It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
akan seperti toya kisahnya lagi.
seperti apa maksudnya??
Elu kan.hobby banget bunuh orang
Hahahah
disini gak ada yang mati kok. tenang aja.
Oops
serial selanjutnya? niatku di serial ini nantinya udah tamat kok
°•¤ Happy Reading Guys ¤•°
@Antistante @yuzz
@meong_meong @anohito
@jeanOo @privatebuset
@Gaebarajeunk @autoredoks
@adinu @4ndh0
@hakenunbradah @masdabudd
@zhedix @d_cetya
@DafiAditya @Dhivars
@kikyo @Tsu_no_YanYan
@Different @rudi_cutejeunk
@Beepe @dheeotherside
@faisalrayhan @yubdi
@ularuskasurius @Gabriel_Valiant
@Dio_Phoenix @rone
@adamy @babayz
@tialawliet @angelofgay
@nand4s1m4 @chandischbradah
@Ozy_Permana @Sicnus
@Dhivarsom @seno
@Adam08 @FendyAdjie_
@rezadrians @_newbie
@arieat @el_crush
@jerukbali @AhmadJegeg
@jony94 @iansunda
@AdhetPitt @gege_panda17
@raharja @yubdi
@Bintang96 @MikeAurellio
@the_rainbow @aicasukakonde
@Klanting801 @Venussalacca
@greenbubles @Sefares
@andre_patiatama @sky_borriello
@lian25 @hwankyung69om
@tjokro @exxe87bro
@egosantoso @agungrahmat
@mahardhyka @moemodd
@ethandio @zeamays
@tjokro @mamomento
@obay @Sefares
@Fad31 @the_angel_of_hell
@Dreamweaver @blackorchid
@callme_DIAZ @akina_kenji
@SATELIT @Ariel_Akilina
@Dhika_smg @TristanSantoso
@farizpratama7 @Ren_S1211
@arixanggara @Irfandi_rahman
@Yongjin1106 @Byun_Bhyun
@r2846 @brownice
@mikaelkananta_cakep @Just_PJ
@faradika @GeryYaoibot95
@eldurion @balaka
@amira_fujoshi @kimsyhenjuren @ardi_cukup @Dimz @jeanOo @mikaelkananta_cakep
@LittlePigeon @yubdi
@YongJin1106 @Chachan
@diditwahyudicom1 @steve_hendra
@Ndraa @blackshappire
@doel7 @TigerGirlz
@angelsndemons @3ll0
@tarry @OlliE @prince17cm @balaka
@bladex @dafaZartin
@Arjuna_Lubis @Duna
@mikaelkananta_cakep
@kurokuro @d_cetya
@Wita @arifinselalusial
@bumbellbee @abyh
@idiottediott @JulianWisnu2
@rancak248 @abiDoANk
@Tristandust @raharja
@marul @add_it
@rone @eldurion
@SteveAnggara @PeterWilll
@Purnama_79 @lulu_75
@arGos @alvin21
@hendra_bastian @Bun
@jeanOo @gege_panda17
@joenior68 @centraltio
@adilar_yasha @new92
@CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan
@eka_januartan @tianswift26
@guilty_h @Dhivars
@adilar_yasha @GeryYaoibot95 @CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan @eka_januartan @tianswift26 @abyyriza @privatebuset @Bun @sujofin @centraltio
@TedjoPamungkas @cute_inuyasha @hehe_adadeh @Vio1306 @gemameeen
@febyrere @Prince_harry90
@ando_ibram @handikautama @babayz @seventama @Gaebara
×××°•••°°•••°×××
Hari berganti minggu. Dan minggu berganti bulan. Tanpa terasa aku menjalani hubungan rahasia bersama Bli Akhza selama hampir setahun lamanya. Selama itu pula, kami merahasiakan hubungan kami.
Apa yang Ibu lihat adalah kedekatan kami sebagai adik dan Kakak belaka. Dan apa yang orang-orang di sekitarku tau, adalah kami dekat sebagai saudara tiri yang kembali akur. Setelah sekian lama beredar banyak gosip di sana sini mengenai Ibu dan aku. Karena saat aku lahir, Bapak sudah almarhum. Dan hanya sedikit sekali orang yang tau mengenai hal ini.
Ibuku hanya bersosialisasi secukupnya dengan warga di sekitar sini. Karena Ibu bilang, terlalu banyak penggosip disini. Kupikir memang sebaiknya aku tetap merahasiakan saja hubunganku dengan Bli Akhza. Aku tidak mau menjadikan Ibu sebagai seleb kampung yang kembali di gunjingkan. Sudah cukup banyak tekanan batin yang Ibu hadapi dengan berlapang dada selama ini.
Kadang aku bertanya pada diriku sendiri. Apa arti bahagia itu. Apakah saat aku bisa melihat senyuman di wajah orang-orang yang aku kasihi? Kak Tiki misalnya. Atau saat Ibu yang selalu memanjakanku. Atau, saat berada dalam dekapan Bli Akhza.
Itu semua mungkin benar adanya.
Tapi bahagia itu, adalah saat aku bisa menikmati hidup. Tanpa merasakan beban sedikitpun. Bahagia, adalah saat aku bisa terus tersenyum dan membuat nyaman orang-orang di sekelilingku.
Sudahkah aku merasa bahagia? Jawabannya tentu sudah.
Tapi dasar manusia. Selalu saja aku merasa kekurangan.
Misalnya setahun terakhir ini. Saat aku dan Bli Akhza sudah semakin intim. Bli Akhza yang tak pernah sedikitpun membuatku merasa tak nyaman. Bli Akhza yang selalu memanjakanku. Selalu memperhatikan semua hal. Termasuk hal sekecil apapun.
