It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kulihat Pakde Rus dan beberapa Pakde-2 lainnya mulai terlelap, mas Imam rebahan mencoba untuk tidur, Mas Dikin sibuk dengan Hape Cina nya dan beberapa lainnya asyik bercengkerama pelan diujung sana.
"Mrene bubuk karo Pakde Tang (sini Tidur sama Pakde Tang)" ajak Pakde Waluyo.
"mangke lah pakde, dereng ngantok (nanti saja pakde, belum ngantuk)" tolakku.
Kupandangi laut lepas yg tak jelas dimana batasnya. Gelap awan hitam menyelimuti diatasnya. Tak tampak bulan yg seharusnya sedang bulat-bulatnya (purnama). "hhahhh" sedikit ku menghela nafas.
Siku ku semakin melebam, tak sesakit tadi memang, tapi tetap saja masih ngilu, kuusap pelan.
Sedikit ku menjauh dari mereka yg mencoba untuk tidur. Ya mereka memang seharusnya tidur, karena dini hari nanti, kegiatan menjaring Ikan masih tetap akan dilakukan. Dimusim seperti ini memang tidak banyak Nelayan melaut. Karena itu Pengepul dan Pedagang pasar banyak yg membutuhkan hasil laut. Kondisi seperti inilah yg dimanfaatkan Pakde dan yg lainnya.
Ku berjalan ke belakang perahu dimana banyak barang2 dan peralatan disimpan disitu. Disini pemandangan terlihat jauh lebih jelas, menikmati hiliran angin malam dan terpa'an gemericik air hujan. Hhh andai tadi aku bawa Hape, aku tidak akan kesepian seperti ini.
"ndewe'an wae toh Tang? (sendirian aja Tang?)" sapa Mas Dikin mengagetkanku.
Aku terkesiap.
"eh? Iyo mas"
"ora turu? (ngga tidur?)"
"durung ngantok (belum ngantuk)" jawabku singkat saja.
Kami kembali diam. Dia beranjak ke sampingku. Disulutnya Rokok kretek dati sakunya lalu dihisapnya kuat-kuat. Kuperhatikan asap-asap itu keluar dari hidungnya..
"njaluk mas (minta mas)"
PLETAK!!!
"athahhhhhh"
Dia malah menoyor kepalaku.
"loroooo (sakiit)" seru ku.
"cah cilik ojo ngerokok (anak kecil jangan ngerokok)"
"ora usah nggitik rwa (ga usah pake noyor kan?)" gerutuku.
Dia diam saja. Kembali menoleh ke hamparan laut lepas sana. Aku beranjak berdiri, hendak tidur dengan Pakde Waluyo.
"meh ngendi? (mau kemana?)" tanyanya.
Aku diam saja.
"dibatiri kok (udah ditemani juga)" tambahnya
"kene sek (sini dulu)" ditariknya tanganku.
"athah mas, loro (athah mas, sakit)" karena dia memegang sikuku yg memar.
Seketika diilepaskannya cepat tanganku, dengan menatap heran lenganku.
"nengopo? (kenapa?)"
Kutunjukan sikuku.
"lah kok geseng, Tang? (lah kok lebam Tang?)"
"lah sampeang si, kasar neni mau nek mentung"
"waduh lha kok nganti koyo ngene, (waduh, lha kok sampe kayak gini)"
Aku diam saja. Melihatnya khawatir seperti itu jadi geli sendiri aku hehe.
"porah lah mas (biarin mas)" kutarik lenganku yg dipegangnya.
"loro? (sakit?)" tanyanya.
Aku mengangguk pelan.
"mtceh sepurane mas yo. (maaf'e yo)"
"yo."
"yo wes ayo turu (ya udah ayo tidur)" ajaknya.
"dintakno sek rokok'e mas (habiskan dulu rokoknya mas)" saranku.
"mrene rwa batiri mas'kin sek (ya udah sini, temenin mas'kin dulu)"
Kuberanjak duduk disebelahnya. Kulihat wajahnya dari samping, garis keras tertulis dirahang wajahnya. Dibawah hidung mancungnya terlihat sedikit guratan Kumis tipis, rambut gondrongnya basah dibiarkannya begitu saja. Ia mengenakan kaos singlet dan celana boxer pendek saja. Hh..
Perahu ini sedikit terayun-ayun dihempas ombak laut. Suasananya sungguh sejuk, aku suka. Hujan semakin deras saja, tapi malah membuat suasana lebih nyaman. Aku yakin mereka yg berada di badan perahu sana sudah mulai terlelap semuanya. Karena hujan-hujan dingin seperti ini memang sangat enak untuk dibuat tidur. Dirumahpun begitu, aku lebih suka tidur saat hujan sedang deras-derasnya. Hangat dan sejuk..
