It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
HAPPY NEW YEAR 2015 ya buat segenap kru trit story ini
@Tsunami @ryanadsyah @lulu_75 @3ll0 @arifinselalusial @d_cetya
Banyak kejadian telah terlewati. Sejak sore itu — hari dimana kami pulang bersama — kedekatanku dengannya semakin terasa. Tidak jarang teman-teman bahkan guru suka iseng menggodaku. Awalnya sih sangat malu pasti. Namun lama kelamaan aku sudah terbiasa dan kulihat William pun tidak mempermasalahkannya.
Selain interaksi di sekolah, kami juga sering berjanjian di luar sekolah. Entah itu untuk pergi nonton, pergi makan, ataupun sekedar nongkrong berdua. Jujur ini pertama kalinya aku — dan dia juga — merasa kami ini cocok. Bukankah aku pernah bilang, kalau aku tidak suka berlama-lama di suatu tempat bila tidak ada urusan? Namun bersamanya, aku dapat menghabiskan seharian penuh dari pagi hingga malam hanya dengan mengobrol saja. Bayangkan itu! Seberapa banyak kira-kira percakapan kami. Padahal di sekolah bertegur sapa saja jarang. Dan lucunya saat kami berpisah, dia pasti selalu mengchat ku.
"Abis nih suara gw ngomong mulu. Puasa ngomong seminggu dulu deh "
"Ah lebay! "
Ku akui, aku sangat bahagia bisa menghabiskan waktu berdua dengannya. Karena yang aku tahu, di kelas jarang sekali teman yang bisa dekat dengannya. Dan memang sih, Williamnya sendiri pun lebih menutup diri. Tapi berbeda denganku, ia selalu terbuka dan tidak segan-segan bertingkah konyol.
****
"Wil! Hari ini pergi makan yuk" chatku padanya.
"Yuk. Kemana, jam berapa?"
"Ke warung Bu Woro aja. Lagi pengen makan pedes. Jam 5 ya"
"Oke..."
Tepat pukul 5 aku tiba di rumah makan Bu Woro dan William pun terlihat sudah menunggu. Tanpa membuang waktu lagi, kamipun langsung memesan makanan. Berhubung aku sangat suka pedas, maka aku memilih ayam penyet dengan sambal extra pedas. Sementara William....
"Mas, ayam penyetnya satu, jangan pedes" pesannya.
Ya. Dia memang bukan pecinta makanan pedas. Aku ingat betul terakhir kali kami makan berdua, aku yang tak tahu ia tidak bisa makan cabai, memesankan ayam penyet dengan tingkat kepedasan sedang. Hanya sedang kok... Kalo buat aku sih sedang udah kayak gak pake sambel. Tapi berbeda dengannya...
"Huaaa huaaaa... Pedesss..." ucapnya sambil mengipas-ngipaskan mulutnya.
Segera ia meminum es teh yang ada di meja hingga habis tak bersisa, dan dapat kulihat keringat bercucuran, juga bibirnya menjadi merah merona. Ya Tuhan! Itu bibir merahnya seksi banget. Mau aku cium aja rasanya. Aghhh!!
Tidak sampai disitu saja, pulangnya ia memberitahukan bahwa perutnya mules dan sangat sakit. Wahh aku jadi ngerasa bersalah. My Prince William jadi sakit gara-gara sebiji cabai durjana itu! Akhirnya ku suruh ia meminum air hangat dan segera merebahkan diri agar perutnya lebih relax. Saat itu juga ia langsung melakukan yang kusuruh dan bilang bahwa perutnya sudah membaik. Huft... Syukur lah. Sejak saat itu aku pun tahu bahwa dia tidak biasa dengan makanan pedas.
****
Pernah suatu ketika aku memberikan jarak pada hubungan kami. Aku merasa bahwa jika terus berada didekatnya, perasaan yang tumbuh di dalam hatiku akan terus berbunga. Namun jika suatu saat rasaku ini tak terbalas... Aku takut... Aku takut merasakan sakit. Aku takut membayangkan dia bersama orang lain. Aku hanya takut, bunga yang telah tumbuh itu akan layu dan mati. Namun seminggu lamanya aku tidak bersapaan dengannya, membuat batinku sendiri tersiksa. Ada sesuatu yang hilang dan kosong di saat menjalani hari. Kuperhatikan, ia pun terlihat lebih lusuh dan tidak bersemangat. Hingga pada keesokan harinya kuputuskan untuk menyapanya kembali.
"Wil..." panggilku canggung.
"Hmmm?" gumamnya. Namun kulihat ada sebuah senyum yang di tahan dari bibirnya dan ekspresi gembira di wajahnya.
"Sabtu ini mau nonton bareng ga?"
"Nonton apa?"
"Amazing spiderman 2. Gw belum nonton nih. Itu juga kalo lu mau..." kulihat ia tengah berpikir.
"Berdua?"
"Iya" jawabku sambil menunggu keputusannya dengan gelisah.
"Boleh deh. Gw juga belom nonton" jawabnya tersenyum.
"Oke deh. Jam 4 sore ya" ucapku sambil berlalu.
YESSS!! Sungguh ini merupakan pertama kalinya aku nonton berdua dengan William dan di malam minggu pula! Kalau aku boleh berharap, mungkin ini dapat di bilang semacam kencan. Tapi itu hanya dari sisiku. Baginya mungkin ini hanya sebuah ajakan teman biasa. Namun tetap saja hati ini tidak dapat dibohongi, bahwa aku sangat amat bahagia.
****
"Ayo dong Will!!"
"Ah males gw"
"Idih ni anak cepetan!"
"Bawel banget deh"
"Gimana ga bawel? Itu tugas lo kan harus dikumpul besok!"