Hati kecilku masih belum saja terpuaskan. Mungkin karena aku sadar. Hubungan kami selama ini salah.
Aku hanya ingin cinta. Bukan cinta seperti yang Ibu berikan padaku. Aku mau cinta, seperti yang Bli Akhza berikan padaku.
Tapi kenapa harus Bli Akhza? Dia Kakakku! Meskipun hanya Kakak tiri. Tapi tetap saja. Kami adalah saudara.
Pernah aku ingin mengutarakan hal ini pada Bli Akhza. Bahwa cintanya padaku selama ini adalah salah. Cinta yang ia maksud begitu nista. Tapi aku takut.
Aku takut ia akan berbuat seperti dulu.
Aku tau dia lembut. Aku tau dia penuh perhatian. Tapi aku takut kalau dia akan marah. Dan melakukan hal serupa seperti dulu.
Hal ini karena aku menyadari satu hal. Bli Akhza mulai selalu cemburuan padaku. Cemburu tiap kali melihatku dekat dengan orang-orang di sekelilingku.
Memang, dia tidak akan marah. Atau mencak-mencak padaku penuh emosi. Tapi setiap kali kami bercinta, ia akan selalu bertanya padaku. Apa saja yang aku lakukan di tempat kerja. Dengan siapa saja aku bersosialisasi.
Sejak awal, dia memang bilang, bahwa dia akan sangat posesif padaku. Posesif karena ia terlalu mencintai diriku. Pada awalnya aku senang. Karena itu menunjukkan eksistensi perasaannya padaku. Tapi belakangan aku jadi merasa risih. Dan karena itulah, kubiarkan ia mengantarku kerja juga menjemputku usai bekerja.
Bli Akhza sudah sempat bertemu dan berkenalan dengan Kak Tiki. Juga dengan Kak Zulfikar. Dan sejak empat bulan yang lalu, aku mengenalkan Bli Akhza pada Bang Zaki dan yang lainnya, semisal Kak Taka, di saat Bli Akhza menjemputku usai kerja.
Yang membuatku merasa heran, apakah Bli Akhza tidak punya kegiatan lain selama tinggal bersamaku dan Ibu. Mengingat, Bli Akhza dulu pernah mengatakan pada Ibu --saat itu aku juga ada-- kalau dirinya baru bisa bebas sekarang dan baru bisa menemui kami setelah sekian lama.
Dari Bli Arya, yang menjelaskan pada Ibu, kalau maksud perkataan bebas yang di ucapkan Bli Akhza pada kami saat itu adalah sejak meninggalnya Kakek dari pihak Ayahnya. Yang selama ini terus saja menjauhkan mereka dari Ibu kandung cucunya sendiri. Akhirnya Bli Akhza bisa terbebas dari kungkungan belenggu Kakeknya tersebut.
Aku tak pernah habis pikir. Kenapa seorang Kakek bisa berbuat seperti itu pada cucunya sendiri. Kenapa selama ini dia bisa dengan tega, berusaha mencuci otak dua cucunya tersebut untuk membenci Ibu kandungnya sendiri.
Kupikir hal itu hanya terjadi di dalam cerita fiksi atau di dalam cerita sinetron belaka. Ternyata di kehidupan nyata, ada orang dengan karakter sejahat itu.
Di lain pihak, Bli Akhza mengatakan padaku. Bahwa dirinya selama ini di jodohkan dengan anak dari kerabat atau sahabat dari mendiang Kakeknya itu. Bebas yang Bli Akhza maksud dulu adalah karena dia sudah benar-benar matang menolak perjodohan itu. Dengan resiko, Bli Akhza tidak akan mendapatkan warisan sepeserpun dari haknya yang ia dapatkan dari mendiang Ayah kandungnya.
Dari hal inilah, aku tidak pernah tega untuk melepaskan dan meninggalkan, atau mengakhiri hubungan nista kami ini. Aku tidak mau membuat Bli Akhza jatuh terpuruk. Atau merasakan kehancuran di hatinya. Yang mungkin akan membuatnya berbuat nekat. Seperti yang pernah ia lakukan, hingga sempat membuat masa awal remajaku penuh dengan rasa ketakutan.
Kalau ada yang menanyakan, apa yang kurasakan selama ini. Jujur saja, aku merasakan dilema teramat mendalam.
Mengenai perasaanku pada Bli Akhza, sampai detik ini, aku belum tergugah untuk merubah haluan hatiku pada dirinya. Aku masih mengkiblatkan perasaanku pada Kak Tiki. Entahlah. Kenapa aku sulit untuk melupakan dan menyerah saja. Mengingat, aku tak akan pernah mengubah kenyataan. Bahwa Kak Tiki tidak akan pernah menjadi milikku.
Mendapati dirinya yang sudah melupakan sakit hatinya atas perbuatan yang pernah kulakukan padanya di waktu lalu, sudah cukup membuatku lega. Paling tidak, sikap Kak Tiki kembali seperti dirinya seperti saat sebelum kejadian itu.
Sudah sejak lama, aku ingin jujur saja pada Bli Akhza. Mengenai perasaanku pada Kak Tiki. Tapi aku tetap tak mau membuatnya menjadi cemburu buta. Sudah cukup selama ini ia hidup dalam belenggu dari mendiang Kakeknya yang tidak berkeprimanusiaan terhadap cucunya.
