It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
semangat!
@WYATB terimakasih :-)
@EllaWiffe10 aku pake hp ngetiknya, jadinya cuma segitu. Tar dilanjut kok :-)
@Wita aduh! /ikut panik/ :-D kan belum purnama ke lima atuh
@kikyo kan Awannya pingsan, :-D
@Purnama_79 iya, :-D
biasanya ketiga peri itu selalu ada buat nolongin Lov..
biasanya ketiga peri itu selalu ada buat nolongin Lov..
Hanya aku yg memperhatikan kejadian itu dari luar mobil Villon, sedang mereka sudah ada didalam mobil bersama Awan yg pingsan.
Crash!
Ribuan es runcing jatuh, aku yg kaget langsung beringsut menciptakan tameng melawan es runcing itu. Bunyi gemeletak terus terjadi hingga nyaris membuat tanganku pegal karna menahan tameng ditanganku.
Bunyi es yg jatuh sudah tak ada lagi, berganti hujan yg masih deras. Kuarahkan pandangan kearah depan, sesosok wanita berbibir pucat menatap tajam padaku. Rambutnya runcing tegak mengacung, dadanya hanya tertutup kain memanjang kepaha atasnya berbentuk celana pendek. Siku kedua tangannya terdapat es runcing seukuran kepalan tangan, juga di mata kakinya. Bahkan tangannya juga berubah menjadi es runcing sepanjang dua meter. Oh Tuhan! Itu masih Watherioz, dia berevolusi jadi monster es yg tiap sisi tubuhnya terdapat benda meruncing tajam.
Aku harus bagaimana! Kini aku mulai ragu bisa menamatkan hidupnya.
Tok tok tok!
Villon mengetuk kaca mobil, jarinya mengisyaratkan menunjuk kedua mataku. Ah ya! Aku hampir lupa, bukankah mataku bisa kugunakan. Tapi! Ini kan belum purnama ke lima, ah! Apa salahnya aku mencobanya. Kupalingkan wajahku menghadap wanita setengah monster itu, aku melangkah menjauh dari mobil Villon.
Pelan kupejamkan mataku, tapi dengan cepat tanpa jeda tubuhku sudah didekap Watherioz. Tubuhku terasa beku, bukan beku dalam arti kiasan. Tapi beku yg sesungguhnya, dalam jarak sedekat ini. Aku dapat melihat wajahnya yg awalnya cantik kini benar-benar mengerikan, bahkan taringnya berbentuk jarum es yg sangat tajam. Serasa akan mengoyak kulitku. Argh! Benar saja, taringnya kini sudah menerobos permukaan kulitku. Menancap dalam, hingga kurasakan perih yg teramat menyakitkan.
Aku tak bisa berbuat apa-apa. Mau bergerak rasanya akan menciptakan kesakitan pada leher yg masih tertancap taring Watherioz, rasa-rasanya darahku akan dia sedot semuanya. Persendianku sudah lemas semua, fokus mataku kian mengabur.
Crakk!
Watherioz terlempar menghantam tiang listrik lagi, darah pada taringnya mengalir terhapus air hujan. Aku langsung terjatuh menimpa genangan air, aku masih bisa mengumpulkan kesadaranku. Disana! Tiga peri itu menyerang habis-habisan Watherioz, tapi sayang! Kekuatan mereka kalah jauh dari wanita itu. Hingga tiga peri itu berkumpul bersila melingkar menempelkan jari telunjuk masing-masing dan mengucapkan mantra, pusaran hitam langsung tercipta diatas langit. Watherioz langsung mengambang dan tersedot.
"ingat! Aku akan kembali wahai para peri sialan. Hahaha..." hanya itu yg dapat kulihat dan kudengar sebelum gelap menutupi pandanganku.
***
Hanya dengung serta erangan kesakitan yg kudengar. Pelan kubuka mataku, mengerjapkannya. Mengumpulkan segala kesadaranku, setelah beberapa menit. Akhirnya kesadaranku terkumpul sepenuhnya, ah! Rupanya aku sudah dikamarku. Aku mencoba untuk duduk. Argh! Aku mengerang dengan keras, menahan rasa sakit yg terdapat di leherku. Derap langkah kaki terdengar melangkah kearah kamarku, Michu, Foni dan Srega muncul bersamaan dari balik pintu. Wajah mereka tampak kelelahan dan terlihat menahan sakit pada sekujur tubuh mereka.
Mereka duduk bersisian ditepi ranjang. Menatap dengan rasa bersalah kearahku.
"maafkan kami Lov! Kami terlambat menyelamatkanmu." Michu berujar sambil menahan dadanya dengan tangan kanannya.
"iya, maafkan kami bertiga Lov! Seharusnya kami sudah ketempatmu ketika rasa khawatir menyelimuti kami." aku masih diam melihat mereka bergantian. "tapi kami kalah dengan rasa takut kami, kau tau! Jika tubuh kami terkena tetesan hujan tapi bukan ditempat asal kami. Tubuh kami akan kehilangan keseimbangan dan garis sayap pada tubuh kami akan terasa perih seperti ditusuk dan disayat, maka dari itu kami mengumpulkan keberanian untuk menerobos hujan." ujar Foni panjang lebar.
"ti-tidak... Argh!" aku menelan ludahku, rongga mulutku terasa perih. Tenggorokanku rasanya tertusuk sebilah pisau, leherku terasa kaku.
"sudah Lov! Itu efek dari kejadian tadi, kami sangat menyesal. Sekali lagi maafkan kami!" Srega berucap sambil memegang perutnya, mungkin dia juga merasa kesakitan.
Kucoba mengumpulkan energi untuk mengeluarkan suara. Mengatakan pada mereka bahwa ini bukan salah mereka, tapi semua sendi menolak perintahku. Hingga akhirnya gelap menyelimuti semua pandanganku.
@kikyo @WYATB @DoniPerdana @dafaZartin @hyujin @Arie_Pratama @bagastarz @Otho_WNata92 @lulu_75 @animan @soratanz @Adhika_vevo @SteveAnggara @jacksmile @3ll0 @Tsu_no_YanYan @Adiie @Agova @Hon3y @RegieAllvano @Akucintakamu @4ndh0 @amir_tagung @JimaeVian_Fujo @ramadhani_rizky @jerk_am @Purnama_79 @ardavaa @chioazura @Wita @Bun @EllaWiffe10 @zeva_21