It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Rivaz jadi top? ini POV nya Akbar lho. hehehehe
btw, iya juga nih. kasian ama Alit
cuma mau posting foto. coz ada yg nanya, dulu kan foto si kembar Tiki & Taka katanya kurang cocok. nah kemaren ada yg PM aku nih. minta ilustrasi nya Tiki&Taka yg sekarang. kan mereka sudah dewasa. penasaran aja katanya.
tapi karena nyari ilustrasi buat si kembar ini tuh susah binggow... jadi aku dapetin foto orang ini.
perlu di ingat, kalau Tiki & Taka itu kembar identik. yg membedakan cuma karakter mereka aja. dan sebenarnya, Tiki itu dulu pake kacamata. tapi setelah selesai kuliah di STP Bali, dia putuskan untuk make contact lens. jadi beginilah hasilnya.
[ TIKI ]
ada yg lupa aku jelasin tentang profesi dan karir si Taka selama ikut ortunya di Paris.
tapi aku pernah 'menyinggung' perihal Taka yg berkata pada 'mantan'nya kalau dia bersedia melepaskan profesinya.
hmmmm... tantangan baru lagi nih buat ngejelasin sedikit latar belakang Taka yg sekarang.
Sukses bikin keringat buatan...
Rivaz datang, Wahid...???
Jadi kangen Toya...
Cara tuturnya yang mendayu itu bikin nyesep
Izul nya pas kan?
Hal pertama yang Rivaz lakukan saat bertemu denganku adalah dia langsung memelukku erat. Seolah kami sudah puluhan abad tidak berjumpa. Selama beberapa detik aku membalas pelukannya. Menepuk bahunya dua kali. Kemudian meraih travel bag miliknya, dan mengajaknya menuju pintu keluar mencari taxi.
Tadi aku berangkat kemari juga dengan taxi. Kebetulan Wahid tidak bisa mengantarku. Karena dia harus mengantar ibunya ke rumah kerabatnya di Bangli.
By the way, Rivaz datang dua hari kemudian setelah telepon malam hari itu. Dan selama dua hari itu aku terus saja di teleponnya. Malah kalau dia sedang sendiri di ruang kerjanya, Rivaz mengajak video call. Kangen katanya.
Dan sekarang, selama perjalanan menuju kosanku, tangan Rivaz terus saja menggenggam jemariku. Ditaruhnya tanganku diatas pahanya. Diremas. Dibelai. Begitu terus. Berulang kali. Sementara matanya tidak fokus disatu tempat. Sesekali menatapku. Sesekali melihat keluar.
"Seumur hidup gue, Bar... Ini pertama kalinya gue ke Bali" akhirnya dia buka suara juga.
"Oya?" sahutku tak acuh. Kusandarkan kepalaku dengan mata terpejam. "Duh!"
"Gak sopan! Diajak ngobrol malah tidur" Rivaz mencubit gemas pipiku. Tidak sakit. Tapi cukup membuatku terkejut. Karena tadi aku hampir terlelap.
"Entar aja. Gue ngantuk banget"
"Sorry... Elu pasti kecapean gara-gara tadi pesawat gue delay" suaranya kembali melembut. Tangan Rivaz mengelus pipiku yang tadi dia cubit.
"Bangunin kalo udah sampe" ku ubah posisi tidurku. Kurebahkan kepalaku dibahunya. Tangan kiriku yang tadi dia mainkan diatas pahanya sekarang melingkari pinggangnya. Sebagai gantinya, kugenggam tangan kanannya ke atas pahaku yang berada dibawah jaketnya.
•••~~~•••~~~•••~~~•••
"Elu gak kedinginan apa?" tanya Rivaz saat melihatku mondar mandir hanya mengenakan boxer di hadapannya.
"Hah? Dingin?" aku balik bertanya.
"Ini kan AC-nya dingin banget Bar"
Aku cuma mengerutkan alis. Lalu kuraih remote AC yang tergeletak di meja dekat kasur. Kemudian kubuka jendela kamar. Kusibakan tirai jendelaku berlawanan arah. Kemudian aku nangkring di jendela.
"Lah... Kenapa malah buka jendela?"
"Gue mau ngerokok"
"Bar... Rokok itu..."
"Ck!! Iya... Gue tau!" aku berdecak sebal tapi tidak menggubris larangannya. Tanpa harus dijelaskan pun, aku tau rokok tidak baik untuk kesehatanku. Tapi kalau tidak merokok, aku akan merasa horny.