Jadi, sejak keluar dari kehidupan lamanya, Bli Akhza mencoba hidup mandiri. Dengan bantuan dari Bli Arya. Karena perlakuan yang ia dapatkan sangat jauh berbeda dengan yang Bli Arya dapatkan.
Misalnya saja, Bli Arya berhak mendapatkan hak warisannya. Karena Bli Arya mau menuruti kemauan mendiang Kakeknya. Yaitu menikahi istrinya sekarang. Lagi pula, lelaki normal mana yang akan menolak pesona kecantikan Mbok Gek --begitu aku memanggil Mbak Citra, istri Bli Arya yang cantik jelita itu. Terlebih dengan lahirnya dua orang putra, Danapati dan Danasura. Lengkap sudah kebahagiaan Bli Arya.
Jadi, selama tinggal dengan kami, Bli Akhza terpaksa hanya menjadi karyawan dari sebuah minimarket yang kebetulan berlokasi di Legian. Jaraknya kurang lebih sekitar sepuluh menit dari Warung tempatku bekerja. Tapi kalau arus lalu lintas sedang padat, mengingat Legian adalah kawasan yang krodit, aku bisa menempuh perjalanan sampai lebih dari dua puluh menit. Karena aku harus mengambil jalur memutar. Aku harus memotong jalan melalui banyaknya gang kelinci, yang bahkan aku sendiri pun tidak pernah tau namanya. Aku hanya tau rutenya. Tapi aku tidak pernah tau namanya.
Meskipun terlihat lelah, Bli Akhza selalu bisa menyambutku dengan senyuman. Harus kuakui. Bli Akhza terlihat makin tampan dengan senyum yang menghiasi wajahnya itu. Bahkan Mbak Rina --awalnya aku memanggilnya Tante, tapi dia malah memarahiku-- pernah sekali waktu berniat menggoda Bli Akhza. Tapi aku dengan tanggap segera menghalaunya. Aku katakan saja, kalau Bli Akhza sudah punya pacar.
Yaitu aku. Tentunya aku hanya meneruskan dalam hati saja.
Bisa jadi, aku mulai merasa cemburu? Aku tidak pernah merasa nyaman, saat melihat Bli Akhza di dekati orang selain aku.
Kalau aku bilang, aku tidak mencintainya. Dan mungkin hanya mengasihani Bli Akhza. Bagaimana bisa aku merasa tak nyaman seperti itu?
Ah! Itu satu alasan mengapa aku bisa mengatakan kalau aku merasakan dilema teramat mendalam saat ini.
Pernah suatu hari aku mengajak Bli Akhza ke diskotik khusus gay yang berada di kawasan Seminyak. Terus terang saja aku merasa sangat tidak nyaman. Aku kesana karena penasaran. Aku ingin tau seperti apa hingar bingar kehidupan malam dunia gay yang sepertinya sangat menarik itu.
Sayangnya, Bli Akhza sudah menyeretku pulang sepuluh menit kemudian. Saat itu kami baru saja masuk diantara kerumunan pengunjung diskotik, lalu mataku terbelalak melihat beberapa lelaki meliuk-liukkan tubuhnya diatas panggung. Rasanya aku sampai panas dingin melihat adegan itu.
Harap maklum. Aku memang tidak pernah melihat hal seperti itu secara langsung. Tapi kalau melihat video porno, tentunya mataku ini sudah tidak asing lagi. Dan itu pun dilarang Bli Akhza. Dia tak pernah sedikitpun membiarkanku terpesona melihat orang lain. Yang Bli Akhza mau, aku hanya fokus terhadap dirinya.
Apakah itu salah satu penyebab dilema di hatiku? Bisa jadi itu salah satunya.
Meskipun awalnya aku merasa tak nyaman dengan perlakuan Bli Akhza, belakangan aku mulai bisa menerima hal itu dengan lapang dada.
Hal ini disebabkan, karena aku sempat bertanya pada Kak Zulfikar. Yang memiliki kekasih sesempurna Kak Taka. Harus kuakui, Kak Taka itu sama sempurnanya seperti saudara kembarnya. Yaitu Kak Tiki.
Kak Zulfikar bilang, dia tidak pernah mau datang ke tempat seperti diskotik khusus gay itu. Selain dia tidak mau mencari masalah. Dia juga tak ada keinginan untuk membuat Kak Taka melihatnya cemburu lebih jauh. Entah apa maksudnya.
Aku hanya bisa menebak. Kalau selama ini, Kak Zulfikar-lah yang selalu merasa cemburu. Seperti yang aku tau. Profesi Kak Taka adalah seorang model. Dan ia termasuk model yang sangat diperhitungkan di luar negeri sana. Kak Zulfikar bilang, Kak Taka selalu menghindar dari sorotan media Indonesia. Walaupun sepertinya dulu ia sempat melakukan pekerjaan di beberapa lokasi di Indonesia. Seperti di Bali atau di luar Bali. Terlebih dengan fisik yang memang tidak menunjukkan bahwa dia adalah keturunan dan warga negara Indonesia, memudahkannya untuk menutup rapat-rapat identitas aslinya. Bahkan di beberapa akun sosial media yang ia miliki, Kak Taka hanya menyebut nama Paris sebagai kota tempat ia tinggal. Dengan embel-embel traveler yang mencintai budaya Asia. Karena banyak sekali lokasi yang menunjukkan kalau dirinya sering berada di Indonesia. Termasuk di Bali tentunya.
Aku termasuk follower di akun Instagram milik Kak Taka. Dan aku sering melihat banyak sekali komentar pujian yang ia dapatkan di setiap postingannya.
