It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Makasih Bro, Silahkan dinikmati updatenya
Makasih ya Bro
Dalam merangkai kalimat update ke-3 kali hari in, besok kalau sempat aku update malam
Makasih Bro Tio,
Ditunggu ya bro, dalam merangkai kalimat
Sebuah kado yang akan dikenang selalu oleh Wiji hahaha
"MasyaAllah bang ! kuburan Bapak bersih terawat. Padahal dah setahun lebih aku dan pak Ridwan berziarah kesini" kataku
"Paling bapak si Wulan atau petugas mushola" jawab bang Jasri
Bersimpuhlah kami di hadapan makam Bapak. Setelah mengucapkan salam dan do'a untuk Bapak, aku bersihkan sisa-sisa daun yang terletak di samping batu nisan.
"Apo kabar Pak, InsyaAllah kalau lancar, sebentar lagi Jasri tamat Pak, doain yo Pak" kata bang Jasri berkata lirih, aku sih senyum-senyum saja. HIhihi terlalu bahagia dihadapan Bapak dan agak geli-geli juga lihat bang Jasri bersedih begini
"Aku masih lamo Pak, masih 7 tahun lagi, aku akan lamo-lamo di Padang dan Padang Panjang" kataku
"Loh kok lamo nian ????? apo yang kau cari disitu ?" bang Jasri terperanjat
"Ilmu lah Bang ! napo abang sewot ?" kataku
"Aneh IP tinggi tapi lamo tamat ! apo tuh ?" bang Jasri masih berfikir
"Banyak ilmu lain bang, tidak hanya IP " kataku
Daripada terus ditanya, aku akhiri saja ziarah ini ! Masih kurang masuk di logika bang Jasri maka dia akan terus bertanya, hemmm
"Bang Mushola sepi sepertinyo ! Bang garin itu masih bertugas ?" tanyaku
"Kurang paham aku ! kito tanyo yuk" ajak bang Jasri
Pergi kesana agak susah menapaki pematang sawahnya, namun benaran ga ada orang dan akhirnya kami berbelok ke samping kanan yakni ke depan rumah Wulan.
"Assalaamu'alaikum" sapa kami
"Alaikumsalam, oh ado Rusli........ dari makam Masur yo?" tanya mamak Wulan
"Iyo mak, mushola sepi mak ? Wulan mano ?" tanyaku
"Mushola hanyo Bapak Wulan yang ngurus, garinnyo lah pindah. Wulan di rumah suaminyo lah" kata si mamak
"Oh Wulan lah nikah ?" tanyaku dan bang Jasri memandang dengan serius
"Sudah ! eh kau Jas, apo ndak keno marah samo dokter itu kau dekat-dekat dengan Rusli" tanya mamak Wulan
"Lah aman etek ! lah tau diri sekarang" kata bang Jasri
"Heheh syukurlah, eh masuk dulu yuk" ajak mamak Wulan
"Aduh mau buru-buru etek ! lain kali yo etek" kata bang Jasri
"Ndak jingok rumah kau Rus ? Rumah kau lah bersih, ado pegawai si Ridwan yang mengurusnyo sekarang" kata mamak Wulan
"Lah yang bersihin kuburan Bapak juga ?" tanyaku
"Iyo" jawab mamak Wulan
Alhamdulillah, lumayan beringsut ke arah baik. Betul itu karena zaman juga terus berubah dan maju. Kami juga terus maju dengan motor ini menuju jalan yang tadi ke arah jembatan gantung. Belum lagi sampai, azan magrib bergema. Tidak baik dan ada pantangan di daerah kami magrib-magrib berkeliaran, banyak hal-hal gaib bergentayangan di udara, ada hantaran, ada tolak hantaran, saat magrib ini dia berkeliaran mencari jalan hantaran, istilahnyo kena karena salah sasaran. Kami langsung ke mushola berdekatan dengan jembatan gantung, itu adalah tempat berlindung yang baik.
