It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku koment inih, biar kamu semngat okeh :-bd
Cuma bisa senyum dalam hati saat mlihat sesuatu tntang dia.. Curhatkan jadinyah.. Hahah
Aku juga kurang mudeng sih. Soalnya masih nubitol dan seringnya SR doang, lol. Klo untuk merubah isi thread, tinggal pake opsi edit comment aja. Klik tanda gear di postingan yang mau dirubah → pilih edit → edit komentar → trus kirim komentar. Sedangkan untuk ganti judul thread, rubah di pengaturan topik ybs #cmiiw
Mungkin oom @pokemon atau member lain ada yang bisa ngasih pencerahan? Hehehe
@Rika1006 haha mungkin kadang cewe asli emang lebih kalem dari yang jadi-jadian. ngumpet kenapa mau di jodohin?
Kenangan
Lukman duduk di bangku kerja kantornya dengan rambut yang baru beberapa hari saja dipotong mengikuti model undercut, ia tampak serasi dengan kemeja biru muda yang dikenakannya mungkin apabila orang yang sering bertemu dengan Lukman dan kini mereka melihat penampilannya yang sekarang maka mereka akan berkata bahwa Lukman jauh terlihat lebih muda tiga sampai dua tahun meskipun kerutan di kepalanya tidak bisa membohongi bahwa dia telah hidup lebih lama dan telah banyak merasakan asam-garam kehidupan. Bukan hal mudah memang untuk Lukman agar terlihat lebih rapih istilahnya paling tidak butuh enam orang pegulat hanya untuk mengunci gerakan tubuhnya agar tidak berontak dan butuh enam orang lagi untuk mengangkatnya menuju Barbershop yang pada akhirnya membuat Lukman untuk menyerah dan mau memotong rambutnya lebih sering meskipun sebenarnya dia mau melakukannya bukan karena tidak bisa bergerak karena membayangkan di pegangi para pegulat cuman dia tidak mau saja melihat orang-orang dengan tubuh besar hanya memakai celana dalam menggiringnya ramai-ramai untuk memotong rambut, karena yang ada dipikirannya selama ini adalah selama masih ada orang yang dengan setia memilih duduk bersamanya dari pada pergi kemana yang dia inginkan hal itu cukup baginya untuk membuat dirinya tetap menjadi dirinya tanpa perlu berpenampilan lebih agar membuat orang tertarik berteman denganya seorang saja cukup dia tidak pernah meminta lebih. Namun untuk pertama kalinya penampilannya yang sekarang terlihat rapih benar-benar karena keingingan pribadi, paling tidak itu yang ia rasakan agar merasa lebih baik.
Duduk terlalu lama membuat punggung Lukman terasa kaku dan sakit ia sedikit meregangkan tubuhnya. Lalu kini giliran matanya yang sedikit berkeliling di meja, melihat beberapa barang yang masih tertinggal dan akhirnya memasukan barang terakhir yang harus di kemasi sedari tadi kedalam sebuah kardus. Yaitu boneka beruang kecil berwarna coklat yang kedua tangannya memegang sebuah hati. Sebenarnya seharian hanya hal itu yang ia coba lakukan merapihkan semuanya. Mata Lukman masih melihat lekat boneka tadi membalik-balikannya pelan semudah membalikan telapak tangannya, matanya semakin berkedip perlahan membiarkan pikirannya untuk melanglang buana lalu kembali lagi seperti ngengat yang jatuh cinta kepada nyala bola lampu sebelum akhirnya bola lampu menghanguskan ngengat yang mencintainya karena bola lampu tak peduli, seperti itulah pikiran lukman yang pergi tadi lalu datang kembali dengan kenangan yang menghancurkan hatinya, mata Lukman terpejam sebentar, lalu ia menghela napas dengan susah payah seakan paru-parunya di jejali duri mawar lantas dengan lunglai melanjutkan gerakan tangannya untuk mengepak boneka tersebut kedalam kardus yang tampak sedikit berjubelan karena penuh.
