It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Titip mention yah bro..
"Tai ah.. Ayo ah, mules nemen kie yakin (ayo ah, mules bgt aku)" keluh mas Zaki.
"rono karo kowe Tang (sana sama kamu Tang)" kata Esa.
"ayo tang" ajak mas Zaki.
"ayo lah, daripada enko ngiseng ng katok (ayo, daripada entar berak dicelana)" pungkasku.
Kuberdiri, lalu membersihkan celana bagian belakangku. Didekat sini memang ada Kakus, sejenis jamban, terbuat dari anyaman bambu sbg penghalangnya. Sedangkan pijakannya terbuat dari beberapa bambu yg disusun kemudian diikat rapi. Biasa kami menyebutnya 'Kakus', untuk keperluan MCK warga-warga yg tidak memiliki Saluran pembuangan seperti WC dll.
Aku dan mas Zaki berjalan menyusuri kebun2 yg penuh dgn pohon pisang. Tidak terlalu jauh memang kakusnya, tapi ya, kita harus menempuhnya dgn mnyusuri kebun2 yg runggut.
"sek Tang, tak ngoyoh.. (bentar Tang, aku meh kencing)" ucapnya.
"nggeri ngoyoh ng kakus ogh (kencing dikakus aja)" jawabku.
"solek rak tahan" sergahnya.
Kudiam saja. Kuamati yg ia lakukan. Ia membuka kancing celananya, kemudian diturunkannya sebatas paha, celana dalamnya berwarna coklat. Dia tidak membelakangiku, kulihat tangannya merogoh kemaluannya dari samping lubang celana dalamnya. Wuhh besar juga untuk anak umur 15th. Buah zakarnya besar, sangat sekal dan padat keatas. Cuuuuuurrr dia kencing menghadapku. Saat itu aku biasa saja, aku juga tidak terlalu memperhatikannya saat dia kencing.
Setelah ia selesai dengan kencingnya, kita kembali menuju ke kakus. Tak perlu waktu lama kita sampai kekakus, krn jaraknya memang tidak jauh.
Tapi saat kita sampai, pintu kakusnya tertutup. Itu artinya, masih ada orang didalamnya... Terpaksa kita harus menunggu..
"asem.. Solek mules neni (sial, keburu keluar neh)" keluh mas Zaki.
"nggeri mlebu bae kok (tinggal masuk aja klo kebelet)" ucapku memberi saran.
"ora penak rwa (ngga enak lah"
Sebenarnya jika yg didalam sana adalah laki-laki, mas Zaki bisa saja masuk dan berak bersamanya. Tapi jika ternyata yg didalam adalah perempuan, kan keterlaluan. Meskipun tujuan kita hanya untuk mengecek dan melihatnya, tetap saja tidak sopan kalo ternyata yg didalam adalah wanita. Jalan satu-satunya ya terpaksa kita harus menunggu.
"kowe Tang? (kamu Tang?)" seseorang yg didalam kakus itu memanggilku.
"iyo pakde" jawabku.
"meh opo (mau apa?)?" jelas sekrang, suara itu memang tidak asing ditelingaku.
"sampeang po mas Topek? (mas Topek ya?) " tanyaku.
"yo"
Sudah kuduga. Dia adalah mas Taufik. Tetanggaku. Umurnya mungkin sekitar 20an. Dia barusaja lulus SMA, dan belum bekerja.
"iki meh ngeter mas Zaki, meh ngiseng jare (ini nganter mas Zaki, katanya meh berak)" jawabku.
"ohhh mreneo Zak, ngenteni aku yo suwi kowe. Aq bae ntes mlebu kok (ohh sini Zak, nunggu aku yo lama, aku saja baru masuk kok)" jawab mas Taufik.
"kehh rono (udh sana)" sergahku.
Mas Zaki kemudian masuk kedalam kakus. Sudah biasa memang untuk warga disini berak sama-sama, asalkan sesama lelaki atau sesama perempuan..
"amet yo mas (permisi ya mas)" kata mas Zaki.
"iyo, biasa wae.." kata mas Taufik.
Sementara itu aku menunggu disini. Duduk di bongkahan batu besar sendirian. Dari pada suntuk menunggu mas Zaki, kukeluarkan saja hapeku. Hape murah saja, Nokia tipe 11 12. Kumainkan permainan yg ada didalamnya sembari menunggu mereka..
"wezz gede nemen wekmu Zak (wezz besar sekali punyamu Zak)" seru mas Taufik.
Kumendengarnya dari sini..
"ahh semene kok gedi toh mas (ahh segini kok besar toh mas?)" jawab mas Zaki.
Mereka berbicara dengan suara agak keras. Jadi aku dapat dengan mudah mendengar apa yg mereka bicarakan.