Ada satu foto yang aku suka di postingan Instagram milik Kak Taka. Yaitu saat ia memposting foto selfie dengan Zain. Selain terlihat kompak, mereka sangat... sangat luar biasa... menakjubkan. Yahhh... Harus kuakui, kalau Zain memang remaja yang tampan. Aku membenarkan ucapan Kak Tiki, yang mengatakan bahwa Zain adalah versi mini Bang Zaki. Bisa jadi Bang Zaki memang mirip seperti Zain saat masih remaja. Bukan tak mungkin. Mengingat mereka masih ada ikatan darah.
Dan meskipun pada awalnya aku sempat merasa cemburu dengan perhatian yang diberikan Kak Tiki pada Zain. Pada akhirnya aku bisa akrab juga dengannya. Zain remaja yang baik. Santun. Lebih tepatnya, dia itu sangat polos. Lugu. Tapi dilain pihak, dia sangat cerdas dan cepat sekali tanggap dengan keadaan di sekitarnya. Selama mengenal Zain, tak pernah sedikitpun aku melihatnya bersikap egois.
Zain sangat ramah dan periang. Dan seringkali membuatku merasa senang saat bertemu, berbicara dan menanggapi cerita-cerita lucu mengenai dirinya dan kegiatannya di sekolah. Zain bilang, kalau sekolah adalah rumah ketiganya. Rumah pertama adalah tempat ia tinggal bersama Bang Zaki dan Kak Tiki. Rumah kedua adalah rumah milik Kak Taka, yang berada tepat bersebelahan.
Aku hanya tau kalau Kak Taka membeli rumah baru. Kabar itu kudengar dari Kak Zulfikar. Tapi aku memang belum sempat kesana lagi. Terakhir kali aku kesana, saat aku membonceng Zain dan mengantarnya pulang. Karena usai home schooling, ia akan datang menggunakan layanan ojek online kalau dia merasa jenuh sendirian di rumah. Zain tidak pernah merepotkan kalau datang ke Warung. Justru, ia sangat membantu meringankan tugas-tugas yang aku dan Kak Zulfikar dapati dari tangan dingin Kak Tiki.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Hari ini Kak Tiki tidak datang ke Warung. Hingga membuatku dan Kak Zulfikar lumayan kelimpungan. Tumben saja hari Warung sangat ramai pembeli. Untuk keperluan delivery order, Bli Putu selalu siap membantu. Aku sering kali lupa kalau Bli Putu itu adalah seorang wanita. Dia bahkan lebih manly kalau mau di bandingkan dengan diriku.
Sejak tiga minggu belakangan ini, Kak Tiki memakai tenaga kerja harian. Ada empat orang yang menjadi daily worker disini. Dan semuanya adalah lelaki. Mungkin karena pembeli disini sering kali ramai dan membuat kami kelimpungan, makanya Kak Tiki memperkerjakan tenaga lelaki saja.
Kak Zulfikar pun berpendapat kalau kami memperkerjakan tenaga perempuan, takut mengeluh kelelahan. Bahkan Mbak Rina pun sempat memberi masukan jangan menerima karyawan perempuan. Bisa ribet kalau perempuan sedang datang bulan, katanya. Mbak Rina menjadikan dirinya sendiri sebagai tolak ukur perbandingan.
Pertama adalah Subianto. Kami lebih sering memanggilnya dengan nama Subi. Kak Tiki pun memberikan name tag di baju seragamnya. Kak Tiki sepakat membuatkan mereka seragam dari polo shirt berwarna putih. Subi itu lumayan pendiam. Tapi dia ramah dan sangat sabar melayani setiap pembeli yang kadang kala ada saja yang genit atau kasar. Subi hanya bekerja sepulang dari sekolah. Dia tercatat sebagai siswa kelas 3 di sebuah SMU. Alasannya bekerja karena dia ingin membeli handphone baru.
Aku dan Kak Zulfikar sempat saling tatap saat sesi interview. Antara bingung, lucu dan juga takjub. Sementara banyak anak-anak remaja seusianya mungkin memaksa orang tuanya membelikan gadget yang semakin lumrah di era serba canggih ini, Subi malah punya keinginan untuk membeli sendiri dengan keringat dan jerih payahnya.
Saat Kak Tiki menanyakan dari mana ia terinspirasi untuk bekerja. Dengan kalem, Subi menjawab kalau dirinya dapat inspirasi dari cerita komik yang sering dia baca.
Aku tidak tau bagaimana ekspresi wajah Kak Tiki saat mendengar jawaban Subi. Tapi aku dan Kak Zulfikar sempat saling pandang. Duduk dalam keheningan yang panjang.
Lalu ada Lingga. Namanya mengingatkanku pada teman satu kamar semasa Mondok dulu. Lingga ini juga masih seorang pelajar. Setahun lebih muda dari Subi. Rumahnya kebetulan cuma berjarak sekitar lima belas menit dari Warung, kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi dia selalu menggunakan sepeda kayuh milik tetangga, yang katanya masih saudara jauh dengannya. Saudara jauh dalam artian masih ada ikatan saudara dengan keluarga Ibunya.
Alasan Lingga bekerja, katanya dia ingin membeli sepeda sendiri. Saat Kak Tiki bertanya kenapa tidak menabung untuk membeli sepeda motor saja, Lingga menjelaskan dia punya keinginan untuk itu. Tapi nanti. Kalau dia sudah punya cukup uang dan sudah cukup umur tentunya. Selain itu, Lingga juga mau membantu orang tuanya.