Sementara itu di sampingnya duduk seorang pria berbaju putih dan celana katun berwarna coklat, rambutnya tersisir rapih. Tepat di atas sebuah keyboard computer kerjanya tangan pria itu memutar-mutar ballpoint berwarna kehitaman. Etah apa yang sedang dipikirkannya. Namun Lukman sudah tau itu kebiasannya.
Sisa mereka berdua diruangan kantor itu yang masih sama-sama diam, seolah kebisuan merajut jaringnya di sana. Yang bisa terlihat hanya tangan mereka saja yang bergerak-gerak dengan kesibukan masing-masing yang masih tetap dari tadi. Lalu si pria mengalihkan pandangannya saat Lukman hendak berdiri dari duduknya sambil mengangkat kardus berisi barang-barang. Lantas si pria mencoba mengalah dan bertanya karena sepi yang terlalu lama membuatnya sesak.
“Mau kemana kau, dan akan di bawa kemana barang-barang itu?”
“Aku tak tahu” Lukman menjawab sambil melengoskan tubuhnya begitu saja menjauhi si pria suara langkah sepatunya terasa ringkih seperti satu ton beban diikatkan di tiap kakinya.
Si pria hanya diam saja dan mengerutkan kedua alisnya melihat Lukman semakin menjauh dan menjauh. Dia lantas bangkit dari duduk pergi menyusulnya. Tepat di depan sebuah lift mereka berdua berhenti. Si pria melihat Lukman menekan tombol lift tersebut. Lantas Si pria melanjutkan bicaranya.
“Kau marah, padaku?” namun tak ada jawaban di sana kecuali sebuah bunyi ting nyaring dan pintu lift di depan mereka terbuka. Namun bila hal ini terjadi Si Pria tahu bahwa Lukman memang dalam keadaan tidak mood, entah marah, entah kesal yang pasti bukan karena dia sedang PMS meski kadang-kadang kelakuannya tidak jauh beda dengan wanita yang sedang PMS jika sedang seperti ini. “ Aku minta maaf, ” kata si pria melanjutkan, kakinya kembali mengikuti Lukman masuk kedalam lift.
Kebisuanpun menginfeksi lift di sana, namun ketika bunyi ‘ting’ terdengar nyaring kembali pertanda pintu lift terbuka Lukman angkat bicara.
“Kau tak perlu berkata minta maaf seperti itu, aku juga tahu itu bukan salahmu dan bukan mau kita. Aku cuman bingung kemana aku harus membawa….”
“ Membawa apa? Hubungan kita? bagai mana kalau kita bawa kedepan di sana ada pertigaan belok kiri. Ada rumah sakit terus dengan wajah yang bingung aku berlari menemui seorang dokter? ‘Dokter tolong saya’, dan dokter dengan panik menjawab ‘iya akan saya tolong apa yang terjadi?’ lantas dengan wajah yang sedikit bersalah aku akan bilang ‘Tolong selametin hubungan kami dong dia mau anniversary’”
Lukman tertawa kecil, ”kau selalu tau cara membuat aku tersenyum, tak peduli aku sedang marah atau sedih.” Mereka berdua terlihat tertawa setidaknya itu yang dirasakan lukman.
“ apa kau senang melihat aku tertawa dan merasa rasa bersalahmu berkurang? Sebenarnya aku sangsi mungkin kau juga selalu tau cara bagaimana membuat semua pria atau bahkan gadis tersenyum, dan aku cuman salah satunya dari sekian banyak yang terjebak”
“Hey kau tau itu tak benar, aku ini pria yang setia tak ada yang lain di sini, di hati” Si pria membusungkan dadanya. Sedangkan Lukman sedikit mencibirkan bibirnya
“Saya percaya, saya cuman menggodamu” Jawab Lukman datar.
