It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
*pengalaman pribadi*
kangen bang jasri nih
ternyata wiji ada maksud lain kan deketin rusli. dasar kau
kangen bang jasri nih
ternyata wiji ada maksud lain kan deketin rusli. dasar kau
Setelah menunaikan sholat subuh, aku merenungi apa yang telah terjadi yang meyelimuti rasa yang tidak baik di hatiku. Agak lama aku tafakur di atas sajadah sholat. Ada seribu kebaikan jika aku tidak terlibat main hati dengan mas Wiji karena tidak adil rasanya kalau aku saja yang memendam hati sedangkan dia tidak merasakan apa-apa kecuali bermanis untuk meminta pertolongan.
Bukankah menolong orang itu harusnya tanpa pamrih ? kemana nurani yang selalu kujaga selama ini.
JIka mas Wiji tidak butuh pertolongan mana mungkin dia memintanya.
Siapapun itu, menolong tidak boleh pilh teman.
Dan aku menyimpulkan, diriku agak jagi egois, karena perasaan sebuah hati.
Bingung ya Allah ... mengapa mas Wiji harus hadir baru sekarang ? kemana saja dia selama tahun berlalu ?
"Rus, tidak baik bermenung di pagi hari. Ayo kerjakan pelajaran nak" saran nenek
"iya nek" aku mengikuti saran nenek
Aku masuk ke kamarku dan segera menyalakan FB dari laptop sehingga mudah untuk menuliskan jawaban PR mas Wiji. Prinsipnya aku mulai bisa tidak terbawa perasaan sendiri !
Selesainya itu aku langsung kirimkan ke mas Wiji
dan langsung ada warna merah pada lambang surat,
kemungkinan besar dari mas Wiji sekedar mengucapkan terima kasih namun aku tidak berniat untuk membukanya, karen aku harus bersiap ke tempat bang iLyas untuk terapi embun pagi di kakiku yang makin lama saja terasa lumpuhnya, kapan lah ini sembuh sehingga tidak lagi jadi bahan penglihatan bagi orang lain.
Dan aktivitas sekolah kembali bergulir seperti biasa, mulai terasa hambar tanpa gejolak rasa. Palingan mendengar sorak Titin yang kesenangan menuju kantin disana pangerannya serta friends menunggu.
Meski aku sudah tergolong akrab dengan Titin Nana dan mas Wiji, belum menggoyahkan keadaan bahwa aku tidak bisa ke kantin hanya untuk menggangu orang makan oleh gerak kakiku yang lambat dari berebut kue
atau jadi bisikan anak kelas X tentang satu orang saja yang pincang dan bertongkat di sekolah ini, yaitu diriku ....
Selesai dari kantin, mas Wiji dan Titin sambil menenteng kue ditangan dan masuk ke mulut, namun kue itu belum habis hingga mereka tiba dihadapanku.
Aku sedatarnya saja membaca pelajaran kewarganegaraan yang semakin menarik perhatianku untuk jadi lebih baik dan mengerti berbagai sikap dasar bangsa, seperti bangsaku yang lagi dimabuk cinta ini
"dibekali apa sama nenek tadi Rus?" tanya mas Wiji
"Tidak bang, aku tidak dibekali apa-apa" jawabu dan mungkin mas Wiji agak kagok saat aku kembalikan kata ABANG, enak sekali dia aku panggil mas ! emang dia siapa ? sudah kukatakan aku tidak akan memanggilnya mas di sekolah, karena ini adalah Jambi.
