It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
adam kejam bgt, gw kira dia bakal ngaku klo itu semua rencananya kumar soalnya kata2 koi terngiang di pikirannya. eeh gak taunya malah ngaku klo itu rencana dia. gegana kan lo sekarang
bener kan tebakan gw klo adam waktu kecil itu si kumar. tp ada apaan tuh sampe mereka berantem? apa yg terjadi?
Gue berjalan. Berjalan. Dan terus berjalan didalam keramaian. Menembus kerumunan orang yang berjalan kesana kemari sambil menenteng setiap bawaannya. Ada anak anak yang tengah berkejar-kejaran di depan elevator. Boutique tempat Kak Fina tengah berbelanja sudah berada jauh dibelakang gue. Semakin gue melangkahkan kaki, semakin jelas suara nyanyian yang menuntun gue kedalam sebuah Café. Semua orang yang berada didalamnya tampak begitu menikmati sosok yang tengah bernyanyi diatas panggung itu. Begitupun gue yang terhipnotis oleh suara serta aksi panggungnya tepat didepan pintu masuk. Bukan lagu Rock yang dibawakannya, pun Pop yang dinyanyikannya. Sedikit jazz, namun terlalu lembut untuk dikatakan klasik. Komposisi instrumen dan nada yang begitu pas ditelinga. Vokal yang benar benar menginspirasi. Gue sedikit terkejut saat seseorang disamping gue bersuara.
"Koi menyukainya. Bagaimana denganmu?"
Gue baru sadar bahwa hanya kami berdualah yang berdiri disini, menghalangi orang orang yang akan menikmati makanan di tempat ini.
"Gue Adam. Lo siapa?"
**
Kepala gue mendadak sakit pagi ini saat menunggu Papa didalam mobil. Hari ini hari pertama gue bersekolah setelah beberapa hari absen dari segala kegiatan yang berbau edukasi. Mimpi tadi malam seolah olah merupakan DeJaVu bagi gue. Bertemu seseorang berperawakam tinggi dan bermata sipit. Tepat seperti Koi didepan sebuah pertunjukan seni. Aargh! Kenapa lagi lagi harus begini sih?
Gue mengeluarkan ponsel dari saku baju. Mencoba mencari ketenangan dari bayang bayang Koi yang selalu menghampiri gue. Sekarang tanggal 7. Berarti seminggu lagi dong. Wah gue harus giat ke studio nih kayaknya. Kevin pasti juga ntar pasti bakal langsung nyemprot gue pas nyampe kantin.
Tapi bagaimana dengan Yoga? Bergaul dengan Kevin sama saja bergaul dengan Yoga. Orang yang udah menikung gue dari belakang. Heran, tuh anak teman apa tukang ojek sih yang hobinya nikung. Ngga. Tenang Adam. Woles. Selow. Kalem. Calm. Santai. Kalau lo berantem sekarang, sama aja artinya lo cari mati gara gara kaki lo belum sembuh sepenuhnya. Ok?
Sabar. Sabar.
**
"Entar kalau udah pulang telfon Papa ya? Kamu ngga ada acara ke studio kan?" Tanya papa dari dalam mobil. Gue yang berdiri didepan gerbang dengan alat bantu jalan gue langsung menjawab pertanyaan papa dengan anggukan.
"Hati hati ya disekolah!" Sambungnya lagi lalu melajukan mobilnya meninggalkan gue bersama murid murid lainnya yang kayaknya juga baru nyampe. Entar gue ke lantai atasnya kayak gimana yah? Ah udahlah lupain itu dulu. Yang penting sekarang masuk dulu.
Gue menggerakkan tongkat gue mencoba menyeimbangkan badan. Karena jujur, selain ketek gue sakit,badan gue suka kehilangan keseimbangan. Mungkin karena belum terbiasa kali yes.
Saat melewati meja piket, gue merasa setiap orang memandang gue aneh. Apa yang salah dengan gue? Apa karena ketampanan gue berkurang akibat alat ini?
Dang! Gue harus cepetan sembuh kayaknya!
Tapi semakin gue berjalan kedalam, semakin banyak tatapan tatapan aneh yang dilayangkan anak anak ke gue. Termasuk cewek cewek yang kalau gue datang jam segini selalu nyambut gue, bahkan minta tanda tangan sampai bela belain mau bawa tad gue. Apa yang terjadi?