Saat kami mengira dia akan mengatakan kalau dia akan membantu orang tuanya dalam hal membayar segala keperluan sekolahnya, Lingga malah berkata tidak. Bukan itu alasannya. Dia ingin punya uang saku lebih. Karena dijaman seperti ini. Dia masih saja membawa bekal makanan ke sekolah. Sering diejek teman sekelasnya.
Padahal, yang setau aku, di luar negeri saja. Yang beberapa diantaranya sudah menjadi negara maju. Pelajarnya masih banyak yang membawa bekal makanan ke sekolah. Aku rasa memang cuma di negara kita ini saja yang pola pikirnya aneh. Menurutku pribadi, tidak ada yang salah membawa bekal makanan ke sekolah. Malah bagus, kan? Tapi ya sudahlah. Toh Kak Tiki akhirnya menerimanya untuk bekerja disini. Kak Tiki cuma bilang, seiring berjalannya waktu, Lingga pasti akan mengerti juga.
Di lain pihak, Kak Zulfikar pun sempat nyeletuk kalau dia sendiri tidak pernah membawa bekal makanan selama sekolah dulu. Dia selalu jajan di kantin. Mungkin Lingga ingin ikut jajan di kantin sekolah. Ikut kumpul dengan teman-temannya. Dan tidak ngiler sendiri saat dia ingin membeli sesuatu di kantin.
Kemudian ada Irvin. Dia seumuran denganku. Irvin berasal dari Surabaya, dan k nyambung denganku yang lumayan bisa berbahasa Jawa. Awalnya dia bekerja di sebuah gudang pertokoan di Denpasar. Tapi karena suatu hal, mau tak mau Irvin harus keluar dari sana. Dia bilang kalau dia ada selisih paham dengan teman kerjanya. Karena dia butuh uang, jadilah dia lumayan memaksa Kak Tiki untuk menerimanya bekerja disini. Lagi pula dia tipikal yang sangat mudah akrab. Baru beberapa hari bekerja dengannya pun, aku dan Irvin sudah langsung akrab. Dia juga rajin. Bahkan tidak pernah mengeluh kalau diminta kerja full seharian dari buka sampai tutup.
Yang terakhir ada Matthew. Yang satu ini lumayan ajaib memang. Dia menganggap bekerja di Warung makan adalah sesuatu yang keren. Dan itu sangat terdengar tidak lazim ditelingaku. Belakangan Kak Zulfikar juga sependapat denganku. Padahal Matthew itu punya daya jual yang bagus kalau dia mau bekerja di tempat yang lebih elit. Dari pada di warung makan seperti ini maksudku. Dia tampan. Punya bentuk tubuh yang proporsional. Belum lagi dia lancar berbahasa Inggris. Dalam hal ini sangat membantu, mengingat aku sendiri tidak becus berbahasa Inggris dengan baik dan benar.
Saat dia diberikan name tag bertuliskan "Mamat", Matthew malah terpukau dan kagum. Baru kali ini ada yang memberinya nama panggilan seunyu itu, katanya.
Kalau menurut Kak Taka, ada yang salah dengan otak Matthew. Dan sesuai dugaan, dialah yang memberikan nama Mamat pada Matthew yang super keren dan lebih pantas bekerja di bidang modeling seperti dirinya.
Aku cuma bisa garuk-garuk kepala saat melihat reaksi Matthew dan Kak Taka. Sedangkan Kak Zulfikar cuma bisa ngupil kemudian garuk-garuk pantat sambil ngeloyor pergi ke belakang. "Tinggalkan saja dua makhluk astral itu, Hid! Otak mereka kurang se-ons. Makanya pada sarap!!!" Kak Zulfikar berseru sambil berlalu pergi.
Sebenarnya ada lumayan banyak orang yang melamar kemari. Tapi hanya empat orang itu saja yang diterima Kak Tiki. Padahal belum juga sehari tulisan mencari karyawan untuk kerja paruh waktu di tempel di kaca depan. Sudah lumayan banyak yang melamar. Saat melamar pun, Kak Tiki hanya menyediakan kertas CV yang difoto copy untuk di isi oleh si pelamar. Dan Kak Tiki hanya meminta foto copy identitas diri sebagai selipan. Jadi kalau ada yang belum foto copy KTP, palingan Kak Tiki menyuruhnya ke tempat foto copy yang letaknya hanya dua toko dari Warung.
Kembali ke situasi Warung yang sedang ramai pembeli. Aku merasa, kerjaanku hari ini tidak seberat biasanya. Meskipun kelimpungan itu tadi.
Benar saja, kami mengikuti saran Mbak Rina untuk mencari karyawan laki-laki. Jadi aku dan Kak Zulfikar tidak terlalu sulit dan tidak sungkan untuk memerintah ini itu pada empat karyawan baru disini.
Karena belum satu bulan, ke empatnya hanya di wajibkan masuk sesuai jam mereka bisa masuk. Misalnya Irvin dan Matthew alias Mamat yang kerja full time sejak pukul enam pagi hingga pukul tiga atau pukul empat sore. Atau Subi dan Lingga yang hanya bisa datang sepulang jam pelajaran sekolah. Itu sekitar jam dua atau jam tiga siang. Dan baru akan selesai sekitar pukul sembilan malam. Atau pukul dua belas malam saat weekend. Dan selama sebulan kedepan, aku diminta untuk tidak mengambil libur. Menunggu Kak Tiki mengambil keputusan untuk mengatur jadwal empat karyawan barunya.
Kalau menurut aku, kemungkinan besar jadwal mereka setiap harinya pasti Irvin yang dipasangkan dengan Matthew, sementara Subi dengan Lingga. Mungkin yang berubah hanya pada saat malam minggu atau tanggal merah. Atau saat Subi dan Lingga tidak bisa hadir saat ada acara dari sekolahnya.