"Nanya saja, ga usah sewot gitu juga keles ! btw makasih ya bro PR semalam" balas dia, hufssss ... susah bersikap dengan dia, emang aku ga bawa makanan apapun dan siapa yang sewot
"Eh Rusli juga suka nunjukin buku PR dia padaku, tapi asiik juga kalau Rusli mau melakukan itu juga untukku" sorak Titin
"oh bagus itu, ada sepuluh anak saja seperti kalian berdua, mungkin aku ga bisa mengurus diri lagi karena sibuk mengurus kalian. Bukannya dimana-mana pacar yang membuatkan PR kita ?" aku sindir dengan telak mereka berdua, silahkan minta bantuan sama pacar sendiri bukan orang lain
Aku berdiri dengan semampuku dan menggerakkan tongkat untuk menjauh dari hadapan mereka
"kok gitu sih Rus" mereka heran
"siapa yang pacaran ?" mas Wiji berusaha menjelaskan
"terus apa itu yang abang ucapkan sebelum tidur kalau bukan pacar" gregetan Titin yang lacar saja tidak memikir bagai dunia tanpa dilema
hatiku geli juga,
ternyata tidak aku saja yang salah mengartikan kalimat mas Wiji kalau malam menjelang.
Berapa orang yang lainnya yang pernak mendapat kalimat itu ?
Terlihat mas Wiji memerah dan berusaha melepaskan tangan Titin yang terus saja mengapit bahu mas Wiji, aneh... diapit kok ga mau, .....
hmmm Titin.....
temanku yang satu ini berhak bahagia !
tentunya dia bahagia dengan hal-hal yang difikirnya adalah menyenangkan
mungkin yang baru bertemu Titin, hmmm ya seperti dia itu terlihat lemot
Langkah yang lambat ini tersusul oleh mas Wiji dan seketika itu dia berucap lumayan lambat
"Rus, aku sudah mempersiapkan segala hal untuk ke makam Bapakmu, rutenya juga sudah aku pelajari dari teman-teman yang paham Muara Tebo" kata dia
"lupakanlah semua bang ! santai... Tapi setelah kufikir, rasanya Bapakku tidak mau berkenalan dengan orang seperti abang" kataku jauh dari nada emosi tapi rasanya akan sakit bagi perasan mas Wiji
"aku tahu bahwa aku tidak perfek, dan kamu salah jika bermimpi mendapatkan yang sempurna. Ingat ! karena kamu tidaklah sempurna, masih ada temanku yang lain" celoteh dia
duuh rasanya mau kupukulkan tongkat ini pada dia ! siapa lagi yang perfek ! dan untuk apa dia mau berkenalan dengan Bapak yang sudah meninggal, jika untuk main-main, kuwalat !
"kamu urus saja pacar kamu ! jangan menghalangi tubuhku begini, kalau aku jatuh, ada temanmu yang lain itu yang mau mengerjakan PR kamu ?" kataku
"susah bicara dengan kamu" kata dia meludah sambil nyelonong pergi
Terduduk aku jadinya di lantai koridor itu, dan wajahku terarah pada tanaman palem dalam pot yang berjejer, tak terasa air mataku jatuh berurai ... suatu hari dia akan mendapat juga tuduhan dari temannya terhadap apa-apa yang tidak pernah dia lakukan, ingin sekali aku melihat dia merasakan seperti ini.
Jam 4 sorenya, ketika memasuki sesi akhir belajar dengan Nana dan Titin di rumah dia ini, terdengar langkah dua mahkluk yaitu mas Wiji dan temannya, aku kenal wajah kakak kelas itu, tapi aku ga mau tahu siapa namanya. Aku, Nana, dan tantenya tidak memperhatikan, dan seketika Titin bersorak ceria
"bang Wiji, kami sudah hampir selesai, kalau ada soal PR sini sama Rusli" kata TItin dengan polos sepolos pemikirannya
"mengapa kamu usil sama PR orang lain ? apa PR mu sudah selesai ?" tanya tante heran
"besok Tante lihat buku PR Rusli" kata dia
"untuk apa kamu belajar seperti ini kalau PR masih juga nyontek" tante makin heran
Tak lama setelah itu, dari arah balkon, dua makhluk cowok itu asik memetik gitarnya memainkan lagu yang sangat mengaung dimana-mana di kota Jambi ini sekitar empat bulan ini, di kios kaset bajakan, di emperan toko, dan di angkot termasuk beberapa kali di mobil papa Ridwan.