Entahlah. Sejak kejadian threesome bersama Wahid dan Alit, aku terus saja merasa horny. Tapi aku tidak mau melakukan itu lagi. Paling tidak, untuk saat ini. Aku takut akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang kulakukan pada Alit.
Sebenarnya aku masih kepikiran. Aku tidak enak hati. Lebih tepat disebut kalau aku merasa bersalah pada Alit.
Aku juga tidak berani menceritakan hal itu pada Rivaz. Sudah cukup aku menghancurkan hatinya dengan harapan palsu. Disatu sisi, aku kasihan pada Rivaz. Selama ini dia selalu baik padaku. Dan, satu lagi alasanku, karena tidak bisa kupungkiri, aku juga merasa kangen padanya.
Buktinya, sejak perjalanan pulang dari airport tadi, aku tidur selama di dalam taxi. Kemudian, saat sudah sampai di kos, aku menyuruhnya mandi dan menunggunya diatas ranjang. Selesai mandi, aku meminta Rivaz untuk duduk di kasur. Dan sekali lagi aku tertidur dengan beralaskan pahanya. Saat terbangun tadi pun, Rivaz masih membelai kepalaku.
Ah! Kepalaku jadi mendadak pusing dengan situasi macam ini!
Rivaz mengambil sebuah kursi dan duduk di dekatku. Biasanya dia tidak suka berada didekatku saat aku sedang merokok. Mau tak mau, aku jadi agak heran.
Aku sadar dia sedang menatapku. Memperhatikan ku dengan tatapannya. Membuatku semakin merasa tidak nyaman. Tatapannya itu selalu saja membuatku gusar.
Maka dari itu, aku hanya membuang pandanganku keluar. Kearah langit sore Denpasar yang perlahan menjemput malam. Aku hanya mencoba menghindari tatapan Rivaz, dan menerawang jauh kesana.
Dari awal aku mengenal Rivaz, aku memang tidak pernah nyaman dengan caranya menatapku. Ada sesuatu di dalam tatapannya itu.
Ah! Shit!
'Gak usah pura-pura bego, Bar! Rivaz itu kan emang pernah... Bahkan gak sekali dua kali dia ngutarain isi hatinya ke elu!', jerit hati kecilku.
Mau sesering apa pun aku melampiaskan rasa kesalku. Egoku. Melupakan sakit di dada ini... Aku tetap tidak bisa melupakan Bayu.
Bayu yang sudah lama pergi meninggalkanku. Tapi tidak pernah sedikit pun kubiarkan cintaku pergi dari dalam hatiku.
Ah... Cinta... telah membuatku bodoh. Dan setia, telah membuatku dungu.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Maybe I didn't treat you
Quite as good as I should have
Maybe I didn't love you
Quite as often as I could have
Little things I should have said and done
I just never took the time
You were always on my mind
You were always on my mind
Tell me, tell me that your sweet love hasn't died
Give me, give me one more chance
To keep you satisfied
Little things I should have said and done
I just never took the time
You were always on my mind
You were always on my mind
You were always on my mind
[Always On My Mind - Will Young]
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
"Bar... Bar..."
"Hah? Apa Vaz?" aku menoleh kearah Rivaz yang menggoyang-goyangkan pundakku.
"Mikirin apa? Gue udah disini... Kenapa mikirin yang gak ada disini?"
Aku mendengus pelan dan tersenyum kecut mendengar sindiran halus Rivaz. Dia selalu saja bisa membaca pikiranku.
"Pake baju... Trus anterin gue beli makan..." ajaknya seraya menggenggam pergelangan tanganku. Menarikku pelan kearah lemari pakaian.
"Mau makan apa?" tanyaku. Tanganku sibuk memilah tumpukan pakaian. Saat aku berjinjit mencoba melihat tumpukan pakaian di bagian atas, Rivaz melingkarkan tangannya dari arah belakang.
Bibirnya mengecup ringan tengkukku. Membuat bulu romaku meremang. Terlebih saat hidung mancungnya itu menghirup aroma tubuhku. Dan ujung hidungnya digesek-gesekkan di belakang daun telingaku.
"Gue pake baju dulu Vaz" aku berujar dan melepaskan pelukan Rivaz yang semakin erat.
Kubalikkan tubuhku. Kulingkarkan tanganku ke pundaknya. Kukecup keningnya.
