It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hmmm... kyakx lebih asyik klo tiki yang tunggangi zaki bang tama...
°•¤ Happy Reading Guys ¤•°
@Antistante @yuzz
@meong_meong @anohito
@jeanOo @privatebuset
@Gaebarajeunk @autoredoks
@adinu @4ndh0
@hakenunbradah @masdabudd
@zhedix @d_cetya
@DafiAditya @Dhivars
@kikyo @Tsu_no_YanYan
@Different @rudi_cutejeunk
@Beepe @dheeotherside
@faisalrayhan @yubdi
@ularuskasurius @Gabriel_Valiant
@Dio_Phoenix @rone
@adamy @babayz
@tialawliet @angelofgay
@nand4s1m4 @chandischbradah
@Ozy_Permana @Sicnus
@Dhivarsom @seno
@Adam08 @FendyAdjie_
@rezadrians @_newbie
@arieat @el_crush
@jerukbali @AhmadJegeg
@jony94 @iansunda
@AdhetPitt @gege_panda17
@raharja @yubdi
@Bintang96 @MikeAurellio
@the_rainbow @aicasukakonde
@Klanting801 @Venussalacca
@greenbubles @Sefares
@andre_patiatama @sky_borriello
@lian25 @hwankyung69om
@tjokro @exxe87bro
@egosantoso @agungrahmat
@mahardhyka @moemodd
@ethandio @zeamays
@tjokro @mamomento
@obay @Sefares
@Fad31 @the_angel_of_hell
@Dreamweaver @blackorchid
@callme_DIAZ @akina_kenji
@SATELIT @Ariel_Akilina
@Dhika_smg @TristanSantoso
@farizpratama7 @Ren_S1211
@arixanggara @Irfandi_rahman
@Yongjin1106 @Byun_Bhyun
@r2846 @brownice
@mikaelkananta_cakep @Just_PJ
@faradika @GeryYaoibot95
@eldurion @balaka
@amira_fujoshi @kimsyhenjuren @ardi_cukup @Dimz
@jeanOo @mikaelkananta_cakep
@LittlePigeon @yubdi
@YongJin1106 @Chachan
@diditwahyudicom1 @steve_hendra
@Ndraa @blackshappire
@doel7 @TigerGirlz
@angelsndemons @3ll0
@tarry @OlliE
@prince17cm @balaka
@bladex @dafaZartin
@Arjuna_Lubis @Duna
@mikaelkananta_cakep
@kurokuro @d_cetya
@Wita @arifinselalusial
@bumbellbee @abyh
@idiottediott @JulianWisnu2
@rancak248 @abiDoANk
@Tristandust @raharja
@marul @add_it
@rone @eldurion
@SteveAnggara @PeterWilll
@Purnama_79 @lulu_75
@arGos @alvin21
@hendra_bastian @Bun
@jeanOo @gege_panda17
@joenior68 @centraltio
@adilar_yasha @new92
@CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan
@eka_januartan @tianswift26
@guilty_h @Dhivars
@adilar_yasha @GeryYaoibot95 @CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan @eka_januartan @tianswift26 @abyyriza @privatebuset
@Bun @sujofin @centraltio
@TedjoPamungkas @cute_inuyasha @hehe_adadeh
@Vio1306 @gemameeen
@febyrere @Prince_harry90 @ando_ibram @handikautama
×××°•••°°•••°×××
Namanya Zain. Ibunya memberikan nama itu karena Zain berarti perhiasan atau permata. Saat mendengar penjelasan arti nama dari bibir bocah itu, dia berkata arti namanya mungkin terdengar feminim. Tapi Ibunya memberikan nama itu karena dialah permata dihati dan hidup Ibunya.
Saat pertama kali dikenalkan padanya, aku sempat menduga bahwa dia adalah anak dari Bang Zaki. Karena menurutku, wajah dan penampilannya adalah Bang Zaki versi mini. Bahkan segala ekspresi wajah yang ditunjukkannya seperti sebuah copy paste dari Bang Zaki.
