It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Tapi tadi bibi udah bilang Den Arka ada di kamar.” Aku menepuk jidat ku mendengar penuturan pembantuku. apa yang harus kulakukan sekarang? Menemuinya bukanlah pilihan yang tepat sekarang, apalagi Aron sedang dijalan kesini.
“Bilang aja bibi tadi tidak tahu aku keluar. dan juga jika lain kali dia datang lagi buat nemuin aku, jangan bilang aku ada dirumah.” Kulihat Bibi hanya tersenyum. Aku menutup pintu dan duduk di tepi ranjang ku dengan hati risau, kalau-kalau Aron akan bertemu dengan Dirga.
***
Genggaman tangannya terasa hangat membuat aku serasa ada di tengah taman bunga yang dihiasi dengan bermacam bunga dan harum yang semerbak. Aku sungguh tidak pernah tahu ternyata rasa cinta semanis ini. jika ku tahu begini rasanya, sudah pasti dari dulu aku ingin mengecapnya. sungguh ku sesali kenapa tidak dari awal aku menjalaninya tapi bukankah menyesal juga tak ada gunanya jadi biarlah ku nikmati bahagia ku sekarang.
“Ada yang mau makan jagung bakar tidak? aku tahu tempat yang enak untuk memakannya.” Suara fajar yang ada di belakang kemudi membuyarkan lamunan indah ku.
“Boleh juga, jagung bakar sepertinya pilihan yang tepat untuk malam ini.” Aron bersuara.
Kami berempat memakai mobil Aron dengan Fajar yang menjadi supirnya. Awalnya Fajar tidak mau mengemudi tapi alasan Aron untuk bisa berduaan dengan ku di belakang membuat Fajar hanya geleng-geleng dan terpaksa menyetujui permintaan Aron.
Hal yang kutakutkan tidak terjadi. Saat Aron tiba dirumah ku ternyata Dirga sudah tidak ada dan aku hanya bisa lega. Aku sadar tak selamanya aku bisa menghindar dari Dirga, hanya saja aku sungguh belum siap untuk menemuinya.
“Sweetheart, Kamu suka jagung bakar kan?” Tanya Aron yang langsung mendaratkan bibir indahnya di punggung tanganku. Aku merasa wajah ku memanas mendapat perlakuan itu.
“Tentu saja, jagung bakar bukanlah pilihan yang buruk.” Aku ternyata bisa salah tingkah juga.
“Baikalah kita sebentar lagi sampai wahai pengantin baru.” kudengar Alin hanya cekikikan mendengar gurauan pacarnya. Aku juga hanya bisa senyum malu-malu, seperti perawan yang lugu.
“Mendengarmu berucap demikian, Aku jadi ingin menikahi Arka.” tanggapan Aron akan kata-kata candaan yang di ucapkan fajar membuat ku hanya bisa menganga begitu juga dengan dua orang yang ada didepan kami.
“Seriusan kamu mau meresmikan hubungan kalian ini?” Itu pertanyaan Alin, hatiku jadi harap-harap cemas mendengar jawaban Aron.
“Jika itu yang diinginkan Arka kenapa tidak,” Kali ini tatapan Aron terkunci dimataku. Aku melihat kesungguhan di mata itu. “tapi jika Arka memang ingin menyembunyikan hubungan kita dari dunia, aku hanya bisa menurutinya.” Aron melanjutkan ucapannya yang membuat ku membeku.
“Aku ingin mendapat undangan pertama jika itu memang benar-benar terjadi.” Suara Fajar membuat Aron mengarah kan matanya kedepan.
“Kalian berdua akan mendapat undangan special dari ku.”
“sungguh?” Fajar memastikan.
“Tentu, Aku mau kalian yang menjadi orang yang menyiapkan pernikahan kami. Kurasa pilihan Alin tak terlalu buruk.”
“Aku mau jadi tamu special, bukannya jadi tukang siapin pernikahan.” sewot Fajar membuat aku hanya tertawa.