"kok rak tau dolan nang maskin toh? (kok ga pernah main kerumah mas'kin?)" tanyanya tiba-tiba.
Rumahku dan rumahnya memang tidak jauh. Hanya bersekat dua rumah saja. Tapi memang aku tidak kenal dengan Mas'kin sebelumnya, aku tau dia ya semenjak disini ini. Dengan pemuda-pemuda seumuran Mas'kin memang sebenarnya aku dekat dengan beberapa, biasa kita memancing, mainkarambol, main bola (jika dilapangan sedang tidak ada Pertandingan antar kampung. Karena jika 'ada, pastilah anak-anak kecil seumuranku tidak dibolehkan untuk gabung), dll.
Tapi dengan mas'kin, aku tidak kenal. Hanya tau nama dan wajah saja.
"emm piye yo? Hehe (emm gimana yo hehe)" bingung aku mau jawab apa.
Dihisapnya lagi ujung rokok itu kuat-kuat dari bibirnya.
Ya aku harus jawab apa? Mas'kin saja sepertinya tidak pernah beli atau sekedar jajan diwarung ibu'ku. Padahal pemuda-pemuda lain banyak yg sering mampir ke warung, sebab itulah aku kenal dan dekat dengan mereka, tapi tidak dengan Mas'kin.
Mas dikin tertawa ringan saja.
"yo wes, enko nek mantok tak kerep-kerep ng warungmu. Sotone enak toh? Satene gedi-gedi ora? (ya udah, nanti kalo pulang tak sering-sering mampir kewarungmu. Sotonya enak ga? Satenya besar-besar kan?)"
"ohh sip poko'e. Dijamin mantap" kataku berpromosi dengan mengacungkan jempolku. Haha, biar lah, biar rejeki ibu'ku bertambah. Yah itung-itung alhamdulillah kalo uang jajanku juga ikut bertambah wkwk.
Mas Dikit tertawa saja.
"wkwkwk sip sip. Diskon rak? (diskon ngga?)" tanyanya lagi.
"jiah dikira tumbas kelambi, diskon harang (jiah dikira beli baju, pake diskon segala)" gerutuku.
Di tertawa lagi.. Hhhhh
"mamper tenan lho mas (mampir beneran lho mas)"
"siappp"
Aku yang tadinya sempat menganggap mas'kin adalah orang yg kasar dan menyebalkan, kini mulai menyukainya lagi. Benar kata orang, 'Tak kenal maka tak sayang'. Beberapa menit aku berbincang dengannya, dia orang yg nyambung, dan sifat humorisnya tetap tak hilang. Dia tetap lucu. Tak hanya saat kita sedang beramai-ramai saja dia melucu, bahkan saat hanya ada kita berdua saja pun, dia tetap lucu. Dibeberapa topik, ada saja saat-saat dimana aku tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya. Haha (pengen buat emotikon senyum tapi ga bisa. Ada yg tau caranya? BoyzForum emg susahh hhh)
----
Mas Dikin ini ganteng, tapi sama sekali tidak Ja'im. Dia kocak. Mungkin seharusnya dia jadi pelawak saja. Jarang kan ada Pelawak yg mukanya ganteng, biasanya pelawak kan jelek-jelek... Hehe
"ngerti mak suparmi toh? (tau mak suparmi kan?)"
"ha'a ngerti, sng latah kae kan?" jawabku antusias mendengarkan ceritanya.
"lah iku sebab musabab'e. (lah itu sebabnya.)"
"lah emange mak suparmi nengopo mas? Kok nganti mbak amel lungo seko omah. (lah emangnya mak suparmi kenapa mas? Kok sampe mbak amel pergi dari rumah?)" tanyaku menyelidik.
Mbak Amel adalah anak dari mak suparmi.
"yo sebenere si mas misak'e karo mak supar, tapi karang wong Latah kan rak biso dikendalikan. Iyo ora? (ya sebenernya mas kasian sama mak supar, tapi emang kalo orang latah kan ngga bisa dikendalikan. Ya ngga?)"
Aku mengangguk.
"mbak amel lungo seko omah gara2 mak supar latah nng ngarepe konco2ne mbak amel ngono pow mas? (Mbak Amel kabur, gara-gara Mak supar Latah didepan teman-temannya gitu mas?)" tanyaku.
"ya begitulah," jawab mas'kin santai sambil menghisap rokoknya lagi.
"hizz durhaka bener Mbak Amel, moso cuma gara2 ibu'e latah de'en nganti ngono. (hizz durhaka bernar Mbak Amel, masa cuma gara2 ibuknya latah dia sampe gitu?)"
"lha kowe kan rak ngerti cerita lengkape Tang. (kamu kan ga tau cerita lengkapnya Tang.)" jawab mas'kin.