Dan karena kasus minggatnya aku, Bang Zaki belum sempat menjelaskan siapa sebenarnya si Zain ini. Ternyata Bang Bayu pun sempat mempunyai pikiran yang sama padaku saat pertama kali melihatnya menuruni anak tangga dari kamar di lantai atas.
"Bang Taka ganti warna rambut?" Tanya Zain saat pertama kali melihatku yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan. "Ternyata Abang pakai kacamata? Jadi keliatan kayak orang pinter Bang" pujiannya membuatku mengerutkan alis, sementara Bang Bayu ngakak sekerasnya.
"Jadi waktu rambutnya pirang, keliatan gimana?" Bang Bayu, dengan wajah penuh rasa penasaran, bertanya pada Zain.
Sejenak, bocah itu nampak berpikir. Lalu dengan polos dia menjawab, "Keliatan playboy"
Perhatian Zain kembali padaku lagi usai ia berkenalan dengan Bang Bayu. Dengan santun, dia mencium punggung tangan kanan Bang Bayu. Sementara Bang Bayu sempat membelai kepala Zain dengan tangan kirinya.
"Kemarin Bang Taka bilang, kalau gak bisa masak. Kok sekarang mendadak jadi jago? Apa karena ganti warna rambut ya?" Zain bertanya polos.
Aku hanya tersenyum saja mendengar pertanyaan Zain.
"Hola! Halo! Wah! Akhirnya ada yang bikinin sarapan! Hore!!" Suara Taka terdengar bahagia. Aku bisa memastikan dia masih di pintu depan. Dan sudah teriak-teriak penuh semangat, yang pastinya mengganggu tetangga.
"Kembar???" Zain menatapku yang masih menyiapkan hidangan penutup di dapur, dan Taka bergantian. Dia sedang memperhatikanku memainkan pisau pada buah diatas talenan dengan takjub. Sesekali kudengar dia berdecak kagum.
"Waahhhh...!!! Mirip banget!!!" Zain masih berseru dengan takjub.
"Beda-lah" aku menyahut. "Gue lebih pinter. Dia lebih bego, kadang lebih idiot" aku menyahut sambil memainkan kacamataku naik turun dengan jariku. "Dan dia lebih playboy".
Bang Bayu dan Zain ngakak, sementara Taka cuma memanyunkan bibirnya dengan raut wajah kesal. Melihat sikapnya, aku lalu menghampiri Taka yang duduk disandaran sofa.
"Napa Ka? Tumben diem" kurangkul pundaknya.
"Ki. Maapin gue yak?" Taka langsung memeluk erat tubuhku.
"Tenang aja. Pasti di maapin kok" Bang Bayu yang menyahut. "Trus, si..."
"Fikar" aku menimpali ketika Bang Bayu melirik Suwek yang sedang jongkok bersandar di seberangku. Dia sedang sibuk mengelap keringat di paha dan betisnya menggunakan handuk yang tadi ia kalungkan di pundaknya.
"Tikar udah tau masalah yang kemaren?" Tanya Bang Bayu.
"Emangnya kemaren ada masalah apaan, Bang?" Suwek tampak semangat. "By the way, nama gue Fikar. Pake EF. Bukan TE!" Lanjutnya mencoba meralat.
"Elah. Beda tipis doang" sahut Bang Bayu.
"Guys... Please..." Taka memutar matanya dan melepas pelukannya padaku.
"Elo udah tau masalahnya apa Wek?" Tanyaku pada Suwek.
"Udah gue jelasin" Taka yang menjawab. "Please deh Ki. Kemaren gue bercanda doang. Sumpah!"
"Bercanda lo keterlaluan. Dan gak lucu!" Suwek menimpali. Kemudian dia berjalan menaiki anak tangga menuju kamar atas.
Aku menghampiri Suwek dan melingkarkan tanganku di pinggangnya.
"Mau ngapain Ki?" Tanya Bang Bayu.
"Morning exercise!" Seruku sambil mengedipkan satu mataku kearah Taka.
"Ikuuttt!!!" Bang Bayu bangkit dan mengejarku yang sudah sampai di anak tangga teratas. "Yes! Threesome exercise!!"