Ditengah perjalanan, gue dihentikan oleh seseorang yang dulu pernah menghancurkan perasaan gue. "Adam?" Caca. "Lo udah sehat?"
Wajahnya masih menggemaskan seperti biasa. "Lo liat aja ndiri" jawab gue jutek dan lalu mencoba mengambil langkah lagi. Tapi entah gue yang bego atau apa, ujung tongkat gue sedikit menginjak bagian lantai yang basah dan Caca langsung menahan badan gue sebelum jatuh.
"Bisa ngga lupain dulu masalah kita dan biarin gue ngebantu elo?" Tangannya dengan sigap membopoh gue. Sedikit tersentuh sih dengan kata katanya. "Masih sakit ngga?"
"Masih ca.." akhirnya.
"Gue khawatir tau pas denger kabar lo kecelakaan. Kemarin mau jenguk, tapi katanya lo udah balik duluan"
"Thanks yah" kata gue dan lalu dibalas dengan senyuman olehnya. Kami lalu berjalan menuju tangga sebelum menemukan kerumunan orang orang yang kayaknya berdesak desakan ngeliat mading.
"Ada apaan ca?" Tanya gue yang langsung dijawab gelengan olehnya. Saat gue dan caca mencoba untuk mencari tahu, semua orang yang ada disana spontan langsung menoleh kepada kami. Seperti tatapan jijik. Entahlah. Gue juga ngga ngerti.
"Maho!" Teriak seseorang dari kerumunan itu.
"Ya! Dasar homo laknat!"
"Gue ga nyangka ada homo yang berani berbuat mesum di sekolah!"
"Najis!"
Semuanya sontak langsung memberi gue jalan menuju mading dan betapa terkejutnya gue saat melihat foto gue dan Koi tengah berciuman dibawah tangga. "Ini lo Dam?" Caca seakan ngga percaya dengan apa yang ia lihat. Gue spontan langsung mencabut foto foto itu dari mading dan merobeknya.
"SIAPA YANG BERANI NYEBARIN FOTO INI!? HAH!!!?"
"Maho!"
"Bangsat! Pergi lo!"
"Pergi!!!"
Semua orang mendadak memaki gue. Meneriaki gue. Hati gue terasa panas.
**
Dengan cepat foto itu menyebar ke seantero sekolah. Entah dari mading, ataupun dari bluetooth. Satu persatu siswa yang ada di sekolah ini langsung merubah sikapnya 180' kepada gue setelah melihat foto itu. Perlakuan semua orang di kelas juga mendadak berubah. Tak ada lagi Calvin yang selalu hi-5 saat gue masuk kelas, Yuyun yang selalu geregetan kalau gue muncul didepan matanya.
Semua orang berubah. Begitu saja. Sungguh, saat itu ingin rasanya gue menghilang ditelan bumi saja. Layaknya penyakit menular, tak satupun orang yang ingin mendekati gue. Gue dikucilkan. Dan tempat gue disisihkan jauh dari teman teman di pojok belakang kelas. Sendirian.
Entah sudah berapa banyak air mata gue menetes hari ini. Sungguh.
**
"Hai Yun..."
"GO AWAY!!!!!"
Yuyun langsung kabur saat gue menyapanya didepan kelas saat istirahat. Gue lalu melanjutkan perjalanan menuju WC di ujung. Sebelum mengantarkan gue ke kelas tadi, Caca sempat bilang untuk menunggunya agar gue ngga susah jalan nanti waktu istirahat karena dia tau bahwa hidup gue di sekolah berasa kurang kalau belum nyoba mie ayamnya Mbak Jarwo. Tapi sumpah, panggilan alam lebih mendesak daripada itu semua.
Setelah selesai dengan acara tembak menembak (dan gue harus kesusahan buat nahan badan gue) , gue langsung menuju westafel untuk mencuci tangan. Gini gini kan gue juga orang yang higienis. Kemudian tiba tiba pintu WC terbuka. Gue pikir ada orang yang mau pipis juga kayak gue.
"Oh, Hi Mr. Vocalist"
Tangan gue spontan berhenti dibawah aliran air saat mendengar suara itu. Kumar dan teman temannya. Kevin, Udin, Ucok, Robbie.
