It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
TS ini maksudnya bukan nanya lho ... didi minta d tambahin ehem2nya
hehehe ... maap didi @3ll0
Nangis dibawah guyuran hujan
payungin didi @3ll0
@Tsunami @ryanadsyah @lulu_75 @3ll0 @arifinselalusial @d_cetya
The Competition
"Ma! Steve berangkat dulu ya!" teriakku dari bawah.
"Iya! Kamu pulang makan ngak?"
"Belum tau ma! Nanti aku kabarin"
"Oke. Hati-hati di jalan ya"
"Sip deh" jawabku menyudahi pembicaraan dengan mama.
Kupanaskan motor sejenak sambil melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul empat sore.
"Wah, aku harus bergegas" ucapku dalam hati.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk sampai ke tempat ini. Sebuah taman umum dengan pepohonan rindang serta bangku dan kursi beton untuk bersantai. Entah mengapa suasana yang terasa di tempat ini sungguh menenangkanku. Setiap kali aku merasakan penat maupun sedih, tempat inilah yang menjadi tujuanku untuk menyendiri. Selain pepohonan, terdapat pula air terjun buatan yang menyerukan deru air pembawa kesejukan.
Saat hendak memarkirkan motor, ku lihat pula motor yang digunakan orang itu. Kenapa aku tahu? Tentu saja aku tahu.
#FLASHBACK
Dihari pertama masuk, tidak banyak kegiatan berarti yang kami kerjakan. Ya maklum, namanya juga hari awal masuk sekolah. Hanya ada ospek yang ditujukkan bagi anak-anak angkatan baru yang dipimpin oleh kakak senior kelas 12.
"Bosen woi! Balik yuk" ajak temanku Josh.
"Semua juga mau balik kali coy" sahut Marcel.
"Sabar ajalah udah. Bentar lagi juga pulang" jawabku.
"Eh eh lu pada liat ga ada anak baru ganteng banget gila"
"Hah sumpah? Yang mana?"
"Itu yang mukanya kayak artis hongkong, siapa ya namanya? Oh ia! William!"
Kudengar seorang perempuan -yang kalo gak salah namanya Shinta- sedang hebohnya menyebarkan kabar hot terbaru pada teman-teman perempuan lainnya. Haduh, ga penting banget sumpah pembicaraannya. Kenapa tiba-tiba aku jadi kesal ya? Huft...
Akhirnya waktu pulang sekolah telah tiba. Dengan segera aku berjalan menuju tempar parkir motor untuk pulang. Jujur saja aku bukan tipe orang yang suka berlama-lama di suatu tempat bila tidak punya urusan.
Setibanya di tempat parkir, kukeluarkan kunci motor dan membuka kunci stang. Disaat hendak membuka kunci stang...
"Loh! Kok ga bisa?" tanyaku heran.
Berkali-kali aku mencoba membukanya tetap tidak mau terbuka. Padahal tadi pagi masih bisa. Ya ampun kenapa ini? Gimana pulang huaaaaa....
"Hey!" tepuk seseorang pada pundakku.
"Eh?" jawabku kaget.
Saat itu juga jantungku berdebar dengan cepat. Aduh nervous banget ini ya ampun. Kalian pasti sudah tahu bukan siapa dia? Tak perlu ku beri tahu lagi.
"Ngapain lu di atas motor gw?"
"Motor dia? Hah?" ucapku dalam hati.
Dengan segera aku turun dari motor dan melihat sejenak. Jenisnya ini memang motorku. Warnanya ini juga warna motorku. Platnya juga pembuatannya sama dengan motorku. Kemudian disaat aku beralih ke nomor platnya...
"Loh?! Platnya kok beda?!!" ucapku kaget.
"Hah?" jawabnnya bingung.
"Ini motor lu?" tanyaku malu.
"Iya. Kenapa lu duduk di atas situ? Udah kek mau maling aja hahaha"
Aku sungguh malu berat!! Bagaimana tidak? Aku salah menaiki motor. Pantas saja kunciku gak bisa membuka stangnya. Habis gimana lagi? Jenis motornya sama. Warnanya sama. Bulan dan tahun pembuatannya juga sama. Dan lagi, baru hari ini aku lihat dia memakai motor. Biasanya juga dianterin. Jadi bukan salahku dong kalau bisa salah? Ya ngak?
Lagian kok bisa sih motor sama persis kek kembar gitu. Kalo ga beda nomor platnya udah pasti ga ada orang bisa bedaiin. Wait!! Apa jangan-jangan ini tandanya jodoh ya? Abiskan kecil banget kemungkinan hal ini bisa terjadi dan di temukan. Mana satu sekolah lagi. Moga aja beneran jodoh. AMIN....
#END OF FLASHBACK
"Wil udah lama sampe?" tanyaku sambil duduk berhadapan dengannya.
"Ngak juga kok" jawabnya tersenyum.
Aduh ni orang kok demen banget ya senyum ke aku. Biasa kalo di sekolah tuh dingin banget sampe orang juga enggan deketinnya.
"Jadi gimana? Puisi lu udah jadi?" tanyaku.