"Damn!!! Noooo!!! Bisa jebol bini orang!!!" Pekik Taka histeris lalu mencoba mengejar kami yang sudah berada di dalam kamar.
"Tikiiii.... Please maapin gue!!" Jerit Taka panik sambil menggedor-gedor pintu kamar yang aku kunci dari dalam.
"Woohooo! Mantep nih! Montok banget!" Bang Bayu berseru riang. Kemudian menampar-nampar pantatnya sendiri.
"Bang Bayuuu!!! Jangan elu jamah ZuZu gue!!!" Taka semakin menggebu-gebu menggedor pintu kamar, sementara aku dan Bang Bayu cekikikan.
"Ki! Elu garap depan dulu lah!" Bang Bayu berseru lagi.
"Beres... NIH WEK... SARAPAN PAGI BUAT LO!" aku meninggikan suaraku menimpali Bang Bayu.
"Ka! Berisik lo!" Seru Bang Bayu. "Ssshhh... Sedaappp... Ughh... Manteb Kar!" Lanjutnya lagi. Kali ini sambil menyalakan sebatang rokok.
Gedoran di pintu berhenti. Sementara kami bertiga masih cekikikan dengan suara lirih di dalam kamar.
Setelah beberapa menit, aku membuka pintu, dan melangkah keluar kamar, diikuti Bang Bayu dibelakangku.
"Taka kemana?" Tanya Bang Bayu pada Bang Zaki yang sudah duduk di sofa bersama dengan Zain.
"Tau tuh. Tadi dia tergopoh-gopoh keluar" jawab Bang Zaki.
"Zuu!!! Elu diapain aja ama mereka?!"
Kami semua mendengar suara Taka yang ternyata sudah berada di dalam kamar atas.
Setelah itu kulihat Suwek melangkah keluar kamar dan menuju kamar mandi dilantai atas. Taka membuntuti di belakangnya.
"Abis ini mau minggat ke Paris lagi, Ka?" Bang Bayu bertanya dengan nada menyindir.
Tak lama Suwek keluar dari dalam kamar mandi hanya berbalut handuk. "Bang, entar gue nebeng elu ke Jakarta yak kalo die minggat ke Paris"
"Boleh. Tapi elu harus jadi bini kedua gue ye!" Bang Bayu menimpali.
"Beres!" Suwek mengerlingkan matanya.
"Arrrggghhhh!!!" Taka langsung menggaet lengan Suwek dan menariknya menuju kedalam kamar. Bukan kedalam kamar mandi.
Setelah mendengar suara pintu dikunci, aku melanjutkan menyiapkan sarapan pagi. Bang Bayu melanjutkan merokok ke halaman belakang karena rupanya Bang Zaki sedang menyalakan AC diruang TV. Sementara Zain. Dia fokus ke layar televisi.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
"Pelan-pelan makannya" aku mengulurkan segelas air pada Zain.
Aku mengangkat alisku saat menatap Bang Zaki yang tersenyum melihat sikapku, sambil terus mengunyah makanan di dalam mulutnya.
Atas ide Bang Zaki, kami semua pada akhirnya sepakat untuk makan di gazebo yang berada di halaman belakang. Kecuali Taka dan Suwek yang makan berduaan di teras yang letaknya berseberangan dengan gazebo.
Sambil makan, Bang Zaki menjelaskan kalau Zain adalah anak dari saudara sepupunya. Jadi sebulan lalu itu, Om Samudra --Ayah Bang Zaki-- meminta bantuan untuk mengurus Zain, karena kedua orang tua Zain rupanya sedang dalam proses perceraian.
Zain ikut memberikan keterangan kalau kedua orang tuanya itu tidak ada yang mau mengurus Zain. Karena keduanya terlalu sibuk dengan pasangan baru mereka. Aku yang duduk disebelahnya langsung memeluknya erat. Aku sama sekali tidak mengira di balik wajah cerianya, dia menyimpan kesedihan dan kekecewaan pada kedua orang tuanya.