dirimu... selalu...,
selalu ada di hatiku
tak bisa... diriku....,
diriku untuk melupakan
aku tak bisa melupakanmu begitu saja
begitu saja lupakan dirimu, lupakan dirimu
usahlah dek .....
aku tak bisa menjauh darimu
begitu saja begitu saja lepaskan dirimu
usahlah dek ......
ciaaaahhhh usahlah dek, syair diubah begitu yang benarnya : saranghae .............
siapa pula yang difikirnya dan siapa pula yang hendak dilepasnya, mas Wiji ... mas Wiji aku tutup segala kuping untuk syair lagu yang mereka nyanyikan yang membuat kakiku makin terasa lemah
kau bilang ku hanya sebatas teman
tapi hati ini sungguh tak bisa
menerima semua yang kau katakan
rasa ini selalu ada di hati
tak bisa ku untuk melupakanmu
"Hmmm tumben dia lagu sedih gitu tante ? lagi ada apa ?" Nana heran
tentenya mengankat bahu tanda tidak tahu
"tapi aku suka lagu itu" kata Titin dengan asiknya
"huuuhh kamu ini Titin, kapan cerdasnya, itu lagu patah hati" teriak Nana
"oh" Titin mencoba berfikir
"ada apa Tin, ga ada masalah di sekolah tadi kan ?" kata mama mas Wiji
"ga ada tuh Tante" kata Titin
aku coba ambil nafas, dan berusaha membuat semua tidak berfikir yang macam-macam
"Tante, lagu ini kan lagi booming, wajar anak muda ingin berlomba-lomba ingin menyanyikan itu" kataku
lagu itu makin lama makin keras dan gitarnya makin pas menghentak
bahkan ketika papa Ridwan menjemput
hmmmm itu tadi papa Ridwan ikut memainkan gitar itu ?
kusaksikan setelah itu papa mengangguk-angguk mengkuti irama itu, dia kemudian masuk ruang tamu untuk menutup acara hari ini, hehehh apa sih papa ini hingga mama mas Wiji tambah bingung.
Mungkin mama mas Wiji belum pernah dengar lagu ini.
"aduh bisa tunggu sebentar lagi" tahan mama mas Wiji
"maaf bu, kami harus sholat magrib jamaah hari ini" ultimatum papa Ridwan
Dalam perjalanan kembali papa mendengarkan lagu itu sambil berkata
"Wiji itu teman kamu juga ternyata kata mamanya" komentar papa
"karena dia pacar Titin pa, gitusaja kok" jawabku
"Wiji itu baik kalau papa lihat dari tatap mata terawang" kata papa
"hari gini pakai kaca mata riil lah pa ! mata terawang suka menipu" kataku
"jadi dia penipu ?" tanya papa lagi
aku diam .... bahaya nih kalimat papa, aku ga senang kesimpulan papa, ga jelas sih penipu, tapi efeknya kira-kira sama, tapi ini yang ditipu hati bukan benda perhiasan yang sering ditipukan.
"kok diam?" kata papa
"kesimpuan papa aneh ! siapa pula yang penipu" kataku
"lah kalau tidak penipum betulkan dugaan papa bahwa dia anak baik" kata papa
"kata mama nya ?" korek ku
"iya heheheh" pengakuan papa
"yang benar itu tanya sahabat dan pacarnya" kataku
"alah kalo gitu kamu tahu kan ?" jawab papa
"tidak, karena aku bukan sahabatnya dan bukan juga pacarnya" kataku
.....
papa kemudian tidak lagi bertanya, mungkin dia bingung apa yang sudah terjadi, tatapan mata kadang tidak bisa dipercaya, dan orang dinilai tidak melulu dari penampilan fisik !
Laju mobil diarahkan papa dengan terukur hingga menuju gerbang rumah namun musik itu masih bergema, maka aku makin paham dengan makna liriknya,
apa mas Wiji benaran suka sama aku ?
tapi kasihan Titin lah, secara sosial Titin dijauhi teman-teman, masa aku ikutan pula menjauhkan dia dari mas Wiji yaitu orang yang sayangnya/
Aku tidaklah begitu Tin, aku pastikan kamu akan bahagia !
dan aku akan lebh hati-hati menjaga perasaanku ke depan.