"Udah nih, gw juga siapin musik pengiring"
"Buset niat banget"
"Iya dong. Btw, pas gw liat puisi lu tahun lalu itu bagus banget dah. Kata-katanya penuh makna gitu" ucapnya memuji.
Seketika itu juga muka ku bersemu merah mendapat pujian dari William.
"Ah enggak kok, buktinya aja cuma juara 3. Masih banyak yang lebih bagus" jawabku merendah.
"Ah lu mah merendah doang hahaha" tawanya.
"Hehehe.. Eh ia mana puisi lu? Bacaiin dong gw mau denger"
"Oke bentar ya. Jangan ketawa tapi" pintanya.
Segera ia mengambil hp dari saku celananya dan menyetel sebuah lagu instrumental. Aku tahu lagu ini! My Heart dari Heart series.
Alunan musik menambahkan suasana syahdu. Rindang pepohonan dengan angin sepoi-sepoi di sore hari dan gemercik air terjun membuatku seperti terlempar ke sebuah dunia sendiri. Sebuah dunia kecil berisikan aku dan dia.
Tak lama kemudian, William mulai membacakan puisinya. Puisinya berceritakan tentang kesunyian alam. Kebisuan alam yang tak dapat berucap dikala manusia melupakan memori keindahan alam. Kepedihan alam yang tak mampu bersuara dikala langitpun menangis duka.
Aku benar-benar terhipnotis oleh dirinya. Bagaimana dia memainkan ekspresi sedihnya. Bagaimana dengan lembutnya ia mengucapkan setiap sajak puisi yang ia goreskan. Disaat itu pula aku yakin. Cintaku padanya semakin besar. Diriku ini tak mampu menahan pesona yang ia berikan. Aku sudah terlanjur jatuh dan tak dapat bangkit dari cinta pada dirinya. Aku benar-benar memberikan seluruh hatiku untuknya.
"Gimana? Kok diem aja?" tanyanya.
Seketika itu juga aku sadar ternyata ia sudah selesai membacakan puisinya.
"Bagus Will. Bagus banget. Penghayatannya udah dapet" pujiku.
"Tapi belom sejago lu lah"
"Gw cuma bisa bikin Will. Bacanya mah ga becus"
"Coba dong gw mau dengerin lu baca puisi juga" pintanya.
Aku pun memulai membacakan puisi yang telah ku buat sebelumnya. Setelah selesai membaca, ku lihat ekspresinya yang datar.
"Apanya yang jelek itu?! Bagus kok. Cuma emang ada beberapa bagian yang cara bacanya monoton. Nanti tinggal minta miss Lina buat ajarin aja cara bacanya"
Setelah latihan membaca puisi -yang hanya kami lakukan sekali- itu selesai, kami larut dalam perbincangan yang tidak ada habisnya. Tidak kusangka di balik sifatnya yang jutek dan cool, aku dapat merasakan kehangatan pada dirinya. Senyumnya yang selalu terukir, matanya yang teduh, tawanya yang renyah. Semua itulah yang membuatku merasa nyaman bersamanya. Andai saja waktu dapat terhenti saat ini juga, takkan ada hal yang perlu kutakuti untuk masa depan. Karena bersamanyalah ku temukan kebahagiaan.
Lomba kali ini rupanya bertempat di tempat yang sama dengan tahun lalu. Yakni di sebuah universitas swasta yang ternama di kotaku. Perjalanan memakan waktu hingga 30 menit. Sesampainya disana, miss Lina mendaftarkan kami bertiga kepada panitia dan mengambil urutan tampil. Aku tampil pertama diantara kami bertiga dengan nomor peserta 4. Sementara Martha nomor 8 dan William nomor 10.
Tepat pukul 8, kami semua dikumpulkan di sebuah auditorium yang akan menjadi tempat pelaksanaan lomba puisi. Peserta tahun ini rupanya lebih banyak dari tahun sebelumnya, yaitu sekitar 80 peserta. Setelah beberapa pesan singkat dan pembacaan peraturan, kami dipersilahkan mengambil tempat duduk dan memulai menuliskan puisi karya masing-masing.
Setelah sekitar 1 jam kami di dalam, kami diperbolehkan untuk keluar dan berlatih untuk pembacaan puisi.
"Haduh gw kok deg-deg'an gini ya" ucap Martha setelah keluar ruangan.
"Gw juga kok Mar" jawabku.
Kulihat William hanya diam dan memasang mukanya yang cool. Kenapa sih ni orang? Kemarin ketawa ketiwi sekarang malah cool banget. Aneh...
"Hai hai! Gimana tadi didalam?" sapa miss Lina.
"Tegang banget miss aduh ya ini kan pertama kalinya aku.... " bla bla bla dan seterusnya Martha berbicara dengan miss Lina tanpa perlu ku dengar.
"Wil, kok diem aja?" tanyaku mengalihkan pandangan pada William.
"Gpp kok. Bingung aja mau ngomong apa" jawabnya dengan tampang dingin.
"Ni anak kenapa ya tiba-tiba jadi diem lagi" pikirku. Padahal seharusnya ia bisa ngobrol, apalagi Martha kan temen sekelasnya. Ah tau deh.