Bang Zaki lantas melanjutkan ceritanya. Tadinya Zain sempat ikut Ayahnya. Tapi atas permintaan kekasih barunya, Zain di titipkan di panti asuhan. Lalu Zain kabur, dan pergi kerumah Ibunya.
Tak lama setelah kedatangan Zain dirumah Ibunya, dia dibawa kerumah Om Samudra dan ditinggalkan disana. Saat itu Bang Zaki baru saja tiba. Akan tetapi, setelah dua hari, Ibu kandung Zain malah pergi dengan kekasih barunya entah kemana. Di hari ketiga, Ayah kandung Zain datang untuk menjemputnya. Tetapi Zain tidak mau ikut. Dan terungkaplah kalau selama tinggal dengan Ayahnya itu, dia ditaruh di panti asuhan. Hal itu membuat Om Samudra naik pitam.
Pada akhirnya, Om Samudra tidak menyetujui Ayah Zain untuk membawa anaknya. Dan bersedia merawat juga menampung Zain. Setelah kepergian keponakannya itu, Om Samudra malah meminta anaknya --Bang Zaki, untuk mengadopsi saja si Zain. Dengan alasan agar jauh sekalian dari konflik orang tuanya.
Jadilah, Bang Zaki mendadak mondar mandir mengurus semua surat-surat dan tetek bengek lainnya. Meskipun awalnya tidak mau, pada akhirnya Bang Zaki mau juga mengadopsi Zain. Itu pun setelah beberapa hari mengenal Zain, Bang Zaki merasa kasihan pada keponakannya.
Dilain pihak, Bang Zaki sempat menjelaskan situasinya saat ini yang sudah menjalin hubungan denganku. Juga lingkungan kami semua disini yang rata-rata adalah kaum minoritas. Bang Zaki tidak mau Zain menjadi seperti dirinya.
"Ya sudahlah. Sekarang kita makan dulu" aku memotong cerita Bang Zaki.
"Trus gimana ama status adopsi Zain? Udah kelar semua?" kali ini Bang Bayu yang bertanya.
"Mau nambah?" Tanyaku pada Zain. Mencoba mengalihkan perhatiannya. Zain mengangguk. "Kita lanjutin di dalem aja yuk" ajakku akhirnya.
Aku membantu Zain mengisi nasi juga lauk pauk di piring Zain. Sementara kuminta dia untuk melanjutkan makan di meja makan saja. Aku sudah merasa kenyang. Jadi aku hanya duduk disebelah Zain sambil menikmati segelas orange juice.
"Enak?" Tanyaku saat memperhatikan Zain yang lahap sekali menikmati masakanku. Rasanya tidak sia-sia aku sudah mempersiapkan semua masakan ini setelah menunaikan Shalat Subuh.
Zain mengangguk dan mengacungkan kedua jempolnya. "Oh ya. Abang namanya siapa? Kan belum kenalan".
"Tiki. Kembaran Abang namanya Taka" jawabku.
"Namanya lucu. Taka. Tiki" Zain tersenyum.
Aku merogoh saku celanaku. Mengambil ponselku. "Ini adek Abang yang satu lagi. Namanya Tika" aku menunjukkan foto Tika yang kusimpan di dalam galeri ponselku.
"Waw! Kembar tiga?" Zain menatap takjub. Aku tersenyum melihat reaksinya.
"Mau buah atau mau jus?" Aku mencoba menawari Zain. "Gak usah sungkan. Ini rumah lu juga. So, santai aja. Oke?"
Zain mengangguk malu. Tapi nyata sekali wajahnya menunjukkan rona bahagia.
"Zain bantuin nyuci ya Bang?" Ia menawarkan diri saat melihatku menumpuk piring yang usai kupakai menjadi satu dengan piring yang tadi ia gunakan.
"Oke. Tapi hati-hati ya" aku menimpali.
Sementara Zain sibuk mencuci semua piring, mangkuk dan lain sebagainya di wastafel. Sekarang aku mulai memotong beberapa butir strawberry menjadi dua, dan meletakkannya ke dalam blender.