Semoga aku tetap bisa fokus, dan tidak terjebak dalam derita cinta
Setelah sholat penghujung malam
aku kepikiran lagi FB, ini godaan utama, mungkin aku harus mendeaktivasi akun itu, biar aku tidak melihat lagi apa aktivitas mas Wiji, soal PR nya bisa dicatatkan pada kertas lain atau difoto dan dikirim pakai HP, lebih ptaktis
setelah asik memikirkan jawaban PR dia, aku mendengar suara riang di ruang tamu nenek
ada papa, uwo, dan nenek lagi asik membicarakan kue
"Rus, mau kue nak ?" tawaran papa, kue ? kue dari siapa ??????
"aku dah kenyang pa, aku lagi buat PR ya pa" kataku
"iya" kata mereka kompak
Setelah semua selsai termasuk PR ku sendiri, aku benaran mau meng Off kan akunku
lalu sebagai kenangan terakhir aku liat sejenak status
ada banyak foto kue-kue saat malam hari ulang tahun hmmmmm
mas Wiji ulang tahun
pantasan mamanya tadi menahan kami, biasanya tidak begitu
Apa papa, nenek, dan uwo makan salah satu kue yang mereka antar ke papa ?
Mungkin, namun mungkin juga tidak, emang mereka saja teman nenek dan papa ? ada ratusan orang lain yang biasanya berbuat itu.
Dari pada dia tambah sering nyanyi lagu aneh, aku tulis pesan terakhir "selamat ulang tahun dan PR mu besok pagi-pagi aku titipkan sama bapak penjaga gerbang rumah nenek, karena aku mau terapi embun di kaki" begitu kataku
cintailah Titin mas Wiji, Titin berhak mendapat itu walau sebentar sebelum mas Wiji menemukan cewek lain. Bagiku, Titin mengingatkanku tentang Wulan sahabat baik waktu SMP dulu, saat berhadapan dengan dokter Nisa. Aku ingin bertemu lagi dengan Titin dan Wulan dikemudian hari nanti, tentunya mereka dengan pasangan yang terbaik.
Bersambung
Selamat jelang weekend teman semua,
bro @3ll0 , bro @Tsunami , bro @balaka , bro @d_cetya , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n
rusli lg galaaau. ayo wiji klo lo bnr2 suka sama rusli buktiin. kejar dia
masih kangen bang jasri nih. hehehe
Sisi hatinya yang lain mengharapkan belaian kasih sayang Bapak dan Mamaknya yang tidak akan mungkin lagi dia dapatkan. Yang terberatnya, Rusli dihadapkan dengan sosok menawan seorang cowok yang bernama Wiji. Seandainya Wiji lebih mengerti sedikit jalan hidup Rusli, mungkin Wiji tdak akan mempermainkan hati Rusli. Anak seumur begitu yang sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya sangat mengharapkan kasih sayang yang tulus.
Apapun itu, semoga Rusli bertambah kuat dan sabar. Semua kejadian ini akan membuat Rusli dewasa dalam bersikap dan tahu apa itu artinya hidup.
Silahkan dek ! dilanjut
p.o.v dari Rusli
Kembali Assalamualaikum semua dan Selamat Malam ya om tante mas abang kakak dan teman.
Tidak ada maksud hati untuk menceritakan diri sendiri dan bukan juga untuk menjelekkan orang lain. Aku hanya ingin menyuarakan jika mereka merasakan posisi yang ku jalani saat ini, apa yang akan mereka katakan.
Namun, ya aku bisa berkata tidak apalah.
Cinta dan masalah hati tidak ada yang bisa memaksakan. Bersikeraspun, jika mas Wiji tidak pernah punya rasa sayang, maka akan seperti ini-ini saja kelanjutannya.