"lha piye rwa mas? Nek cerita ojo setengah2. (lha gimana mas? Kalo cerita jangan setengah-2 donk" gerutuku.
"ngene, pas kae kan konco2ne mbak amel do dolan ng umahe mbak amel, nah mak suprami ne ijek petanan ng ngarep omah karo mbak sugik. Nah biang kerok'e teko, lhek Jamyuri ngageti mak supar pas jek petanan. Maksute yo guyonan, kan biasa toh. Maksupar digawe guyonan karo wong2 daan KELUARLAHLAH LATAH KERAMAT ITU DARI MULUT SANG EMPUNYA. (jadi gini, waktu itu kan teman-teman mbak amel lagi main kerumah mbak amel. Nah mak suparmi nya lagi Petanan (nyari kutu rambut) sama mbak sugik diteras juga. Yah biang keroknya datang membawa masalah, Kang Jamyuri ngagetin mak supar, mungkin maksudnya cuma bercanda, kan biasannya emang gitu. Mak supar kan selalu dibuat becandaan sama orang-orang. Ya kan? Daann KELUARLAH LATAH KERAMAT ITU DARI SANG EMPUNYA)" Ucap mas'kin panjang lebar menirukan gaya Dalang wayang orang, dan kerennya lagi, pas tangan mas'kin mengarah keatas, petir langsung menyahut.. Apa coba??? Hhh
"lha biasa toh mas, latah tok (biasa kan mas. Cuman latah doank.)"
"iki pas latahe seje, latah keramaat (kali ini latahnya beda, latah keramaat)" ujarnya dengan tanganya seperti meremas-remas sesuatu didepannya. Apa lagi ini?? Hhhh
"hah???" aku ngga paham. Hehe.
"ngene wae, ndewe reka ulang (gini saja, kita reka ulang)"
"mas dadi mak supar, kowe dadi lhek jamyuri (mas jadi mak supar, kamu jadi kang jamyuri)" tambahnya.
"oke okee" ujarku antusias.
Ma'skin membelakangiku, dia mengelus-elus rambutnya. Ceritanya adalah Mas'kin sedang menirukan gaya mak supar yg rambutnya sedang dicari kutunya, lalu aku mengagetinya.
"iki gik, kene iki tumone, hadeh gatel tenan. (sini gik, sini ini kutunya. Hadeh gatel banget)" ujarnya menirukan gaya dan logat mak suparmi yg memang cuwawa'an. Sangat mirip..
Wkwk, geli sendiri aku jadinya.
"HOOPPYAAAAAAHHHHH" aku mengagetinya dari belakang.
"EH kontoll gedi, eh kontole bojoku gedi eh ya allah jembute ireng.. Eh ireng.. Ya allah gedi, ya allah ireng.. Kontole eh kontole.. (Eh kontol besar, eh kontol suamiku besar eh ya allah jembutnya hitam.. Eh hitam.. Ya allah besar, eh ya allah hitam.. Kontolnya ehh kontolnyaa)"
Haaaaaaaahhh????????? Untung ibuk'ku ngga latah ya allah....
Bagaimana perasaan mbak Amel kala itu ya? Melihat ibunya sendiri bicara 'Kontol' didepan teman-teman sekolahnya. Wkwkwk antara Perihatin, Sedih, dan Juga mau ketawa akunya. Hadeh. Hehe.
"tenane mas? Mbak amel kabur gara2 iku? (benaran mas? Mbak amel kabur gara2 itu?)"
Aku takut mas'kin cuma becanda. Sama sekali ngga lucu kalo ternyata itu cuman lelucon mas dikin.
"sueerrr tekokno lhek Jamyuri. De'en di domyang karo Pak Jarot (suer. Tanya aja sama kang Jamyuri. Dia dilabrak sama Pak jarot.)"
Pak jarot adalah suami dari Mak suparmi. Alias ayah dari mbak Amel.
Melihat Mas'kin menjawab seperti itu, sepertinya memang benar begitu adanya. Kasian benar mbak amel. Diliat dari itungannya, sebenarnya Mbak amel masih kerabat denganku..
"Mas??"
"hhmm?" dia menoleh kearahku.
"emange kontole pakde jarot gedi yo?"
Seketika mas dikin langsung mengernyitkan alis nya. Hadeh.. Pertanyaan macam apa ini???
"yo rak ngerti Mas'kin. Takon wae mak supar mrono(ya Mas'kin ga tau lah, tanya aja sama mak supar sana) " jawabnya.
Hehehe Pakde Jarot orangnya gagah, ganteng. Krn dari itulah mbak Amel orang nya cantik. Mendengar kalau kontol pakde jarot besar, dengkulku jadi lemas. Hehe.