"Suka milkshake gak?" Tanyaku pada Zain.
"Apa itu Bang? Maaf. Zain enggak tau"
"Jus buah, tapi di campur susu. Elu suka susu gak?"
Zain melirik ke arah blender di depanku yang berada sekitar enam puluh centimeter dari tempat ia berdiri. "Itu buah apa Bang?"
"Strawberry" jawabku.
"Ooohhh..." Reaksinya membuatku penasaran.
"Belum pernah lihat strawberry langsung?" Tanyaku. Lalu Zain menggeleng pelan sambil tersipu.
"Zain bantuin ya Bang" pintanya lagi. "Sekalian belajar cara bikinnya"
Aku memberi kode oke.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
"Enak gak?"
"Mantap Bang" jawab Zain setelah menikmati strawberry milkshake yang tadi kami buat berdua.
Karena Zain menuangkan banyak susu, akhirnya kami membuat dua porsi. Satu untuk dirinya. Dan satu lagi untukku. Sekarang kami menikmatinya diteras depan.
"Apaan tuh Ki? Bagi dong"
Belum juga aku menjawab, Taka langsung nyerobot mengambil sedotan dan menyedotnya dengan kuat.
"Deuh... Mentang-mentang pinter ngisep... Udah ngabisin separo gelas aja!" Kataku setelah menjitak jidat Taka.
"Hehe! Enak Ki" Taka nyengir kuda.
"Ya udah. Ni bawa semua!"
"Ma'acih Abang gue yang paling ganteng! Paling baeeekk sejagat raya!"
"Lebay! Udah sono pergi sono! Husss husss!!" Usirku.
Taka segera ngacir membawa segelas milkshake milikku kedalam. Tak lama dia keluar lagi. Kali ini sudah memakai sepatu dan menenteng helm juga menggantung tas selempangnya di pundaknya.
"Kemana?" Tanyaku.
"Gue lupa ada janji ama Dave" jawabnya sambil menyalakan motor. "Zuuu!!! Cepeett!!"
"Iya iya... Sabar..." Suwek menyahut dan keluar tergopoh-gopoh sambil membetulkan sepatunya.
"Dave? Sapa tuh?" Tanyaku.
"Manager baru gue" jawab Taka. Kali ini dia sedang membuka pagar. "Yang dulu gue pecat!" Lanjutnya dengan nada kesal. "Dia sering gatel ama Zuzu".
"Ooohhh..." Aku menanggapinya sambil manggut-manggut saja.
Setelah dua orang itu tancap gas. Perhatianku beralih pada Zain lagi. "Habisin tuh" aku menunjuk gelas di genggaman tangannya dengan daguku.
"Abang gak pengen lagi? Kan tadi dihabisin Bang Taka"
"Gak papa. Lagian perut gue udah penuh" aku menyahut sambil mengangkat kaosku dan mengusap perutku. Dan kuakhiri tepukan pelan.
Kurogoh saku kanan celanaku. Dan mengambil ponsel pemberian Bang Bayu. "Maen game yuk"
"Game apa?"
"Pokemon Go!" Jawabku semangat. "Kemaren baru gue instal. Tapi belon sempet gue maenin. Entar gue ajarin cara mainnya. Sekarang habisin dulu itu".
"Oke!"
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kurasakan hangat indahnya sang mentari membangunkanku dari tidur yang lelap ini
Sinarmu yang terang mulai memasuki mata dan mengusirku dari alam mimpi
Dan kini kubergegas tuk segera siapkan diriku
tuk mulai menjalani hari ini
Tak sabar ku temui seluruh sahabat yang tersenyum
menyambut datangnya pagi ini
Dan kukatakan...
Selamat pagi!!
Embun membasahi dunia dan mulai mengawali hari ini
Dan kukatakan...
Selamat pagi!!
Kicau burung bernyanyi dan kini ku siap tuk jalani hari ini.
Kini bergegaslah sipakan dirimu untuk memulai menjalani hari ini.