Setelah mengembalikan motor, kami jalan kaki menuju jalan raya. Akan ada banyak bus ke arah muaro Tembesi lalu kami tumpangi. Pada dasarnya bang Jasri memiliki tubuh yang baik, meski sekarang sudah berpenampilan sederhana, tidak itu yang kulihat. Isi kepala dan cita-cita besar terlihat jelas dari aura yang terpancar. Bang Jasri siap dengan masa depannya.
Stop bang ...... gitu kata kami saat tiba di jalan raya depan kedai etek di muaro Tembesi
Bus berhenti, kamipun turun.
Rameeeeeeeee sekali pasar ada hari yang spesial yang aku lupa hahah dalam otak ini hanya liburan dengan nenek ke Kuala Tungkal. Heem kalai kemaren aku berangkat tanggal 30 dari Padang, sekarang tanggal 31 yaitu malam pergantian Tahun hahahah Iyalah pasar rameeeee
Kedai etek sudah sangat bagus dan lengkap. Tidak sia-sia etek mengelola bagian harta warisan keluarga muaro Tembesi ini. Intinya suami etek juga rajin dan mengerti cara memutar uang.
Kami melongok ke dalam kedai
"Oh ado nenek hahahahh" aku masuk dalam dekapan nenek muaro Tembesi
"hahah kau nih Rus, wajah yo mirip Mansur tapi sejak tinggal samo si Ridwan manja nya kau tiru" sorak etek
"ondeehhhhh apo lo etek ko ! aku biaso sajo ! namonyo nenek" kataku datar
hahahh............. sorak mereka
"Laris yo tek kembang api dan mercon" bisa saja bang Jasri ini hihihi
"Iyo Jas, oh yo sebentar lagi kau jadi dokter yo" kata etek
"asal sajo jangan tiru sifat kakak kau !" nasehat dari suami etek
"Baa Rus, si Ridwan tuh tiok sabanta nyuruh ganti mobil kau samo Yaris" kata etek
Bang jasri memandangi kaki ku, apa iya kuat kakiku itu fikirnya
"Cuek bae ! aku tahu diri dan mengerti silsilah keluarga" kataku dengan kepala semakin dipeluk nenek muaro Tembesi ini
Petasan, kembang api, dan lilin sudah menghiasi pusat keramaian muaro Tembesi ini yaitu daerah pasar. Sungai di samping rumah nenek ini lain dari malam-malam biasa. Sekarang jadi terang dan terasa kehangatannya, mataku ga jauh dari pemandangan itu, oh damainya
"heheh kau nih, pergilah berduo Jasri ! jam 12 nanti tolong bakar ini" kata nenek menyuruh kami berperahu rame-rame penduduk merayakan tahun baru ini. Kami dikasih segepok petasan dan kembang api serta korek api tentunya.
"Napolah laki-laki suko perperahu ! dulu bang Mansur dan Ridwan jugo hobi berperahu" umpat etek
"Aku kalau dak jago kedai, mau pulo tahun baru berperahu" kata suami etek, hahahha
Kami kayuh perahu peninggalan keluarga muaro Tembesi ini, perahu ini dulu juga saksi bisu hubungan papa Ridwan dan Bapak ku.
Banyak sekali perahu
"Oi anak Mansur ! bilo kau dari Padang ?" tanya seorang Bapak dengan anak kecilnya usia SMP
"Kemaren Pak" jawabku, hihi aku ga begitu kenal, tapi pernah lihat wajah tetangga ini. Ini lah desa yang hangat saling menyapa saling tenggang rasa
"Kau lihat rame kan ? aneh bae ngapo lah kau betah di kota Jambi tu ?" komen bapak itu hemm
"Kan sekolah pak di kota Jambi tu" jawabku
"Yolah, malam ini istimewa sekali, cuaca cerah dan nyaman. Cocok untuk mewarnai air sungai dengan warna-warni kembang api" kata beliau
"Iyo itu pak" sambut bang Jasri bersemangat
Kami menuju tengah, bertemu dengan tetangga lain, bergeraj ke hulu ketemu dengan pelancong entah dari mana hanya sekedar tegur sapa. Balik lagi ke pinggir dekat rumah nenek ketemu dengan tiga perahu yang terpancing untuk ikutan, tentunya penjualan mercon dan kembang api di kedai etek meningkat pesat, hahahahahah
Tepat jam 12 malam semua terjadi ..... hihihi riuh rendah
Nenek, etek, dan suaminya serta keponakan-keponakan dari pihak sepupuku juga ikut melepas pergantian tahun dengan aneka kembang api dari jendela rumah nenek muaro Tembesi ini. INdah sekaliiiiiiiiii
Meski sederhana tapi lebih hangat, aku tidak pernah menemuinya 3 tahun dalam asuhan nenek kota Jambi.