Karena mereka dibayar menurut jam kehadiran mereka, Bang Zaki sampai rela membawa mesin check clock yang katanya sudah tidak terpakai lagi. Awalnya mesin itu dipakai untuk karyawan di villa miliknya. Tapi karena sudah ganti dengan sistem fingerprint, jadinya ia meminta Kak Tiki untuk dipakai pada karyawannya saja. Dan mesin itu tidak berlaku untukku dan Kak Zulfikar. Mengingat jam kerja kami yang selalu full dari mulai buka pukul enam pagi sampai tutup sekitar pukul sembilan malam.
Kalau sudah pulang, aku selalu sempatkan mandi. Aku tidak pernah khawatir karena di kamar mandiku sudah ada water heaternya. Jadi aku tidak perlu khawatir masuk angin kalau mandi malam. Mengingat kamar yang aku pakai adalah kamar kos milik Ibu. Jadi isinya ya sesuai seperti penghuni kos yang lain. Bedanya, aku tidak bayar saja. Tentunya aku tidak akan masuk angin sebab selalu ada Bli Akhza yang seminggu bisa sampai lima kali memasuki tubuhku.
Lah?!
Tapi karena jam kerjaku sejak tiga minggu ini jadi lebih pagi dari pada bulan-bulan sebelumnya, aku selalu minta pada Bli Akhza untuk menggantikanku bersih-bersih pagi. Pada akhirnya, Kak Tiki yang meminta aku untuk datang setiap pukul sepuluh pagi saja sejak seminggu terakhir. Lagi pula sudah ada Irvin dan Matthew untuk membantu Kak Tiki dan Kak Zulfikar untuk segala keperluan di pagi hari.
Karena alasan itulah. Seringkali aku dan Bli Akhza bercinta di pagi hari. Karena aku termasuk lelaki yang sehat, tentunya setiap pagi aku akan mengalami ereksi pagi. Dan disaat itulah, Bli Akhza akan mulai memancingku. Sehingga tidak pernah sekalipun aku berkutik untuk menolak ajakannya. Tak jarang juga, aku yang berinisiatif memulai lebih dulu. Misalnya saja saat aku selesai menunaikan Shalat Subuh. Kadang aku usil membelai belalainya yang sedang tertidur pulas. Kalau sudah terbangun, sebagai hukuman, aku akan diminta ber-rodeo.
Kalau sudah begitu, aku yang kelelahan, akan kembali tidur sementara Bli Akhza akan mulai melakukan aktifitas paginya dengan sangat segar. Pekerjaan menyapu dan mengepel, juga mengangkat semua sampah di depan kamar kosan pun, dikerjakannya dengan riang gembira.
Sementara, kalau Bli Akhza sedang dapat shift malam. Dan ia akan bekerja sampai pagi. Disitulah kesempatanku untuk beristirahat total. Tidak akan bertemu dengan Bli Akhza malam harinya, otomatis aku akan tidur sendirian. Dan bisa istirahat dengan tenang. Awalnya aku merasa kesepian juga. Aku terlanjur ketagihan tidur sambil memeluknya erat.
Kalau sudah begitu, biasanya Bli Akhza akan uring-uringan. Karena dia akan sangat kesulitan bertemu denganku. Hal ini akan sangat terasa di pihak Ibu dan penghuni kosan. Beberapa penghuni kosan pun biasanya tidak akan berani menegur Bli Akhza yang super bad mood di pagi hari kalau dia sedang mendapat shift malam. Karena siang sampai sore hari, Bli Akhza akan terlihat di rumah ataupun di kosan.
Sebagai solusi, saat Bli Akhza mendapat shift malam, aku akan berkunjung ke tempat kerjanya. Lagi pula sepertinya dia sudah terlanjur betah kerja di minimart itu. Padahal kalau mengingat pendidikan terakhirnya, Bli Akhza itu seorang sarjana ekonomi. Sangat beda denganku yang hanya tamatan SMA sederajat.
Lain cerita kalau Bli Akhza sedang dapat shift pagi. Kami akan berangkat bersama. Dan karena dia selalu pulang lebih awal dibandingkan denganku, Bli Akhza akan menungguku di depan Warung. Atau pulang untuk mandi terlebih dulu, dan kembali lagi untuk menjemputku.
Aku pernah bilang ke Kak Zulfikar, kalau akhir-akhir ini aku suka sekali melihat orang Bali --cowok khususnya-- memakai pakaian adatnya. Hal ini disebabkan oleh Bli Akhza. Aku sampai klepek-klepek ketika melihatnya memakai pakaian adat Bali. Lengkap dengan Udeng dikepalanya. Entahlah. Menurut pandangan mataku, Bli Akhza selalu mengeluarkan aura yang buatku bisa bertekuk lutut ketika melihatnya memakai pakaian adat.
Dan karena Bli Akhza pula, akhirnya Pecalang di Banjar tempat wilayah rumah kami, memberi ijin untuk penghuni kos mengunjungi rumah Ibu yang berada di seberang rumah kos ketika Hari Raya Nyepi. Karena penghuni kos rata-rata adalah bujangan, sehingga membuat mereka agak kesulitan kalau misalnya harus mendekam di dalam kamar dan pastinya tidak diperbolehkan keluar untuk membeli makan. Bagaimana bisa, kalau semua warung makan dan aktifitas lainnya di stop selama sehari semalam?