"sng pasti we'e mas'kin luweh gede.. Ora kebayang kan nek Mak suparmi iku bojone mas kin. Hmm mungkin latahe luwe suwe.. Hehe (yg pasti punya Mas'kin jauh lebih besar. Ga kebayang kan kalo mak suparmi itu istrinya Mas'kin. Pasti latahnya lebih panjaaangg hehe)" ujarnya.
Hah? Ngelucu mas? Hh
Jam menunjukan Pukul 23:00. Malam bertambah gelap. Hawa dingin lebih menjalar, angin terasa mulai lebat, hujan tak kunjung mau berhenti.
"ayo turu wes bengi (ayo tidur udah malem)" ajaknya.
"sek mas, tak pipis. (bentar mas, tak pipis)" dari tadi memang aku menahan kencing. Dingin hujan mungkin yg menyebabkan. Krn sedari tadi memang aq bolak-balik untuk kencing.
Bukannya Mas'kin meninggalkanku, dia malah menungguku. Kusorongkan pinggulku kearah laut, agar air seniku tak terkena bibir perahu. Aku masih belum membuka resletingku.
"mas mrono sek. (mas sana dulu)"
"jiahh karo mas'kin wae kok isin? Wezz currr ke (jiah sama mas'kin saja kok malu, udah cepet cuurr kan ckck)"
Kupelorotkan celanaku sekalian dengan sempak biruku. Mas'kin duduk disampingku yg tengah berdiri untuk kencing, dia tak begitu memperhatikannya. Aku bisa santai.. Currrrrrrrrr... Sepertinya kelewat lama aku menahan air seniku. Banyak juga aku kencing, sedikit ku begidik..
Mas dikin mulai melihat pancuran airku.
"kapan sunat?" tanyanya.
"liburan semester esok mas"
Dia mengangguk saja.
Selesai kencing, kunaikan sempakku baru kemudian ku kenakan celanaku.
"hezzz kemproh men toh Tang, cewok sek. (hezz jorok kamu Tang, cebok dulu)" perintahnya.
Kupelorotkan lagi celanaku. Kuraih air laut dari pinggir Perahu, tapi tak sampai.
"ahh ora nggedok mas, (ahh ngga nyampe mas)" sergahku.
"mrene (sini)"
Ditariknya tubuhku mendekat kearahnya, kontolku dihadapkannya padanya. Kulihat tangannya menggapai air laut lalu kemudian dibasuhkannya ke kontolku. Tangan kasarnya menyentuh seluruh penis dan buah pelirku. Aku aga' meringis dan menggelinjang kebelakang, karena geli. Mas dikin biasa saja dengan apa yg dilakukannya.
"athah kerih mas (geli mas)" aku coba untuk memegang tangannya dan menjauhkannya dari kemaluanku. Tapi Mas'kin menepisnya.
"wez mrene sek. Ben resik. Ali wae biasa kok nek tak cewo'i Mas. Nek cewo'e rak resik ndak dadi penyakit. (udah sini dulu, biar bersih. Ali saja biasa kok kalo dicebokin mas dikin. Kalo ceboknya ndak bersih jadi penyakit)"
Ali adalah adik Mas'dikin. Dia kelas 6 SD. Terpaut setahun lebih muda dariku.
Dipegangnya ujung peli(penis)ku, dibukanya sedikit kulupku dengan dua jarinya lalu dibasuhnya dengan air dan dipencet2 pelan. Persis seperti saat dulu bapak mencebok'i ku. Dulu terakhir kali aq diceboki seperti ini adalah saat kelas 1 SD sama bapak. Kok Mas'kin tau yo? Persis bgt lho dengan apa yg dilakukan bapak dulu. Mungkin Mas'kin juga dulu pernah diceboki seperti ini sama bapaknya atau bagaimana aku juga ndak tau. Tapi yg pasti aku kaget juga dgn yg dilakukannya ini.
Dulu saat masih kecil diceboki seperti ini sama bapak ya biasa saja. Dipikiranku saat itu cuma bapak memandikanku dan membersihkan burungku, itu saja. Tapi sekarang, kemaluanku disentuh seperti ini sama Mas'kin jadi sedikit bangun. Kurasakan nikmat tangan kasarnya menyentuh kontolku..
"wezz.. (udah)" disentil-sentilnya pelan peli(penis)ku. Lalu dia naikan sempakku dan celanaku..
"ayo turu (ayo tidur)" ajaknya.
Aku itu saja. Dia merangkul pundakku, sepertihalnya kakak dengan adik sendiri.
Dari ekor perahu, aku dan mas dikin berjalan ke badan perahu untuk bergabung dengan mereka yang sudah terlelap..
nih emot senyum *:)
nih emot ngakak *:))
#hapusbintangnya
#gakpakebintang