"Iya nanti juga gw kerjaiin kok"
"Ngak ada nanti-nanti. Sekarang!"
"Iya KAKAK!"
"Kalo lu kelarin tugasnya, besok gw kasih sesuatu deh"
"Hah beneran?"
"Iya. Makanya kerjaiin"
"Oke!"
Itulah chat terakhirku dengannya di malam hari. Jika kalian memperhatikkan, pasti ada sesuatu hal — kata-kata — yang ia ucapkan pertama kalinya padaku. Apa itu? K A K A K! Ya. Dia memanggilku Kakak. Kalian tahu kenapa? Karena dia merasa aku memperlakukannya seperti anak kecil dan sering kali memanjakannya. Padahal aku ingin memberikan kesan sebagai seseorang yang lebih dari itu. Tapi ia mengartikannya sebagai 'KAKAK'. Stupid brother! *eh
Jam telah menunjukkan pukul 8 malam. Ku ambil kunci motor dan segera melaju ke mini market terdekat. Sesampainnya disana aku binggung mau membelikan dia apa. Lagipula itu tadi benar-benar spontan dan tidak direncanakan sama sekali. Akhirnya kuputuskan membeli sebungkus permen 'Kiss' sebagai hadiah.
****
Keesokan harinya aku membawa hadiah sederhana yang telah ku beli kemarin. Aku sudah berniat memberikannya pada saat nanti pulang sekolah agar suasana tidak terlalu ramai. Tapi saat istirahat siang tiba...
"Wahhh! Ada permen! Steve minta ya!" seru temanku Erla.
"Permen apa?" tanyaku. Wait! Itukan hadiah buat William.
"Nih permen 'Kiss'"
"Wah! Jangan! Ga boleh!" seruku melarangnya.
"Ish pelit banget dah. Buat siapa sih permennya? Ini kan banyak, ada sebungkus" jawabnya sambil manyun.
"Pokoknya ga boleh" tegasku.
"Huuu yauda deh...." jawabnya sambil pergi dengan muka bete.
Untung aja nih permen masih aman. Coba kalo tadi di buka sama si Erla, kan bisa gagal ngasih ke William.
****
TRINGGG.... TRINNGGG......
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Kulihat juga banyak siswa berhamburan keluar kelas dan pulang. Segera ku ambil tas dan berjalan ke gerbang sekolah untuk menunggu William.
Setelah sekitar 15 menit kulihat William belum juga menampakan batang hidungnya. Sementara banyak anak dari kelasnya sudah pulang duluan.
"Kemana ni anak?" pikirku dalam hati.
"Oi...." sapanya.
"Hoi....Kemana aja sih lama banget?"
"Iya tadi ada tugas belum kelar. Ngomong-ngomong keknya kemarin ada yang bilang mau ngasih sesuatu nih..." ucapnya seperti memancing.
"Hah? Siapa?" tanyaku pura-pura bodoh.
"Ah... Dasar PHP" jawbanya sambil memasang wajah bete. Ahahaha.....Sumpah ni anak lucu banget kalo pas pasang tampang bete. Bibir merahnya manyun sementara mukannya tetap berekspresi dingin.
"Ih adek jangan ngambek dung... Nih kakak bawa kok" ucapku sambil mengelus rambutnya.
"Hah beneran? Padahal gw cuma bercanda loh" ucapnya kaget.
"Beneran dong. Gw kan gak PHP" kataku sambil sedikit menyindir.
"Hehehe..." cengirnya.
"Tapi kalau mau hadiahnya, merem dulu"
"Loh kok harus merem? Ah perasaan gw kok ga enak ya" ucapnya ragu.
"Kaga kok. Gw serius nih ngasihnya"
"Yauda deh" segera ia menutup kedua matanya.
Kupandangi mukanya yang tampan lekat-lekat. Tuhan, kenapa aku bisa begitu mencintai dirinya. Mengapa aku harus mencintai seseorang yang mungkin tak dapat ku miliki? Namun, rasa ini sungguh nyata. Walaupun aku takut sakit nantinya, aku akan lebih takut untuk kehilangan dirinya sekarang. Maka dari itu kuputuskan untuk menikmati hari yang dapat ku lalui bersama. Jika bisa, sampai waktu yang ku miliki tak lagi dapat berputar...
"Dah! Buka matanya sekarang" perintahku.
Begitu dia membuka matanya, kulihat kilauan binar disana. Ekspresi gembira sangat nyata terlihat.
"Wahh permen!" serunya.
"Thanks ya Ven" ucapnya malu-malu.
"Cieeee!!!" tiba-tiba ku dengar teriakan di belakang kami. Itu si Erla!!
"Pantesan tadi dimintaiin permennya ga di kasih. Kiraiin mah buat siapa, eh ga taunya buat si ayang"
"Dih apaan sih lu Er!" jawabku menutupi rasa malu.
"Ahahahaha... kalian udah kek pacaran aja deh mesra banget" tawanya puas.
Kurasakan mukaku sangat panas dan pasti sudah merah. Tapi ternyata bukan hanya aku, William juga mukanya sudah merah padam.
"Ehm.. Ven gw balik duluan ya, udah di tungguin temen-temen basket" ucapnya buru-buru.
"Oke Will, hati-hati di jalan ya"
"Suit suit! Da da da dah'an nih sama si ayang" ejek Erla belum puas.
"Ayang-ayang peyang! Gw sumpel lu lama-lama Er" ucapku kesal sekaligus malu. Erghh! Kenapa sih si Erla harus liat pas aku ngasih permen? Reseeeee!!
Belom nih kekny keknya hiks
Bang @d_cetya sama @3ll0 knp jdi ikut2 Erla sih... Reseeeee! Hahaha