Sebagai gantinya, Bli Akhza akan membantu Pecalang di Banjar wilayah rumah kami untuk menjaga keamanan selama Hari Raya Nyepi itu. Tidak jauh-jauh untuk berkeliling. Paling hanya membantu mengingatkan penghuni kos yang rata-rata bukan beragama Hindu untuk tidak membiarkan cahaya keluar sedikit pun dari dalam kamarnya.
Pada akhirnya, untuk pertama kalinya, Ibu dan beberapa penghuni kos yang tidak bisa 'mengungsi' keluar Pulau Bali selama Nyepi akan kumpul di ruang keluarga di rumah Ibu. Tidur bersama untuk pertama kalinya seolah seperti sebuah keluarga besar yang sedang reunian.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Aku baru saja mendapat kabar, kalau Bli Akhza mendadak harus lembur. Membuatnya mau tak mau harus mengambil double shift. Aku dimintanya datang ketempat kerjanya. Untuk mengambil sepeda motor yang ia bawa.
Kalau tau begini, aku pasti sudah minta tolong pada Kak Zulfikar untuk mengantarku kesana. Aku terlanjur menunggu di depan Warung seperti orang hilang saja. Sudah dua jam aku menunggu di depan Warung yang sudah tutup. Dan baru dia kabari dua jam kemudian! Kalau sedang tidak kelelahan, aku pasti akan rela berjalan kaki kesana. Mana sekarang sudah pukul satu dini hari. Semua orang di Warung sudah pulang semua! Handphone-ku sudah mati pula! Karena sibuk, aku sampai lupa mengecasnya. Sayangnya aku tidak punya keberanian untuk bilang jujur pada Bli Akhza. Tidak enak hati rasanya. Juga tidak mau membuatnya bingung sendiri.
"Mas Wahid?"
Aku yang sedang berjongkok di tempat parkir di depan Warung, sampai terlonjak mendengar suara itu. Saat aku mendongakan kepala, aku melihat Subi. Dia sedang menuntun sepeda motornya. Menghampiriku.
"Subi? Kok belum pulang?" aku bertanya sambil mendongakkan kepalaku. Menatapnya.
"Tadi saya habis main dari rumah Lingga" jawabnya.
Ah iya. Kan sejak beberapa hari ini, Subi selalu mengantar jemput Lingga. Meskipun mereka beda setahun, tapi sejak bekerja disini, mereka sudah semakin akrab.
"Belum dijemput Kakaknya, Mas?" Subi bertanya lagi. Ia memarkir motornya di sebelahku yang sedang mencoba berdiri. Kedua kakiku rasanya kesemutan karena terlalu lama berjongkok. Subi meraih pundakku dan aku secara refleks aku langsung berpegangan pada pinggangnya. Ia melihatku oleng saat mencoba berdiri.
"Iya nih. Kakakku mendadak ngelembur" jawabku setelah mengucapkan terima kasih pada Subi.
"Lembur atau sedang asik malam mingguan dengan ceweknya?"
"Ah gak mungkin" jawabku.
"Gak mungkin bagaimana Mas?"
Karena pacar Bli Akhza itu adalah aku, jawabku dalam hati. "Bisa jadi dia memang sedang malam mingguan" ucapku ragu. Aku seperti merasa dicubit mendengar ucapan Subi barusan.
Hatiku yang merasa di cubit. Tidak sakit. Hanya membuatku terkejut. Tapi tetap saja rasanya tidak nyaman.
Aku memang merasa tidak mencintainya sepertiku mencintai Kak Tiki. Tapi kalau dia memang...
"Bi... Aku bisa minta tolong?"
"Mau saya anterin pulang?" Subi langsung menstarter motornya. Karena dia kembali duduk diatas sepeda motornya usai membantuku tadi.
Aku menggeleng. "Enggak. Anterin aku ke Legian" jawabku.
Subi memajukan wajahnya. Dengan menyipitkan kedua matanya dan menatapku penuh selidik. "Mau dugem Mas?"
"Astaghfirullah Subi... Badanku sudah remuk redam begini... Gak mungkin aku mau dugem" jawabku sambil duduk dibelakangnya. "Lagian aku gak suka dugem. Mendingan tidur aja deh" aku melanjutkan. "Tolong anterin aku ke tempat kerja Kakakku ya. Kalau nanti ucapanmu benar, baru deh antar aku pulang. Oke?"
"Oke deh... Emangnya tempat kerja Kakaknya Mas Wahid ada dimana?" Subi mulai melajukan motornya perlahan.
"Kalau enggak salah... di dekatnya Monumen Bom Bali" jawabku.
Dadaku menubruk punggung Subi. Karena Subi mendadak saja mengerem motornya. Untung saja dia melepas helm-nya. Kalau tidak, hidungku sudah terantuk lumayan keras dengan helm-nya. Beruntung aku hanya terantuk dengan kepala belakangnya. Tapi tetap saja membuatku mengaduh kesakitan.
"Eeehhh... Maaf Mas..." Subi memutar badannya menatapku yang sedang mengusap hidungku.
Aku berdecak kesal. Rasanya mood-ku semakin jelek saja sekarang. Sudah kelelahan, masih harus menunggu Bli Akhza yang ternyata tidak bisa datang. Lalu sekarang seperti ini.
Setelah berdecak kesal, tanpa ba-bi-bu, aku melompat turun dari sepeda motor Subi. "Sini! Biar aku saja yang nyetir!"
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Setelah mengucapkan terima kasih pada Subi, aku langsung masuk menuju kamarku. Tadi aku sempat menyuruhnya cepat pulang. Karena besok dia dapat shift pagi. Aku tidak mau membuatnya kesiangan gara-gara tadi mengantarku pulang. Apalagi...