"Elu ganti baju gih. Pake kaos ama celana pendek aja. Diluar hawanya jauh lebih gerah"
Rivaz memiringkan kepalanya. Dan mendaratkan bibirnya di bibirku. Selama sepersekian detik, aku hanya terdiam saat ia melumat bibir bawahku.
Kami saling berpandangan. Saling membalas tatapan satu sama lain.
Aku tau... Rivaz masih terus mencoba mencari bayangan dirinya didalam mataku. Dan saat dia mendesah pelan diiringi senyum sedih, rasanya senyum itu sudah mencubit relung hatiku lagi. Meninggalkan rasa bersalah di dalam hatiku.
"Yuk beli makan..." ajakku.
"Gak pake baju dulu?"
"Gimana mau pake baju... Kalo elu masih meluk gue begini?" aku membalas, tersenyum dan memainkan alisku naik turun.
"Oke..." Rivaz melepaskan pelukannya. Melangkah mundur. Saat aku membalikkan tubuh, PLAK!!! Tangannya menampar bokongku. "Ini boxer dari gue kan?"
"Yoi... Gue suka banget ama bahannya. Lagian..." aku menyahut sambil memakai celana pendek. "Sebagian besar isi lemari gue ini tuh... Kado dari elu kan?" kutelengkan kepalaku kearah lemari.
"Uh-huh" Rivaz menyahut setuju. Senyum sedihnya seketika berubah bahagia.
•••~~~•••~~~•••~~~•••
Harus kuakui, aku sebenarnya tidak mau kemari. Tapi entah mengapa, aku malah mengemudikan motorku kemari. Warung Makan penuh kenangan itu sudah berubah semakin bagus saja. Penampilan luar dan dalamnya pun sudah sangat jauh berbeda. Aku sempat ragu saat melangkah masuk. Tapi saat melihat pria yang sedang duduk di belakang meja kasir, aku tidak salah tempat.
"Bang... Apa kabar?" sapaku.
"A...Akbar?!" pekiknya terkejut. Matanya terbelalak menatapku.
"Iyalah... Siapa lagi? Tampang gue beda ya?"
"Ya ampun!!! Apa kabar??? Kapan sampe Bali? Liburan di Bali?? Kamu sehat-sehat aja kan? Pasti sehat lah!! Buktinya sekarang ada disini"
Belum pernah aku melihat Bang Zaki seperti itu. Dulu dia selalu sedikit bicara. Lebih banyak tersenyum.
"Ka!!! Kaka!!! Liat nih siapa yang dateng!!" Bang Zaki melingkarkan tangannya dipundakku, dan berteriak kearah sebuah pintu yang tertutup tirai kerang-kerang kecil.
"Akbar!?!"
Aku tersenyum lebar saat melihat Syaka menghampiriku, tergopoh-gopoh dari arah pintu bertirai kerang itu.
"Kiii!! Kikiiii...!!"
"Yaelah... bli Syaka! Gak usah tereaaak!! Kiki udah disini dari tadi!"
Astaga!! Kali ini aku terkejut melihat cowok keren yang berdiri dibelakang Syaka.
"Tiki?" tanyaku tidak percaya.
"Yoi Bang... Apa kabar nih?" Tiki hanya mengulurkan tangannya. Tapi aku lalu menarik tangannya yang besar. Lalu memeluknya erat selama beberapa detik. Menepuk bahunya, yang astaga!, semakin kekar saja! Melihat betapa cepatnya pertumbuhan bocah ini, aku merasa aku sudah sangat lama pergi dari kehidupan mereka.
"Ck! Rame banget. Ada siapa sih?"
Aku menoleh kebelakang. Menatap takjub ke cowok keren yang sedang meletakkan helm dimeja tak jauh dari kami. Lalu membuka jaket trainingnya. Memperlihatkan tubuh gempalnya yang super hot itu, sambil mengelap keringat di kening dengan telapak tangannya.
Saat dia menoleh dan membalas tatapanku, tangannya dikepalkan dan menepuk-nepuk ringan bibirnya yang ranum. "Gue kayaknya kenal deh... Tapi siapa ya?" tanyanya dengan ekspresi mengerutkan keningnya dan berpikir serius.
"Si monyong pake belagak pikun!" Tiki berseru dan menghampiri saudara kembarnya, Taka. Lalu... PLETOK!!... Tiki dengan sadis menggetok kening Taka dengan sendok yang dia raih dari meja makan.
"ANJRIT!!! Sakit woy!!!" pekik Taka memegangi dan mengusap keningnya.
