It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
oke @zeva_21 :-D
mention ya kalo update .. (^_^)
mention ya kalo update .. (^_^)
Aku hanya bisa menahannya tanpa melakukan serangan balik. Tameng pada sekujur tubuhku sudah luntur, kini aku tambah basah kuyup. Punggungku tambah perih, tiap garis sayap yg melekat pada punggungku terasa panas dan perih.
Kemana wanita itu? Aku jadi tidak sadar kalau serangannya sudah berhenti, lalu kemana dia? Mataku awas menyisir kesegala arah. Masih tak kutemukan sosok cantiknya.
Bughh!
Tubuhku tersungkur kedepan. Wajahku yg semula hanya basah, kini jadi tambah basah dan kotor. Genangan air yg tertimpa tubuhku menciptakan cipratan disertai deru petir, mataku serasa perih akibat tadi. Mungkin ada kotoran dari genangan air yg masuk ke mataku, ah! Apa ini? Tubuhku seperti melayang. Dan! Nafasku sedikit tercekat, ini gelembung air. Gelembung air ini menekan dadaku kuat, gambar yg ada di dadaku semakin menekan.
Argh!
Sembilu rasa sakit menusuk kulitku. Menciptakan kesakitan tiada tara, kulitku terasa amat dingin. Menciptakan efek perih, kulitku sudah terselimuti es. Membeku semakin menusuk kulitku, aku hanya bisa terus mengerang kesakitan. Senjata pada kedua punggung tanganku sudah retak dan hancur, aku jadi semakin tidak bisa berfikir. Rasanya otakku ikut membeku, wanita itu terus menatap kearahku dengan bibir komat-kamit membaca mantra. Sesekali dia berpindah tempat secepat kilat, menusuk gelembung ini. Aku tidak bisa berdiam seperti ini, harus ada yg aku lakukan. Aku tidak mau mati dengan cara seperti ini.
Ctarrr! Srett! Suash!
Aku langsung terjatuh menghantam tanah ketika sebuah petih menyambar gelembung ini. Es yg membungkusku retak seiring jatuhnya tubuhku. Disana! Seorang laki-laki, sedang menyerang Watherioz. Dia menyerang dengan senjata pedang sangat besar berbentuk petir, berwarna biru. Tunggu! Aku mengenal laki-laki itu, bukankah dia Awan? "Wan..." aku berteriak memanggilnya untuk memastikan apakah dia Awan atau bukan.
Awan menengok kearahku. Naas! Paha kanannya tergores pedang milik Watherioz, Awan langsung terpukul mundur sampai menabrak pohon sejauh limabelas meter. Bunyi gedebuk memekak keras ditengah bunyi hujan sederas ini, tak ayal! Punggungnya menghantam pohon tersebut. Awan jatuh tersungkur, pedang petir besarnya terlempar jauh dari tempatnya terjatuh.
Aku berlari menghampirinya. Aku agak terseok ketika berlari ke arahnya, rasa perih kembali menjalar pada kulitku. "lo gak apa-apa Wan?" aku bertanya sambil membantunya untuk duduk.
"gue gak apa-apa Lov! Jangan khawatirkan gue. Lo gimana?" Awan berdiri kupapah.
"sedikit perih pada kulit Wan, tapi gue gak apa-apa. Bagaimana lo bisa disini Wan?"
"sepulang dari kerja tadi, perasaan gue sudah tidak nyaman. Tiba-tiba saja gue teringat dengan lo, makanya gue segera nyariin lo."
"tapi bagaimana lo me... Argh!" erangku dan Awan bersamaan. Aku terlempar lagi menghantam pot besar disisi jalan, kami tersungkur menahan sakit.
Kucoba berdiri, namun lututku agak ngilu.
Srash!
Kulihat Watherioz melesat kearahku disertai es runcing ditiap sisi tubuhnya. Aku yg kaget langsung menciptakan mode bertahan dengan tanganku, rasa hangat langsung menyelimuti kami berdua. Kulihat Watherioz terlempar terguling kebelakang, tubuh rampingnya membentur tiang lampu. Pedangnya hancur.
"ayo kita ambil pedang lo Wan." aku memapahnya mengambil pedangnya. Bukankah Awan juga mempunyai kekuatan petir? Mengapa dia tidak menyerang dengan kekuatan itu. "Wan! Kenapa lo gak mencoba petir lo?"
"ah! Lo benar Lov, gue hampir saja lupa." kemudian Awan menancapkan pedang besar panjangnya. Dia meletakkan kedua tangannya pada ujung pedangnya, kilat langsung menggelegar. Watherioz agak kaget, dengan cepat dia menghindar tiap petir menyambar tubuhnya.
Wanita itu menciptakan tameng pada tangannya. Menghalau tiap petir yg menyambar, tapi Awan tak kalah akal menyerangnya. Awanpun semakin serius menyerang Watherioz dengan petirnya.
Kilat semakin menggelegar. Serasa akan membelah bumi, darah mulai keluar dari sudut bibir Awan. Mengalir banyak, tak banyak yg bisa aku lakukan. Selain berdiam diri memperhatikan Awan. Lalu, sebuah petir yg berkilat-kilat bertubi-tubi menyambar Watherioz, tamengnya hancur. Tubuhnya lagi-lagi terpental jauh, tubuhnya hangus tapi tak berasap.
Hujan reda seketika, seiring robohnya Awan didepanku. Khawatir kini melandaku lagi, Vipho dan Villon langsung berlari kearah kami. Mereka langsung memapah kami ke mobil mereka, tak sampai kami jauh melangkah. Tiba-tiba hujan turun lagi, bulirnya seperti batu berukuran bola golfnya yg menghantam kami.
Gelembung tercipta disekitar Watherioz. Tubuhnya terangkat dan berputar hebat.
Kami bertiga tercekat menyaksikannya.
@kikyo @WYATB @DoniPerdana @dafaZartin @hyujin @Arie_Pratama @bagastarz @Otho_WNata92 @lulu_75 @animan @soratanz @Adhika_vevo @SteveAnggara @jacksmile @3ll0 @Tsu_no_YanYan @Adiie @Agova @Hon3y @RegieAllvano @Akucintakamu @4ndh0 @amir_tagung @JimaeVian_Fujo @ramadhani_rizky @jerk_am @Purnama_79 @ardavaa @chioazura @Wita @Bun @EllaWiffe10 @zeva_21