“Tapi jika kalian memang ingin melakukan hal itu, kurasa aku sangat tidak keberatan jadi orang paling sibuk di acara special kalian.” ucapan Alin serius kali ini.
“Terimakasih Lin, aku pegang janjimu.”
“Sudah selesaikan pembahasan ini. karena kita sudah sampai di depan tukang jagung bakarnya dan sekarang bisakah kita rundingkan rasa apa yang harus kita pesan.”
***
Kami berempat sudah duduk di rumput taman yang ada di belakang tukang jagung bakarnya. Aku dan Fajar memesan jagung bakar yang pedas sedangkan Aron dan Alin tidak terlalu suka pedas jadiolah mereka memesan yang manis.
Kulihat Fajar meniduri pangkuan Alin yang sangat membuat ku iri. mereka dengan sangat mudah bisa menunjukkan cintanya pada dunia. Sedangkan kami hanya bisa berkucing-kucingan. Kenapa dunia tak Adil buat kami? Apa yang salah dengan mencintai kaum kami sendiri? kami tak pernah mau terlahir seperti ini, tapi kenapa malah kami yang mendapatkan hukuman atas sesuatu yang tak pernah kami inginkan. Dunia ini terlalu kejam.
“Berhenti memandang mereka dengan tatapan seperti itu.” Suara Aron menyadarkan. kutatap ia yang ada di sebalahku. Aku hanya tersenyum untu menanggapi.
“Mudah banget iya jadi mereka, bisa romantisan di depan umum tanpa ad..” suaraku tertahan saat Aron menidurkan dirinya di atas pahaku.
“Apa yang kamu lakukan?” tanyaku gelagapan menatap sekeliling kami yang tak terlalu ramai.
“Menunjukkan padamu, kalau jadi seperti kita juga bukanlah hal yang terlalu berat.” Suara Aron cuek.
“oke memang tidak terlalu berat jadi bisakah kau bangun sekarang, sebelum orang-orang memandang aneh pada kita.”
“tak bisakah aku berlama-lama di pangkuan kekasihku? Peduli apa aku sama mereka. Toh mereka juga tak mengenal kita.” Aron ada benarnya juga. Jadi kubiarkan saj ia seperti ini.
“Aku mau cicip jagung mu,” mintaku yang langsung diberikan Aron. “rasanya mansi banget, tidak enak.” ucap ku meringis. kulihat Aron hanya tersenyum.
“Ka, Aku serius soal pembicaraan di mobil tadi.” ucapan Aron membuat aku terdiam. tentu maksudnya adalah soal pernikahan itu. “Kamu mau kan?” kutatap ia penuh arti.
“Mau, kalau kamu sudah jadi orang sukses dan bisa hidup sendiri tanpa mengandalkan orang tuamu.” jawab ku seadanya.
“beneran?” Aron terbangun, memastikan pendengarannya tidak salah. Aku hanya mengangguk dengan senyuman lebar.
“Aku pasti akan jadi orang sukses demi kamu.” Aron ingin memeluk ku tapi aku dengan sigap menghalanginya. Aku belum terlalu gila untuk terlihat bermesraan dengan sesama jenis ku dihadapan orang yang mulai terlihat ramai.
+++
@Adi_Suseno10
@Adiie
@octavfelix
@3ll0
@Tsu_no_YanYan
@lulu_75
@harya_kei
@Bun
@irvan_17
@kaka_el
@Sho_Lee
@Sicilienne
@Ndraa
@arifinselalusial
@chioazura
NB: tuh udah ku mention yg minta mention dan juga yg ga minta... hihi
aq d mensyen ea kalo update...xie xie
wah Aron udh rencanain pernikahan aja nih..
tp dikit amat up nya....masih kurang nih..hehehe #kemaruk
bahasanya masih agak kaku ya, dan ada sdikit kalimat yg kurang sinkron contoh nih "ada yg mau makan jagung bakar tidak? Aku tau tempat yg enak untuk 'memakannya' " mungkin kalimat terakhir jika diganti begini 'aku tau tempat jagung bakar yg enak' mungkin itu lebih baik. :-) maaf cuma sekedar saran :-D terus berkarya, keep spirit :-D
Aron mendekatiku yang sudah berdiri di depan gerbang rumahku. Dia berdiri di depan ku dengan senyum menggodanya. Aku sungguh masih ingin bersamanya.