"Ups! Mau lagi?" kali ini Tiki mengepalkan telapak tangannya dan mengacungkan ke depan hidung Taka. Diperlakukan seperti itu, Taka malah cengengesan dan menghindari Tiki. Dia berjalan cepat menghampiriku.
"Ouch!!" aku meringis merasakan tinju ringan Taka di perutku.
"Pa kabar Bang? Kemana aja lu? Baru inget jalan pulang ye?" tanya Taka membalas pelukanku.
"Buset dah. Udah gede makin songong aja ni bocah" kuacak-acak rambutnya. Sementara Taka terlihat menikmati tanganku yang mengacak-acak rambutnya yang basah oleh keringat. "Abis dari mana? Kok keringetan gini?"
"Biasa Bang... Abis jogging sambil cuci mata di Pantai Kuta..." Taka menyahut. "Eh, gue kebelakang dulu yak? Aus banget nih" lanjutnya lagi dan CRING!!! sekejap mata Taka menghilang ke balik pintu bertirai kerang itu.
Bang Zaki lalu menyilahkanku duduk disalah satu kursi. Setelah sebelumnya, kukenalkan Rivaz pada Bang Zaki, Syaka dan Tiki. Tadinya mereka mengira kalau Rivaz sedang mengantri beli makan. Hahaha...!!!
Tiki sempat berbisik ke telingaku. Menanyakan apakah Rivaz adalah pengganti Bayu. Tapi aku menggeleng pelan. Dan memberi kode agar dia tidak bertanya lebih jauh. Tentu saja Rivaz tidak menyadari bisik-bisikku dengan Tiki. Karena dia sedang asik diajak ngobrol dengan Bang Zaki dan Syaka yang sibuk menyodorkan beberapa kue buatannya.
"Ka... Kita tuh belum makan. Masa udah ditawarin dessert?" aku berseru, mencoba protes.
"Oh! Kalian belum makan? Mau makan apa? Ini menunya. Ki! Stand by!"
"Siap Bli!" Tiki berdiri tegap dan meraih kertas dan pulpen dari atas meja kasir.
"Wih... Keren nih foto-foto di menunya" aku berujar memuji gambar-gambar masakan dari buku menu. Nampak klasik. Tapi terlihat sangat mengundang selera. Membuat perutku keroncongan seketika itu juga.
"Siapa dulu dong fotografernya..." Taka berdiri diseberang meja kami. Kakinya disilangkan. Tangan kirinya memegang sebuah mug. Entah apa isinya. Sementara tangan kanannya menggenggam sepotong brownies.
Duh! Bronis kok makan brownies?!
"Emang siapa fotografernya, Ka?" tanyaku penasaran.
"Yang pasti bukan gue lah!" sahutnya cuek sebelum melahap utuh-utuh brownies ditangannya. Kemudian menyeruput isi mug-nya.
"Ki... Sodara lu makin pe'a aja yak?" aku berseru kearah Tiki yang cengengesan dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kulihat sekilas, Rivaz terkikik geli melihat tingkah Taka. Kapan lagi Rivaz bisa melihat cowok bule, yang fasih berucap 'elu-elu gue-gue' tanpa cadel sedikitpun, dan bertingkah super sableng seperti Taka?
Dan sepertinya, gara-gara tingkah sablengnya itu, sisi cool Taka tidak sekuat aura yang dipancarkan Tiki saat ini. Well, Tiki sama sekali tidak bertingkah sok cool. Tapi mungkin karena dia sudah tidak memakai kacamatanya seperti dulu. Juga merubah potongan rambutnya.
Ah!! Fashion sense Tiki pun terlihat catchy... Hmmmm... Yah memang dasarnya dua bocah ini sudah kece sejak dulu. Jadinya sekarang ke-kece-an mereka pun semakin menjadi-jadi saja!
"Ini aja kan pesanannya?" tanya Tiki setelah menyebut ulang semua pesananku dan Rivaz. Aku dan Rivaz, yang dalam hitungan menit sudah bisa akrab dengan Tiki, mengiyakan dengan anggukan. Lalu Tiki ngeloyor pergi.
Perubahan yang sangat mencolok adalah dinding kaca dibelakang meja kasir. Dari sini aku bisa melihat suasana di dapur. Beserta hiruk pikuknya. Nampak sekali Tiki yang cekatan meracik... Wait!!
"Tiki yang masak?!" aku membelalakan kedua mataku tak percaya.
"Yoi. Chef Kiki" sahut Taka. Kali ini dia sudah duduk. Kami duduk dalam satu meja. Dan Taka duduk tepat di seberangku.
