusaha mengontrolperasaan.
esok papa akan baik-baik saja, karena dunia ini hanya sementara !
Usai menyanyi itu aku putuskan tidak akan jatuh cinta kalau akhirnya dipisahkan seperti kesakitan yang ditanggung papa Riidwan.
Aku hapus air mata ini, seraya berucap,
"maaf om, tante, mas, dan mbak, lagu yang ditawarkan banyak, namun hanya itu lagu yang kukenal, sekali lagi aku minta maaf" kembali aku menangis saat turun dari sana
Pada episode berikut dari cerita kita ini aku akan tuliskan detil lagu apa itu, sabar ya para pembaca, lagu itu aku nyanyikan untuk seseorang yang teramat spesial.
Aku disambut oleh tiga orang tante yang matanya basah, melihat aku agak tertatih dan terlihat seperti akan jatuh.
"pedih nian suara kau Rusli, kau lagi ingat siapa nak ?" kata tante itu
Setahuku nenek tidak suka lagu, kali ini nenek beda. Nenek merangkulku seraya berkata "Bapakmu pasti baik-baik di alam sana Rus" kata nenek dengan suara sangat pelan nyaris tak terdengar
"Terima kasih dek Rusli, ternyata hidup ini hanya sementara ! karena itu, mari kita berbuat yang terbaik" kata pembawa acara yang diiringi dengan persetujuan yang hadir dengan tepuk tangan mereka.
Berjalan tertatih dengan tongkat kearah minibus lagi untuk pulang, aku dihampiri oleh beberapa pengunjung resto yang tidak kami kenal, mereka hanya menikmati weekend di Puncak.
"cepat sembuh ya dek, bisa berjalan lagi dan bernyanyilah terus dari hati " kata mereka dengan tulus
kalau mendengar kalimat seperti ini, adanya air mataku mengalir lagi ....
ini adalah doa semoga Tuhan mendengar, ingin rasanya beribadah tidak terhalang oleh kaki yang sakit.
Di atas pesawat untuk pulang ke kota Jambi, nenek mengusap kepalaku
"jangan nyanyi lagu itu ya Rus, tidak kuat aku mendengarnya" kata nenek lirih
"Iya nek, malam tadi hanya lagu itu yang aku bisa, aku tidak akan bernyanyi lagi" janjiku
"nyanyi hanya buat kita lemah nak, saat ini aku lemah memikirkan Mansur" kata nenek kembali menangis
"Bapak bahagia di alam kubur nek, Bapak berterimakasih pada nenek yang mengasuh anaknya" kataku menghibur nenek
"Mansur juga pandai bernyanyi Rus" kata nenek
"Iya nek, makanya Bapak lemah dan meninggalkan anaknya dengan sebuah nyanyian" balasku dengan rasa hampa
"ee... bukan begitu, itu takdir nak, mari kita lihat kebaikan setelah itu" saran nenek dengan tulus
"Iya nek" kataku sambil berusaha tidur di pundak nenek yang teramat baik di muka bumi ini.
.........
Kegiatan yang menyenangkan di Jakarta sudah aku lewati bersama nenek, sekarang aku kembali lagi bersiap untuk kegiatan sekolah seperti kesehariannya.
Hari ini adalah hari bimbel dan papa selalu ingat itu
"Rus, mulailah sedikit menolong Nana yo nak, Papanya berpesan negitu sama aku" kata papa Ridwan
"iya pa" kataku
"setelah kau bimbel langsung ke rumah Nana, nanti pak Hamid yang ngantar jemput ya, papa lagi sibuk sama nenek dengan urusan sama orang-orang jakarta yang berdatangan itu" kata papa
"iya pa" persetujuanku
Sore itu selesai bimbel, aku diantar ke rumah Nana
sebuah rumah di kompleks perumahan Bank ternama, keren dan rapi juga..... Apa lagi masuk dalam rumah itu, landscape bangunannnya menarik, penuh dengan ciri khas jawa. Kesan ku lebih kuat saat melihat lukisan yang bagus dan furniturenya menarik sekali, hmmm nana juga sebenarnya anak Jawa ?
Aku disambut dengan senyum-senyum aneh, pertama dari Nana
"cieee Rusli tambah cakep ya, cool amat pas di Restoran itu" kata Nana
Kemudian mama si Nana
"oh ini Rusli ya, iya lho, keren bangat suaranya" kata mamanya aku yakin ini mamanya siapa lagi ibu-ibu ini kalau bukan
aku sedikit menimpali, karena sedikit bingung, di sekolah tadi beberapa teman juga senyum-senyum bersenandung tidak jelas, padahal lagi bersiap untuk ulangan Fisika, mereka tidak takut
"aku kurang paham tante tolong agak jelas" kataku
"hahah ya sudah, kalian mulai saja belajarnya, mas...... tolong angkat minumannya kesini mas" kata mama-mama itu
"iya sebentar" kata sebuah suara .....ohhh.....????????
kok jantungku dag dig dug gini .....