“Tidak apa-apa kan kalau kita pulang lebih cepat?” Pertanyaan apa itu? tentu saja apa-apa.
“Tidak.” Suara ku terdengar tidak baik. Aron hanya tersenyum seakan mengerti isi hatiku.
“Aku akan menelpon mu.” Dia mengelus lembut pipiku.
Aku hanya tersenyum seadanya, aku ingin bersamanya bukan hanya mendengar suaranya. Aron mengecup pipiku.
“Tunggu aku.” Dia berjalan pergi. Aku mendengus kasar. Tanpa menoleh lagi kearah mobil mereka, Aku langsung masuk rumah.
Aku menjatuhkan diriku di ranjang ku. sungguh indah malam ini, tapi kenapa harus berakhir mengecewakan dengan hatiku yang tidak puas. Aku sih cukup mengerti dengan keadaan tapi hatiku yang tidak mau tahu. Intinya malam ini tidak berahir menyenang kan untuk ku.
“tunggu aku.” Apa maksud dari kata-kata Aron barusan? pasti dia menyuruh ku menunggu telponnya. Ayolah aku sedang kesal sekarang, di telpon juga percuma malah bikin tambah kangen. kenapa aku begitu menggila pada Aron sekarang.
Aku menanggalkan pakaian ku, Aku butuh air segar sekarang . Aku mengambil handuk yang ada di lemari dan melangkah kekamar mandi. Kuguyur tubuh ku dengan shower, membuat rasa dingin menjalar ditubuhku. Rasanya benar-benar menyegarkan. Semua beban di hatiku terasa terangkat semua.
Aku keluar hanya dengan melilitkan handuk dipinggang ku, ku ambil ponselku berharab ada panggilan dari Aron tapi ternyata tidak ada. Mungkin dia belum sampai rumah.
Kudengar suara ketukan di pintu ku.
“Aku sudah makan bi tadi sama teman ku jadi aku tidak ikut makan. kasih tahu mama.” teriak ku dari dalam tanpa mau repot membuka pintu. pasti mama udah pulang dan menyuruh pembantu ku memanggilku untuk makan bersamanya.
Suara ketukan lagi.
“bi aku lagi males keluar sekarang.” Lagi-lagi aku teriak. ku rapikan rambut ku yang basah didepan cermin ku.
Suara ketukan terdengar lagi, kali ini lebih keras. Oke, Aku mulai jengkel sekarang. dengan kesal ku buka pintu ku.
“Aku su.. mmkh” Kurasakan seseorang membungkam mulut ku. bukan dengan tangan atau sapu tangan tapi dengan mulut. sebuah ciuman, ciuman paksaan yang jika ku akui aku menyukai pemilik bibir ini.
“aah.. A Aron, kau..” Aku kehilangan suaraku nafasku terengah-engah mendapat serangan dadakan darinya.
“Tangan ku sakit mengetuk pintu kamar mu.” suaranya sungguh seperti angin segar yang menerpaku. Kulihat ia berbalik menutup pintu dan menguncinya. hatiku berdebar sekarang.
“Apa yang kau lakukan disini?” Suaraku keluar persis seperti letupan kegembiraan.
“Bukankah tadi sudah ku katakan, untuk menungguku?” Aron tersenyum menatapku yang masih terpaku dengan handuk yang masih melilit tubuh ku.
“Bagaimana dengan Fajar dan Alin?”
Aron melangkah ke ranjang ku dan duduk di pinggirnya. Dia melepas sepatu dan jaketnya lalu tanpa menoleh lagi kearah ku Aron langsung merebahkan tubuhnya. Aku mendesah menahan hasratku untuk tidur diatasnya dan melakukan hal yang selama ini ingin kulakukan bersamanya.