"Mau roti?" ku tawarkan sepotong roti padanya.
Sejak pagi kami memang belum sarapan dan aku yakin semua pasti sedang lapar. Kebetulan tadi pagi aku sempat membuat roti isi selai cokelat.
Kulihat William hanya melirik dan bersikap acuh. Idih ni anak kok jadi sengak gini sih.
"Kok cuma pacarnya aja sih yang di tawarin?" goda miss Lina.
"Ia nih! Kita kan juga laper" sahut Martha.
Nyess...Kupastikan kali ini mukaku bersemu. Gak guru, gak murid sama aja sifatnya. Suka ngegodaiin!
"Yaudah ni ambil aja buat miss sama Martha" kuberikan semua roti yang kubawa pada mereka.
Waktu istirahat telah usai. Sekarang kami para peserta dipanggil kembali kedalam ruangan. Sesuai dengan nomor peserta yang telah diundi sebelumnya, satu persatu maju ke depan panggung dan mulai membacakan puisi.
Peserta pertama maju. Peserta kedua. Peserta ketiga. Hingga akhirnya tibalah giliranku sebagai peserta ke empat.
Deg! Deg! Deg!
Aduh jadi gugup banget. Akupun segera berdiri dan hendak maju ke panggung. Tapi saat hendak akan maju kurasakan ada tangan yang menahanku.
"Good luck ya" ucap William memegang tanganku sambil tersenyum.
Dag Dig Dug Duer!!
Ini mah bukannya gugup lagi. Jantungku serasa mau lepas dari tempatnya, dan nafaskupun tercekat. Mama tolong bawakan aku tabung oksigen!
"Cieeee!!" goda Martha heboh.
"Suit-suit" tambah miss Lina.
Kalau sekarang ada makanan apapun yang ingin kalian masak, taruh saja dimukaku. Dijamin matang! Ya ampun, kenapa hari ini ada saja kejadian bikin aku malu gini. Aaaaaaaa!!
Dengan cepat aku mengangguk dan berjalan ke depan panggung.
"Selamat pagi semuanya. Saya Steven dari SMA Andhalia akan membawakan puisi berjudul... "
****
Selesai sudah pembacaan puisi kami bertiga. Huftt lega juga akhirnya.
"Kalian mau makan ngak?" tanya miss Lina.
"Mau sih miss, tapi nanggung lah tungguin pengumuman" jawab Martha.
Setengah jam kemudian, kami dikumpulkan ke ruang yang lebih besar untuk pembacaan pengumuman. Selain puisi, ada juga peserta lain dari seni karya, tarik suara, dan design grafis. Rupanya pengumuman pemenang puisi dilakukan paling akhir. Dan ternyata...
"Waaaaa!" teriakku, Martha, dan miss Lina bersama.
"Selamat ya Wil!!" ucap Martha dan miss Lina antusias.
Tidak kusangka William dapat juara 2. Walaupun aku tidak mendapatkan juara tahun ini, aku tetap gembira atas kemenangannya. Dapat kulihat ekspresi bahagia terpampang jelas di wajahnya yang tampan.
Sesudah makan siang, kami kembali ke sekolah dan sampai sekitar pukul 5 sore. Sekolah sudah benar-benar sepi. Miss Lina dan Martha pun sudah langsung pulang begitu sampai di sekolah. Kini hanya tinggal aku dan William, berdua di parkiran motor.
"Ven, sorry ya tadi gw bersikap dingin" ucapnya tiba-tiba.
"Oh gpp kok. Btw, lu kenapa sih tiba-tiba dingin gitu? Bete?"
"Bukan! Gw cuma hmm.." jawabanya bingung mencari kata-kata.
"Cuma....?"
"Cuma gugup aja. Gw kalo gugup emang bawaannya lebih baik diem tapi kadang orang nangkepnya dingin"
"Ahahahaha!!" tawaku meledak.
"Baru kali ini loh gw liat orang nervous nutupinnya pake diem gitu. Jelaslah orang nangkepnya dingin, emang udah dari sononya muka lu cool. Nih ya..." kupegang tangannya ( modus nih Steven )
"Aish! Dingin banget coy" kataku sambil pura-pura menghangatkan tangan.
"Ah lu mah! Malah ngejek. Nyesel dah gw cerita"
"Hahaha. Abis lu lucu sih. Yaudah lah sekarang gw tau lu tuh sebenernya ga sedingin apa yang di lihat orang"
Kulihat mukanya bersemu merah. Ya ampun jadi lucu banget liat dia malu. Hahahaha...
"Asem lu. Yauda yuk balik" ajaknya salah tingkah.
Kamipun akhirnya meninggalkan sekolah. Entah ini sebuah kebetulan atau kesengajaan, kami sama-sama melajukan motor dengan kecepatan pelan, seakan tidak ingin kebersamaan seperti ini cepat berakhir. Kulihat matahari mulai terbenam dan langitpun berubah senja. Di bawah teduhnya angkasa, yang menjadi saksi kedekatanku dengannya.