"Aaarrggghhhh....!!!"
Dengan kesal kubanting tas selempangku ke lantai. Kutendang sepatu yang baru saja kulepas. Kulempar semua pakaianku satu persatu tak tentu arah. Termasuk boxer yang masih melekat di badanku. Cepat-cepat aku masuk ke kamar mandi. Menyiram tubuhku dengan air dingin dari bak mandi.
Aku harus mendinginkan kepalaku! Rasanya kepalaku mau meledak karena menahan rasa marah ini. Kusabuni tubuhku seperlunya. Kemudian dengan tubuh basah dan air yang masih menetes, aku keluar dari kamar mandi. Membuka lemari dan mengambil handuk bersih.
Cepat-cepat aku mengenakan pakaian dari tumpukan pakaian di dalam lemari. Kemudian mengambil kunci cadangan dari laci di meja baca milikku.
Setelah mengunci pintu kamar, aku berjalan kearah rumah Ibu. Jam segini Ibu pasti sudah tidur pulas. Jadi sebisa mungkin aku tidak membuat suara saat membuka dan menutup kembali pagar yang kubuka. Untung saja pagar rumah Ibu tidak pernah berderit. Kemudian aku masuk ke rumah Ibu melalui pintu belakang. Aku harus berjalan memutar melalui halaman di samping kanan rumah.
Sesampainya di dalam, aku berjalan menuju ke salah satu kamar di halaman belakang. Tadinya itu adalah kamarku. Tapi karena aku ingin membantu Ibu, makanya aku putuskan untuk menempati kamar kos di seberang rumah. Ada sekitar enam kamar yang berbentuk seperti paviliun yang dulunya dijadikan kamar kos. Sebelum Ibu membeli tanah di depan rumah dan membangun kosan yang ruangannya lebih luas di bandingkan dengan kamar kos lama ini.
Aku tau benar, Ibu pasti sudah mengunci pintu belakang. Makanya aku putuskan untuk masuk saja ke dalam kamar ini. Lagi pula aku memegang semua kunci cadangan dari semua kamar kos milik Ibu. Dulu aku selalu mengantar orang yang ingin melihat-lihat isi kamar kos. Tanpa harus lari-lari mencari Ibu.
Aku harus memasang seprei dan sarung bantal terlebih dulu. Juga mengambil selimut. Semuanya ada di lemari yang berisi semua keperluan linen untuk kos. Lemari-lemari itu terletak berjejeran di teras belakang rumah Ibu. Agar memudahkan Ibu ketika akan mengganti seprei, sarung bantal dan juga tirai kamar. Semuanya tertata rapi dan terpisah dengan isi-isi lemari pakaian Ibu.
Setelah semuanya beres, aku mengunci pintu kamar. Lalu menyalakan AC. Karena ruangan disini tidak sesejuk kamar milikku di kosan seberang. Mau tak mau aku harus menyalakan AC. Kalau tidak, akan terasa pengap sekali. Aku juga sedang malas membuka jendela kamar.
Saat aku sudah merebahkan badan sambil memeluk guling, adegan yang kulihat tadi mendadak muncul begitu saja. Kenapa harus muncul tiap mataku terpejam?! Padahal aku ingin sekali melupakannya!!
Bli Akhza!
Aku tidak tau kalau kamu seorang pembohong!
Tadi bilangnya lembur! Saat aku sudah sampai disana, katanya Bli Akhza sudah pulang. Saat aku menghampiri Subi yang menunggu diluar, aku melihat Bli Akhza. Mengendarai motornya. Bersama seorang wanita!
Mereka tidak memakai helm. Jadi aku bisa melihat ekspresi wajah mereka yang sedang tertawa-tawa. Dan saat kubuntuti, mereka masuk ke dalam sebuah hotel di area dekat Bandara Ngurah Rai.
Setelah itu aku langsung tancap gas. Menuju rumah. Rasanya aku ingin menangis. Tapi ada Subi.
Selama perjalanan menuju rumah, Subi hanya duduk terdiam. Mungkin dia tak enak hati setelah melihatku kesal?
Kalau Bli Akhza memang mau berkencan dengan orang lain, kenapa ia memintaku datang ke tempat kerjanya?! Mau membuatku jatuh pingsan dijalan karena kelelahan? Atau selama ini aku sudah begitu bodohnya jatuh ke dalam mulut buaya darat??!
Begitu sabarnya diriku. Begitu mudah percayanya aku dengan segala bujuk rayu Bli Akhza!
Jadi selama setahun ini aku menelan mentah-mentah semua kebohongannya?!?!
Apakah aku terlihat begitu putus asa sampai harus menerima pernyataan cintanya yang ternyata semuanya palsu?!
Bli Akhza tak pernah benar-benar mencintaiku!!! Ia mungkin sudah punya banyak rencana sejak jauh-jauh hari. Dia hanya ingin memanfaatkanku. Dan...
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
...
Cepat pulang, cepat kembali
Jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk
Cepat pulang, cepat kembali
Jangan pergi lagi
Aku pun sadari
Kau tak kan kembali lagi...
[ Firasat - Dewi Lestari version ]
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
mungkin... coba nanti aku tanya ke Subi
azka juga....ah apa dia beneran selingkuh atau bukan itu...kalau iya, jahat banget...
jadi wahid gak disodomi rupanya....kirain disodomi azka dulunya...salah ngira aku...maap ya azka...
lingga ada ada aja...kenapa gak balas temannya dengan bilang, makanan rumahan lebih sehat dari makanam luaran :v
Akhza. bukan Azka
Azka ada di seri sebelum The Stars