Soal nomor dua selesai, soal nomor tiga.......... selesai juga, dan soal nomor empat, oh......
butuh dia nih, erat kaitannya dengan pendekatan ilmu ekonomi yang aku ga belajar sedetil ini, dan tertelpon juga nomor si dia ini untuk beberapa penjelasan
"selamat malam" sapaku seadanya
"malam juga Bro, gimana PR ku Bro" jawabnya
"lagi on the tract mas, butuh penjelasan soal yang nomor 4 apa maksudnya, aku ga bisa menolong" informasi dariku
"kapan ? sekarang aku mau saja" kata dia
"sudah malam mas, tidak ada tamu kalau malam" kataku
"OK kalau gitu besok pagi di kelasmu saja" kata dia
"setuju" kataku
"sudah makan ?" tanya dia, ohh..... duuugggggg, ini pertanyaan apa ? mungkin ini hanya bentuk perhatian saja
"nunggu papa dan nenek masih di Jalan mas, sebentar lagi mungkin" jawabku
"selamat nunggu saja Bro" kata dia
"iya mas" jawab ku
"aman sajakan perjalanan menuju makam bapakmu" tanya dia
"aman mas" balasku
"lebih baik bapakmu tidak kenal aku, itu ternyata benar" komen dari dia
"iya mas lebih baik begitu" aku mengiyakan
"sudah saatnya aku kenalan dengan orang tua Titin ya ?" dia minta pendapat
"hmmm itu urusan mas ! tapi aku kira iya begitu lebih baik. Hati-hati bicara dengan orang tua, jangan merendahkan anak mereka" saranku
"hahah aku ga paham maksudmu" jawab dia
"cara mas kan gitu, selalu memotong kalimat Titin ! gini saja, jangan keceplos kata-kata oon" saranku selanjutnya
"meskipun oon benaran" kata dia
"siapalah mas yang menghargai Titin kalau bukan pacar dan sahabatnya" aku ajak berargumen
"dia buka pacarku" jawab dia
"mas selalu berkata begitu, kasihan sahabatku mas" saranku
"terserah dialah" kata dia
"hmm mas Wiji ini, kalau Titin bukan pacar mas, lalu siapa dong" kataku
"tidak ada Bro, berapa kali lagi harus ku ulang, kayak kamu yang sudah punya pacar saja" kata dia
"hmm aku ada calon pacar kok, mas saja yang ga pernah tahu" kataku
"siapa ????? jangan gitu dong Bro" jawab dia
"esok-esok mas juga tahu siapa dia" balasku
"iyalah Bro, jangan lama-lama ya Bro rahasianya" kata dia
"iya mas" kataku
"selamat makan ya Bro, aku sungguh senang kamu selalu ada dengan pertolongan untukku" jawab dia
"heemmmm mas juga ngucapin ini pada beberapa cewek, ga baik gitu mas. Carilah satu yang terbaik" saranku
"hehehe... ga semua keles, hanya beberapa saja" kata dia
seketika aku mendengar langkah suara papa dan nenek dan disambut oleh uwo sambil memanggilku dari ruang makan
"Rus, ayo makan nak, nih nenekmu bawa gulai ikan kesukaanmu" kata uwo
"iya uwo: balasku
"dan OK ya mas, besok kita selesaikan PRmu, aku makan dulu ya" saranku
"hmmm gulai ikan ? pasti istimewa" tebak dia
"gulai ikan pedas dengan tempoyak mas" kataku
"tempoyak ? apa itu ?" tanya dia
"hmmmmm anak Pekalongan ! tanya Titin deh, apa itu tempoyak" jawabku
aku akhiri juga pembicaraan itu dan bersegera menuju meja makan
"maaf ya Rus, nenek ngabiskan waktu ngurus yang di angso duo" kata nenek
"nenek kau Rus, lah tuo, lamooo" celoteh papa menahan lapar dan menahan apa lagi. Sekembali dari makam bapak, tampak papa menahan perasaan kadang senyum terpaksa kadang lepas kontrol menyahuti cerewetnya nenek
"apo kau ? sebentar lagi giliran kau yang tuo" balas nenek
"hahah sudah, aku jugo lah lapar nunggu kalian" sorak uwo
aku berusaha kalem takut salah bertindak
"napo kau diam ? sejak pulang dari maka Bapak kau diam sajo" komen nenek
"ehh, ntar aku ikut tertawa nenek kira aku setuju nenek sudah tua" kalimatku dengan jujur
"iyo apo ? katokan sajo kau kangen samo bapak kau" selidik uwo
"idak, aku dak ingin sajo kalau tuo mirip nenek dan papa" jawabku
"hahahahh... betul itu" sorak uwo
mereka lahap sekali makan,
aku bingung
antara masih di awan-awan baru selesai mendengar desah cowok kece si mas Wiji sekarang begitu terkesima melihat para orang tuaku diserang lapar.