Keluarlah seorang yang teramat cakep, santai, bebas dari seragam sekolah bau asap rokok
"ini dia, silahkan diminum Rus" kata dia cengengesan
"oh bang Wiji ?" aku kaget alang kepalang, dari tadi sudah curiga ndengar suaranya
"kaget ya ? Rus ini mamaku, si Nana ini sepupuku" kata kak Wiji
"oh kamu teman juga ya mas sama Rusli ?" kata mamanya
"Baru temanan ma tiga malam yang lalu, hahah" kata kak Wiji seenaknya
Setelah itu aku mulai saja timing dengan Nana, maka bergulirlah kesempatan untuk mengetahui apa materi dasar yang diketahui oleh nana, lalu aku serius memikirkan seperti apa cara mengajar nana. Dan kupastikan nana banyak bangat ketinggalannya, berarti kelas X dulu, dia tidak serius dengan materi sekolah. Lumayan lama juga, misal mana yang goyah, aku kembali ingatkan sebelum masuk pada penyelesaian soal pada semester ini.
"Rus, baju kamu siapa yang nyiapin ?" spontan mama itu bertanya
"nenek sama uwo" jawabku
"hmm anak orang kaya heheh" kata mama itu, dan kak Wiji senyum sambil habis-habisan memandang wajahku
"kenapa mas ? senyum-senyum gitu" tanya mama itu
"hmmm mas ??? mas 23 karat" canda ku
"hahahh bisa saja kamu" kata kak Wiji
"di rumah kami panggil dia gitu Rus" kakata mama itu lagi
"baju atau lagu apa ya tante, aku bingung" desak ku lagi, sekarang mama itu tidak bisa menghindar
"bukalah facebook Rus, ketahuan jarang buka" kata kak Wiji
"adhohh mas Wiji ini sana ayo, Rusli kan teman aku" Nana protes karena dari tadi seolah kak Wiji aktor utamnya, aku tidak perhatian, hanya facebook yang ingin kulihat
"hahah ternyata diupload sama rekanan bisnis nenek" kataku yang takjub, padahal baru saja temanan di facebook sama mereka sebagai network yang kuat dikemudian hari.
mereka cengengesan semua
"maaf ya tante, ini kerjaan Nana ya ?" kataku
"Emang kita temanan di facebokk ?" kata Nana agak protes
"oh... kita belum temanan ya, ya sudah temanan di dunia nyata lebih baik" aku menghibur nana
"ndhak bisa gitu, ngapa kamu temanan sama mas Wiji?" kata Nana
"bang Wiji yang invite" kata ku
"Rusli... masa cewek yang invite" Nana makin protes
"ya invite saja ! kamu aneh, emang FB itu apa ? kalo pacaran iya cowok yang harus agresif" saran mama itu
"bang mana soal PR nya aku dah mau pulang nih" kataku pada kak Wiji saat mamanya dan nana menyiapkan cemilan hangat setelah belajar ini
"iya Rus, sini Rus..." kata suara dari kamar kak Wiji
agak sungkan juga
"ayo sini, kamu tulis aku yang diktein" kata dia lagi
akhirnya masuk juga
aduuhhhhh....... kamar yang bagus dan................. fotoku saat duduk di bangku samping pengiring musik di resto bogor itu di print kak Wiji dan di tempelnya di dinding meja belajarnya, foto itu diambil dari facebook itu
"hahah bang, aku malu bang fotoku dipajang-pajang begitu" kataku
"aku suka warna bajunya dan dekorasi yang ngiringi kamu bernyanyi Rus, foto yang teramat bagus Rus, makanya aku print" kata kak Wiji
"hahah bisa saja, dan soal PR abang ini harus aku catat ? tuh printer abang bagus, dan bisa fotokopi, fotokopi saja ya" saranku
"iya, ok lah dan urung kamu lama-lama disini" kata kak Wiji
"hhmmm ga boleh gitu, aku ditunggu papa" jawabku
"mas, ayo sini, gorengannya dah siap santap" kata mamanya dari ruang tamu, kak Wiji pasti bahagia meski di Jambi, suasana rumahnya tidak lepas dari nuansa Pekalongan minimal nuansa Jawa lah.
setelah itu,
"untuk ucapan terima kasih, boleh tidak aku antar kamu pulang" kata kak Wiji
"aku ga diizinkan naik motor bang" jawabku
"makanya kamu ga sembuh-sembuh Rus" desak Nana
"kalo pak Hamid melapor ke papa ?" kataku lagi
"Biar tante yang nelpon papamu" kata mama kak Wiji
Terjadilah..... pertama kali aku dibonceng motor saat kaki masih belum sembuh. Pertama aku harus bersusah menyangga tubuh agar bisa naik ke bangku kawasaki milik kak Wiji ini, lumayan .....
kedua aku harus memegang tongkat agar tidak menyenggol pengendara lain, agak susah.....
ketiga aku harus pegangan pada perut kak Wiji, jatuh, maka hukuman dari nenek dan papa Ridwan akan fatal.
Duhhh ..... kalau aku dag dig dug pegangan sama perut kak Wiji malu aku ....
apalah yang akan diceritakan dia sama sepupunya si Nana itu, hilang wibawaku di depan kelas.
Oh Tuhan .... tolonglah aku sekarang ini .....
Bersambung ...
Hari Minggu yang menyenangkan ini teman,
bro @3ll0 , bro @Tsunami , bro @balaka , bro @d_cetya , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha
iya betul Bro, kita suka tuh dua biji hahahahhhhh satu pistol
Duhhh pelukan pertama adek Rusli, aku takutnya dia ketahuan sama papanya, fatal akibatnya kalau papanya berkata kasar Rusli, membuka luka sebagai anak yang menumpang hidup sama orang lain
Amin ya Allah, pengen nangis nih padahal ini hari Minggu lumayan cerah