"ndok'e gedi wekmu (punyamu telurnya besar)" ucap mas Taufik lagi.
"we'e sampeang yo gedi nemen kui kok (punya sampean juga besar bgt itu)" seloroh mas Zaki.
"semene yo biasa nek gawe cah sa'umuranku (segini mah biasa untuk anak seumuranku)" jawab mas Taufik.
Aga'nya aku tau apa yg mereka bicarakan. Ada-ada saja mereka ini. Ku menggeleng-gelengkan kepala saja mendengarkan percakapan mereka berdua didalam sana..
"ahh yo ora kok, semono yo gedi wae (ahh ya ngga kok. Segitu mah besar bgt)" seru mas Zaki.
"we'e omku wae rak semono kok mas (omku saja ngga segitu kok mas)" tambah mas Zaki.
"sek sek.. Aku tak ngoyoh.. (bentar bentar.. Aku tak kencing)" ucap mas Taufik.
Cuuuuuurrrrrr.. Kulihat dibawah Kakus itu, mengacur air kencing. Besar juga aliran air kencingnya, putih bening. Cuuuuuurr masih saja mengalir. Cukup lama air kencing itu bertahan..
"celeng.. Suwi neni ngucure mas hahaha (babi.. Lama banget mancurnya mas hahaha)" seru mas Zaki.
"aaaahhhhhhh legooooo (ahhhh legaaaaa)" desah mas Taufik.
Wkwk, mereka ini benar-benar. Aku cekikikan saja disini mendengar tingkah mereka...
"wezz wezz nguyuh wae dibahas." jawab mas Taufik.
"hehehehe"
"hayoo uyuuhe sopo kae mau.. (hayooo kencing siapa tadi itu?)" seru ku.
"mas Topek Tang. Gedi neni Peli ne, pantes nek nyoyoh sak gentong xkxk (mas Taufik Tang. Besar bgt penisnya, pantes kalo kencing segentong ckck)" seru mas Zaki cekikikan
Ya, Peli. Dalam bahasa jawa, kita biasa menyebut Penis dengan kata 'Peli'. Dan buah zakar adalah 'kontol'. Aku tidak tau apakah cuma didaerah kami saja kata itu sering dipakai. Tapi memang 'Peli' adalah bahasa yg paling sering dan lumrah untuk lami, dalam menyebut kemaluan Laki-laki.
"ngopo Tang? Koyo rak tau weroh banyu uyuh tok (knpa Tang? Kayak ga pernah liat air kencing aja)" ucap mas Taufik padaku.
"hehe, yo rak ngono mas. Masalahe ki iwak2 do mati (ya ngga gitu mas. Masalahnya ini ikan-ikan pada mati)" candaku..
"jiahahahahahaha" kudengar Mas Zaki tertawa lepas..
"asemmmmm" seru mas Taufik.
Hehe. Aq jadi penasaran pengen lihat bagaimana bentuk Kemaluan mas Taufik..
Hmmm pengaturan opminnya kali tuh, aku pernah juga gitu, "Pengaturan satu kolom" 'hidup' apa 'tidak aktif'?
Anak-anak dikampung ini memang Open Minded untuk urusan hal yg seharusnya tertutup sekalipun. Kami biasa mandi bersama, Berak bersama, tak jarang pula dari kami bercanda dengan meremas kemaluan masing-masing. Bahkan dulu saat aku diajak bapak untuk melihat panen tambak, beberapa dari pekerja Tambak itu suka memelorotkan celana temannya satu sama lain, hingga bagian kemaluannya benar2 terlihat. Dan itu hanya ditanggapi dengan tawa'an dan canda'an saja. Bapak yg saat itu juga melihat becandaan mereka seperti itu juga hanya ikut tertawa saja.
Mungkin menurut mereka, kemaluan mereka tak ubahnya seperti Tangan, Kaki, dan bagian tubuh yg lainnya yg lumrah untuk diperlihatkan krn memang sesama laki-laki. Jadi ya apa juga yg perlu dipermalukan. Tapi pandanganku berbeda, sedikit-sedikit kumulai tertarik dengan benda keramat lelaki itu. Bahkan saat Bapak ingin Panen tambak, aku sengaja bilang ingin membantu, padahal sebenarnya ya aku ingin melihat kemaluan-kemaluan yg besar dan gondal-gandul itu. Siapa tau ada Insiden memlorotkan celana lagi seperti saat dulu, begitu pikirku.. Hh Tang.. Tang..
Cukup lama kudisini duduk dibatu sambil memainkan hapeku. Kulihat di kakus, Ember kecil bertalikan seutas tambang, dijatuhkan kesungai, kemudian setelah ember itu terisikan air, barulah ember itu ditarik kembali keatas. Sepertinya salah satu dari mereka hendak cebok.