Selesai itu mereka masuk kamar masing-masing
Aku ikut sholat Isya berjamaah dengan papa
Selesai sholat dan berdoa, papa masih tafakur di sajadah, lama papa merenung, bahkan lama sekali
apa yang papa fikir dan harap ?
apa itu untuk bapak yang meninggalkan papa seperti sekarang ?
Alkhirnya aku langsung saja ke kasur papa untuk segera istirahat, aku tidak berniat kembali ke kamar, tidak berniat melihat HP itu
takut salah lagi mengartikan SMS asal dari mas Wiji.
Mas Wiji akan jadi orang baik pastinya, tidak lagi mempermainkan hati orang lain, mentang-mentang cakep dan berada.
Dalam terawang, aku mendengar suara papa sangat pelan. Papa memasangkan selimut padaku seraya kucermati suara yang pelan itu
"semoga kamu ga menyesal punya papa seperti ini" kata papa
aku berusaha tenang
kemudian papa juga ikut istirahat dan mencoba masuk dalam alam tidur
mengapa papa bicara seperti itu ? lama menekur selsai sholat, papa mengembalikan memorinya pada masa-masa bahagia di samping bapak
aku tidak pernah menyesal dan tidak pernah mengeluhkan kondisi ini.
Setidaknya papa dan bapak pernah bahagia dan tidak ada yang abadi di dunia ini.
Diantar pak Hamid ke sekolah pagi itu, aku dengan semangat yang ada akan menyelesaikan aktivitas sehari ini. Tak tok tak tok suara tongkat dan kakiku menyusuri koridor sekolah ...
setelah langkah ke tujuh saja, aku disambut oleh keisengan mas Wiji.
"aduh wangi amat Bro pagi ini" sapa dia
"oh selamat pagiii..... abang saja ya" sapaku
"iya abang saja, ini sekolah" senyum dia
"lagi ada apa nih, biasanya marah ku sebut abang" pendapatku
"iya Bro, karena abang itu artinya merah" katadia sambil makin merapat pada tubuhku, baru ku tahu abang itu bahasa jawa artinya merah hahahhhh datang bulan keles
"hahah ada apa nih bang, geli aku bang dekat-dekat gini" kataku benaran geli dengan tubuh dia yang tambah cakep saja pagi ini
"betul Bro, ini juga memerah kalau terus kamu abang kan" sekarang dia berani meraba TiTit ku meski masih terbungkus rapat dibalik celana abu-abu.
"malu bang dilihat orang ! ntar mereka juga megang anuku, ga baik itu" saranku dengan sabar agar dia menghentikan aksinya, kalo aku ngaceng, ga enak dilihat kawan kelas
"berani mereka megang, maka mereka dapat tendangan" komentar dia
"ya sudah, ga boleh tendang-tendang" kataku
akhirnya aku dan mas Wiji menyelesaikan PR nya di kelasku
teman-teman pada diam melihat ada kakak kelas yang cakep dengan serius menerangkan maunya soal dan aku mnecoba mengikuti, semoga maksud gurunya emang begitu, dan kali ini lumayan baik, karena hasilnya tidak minus, ini berhubungan dengan ekonomi seperti yang kuceritakan tadi.
oh... selesai
Bel pun berbunyi, dia dengan semangat lari ke kelasnya dan kelas kami juga bersiap mengikuti pelajaran hari ini.