[ Selamat Pagi - RAN ]
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Setelah pamitan pada Bang Zaki dan Bang Bayu, aku mengajak Zain keliling kompleks perumahan sambil memainkan game Pokemon Go yang tadi kujanjikan padanya.
Padahal kami baru kenal pagi tadi. Tapi entah kenapa kami sudah seakrab ini. Mungkin karena sifatku yang memang terbiasa mengasuh dua bocah liar yang tadi cabut menggunakan sepeda motor itu, untuk menemui Manager barunya. Atau mungkin karena Zain yang dengan mudah membuka dirinya padaku. Jadilah kami seperti adik kakak yang sudah kenal sejak lahir.
Ada rasa bahagia menyeruak saat aku menemani Zain yang semangat sekali berlari-lari kecil mencari Pokemon di layar ponsel yang ia genggam. Bocah itu cepat tanggap. Juga sangat periang. Sesekali dia berseru memanggilku saat ia sudah beberapa meter di depanku.
"Ngomong-ngomong, elu kelas berapa?" Tanyaku iseng pada Zain.
"Harusnya kelas satu SMP, Bang. Tapi Zain keluar dari sekolah" jawabnya.
Aku manggut-manggut. "Tenang aja. Nanti elu sekolah lagi disini"
"Beneran Bang?" Zain merespon dengan riang.
"Pastinya dong. Gak mungkin lah Bang Zaki ngeliat elu luntang lantung disini" jelasku. "Kenapa?" Tanyaku setelah melihat Zain berdiri diam.
"Zain enaknya manggil Mamang Zaki apa ya? Soalnya kan Zain sekarang diadopsi sama Mamang Zaki"
"Nanti tanya aja langsung ke orangnya ya"
Zain mengangguk sambil tersenyum simpul.
"Zain masih sayang ama Ibu dan Ayah?" Tanyaku. Tapi Zain malah diam membisu. "Jawab jujur aja"
"Gak tau Bang... Soalnya..."
Kurangkul pundaknya. Kugapai kepalanya dengan telapak tanganku yang menggantung. Lalu kubelai lembut kepalanya.
"Gak usah terlalu dipikirin. Jalani aja. Kan sekarang Zain punya kami semua. Suatu hari nanti, mereka... Ayah dan Ibu Zain, pasti akan sadar. Tapi kalo gak sadar juga... Yaudah. Kan masih ada Papi Zaki!" Aku mencoba menyemangati.
"Dan Abang Tiki!" Zain memelukku erat. Wajahnya dibenamkan di perutku. Karena memang Zain yang terlalu pendek, atau mungkin memang aku yang terlalu tinggi.
Sejenak aku baru menyadari kalau Zain ternyata menangis sambil memelukku. Untung saja kami sudah di depan pagar rumah lagi, jadinya aku dengan mudah mengangkat tubuh kurus Zain dan menggendongnya. Aku pun melangkah memasuki halaman rumah, tak lupa menutup kembali pagar yang tadi kubuka tanpa kesulitan berarti.
Zain melingkarkan tangannya kebahuku. Satu tangannya masih menggenggam erat ponsel, dan tangan lainnya mencengkram erat kaos tanpa lengan yang kupakai. Bisa kurasakan air matanya menetes membasahi leher dan bahuku. Kakinya pun ikut melingkar di badanku. Seolah ia tidak ingin melepaskanku.
Kedua Abangku yang sedang berbincang-bincang di ruang TV bertanya dengan heran padaku. Aku hanya memberi isyarat dengan jari telunjuk yang kuletakan di bibirku.
Kubawa Zain ke halaman belakang. Kali ini dia duduk di pangkuanku saat aku duduk di tepian matras gazebo yang berbentuk panggung ini. Sengaja dibuat begini agar tidak mudah basah kalau sewaktu-waktu hujan.
Aku sengaja membiarkan Zain menangis sampai puas. Meskipun aku melihatnya ceria, sesekali kuperhatikan tatapan sedih di dalam pandangan matanya. Aku mau dia benar-benar menjadi ceria setelah tinggal bersama kami disini.