Sedih juga, tatkala memikirkan nenek sama uwo lagi apa sekarang ?
Ingin menangis, kalau ga malu sama bang Jasri !
Ini semua gara-gara mas Wiji itu, papa pergi aku juga pergi
Untuk menghormati Bapak, aku ga tidur dengan bang Jasri berdua di kamar Bapak. Takut terjadi hal-hal yang intim hubungan dua remaja cowok, namanya juga malam tahun baru lagi happy-happy konak begitu.
Kami tidur rame-rame bak sarden susun di ruang tamu. Dengan keponakan pihak sepupu, suami etek, tetangga, dan pekerja di kedai etek.
Subuh-subuh bang Jasri ku antar ke jalan Raya menuju bus antar kota yang mengarah ke kota Jambi. Bang Jasri mempersiapkan diri untuk bertugas dari siang hingga subuh nya. Tiba-tiba aku dipeluk oleh bang Jasri lama sekali. Udara sejuk dan wanginya tubuh bang Jasri habis mandi dan sholat subuh, mampu mendamaikan hatiku yang tidak menentu dalam seminggu ini.
Ini beda rasanya dibandingin jika berdekatan dengan mas Wiji, bang Syahrial, dan bang Ulzam. Bang Jasri yang mampu memelukku disaat yang tidak terduga.
Aku jadikan ini sebagai penguat, bahwa hidup ini masih terus berlanjut.
Jam 7 pagi aku yang masih membaca Al Qur'an di kamar nenek disapa oleh seseorang
"Rus, sebentar nak ! ado telpon dari papa kau" kata etek
Haaaaa ??????????
"Tek..." aku agak cemas
"Aman, nih ! jawab saja" saran etek sambil mengedipkan mata tanda semua aman
"Pagi pa" sapaku super datar dan dingin
"Maafkan papa ya nak, aku keliru menilai anakku" kata papa Ridwan
"Tidak apa Pa" jawabku singkat
"Aku mau memulai hidup baru di Jakarta ! Rasonyo kau mampu menolong mamak urusan dagang disini, aku ngurus yang di Jakarta" kata papa Ridwan
"Aku kuliah !" jawabku realistis, ngapain aku dibebani tugas keluarga dia.
"Itulah tujuanku kau masuk kuliah Ekonomi ! bantu nenek kau" suruhnya
Aku diam
"Hibur tuh nenek kau jalan-jalan ke Padang ! aku pamit yo ! Bulan depan aku ke Padang" kata dia lagi
"Boleh, tapi mohon pa ! aku butuh papa seorang ! aku ga butuh pacar papa ! mohon jangan bawa orang lain ke Padang" lirih hatiku ga tahu lagi memohon seperti apa ? memberontak berdosa di mata Allah, ga memberontak hatiku teriris-iris melihat mereka
"Iya, aku pamit ya" kata dia
jiaaahhhhhhh lanjutlah pa ! wajah masih ganteng ! uang banyak ! siapa pula yang ndak mau. Putus juga akhirnya dengan Wiji, cari yang lain dong !
Jakarta gitu loh !!!!!!!!! uang yang bicara,
nanti papa akan menyesal ................
aku pegang kata hatiku ! mari kita lihat di kemudian hari.
"Ayo siap-siap Rus" kata suami etek
Nenek muaro tembesi juga sudah mengemas bajuku dan dan baju beliau.