"Gimana fotonya? Keren ga?" Kali ini Kevin yang angkat suara. Gue ngga bisa ngomong apa apa lagi saat Kevin mengucapkan kalimat itu. "Gue ga nyangka kalau teman gue ternyata punya menyakit menular"
Brengsek. "Puas lo?"
Mereka tertawa. "Gue? Puas? I never had one!" Kumar bajingan.
"Lo udah janji ga bakal nyebarin foto itu! Busuk lo!" Lagi lagi hanya tawa jahanam yang gue dapat. "Kenapa? Kenapa lo ketawa?"
Ketiga bawahannya kemudian mendekati gue. Kevin mendorong gue menghantam westafel sedang dua orang yang lain memegangi kedua tangan gue.
"Did Kumar selalu menepati janjinya?" Gumamnya sendiri dengan ekspresi yang dibuat buat. "No. I DID NOT"
"Bajingan!!!"
**
Bau ini lagi. Harus berapa lama sih bagi gue supaya bisa jauh jauh secepatnya dari bau bau seperti ini. Antiseptik. Obat obatan. Bau kambing. Suara perban. Orang yang tengah berbicara. Apaan deh gitu. Aaarrgghh!!
"Dam? Adam! Lo udah bangun?" Gue membuka mata dan langsung menoleh ke orang yang berada di sebelah gue. Caca.
"Lo ngapain Ca sampai berair gitu matanya? Trus gue kenapa sampai ada disini?" Ya, dibilik ini ngga ada siapapun selain kami, dan itu membuat gue untuk leluasa menyentuh pipi caca. Duh modus. But please, matanya Caca beneran berair. Kayak abis nangis. "Lo nangis?"
Dengan cepat ia langsung menyeka ujung matanya, "huh? Engga kok"
"Lo ngga usah bohong ama orang yang udah gagal PDKT ama elu deh" gue menimpali tangannya.
"Gue minta maaf yah.. ga bisa.. hiks.." Lagi lagi airmatanya menetes lagi. Gue langsung menyekanya.
"Gabisa kenapa? Udah gue sampai babak belur gini karena emang ini takdir gue. Lo ngapain nangis?"
"Gue ngga bisa jadi orang yang baik. Orang yang ngejaga elu waktu sakit, kayak yang pernah lo lakuin ke gue.. gue.." dengan sigap gue letakkan jari telunjuk gue didepan mulutnya meingsyaratkan untuk diam.
"Ngga ada yang salah kok. Cuman gue yang salah udah bikin lo nangis" dia menatap gue dalam dengan matanya yang berair. Sumpah! Sekarang gue menyesal udah move on darinya! But,biarin aja deh. Meski dia cantik, gue ga mau disakiti buat yang ke 2 kalinya. "BTW, yang bawa gue kesini siapa?"
Dia terdiam sebentar. "Ehm... Koi.."
**
Entah setan apa yang menuntun gue buat ke gerbang belakang. Berdiri dibawah pohon didepan gerbang sendirian. Mencoba menunggu seseorang untuk mengucapkan barang satu terimakasih karena udah menolong gue. Rasa rasanya gue udah ga pantas lagi untuk menunggunya di tempat ini. Tempat dimana gue harus sembunyi sembunyi untuk bisa diantarkan ke bengkel mengambil motor yang sedang di reparasi. Nunggu sendiri tanpa ada apa apa bosen dong? Ya gue make earphone lah nunggunya. Meski sedikit mendung sih disini. Gue yakin kok dia bakal nongol.
'I miss the taste of a sweeter life. I miss the conversations. I'm searching for a song tonight, i'm changing all of the stations.'
Hari semakin mendung. Udara dingin mulai berhembus menerpa gue yang menunggunya sendirian.
'I like to think that we had it all. We drew a map to a better place. But on the road i took a fall. Oh baby why did you run away?'
Tetes air hujan jatuh membasahi batu kerikil yang ada didepan gue. Hujan udah mulai turun ya?
"But i wonder where were you when i was at my worst down on my knees
And you said you had my back so i wonder where were you
When all the roads you took comeback to me'
Hujan semakin deras turun bahkan sekarang udah membuat sekujur tubuh gue basah
'So i'm following my map that leads to you
My map that leads to you
Ain't nothing i can do
My maps that leads to you, following following following to you
My maps that leads to you
Ain't nothing i can do
My maps that leads to you
Following following following..'
**