Sungai saat ini memang aga' surut. Jadi jika ingin cebok ya terpaksa harus menurunkan ember itu untuk ambil air. Beda lagi jika sungai sedang tidak surut, Kita tak perlu gunakan ember itu, krn tangan kita akan sampai menjangkau air sungai baru kemudian langsung cebok.
Tak lama cipakan air itu terdengar dari sini, Mas Taufik berdiri kemudian keluar dari kakus itu.
"ora ngiseng? (engga berak?)" sapa nya padaku.
"ora mas, ora biasa ngiseng ng kali. Ora metu hehehe (engga mas, engga biasa berak dikali. Ngga bisa keluar hehehe)" jawabku
"hallahhh paleng ora biasa dicewo'i. Nek ng omah kan biasane dicewo'i pakde zen. (hallaah paling ngga biasa dicebok'i. Kalo dirumahkan biasanya dicebokin pakde zen.)" ejek nya.
Pakde Zen yg dia maksud adalah bapakku. Pakde Zaeni..
"sampeang ne'e dicewok'i mbak rani (sampean kali dicebokin mbak rani)" balasku.
Mbak Rani yg kumaksud adalah pacarnya.
"Jiahahahahahah. Yowes mas tak balek ndisek yo. (ya udah, mas tak pulang dulu yo)"
"yoo..."
Sementara itu, mas Zaki masih tetap didalam. Entah apa yg dia lakukan disana, untuk berak saja kok ya lama banget..
"mas, tak tinggal yo. Suwi men (mas, tak tinggal yo, lama banget)" seru ku.
"sek.. Sek.. Kie tak cewok (bentar.. Bentar.. Ini tak cebok)"
Dia cebok tidak dengan cara menurunkan Ember. Tapi ia sendiri yg turun langsung kebibir sungai, untuk menyentuhkan pantatnya ke air dan barulah kemudian dia cebok. Samar-samar dari sini kulihat kontolnya aga' gondal gandul. Kontol itu disunat,. Dari semua teman genk'ku hanya aku yg belum disunat. Sudah tradisi untuk anak-anak dikampung kami sunat saat umur 12 - 13an tahun. Dan aku akan sunat nanti saat panen padi selesai..
"awas peline dicapet yuyu. (awas kontolnya dicapit yuyu)" goda ku.
Yuyu = Kepiting sungai.
"ohh rak biso.. (ohh ngga bisaa)" jawabnya dengan meniru logat Sule di acara OVJ.
Tak lama ia selesai cebok, ia kemudian keluar dari kakus. Kemudian kami menuju ke temen-teman yg sedang asik dengan memancingnya. Mungkin bukan memancing lagi yg mereka lakukan, tapi nonton bokep.
Aku dan mas Zaki menyusuri kebun-kebun pisang menuju kembali ke tempat mancing tadi.
"Asu, peline mas Taufik gedi nemen Tang (anjing, kontol mas Taufik besar bgt Tang)" kata mas Zaki sembari berjalan.
"mosok mas? (masa mas?)"
"iyo.. Jembute runggut nemen, kontole mbarang gedi men. (iyo.. Jembutnya lebat banget, buah pelirnya juga besar banget)"
"mau aku ngemek kontole, ndok pitek wae kalah.. (tadi aku pegang buah pelirnya, telur ayam saja kalah jauhh)" tambahnya.
Aku tertawa saja mendengarnya.
"sampeang ngemek mas? (sampean megang mas?)" tanyaku.
"hehe iyo tak jawel (hehe iya, tak sentil sedikit" jawabnya cekikian. Aku juga demikian.
Tiba-tiba saja aku merasa ingin kencing.
"sampean mrono sek wae mas, aku tak ngoyoh (sampean kesana dulu aja mas, aku mau kencing)" sahutku.
Lalu aku menuju ke pohon nangka disitu, baru kemudian kukencing didepan pohon itu.
Tiba-tiba saja mas Zaki yg semula kusuruh ke tempat mancing duluan, kini berada didepanku, bersandar disisilain pohon nangka ini.
"kapan kowe meh sunat Tang? (kapan kamu sunat Tang?)" tanyanya sambil terus saja melihat burungku.
"panen esok mas (panen besok mas)" jawabku.
"wekmu durung sunat wae gedi men yo (punyamu belum sunat saja besar banget yo)"
"ahh mosok semene gedi toh? (masa segini besar toh)" jawabku sambil kuarahkan penisku yg sedang memancur ini kearahnya.
"asuuuuuu teles we.." teriaknya.
Jiahahahahahahahaha.. Aku tertawa saja...