“Tidurlah didekatku.” suaranya seperti desahan ditelingaku, dia masih memejamkan matanya dan menjadikan lengannya sebagai bantal. “Berhenti menatap ku dan kemarilah” Masih dengan mata terpejam.
“Kamu mau sesuatu?” Aku mengabaikan ucapannya.
“Aku menginginkanmu dan kemarilah jangan membuat ku harus menyeret mu karena itu bukanlah cara ku. Aku lebih suka kau datang sendiri.” Aku terkesiap mendengar ucapannya. Kini matanya terbuka, Aron menatap ku yang masih setia berdiri agak jauh darinya.
Mendapatkan tatapan mengintimidasi seperti itu, membuat ku melangkah lebih dekat dengannya . Aron bangun dan menarik pergelangan tangan ku yang langsung membuat ku jatuh diatas tubuhnya. Kulihat ia menyeringai.
“Aku capek berlari kesini, Awalnya aku ingin mengantar Alin dan Fajar tapi aku tidak bisa menahan diriku untuk bisa lebih lama lagi bertemu dengan mu jadi ku putuskan untuk turun ditengan jalan dan menyuruh Fajar untuk mengantar Alin dan mobil ku . Aku tak melihat ada kendaraan yang lewat dan kuputuskan untuk berlari kesini.” Tutur Aron panjang lebar. Mau tidak mau aku harus merasa tersanjung atas apa yang dilakukan oleh Aron.
“Aku tersanjung.” Ku balikkan tubuhku, sekarang aku berbaring disamping Aron. “Aku bahagia melihat kamu ada disini sekarang,” Aku menatapnya dengan senyum tulus ku.
“Aku mencintaimu.”
Aron memegang leherku dan mendaratkan bibirnya yang hangat kebibirku yang masih terasa dingin. Aku sungguh suka cara dia mencium ku. Tangannya memegang pipilku, ciuman begitu hangat dan memabukan membuat aku menginginkan lebih darinya.
***
Suara pintu yang dibuka dengan kasar membuat ku terlonjak dan menjatuhkan novel yang ada ditanganku. Aku bangun dari tidurku dan melihat Dirga dengan tatapan dinginnya. Perasaan ku tidak enak sekarang. apa yang dia inginkan dariku. Tidakkah menghindarinya selama beberapa minggu membuat dia harus sadar kalau aku ingin ia menjauh dari hidup ku.
Tanpa mengucapkan kata, ia melangkah dan menarik pergelangan tanganku. Aku berusaha lepas darinya tapi aku kalah tenaga. Dia berhasil membuat aku bangun dari ranjang ku dan berdiri didepannya.
“lepasin Ga, aku bisa bangun sendiri. Tidak usah kamu tarik-tarik.” Sewot ku.
“Kamu menghindariku!” Bentaknya membuat aku kaget. Aku berusaha melepas tangan ku dari genggamannya tapi dia masih memegang erat tanganku.
“Aku hanya butuh waktu untuk bicara dengan mu. Aku tidak ada maksud menghindarimu.”
Dirga menyeret ku keluar dari kamarku, aku hanya bisa melongo melihat tingkah anehnya. Aku masih berusaha lepas darinya tapi gagal.
Dirga membawaku ke depan mobil hitamnya, Dia membuka pintu mobil untukku. Tapi aku masih diam di tempat ku tak mau masuk.
“masuk!” lagi-lagi dia membentakku. Aku sungguh mulai takut dengan caranya. Aku berusaha lari tapi dia memegang pinggang ku dan memaksa ku masuk kemobilnya. Setelah berhasil memasukkan ku Dirga langsung memasangkan sabuk pengaman ditubuhku dan menutup pintu mobil yang langsung dikuncinya. Dirga tak lama sudah bergabung denganku didalam mobil.
@Adi_Suseno10
@Adiie
@octavfelix
@3ll0
@Tsu_no_YanYan
@lulu_75
@harya_kei
@Bun
@irvan_17
@kaka_el
@Sho_Lee
@Sicilienne
@Ndraa
@arifinselalusial
@chioazura
@ardavaa