Zain baru berhenti setelah satu jam menangis diatas pangkuanku. Bang Zaki pun kini sudah ikut duduk disebelah kami sambil menyandarkan punggungnya pada tiang gazebo.
"Sudah lega?" Tanya Bang Zaki. Tangannya menyapu air mata yang masih menetes di pipi Zain menggunakan tissue.
"Ma-Mamang Zaki.... Ma-makasih..." Zain sesenggukan lagi. Kali ini dia duduk disebelah Bang Zaki. "Za-Zain janji.... Gak akan nakal... Zain janji selalu nurut ke Mamang..."
"Masih manggil Mamang nih?" Godaku. Dari Bang Zaki, aku baru tau kalau Mamang itu artinya Paman dalam bahasa Palembang.
Well, mungkin karena Zain memang besar disana, dia lebih fasih memakai bahasa Palembang. Walaupun kata Zain, dulu dia lahir di Pariaman --kota asal Ibunya. Itulah sebabnya saat sedang bermain keliling komplek tadi, aku sempat tidak paham dengan beberapa kosakata yang dia gunakan. Untung saja, Zain lumayan fasih bahasa Indonesia --walaupun bukan bahasa baku. Itu pun ia pelajari dari beberapa teman-teman di sekolahnya dulu yang rata-rata adalah pendatang dari luar Sumatera.
Menurutku, bocah ini termasuk pandai dan cepat tanggap. Mungkin tidak sampai setahun tinggal disini, dia sudah fasih bahasa Bali. Itu pun kalau dia sudah mulai sekolah lagi.
Mengingat tentang sekolah, aku pun membahasnya dengan Bang Zaki, yang di tanggapi dengan antusias olehnya. Tapi saat Bang Bayu ikut nimbrung dan mengingatkan kalau pendaftaran sekolah sudah terlambat di tahun ajaran ini, aku sempat mengusulkan untuk memasukkan Zain ke sekolah swasta saja.
"Hmmm... Nanti Abang coba cari informasi dulu" kata Bang Zaki.
"Ya kalo gak bisa masuk juga, gimana kalo home schooling dulu? Gue bantu deh. Kalo perlu, gue kirim gurunya dari Jakarta kemari" Bang Bayu menambahi.
"Tapi jangan tinggal disini ya" kataku. "Mau tidur dimana coba? Kamar cuma dua"
"Tenang aja. Kan masih banyak kosan di deket sini, Ki" Bang Bayu menyahut.
"Mmm... Anu Mang... Zain bolehnya manggil apa ke Mamang?" Pertanyaan Zain membuatku dan Bang Bayu menoleh kearahnya yang sedang berbicara dengan Bang Zaki. "Tadi Bang Tiki kasih usul untuk manggil Papi Zaki" lanjutnya dengan lugu.
Bang Bayu tertawa keras sekali. Sampai membuat Zain terlonjak saking kagetnya.
"Kalo ni bocah manggil Zaki dengan sebutan Papi, trus elu bakalan di panggil Mami?" Bang Bayu bertanya dengan berbisik di telingaku.
"Sompret! Ogah!!"
"Nah elu juga sotoy! Pake segala kasih usulan manggil Papi"
"Yeee.... Tadi itu gue iseng doang"
"Apa panggilan ke orang tuamu?" Kali ini Bang Zaki yang bertanya kepada Zain.
"Abah" jawab Zain.
"Yaudah. Panggil Abah juga" Bang Bayu memberi usul. "Trus manggil 'Umik' ke elu ya, Ki?" Kali ini ia berbisik ke telingaku. "Adududuh... Pe'a lu sotoy!"
Bang Bayu terlonjak sambil memegangi selangkangannya. Karena tadi aku menyentil gundukan di bagian depan celananya. Kebetulan Bang Bayu dari tadi cuma memakai celana pendek berbahan kain milikku yang ia pinjam semalam.
"Elu mandi sono napa Bang" aku berujar pada Bang Bayu.
"Mandi bareng yok" ajaknya menimpali. Pakai mengelus pahaku segala. "Becanda, Zaki... Peace!" Bang Bayu lantas ngibrit ke dalam karena dipelototi Bang Zaki.