Jam istirahat pertama,
"coba aku sepintar Rusli, pasti aku yang dicari sellau oleh bang Wiji" kata TItin bersenandung di depanku dan Nana terpana
"ngapain juga sih Tin, ga enak tahu dicari mas Wiji, nyesek !" kata sepunnya mas Wiji ini
"hmmm apa kamu ga capek Rus menolong dia?" tanya Titin polos
"nolong semampunya Tin, berdosa kita ga bantu pada orang butuh pertolongan" kataku
"kamu senang menolong dia" korek Titin mulai cerdas hahahah
"sama saja Tin saat kita belajar di rumah Nana reguler" kataku
"ya sudah, ga usah tolong dia lagi, kita kuatkan saja grup kita" sergah Titin yang sepertinya lagi down dengan mas Wiji. why ? ga ditelpon mas Wiji ya dia tadi malam ?
"hahahh ga bisa gitu juga TItin, kalau dia ngamuk, aku yang ga nyaman di rumahnya !" sergah Nana
"ya kira-kira gitu Titin, yuk aku kenalin kamu sama kakak kelas anak XII IPA" saranku
"hahahahha" kami bertiga tertawa
saat itu Titin ga mau memilirkan kantin
dia lebih bersemangat berdiskusi dengan anak-anak mengenai rencana menjenguk guru kami pak Biologi ini yang rumahnya tidak hneti dikepung banjir
sekarang anak dan istri bapak itu terserang gejala malaria
Anak-anak pulang sekolah, banyak yang langsung kesana untuk menjenguk, aku tidak bisa karena dijemput oleh papa Ridwan,
kudu minta izin dulu,
tidak sebebas mereka tentunya
Namun jam 4 sorean, papa Ridwan malah yang mengantarku ke sana
Di halaman sebuah rumah sakit umum yang besar di kota Jambi, terawat rapi dan lumayan rame. Aku begitu hati-hati melangkah dekat papa, dan hmmm lantainya licin tidak proporsional untuk pasien yang butuh berlari jika kedaan darurat.
Dalam ruang rawat inap itu tampak rombongan anak-anak sekolahku masih penuh
Papa tidak mau masuk kalau seperti ini, hmmm ada mas Wiji dan Nana malah, agak risih papa bergerombol dengan anak-anak begitu.
Kami duduk di kursi untuk menunggu
Dari belakang kami muncul seseorang yang tidak terduga
"selamat sore pak Ridwan, selamat sore Rusli" kata dia
"bang Jasri ????? keren amat baju prakteknya ?" kataku kaget sambil menyalami bang Jasri, kangen sekali sama orang ini, kangen sama gitarnya.
papa berusaha cool untuk tidak menanggapi, sepertinya papa masih begitu sakit hati sama kebohongan mamanya dan kriminal
"makasih Rus, aku lagi nunggu dosen" kata dia
"kok ga di kampus" kataku
"di kampus iya juga, kebetulan semester ini aku lagi di blok penyakit infeksi" kata dia dan aku ga tertarik dengan bidang dia hemmmmm
"kurang paham dia itu, sudah kamu kesana saja" saran papa
Saat itu mas Wiji juga keluar dari pintu dan melihat aku salaman berpisah dengan bang Jasri
"Oh Wiji....." suara papa lantang sengaja, dan bang Jasri terpana sambil berlalu, entah apa yangdifikir oleh bang Jasri
"oh papa Rusli, siapa dia itu pa ?" tanya Wiji agak gugup
papa diam
"kok tanya sama papa ? tanya aku dong ! ga baik pengen tahu saja urusan orang" saranku pada mas Wiji
papa masih diam
"sudah ! sana kamu masuk Bro, cerewet amat" kata mas Wiji
"ya kamu masuk sana, kami tunggu di mobil" kata papa
huuuffsss orang aneh ..... ada apa dengan mereka !
Bersambung ...
Lagi istrirahat ya teman semua ? Ok dah, ini lanjutanya ya, sedikit tapi padat,
bro @3ll0 , bro @Tsunami , bro @balaka , bro @d_cetya , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212