"Loh nenek dan om ikut ?" tanyaku agak heran
"Balik ke Jambinyo, siapo yang nemani supir nenek kau ?" kata suami etek
"Oh....." kataku heran, tapi aku bergegas bersih-bersih badan dan memperbaiki penampilan.
Kok begini jadinya ? Rasakanlah ! kalau di Jawa itu seberang lautan mungkin ilmu uwo tidak bisa menembus, ini Jambi loh ! tembus oleh uwo kebohongan mas Wiji.
Kata hatiku ! tapi ga tahu juga ! mungkin papa Ridwan dapat seorang informan yang bisa dipercaya. Alhamdulillahnya, aku tidak bergosip ! biarlah difikir sendiri setelah ku kasih umpan.
Dua jam kemudian,
Aku sambut mobil nenek
Aku bukakan pintunya
"selamat pagi pak Hamid" sapaku
"iyo Rusli" kata supir itu
"Mana nenek ?" aku heran dan clangak-clinguk mencari nenek, ga ada !
"Oh kau ini ! nenek kau masih tertahan di muaro Bulian, sabar ado yang diurusnyo" kata supir itu
aku bingung, mau ke Padang atau masih mau ngurus bisnis
"tadi aku ngatar Ridwan ke bandara, dan aku langsung kesini ! nenek kau samo supir yang lain" kata pak Hamid
"oo..... bilang dari tadi" tanggapanku dan dapat perlakuan rambutku jadi kusuuuuut diacak-acak pak Hamid, ohhhh
"adhooooh pak Hamid ini, aku barusan sisiran" protes ku huuuffsss
Jam 9.45 pagi setelah memasukkan semua barang bawaan ke Fortuner hitam kesayangan papa Ridwan ini, aku tertegun.
Di Jakarta papa Ridwan akan baik-baik saja, amiiiinn semangat baru di tahun yang baru.
Dan sesaat kemudian masuk mobil nenek, aku juga membukakan pintunya.
"Rus, apopun yang terjadi, dia tetap papamu ! Jangan melawan yo nak" kata nenek yang sangat tegas dengan keputusannya.
"InsyaAllah nek, aku ndak pernah melawan, tapi kurang nyaman jingok kegiatan papa diatur oleh anak kemaren sore" kataku
nenek diam ...
"Aku sebelumnyo dapat kabar bahwa Papa yang mau tahun baru ke Padang. Setelah itu entah dari mana sejarahnyo mas Wiji bilang ke Papa, aku yang akan ke Jambi" kataku
"Kau ndak bilang apo-apo ?" tanya nenek berfikir keras
"ndak nek, aku digituin yo aku cari tau !!!!!!! jangan salahkan aku" keteranganku
"hem orang kalaulah dimabuk uang ! padahal masih muda" kata nenek
"kalau Papa ndak beri kesempatan, mana pula akan seperti itu nek" logika-ku, ada asap ada api pastinya.
"InsyaAllah, sekarang ku kontrol semua ! Papa kau ngurus bisnis yang di Jakarta, sudah lah, kau masih kecik !!!! belajar bae yang rajin" sorak nenek, heemmm
Jam sepuluh lewat, di pagi yang cerah itu kami bergerak ke Padang tanpa uwo yang lagi mengurus para pekerja di kota Jambi dan tanpa etek yang lagi ngurus kedainya. Pak Hamid ditemani suami etek di depan. Aku nanti pindah duduk ke depan, setelah masuk Sumatera Barat. Aku lumayan hafal jalan nuju Padang Panjang.
Semoga nenek sedikit bisa rilex di awal tahun yang penuh dengan harapan baru......
Aku lebih nyaman tentunya ditemani nenek di daerah leluhur beliau.
Selamat pagi, hadir lagi Rusli dengan nuansa daerah kelahirannya :
bro @balaka , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello , bro @NanNan , bro @PeterWilll , bro @chioazura , bro @Ndraa , bro @ularuskasurius , Bro @RereLiem28 , Bro @SteveAnggara , Bro @Asu12345