"Chef? Sejak kapan? Bukannya Tiki..." aku speechles. Tak sanggup ku teruskan ucapanku. Terlebih Taka memberi isyarat agar aku tidak melanjutkan ucapanku seraya melihat ke arah Bang Zaki yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa remaja yang baru saja masuk ke dalam 'Warung Makan' ini.
Aku sangat heran. Padahal suasana disini lebih tepat dibilang restoran. Mini restaurant lah. Tapi papan nama di depan diberi nama 'Warung Makan'.
Melihat banyaknya perubahan disini, tetap saja membuatku merasa nyaman. Seolah aku sudah kembali pulang ke rumah yang selama ini kurindukan.
"Abis makan nanti, mampir ke rumah ya Bang" celetuk Taka. "Kalian nginep di hotel mana?"
"Gue balik ke kosan lama gue di Denpasar, Ka" jawabku. Taka mengangkat kedua alisnya, dan mengedipkan matanya beberapa kali. Seolah tidak percaya dengan jawabanku.
"Trus udah berapa lama di Bali lagi?" kali ini Syaka yang bertanya. Dia duduk disebelah Taka.
Sejenak aku menghitung dengan jemariku. Mencoba mengingat kapan aku pertama datang. "Kurang lebih udah seminggu lah, Ka"
"Udah seminggu, tapi kok baru datang sekarang?" tanya Syaka lagi.
"Tempo hari gue udah kesini, Kaka... Tapi gue pikir warung makan ini udah ganti pemilik" jawabku berbohong. "Lagian... Rivaz..." aku menunjuk Rivaz dengan ibu jariku. Sementara Rivaz sedang serius memperhatikan perform Tiki dari balik kaca tembus pandang yang terlihat dari meja kami, "baru dateng siang tadi. Abis jemput dia, gue langsung tepar. Penerbangannya sempet delay gara-gara cuaca buruk. Ini aja abis bangun tidur, mandi, lanjut kemari" lanjutku.
Taka dan Syaka hanya ber-O ria dengan bibir dibuat membulat. Tanpa suara. Sambil manggut-manggut.
Perbincangan kami pun berlangsung seru. Meskipun Tiki datang dengan semua masakan pesananku dan Rivaz ditemani seorang cowok yang sepertinya aku kenal, tapi aku lupa namanya. Kami terus saja berbicara. Saling bertukar cerita. Taka sudah pamit kebelakang menyusul Tiki, dan sekarang digantikan Bang Zaki.
"Main ke rumah ya, Bar" pinta Bang Zaki.
"Oke" balasku. Sebenarnya aku enggan. Tapi tidak enak juga menolak ajakan Bang Zaki.
Terlebih Bang Zaki juga tidak mau makanan tadi itu kubayar. "Kamu itu saudara yang udah lama gak datang. Masa harus bayar? Gak mau ah!" ucapan Bang Zaki membuatku semakin tidak mampu menolak ajakannya.
Aku dan Rivaz, ditemani Taka berangkat duluan menuju rumah Bang Zaki menggunakan taxi. Karena suasana di Warung pun semakin ramai. Taka sengaja meninggalkan motornya yang dia pakai dihalaman parkir didepan warung. Katanya nanti akan dipakai Tiki.
Aku sempat menawarkan diri untuk membantu. Sayangnya, malah diusir halus Bang Zaki dan Syaka.
Jujur saja, dadaku berdegup kencang selama perjalanan menuju rumah Bang Zaki. Antara cemas juga senang. Terlebih, saat kami sudah sampai. Aku yang sudah turun duluan dari taxi, sementara Taka dan Rivaz masih sibuk membayar ongkos taxi, sibuk mengamati suasana di halaman rumah Bang Zaki yang terlihat masih saja asri.
"Yuk masuk..." Taka mempersilahkan kami masuk setelah membuka kunci pagar.
Home Sweet Home...
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Hari ini hariku katakan itu pada dirimu
Biarpun langit awan gelap kelabu
Tetap melangkah ikuti saja kata hatimu
Buang jauh segala ragu (Jauh)
Menyanyikan bait lagu ini bersamaku
Dubidabidu bidabidu
I'm looking for you
Everytime I see the sun shining in the sky
We'll see the world, free as a bird
This moment you and I
Ku rasakan manis pahit secangkir arabica
Hembuskan tanya engkau dimana engkau berada
Lama mata menatap tapi ku tak dapat melihat
Coba untuk mengerti
Tapi semakin diri ini bertanya lagi
Apa? Dimana? Siapa? Mengapa?