"Bener-bener Abangmu itu ya Ki!" Bang Zaki berujar sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Bang Bayu.
"Ya gitulah... Sebelas dua belas kan ama adek gue?"
"Faktor genetik?" Bang Zaki balas bertanya.
"Bisa jadi. Tapi untungnya gue kagak gitu kan?"
"Mudah-mudahan aja. Mungkin karena Abang sering berdoa" sahut Bang Zaki santai.
Zain kini duduk disebelahku. "Itu tadi Bang Tiki apain?" Tanyanya penasaran.
"Hati-hati sama Tiki ya Zain" bisik Bang Zaki. "Keliatannya aja sabar. Tapi kalo lagi marah, dia gak mukul ataupun jewer kamu. Tapi nyentil kantong menyan kamu ini" Bang Zaki menunjuk selangkangan Zain, yang langsung direspon Zain dengan menutupinya dengan kedua tangannya.
"Tiki denger loh Bang... Mau nyobain?"
"Nih! Kalo berani!" Bang Zaki menantangku.
"Nanti kalo pas lagi berdua aja" kukedipkan mataku sebagai isyarat rahasia diantara kami. Dan Zain pun hanya bisa tolah toleh tidak mengerti.
Setelah mengangkat kedua bahunya, Zain melangkah masuk ke dalam. Mau mandi, katanya.
"Oh iya. Kamu kan bangun tidur langsung makan. Langsung main sama Tiki" Bang Zaki berkomentar.
"Yuk Ki!" Bang Zaki menatapku serius.
"Kemana?" tanyaku tidak mengerti.
Well... Yeah! Pura-pura tidak mengerti maksudku.
"Kita sentil-sentilan" bisiknya, diikuti kecupan kilat di pipi kananku.
"Yuk!" balasku dengan semangat. Kugenggam tangannya, dan Bang Zaki mengikutiku kearah kamar.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Hot scene? Maybe next time...
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
mungkin karena aku ngetiknya sambil separuh mimpi. maklum, ngerjainnya karena kebangun malem-malem gara-gara kebelet pipis. karena gak bisa tidur lagi, ya ngelanjutin cerita deh.
eh tapi ya gitu. jadi ke blok dan tanpa sadar ke hapus. mana ngerjain nya karena separuh mimpi (bukan separuh aku ala Noah ya!) jadi kehapus. sempet panik tentunya. dan bikin aku jadi melek total!!! dan baru balik tidur sekitar jam 6pagi.
trus tadi, jam 9 pagi kebangun gara-gara alarm. dengan mata masih belekan dan ngantuk luar binasa, aku merangkak menuju kamar mandi, setelah sebelumnya narik handuk yang aku gantung (gara-gara semalem hujan deras, cucianku diungsikan separuh di dalam kamar pula. nasib anak kos)
trus pas lagi mandi, aku mikir kok semalem kayaknya semalem aku ngimpi ngetik cerita deh. dan sambil sikat gigi, aku langsung keluar kamar mandi ngambil hp yang sebelumnya aku lempar ke tembok karena berisik (tenang aja, udah aku lapisin pake armor case extra anti gores dilayarnya)
eng ing eeeng!!!
ternyata ini beneran!!!!
semalam itu nyata!!!
dan akhirnya... aku merasa bebanku untuk posting 3 chapter dalam kurun waktu jangan sampai 1 minggu, kelar sudah.
sekarang tinggal cari mood yang pas untuk adegan 21 plus plus encus encus nya!!!
ah... mungkin aku akan perbanyak menonton beberapa bokep yang aku save sampe bikin memori di hp ini menciut drastis!!! di donlod doang. tapi males nontonnya!!! #roflmao
tambah bahagia aja ya...
karena masuk Boyzstories plus, yang paling ditunggu adegan sentil-sentilan nya ya? :v
@lulu_75 Alhamdulillah berarti kesan cute nya sampai juga ya? buatku, lumayan susah ngebangun karakter unyu khas anak-anak begini