Aku bisa karna kau ada
Aku bisa karna kau ada
I'm looking for you
Everytime I see the sun shining in the sky
We'll see the world, free as a bird
This moment you and I
Seperti seekor burung
Ingin ku terbang lebih tinggi
Tapi ku tak bisa
Karena sayapku tlah patah aku terluka
Hingga sampai di tujuan
Kuakan terus berlari berenang
Gunung pun akan kupindahkan
Lautan akan ku keringkan
Saat gelap melanda bagai air bah
(I will never let you go)
Dan akupun takut untuk melangkah
Tapi ku tau kau telah lebih dulu ada bahkan sebelum cahaya
Aku bisa karna kau ada
Aku bisa karna kau ada
I'm looking for you
Everytime... I see the sun shining in the sky
We'll see the world, free as a bird
This moment you and I
Aku bisa karna kau ada
[This Moment - Maudy Ayunda feat Iwa K]
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
P.S.
Untuk lirik lagu yang pertama, sengaja ada bagian yang aku cut
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Happy Reading Guys
@Antistante @yuzz @meong_meong @anohito @jeanOo @privatebuset @Gaebarajeunk @autoredoks @adinu @4ndh0 @hakenunbradah @masdabudd @zhedix @d_cetya @DafiAditya @Dhivars @kikyo @Tsu_no_YanYan @Different @rudi_cutejeunk @Beepe @dheeotherside @faisalrayhan @yubdi @ularuskasurius @Gabriel_Valiant @Dio_Phoenix @rone @adamy @babayz @tialawliet @angelofgay @nand4s1m4 @chandischbradah @Ozy_Permana @Sicnus @Dhivarsom @seno @Adam08 @FendyAdjie_ @rezadrians @_newbie @arieat @el_crush @jerukbali @AhmadJegeg @jony94 @iansunda @AdhetPitt @gege_panda17 @raharja @yubdi @Bintang96 @MikeAurellio @the_rainbow @aicasukakonde @Klanting801 @Venussalacca @adamy @greenbubles @Sefares @andre_patiatama @sky_borriello @lian25 @hwankyung69om @tjokro @exxe87bro @egosantoso @agungrahmat@mahardhyka @moemodd @ethandio @zeamays @tjokro @mamomento @obay @Sefares @Fad31 @the_angel_of_hell @Dreamweaver @blackorchid @callme_DIAZ @akina_kenji @SATELIT @Ariel_Akilina @Dhika_smg @TristanSantoso @farizpratama7 @Ren_S1211 @arixanggara @Irfandi_rahman@Yongjin1106 @Byun_Bhyun @r2846 @brownice @mikaelkananta_cakep@Just_PJ @faradika @GeryYaoibot95 @eldurion @balaka @amira_fujoshi @kimsyhenjuren @farizpratama7 @ardi_cukup @Dimz @jeanOo @mikaelkananta_cakep @LittlePigeon @yubdi @YongJin1106 @diditwahyudicom1@steve_hendra @Ndraa @blackshappire @doel7 @TigerGirlz @angelsndemons @3ll0 @tarry @OlliE @prince17cm @balaka @bladex @dafaZartin @Arjuna_Lubis @Duna @mikaelkananta_cakep @kurokuro @d_cetya @Wita @arifinselalusial @bumbellbee @abyh @idiottediott @JulianWisnu2 @rancak248 @abiDoANk @Tristandust @raharja @marul @add_it @rone @SteveAnggara @PeterWilll @Purnama_79 @lulu_75 @arGos @alvin21 @hendra_bastian @Bun @jeanOo @gege_panda17 @joenior68 @centraltio @adilar_yasha @new92 @CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan @eka_januartan @tianswift26
@guilty_h @Dhivars @adilar_yasha
@GeryYaoibot95 @CL34R_M3NTHOL
@Lovelyozan @eka_januartan
@tianswift26 @abyyriza
@privatebuset @Bun @sujofin
@TedjoPamungkas
×××°•••°°•••°×××
apakah rivaz nanti bisa berpaling ya, ada cowok2 ganteng bertebaran dibali,
kaaihan akbar masih ingat n cinta ama bayu, well klo aku mungkin melakukan hal yg sama. tapi kasihan rivaz jauh2 hanya demi untuk akbar,
hehehe...
Kebalik...
Senangnya ngumpul lagi dengan semuanya...
Mengapa bang Zaki berubah..?