Kini mereka berjalan di koridor, koridor itu mengingatkan Lukman seperti sebuah lorong di sekolah-sekolah dalam film jepang. Di mana di sebelah kiri pundaknya ketika ia berjalan adalah sederetan jendela setengah pinggang yang bisa di buka dengan cara di geser kesamping sementara disebelah kanannya adalah ruangan-ruangan dengan papan nama dari kayu. Lorong itu sedikit temaram matahari sore tampak bulat terlihat dari jendela di sana, meski sesekali awan-awan berlarian mengodanya membuat bayangan-bayangan yang indah tersorot ke dinding ruangan di sebelah kanan. Lukman sangat menyuka layung senja seperti ini yang mengingatkannya ketika masih menjadi anak Sekolahan, masa di mana dia belum faham bahwa dunia bukan cerita dalam film-film drama yang sering di tontonnya bahwa dunia yang nyata adalah dunia yang tak ada pemeran penggantinya di mana darah adalah darah bukan air gincu berwarna merah dan rasa sakit benar-benar rasa sakit dia harus menjalaninya kenyataan sendiri. Sampai akhirnya Lukman menemukan pria satu ini, pria yang selalu berada untuknya, menemaninya, menerima dia apa adanya yang mau berbagi beban hidup denganya dan berjanji untuk tumbuh tua bersama-sama.
Perkataan Si pria membuyarkan nostalgianya,”apa kenangan terindah tentang kita yang kau punya?”
Lukman berpikir keras dengan tubuhnya yang lemah karena sudah beberapa hari dia tidak bisa makan dan tidur dengan teratur, lantas kembali mencoba menggoda si pria dengan jawabannya, “Ketika kau lupa makan malam kita di hari valentine, aku makan sendirian. Sampai-sampai si pelayan kasihan melihat aku dan menawarkan makanan penutup gratis karena yang lain makan malam berpasangan. Tapi mungkin entah lupa atau memang kamu benar-benar malu untuk makan bersama. Itu kenangan terindah saya, jika perlu di tulis dengan huruf BOLD.”
Si Pria menggaruk-garukan tangannya di belakang kepala pertanda rasa tidak enaknya dan grogi dan salah tingkah mendengar cerita tersebut. Lukman paling hapal dengan kebiasannya yang satu ini.
”Kalau kau terus seperti itu, suata saat kau akan punya tanda pitak di belakang kepala, kau selalu mengaruk-garuk belakang kepala ditempat yang sama setiap merasa stress dan salah tingkah” Lukman mencoba mengalah. Si pria berhenti menggaruk. Lantas Lukman bicara kembali mencoba membuat perasaan Si Pria Lebih baik. “Okelah aku cuman bercanda dengan jawabanku tadi, kenangan terindah yang kupunya tentang kita adalah sebuah malam yang panjang dan tanpa rasa kantuk karena sepanjang malam kita berdua berbicara berjam-jam di telepon seperti pertama kali kita berkenalan, menyembunyikan siapa kita dan aku harus berjuang mati-matian sebelum akhirnya kau mau jujur bahwa kita sama. Kau meremahkan radar Gay’ku hahaha, kemudian kenangan nonton bioskop dan kencan yang tidak pernah kita rencanakan namun tiba-tiba saja, kita sudah menemukan diri kita sedang berkencan di suatu tempat seperti di sini” Lukman berhenti berjalan dan mulai memandangi Lanskap kota yang terlihat membentang di sana. Mereka berdua tiba di atap gedung kantornya.
Dari sana mereka berdua bisa melihat lampu-lampu gedung bertingkat yang berkedip-kedip manja. Melihat jalanan dengan antrian kendaraan dan manusia-manusia didalamnya yang mereka tidak kenal dan mungkin tidak akan pernah mereka kenal. Dengan berbagai permasalahan dan latar belakang yang berat, tanpa mereka ketahui bahwa setiap akhir pekan ada sepasang kekasih yang tanpa mereka sadari memperhatikan mereka dari kejauhan gedung ini
“Tempat ini favorit kita , kita berdiri berjam-jam disini, tak melakukan apapun cuman melihat pemandangan kota dan kesibukan orangnya. Berandai-andai hal yang mustahil” Air matanya terasa meluap. Perasaan yang di tahannya terasa semakin menyesakan membuat matanya sembab.
“Yah,” Si Pria menjawab. “Tempat ini memang tempat yang keren,”
“Lalu bagaimana dengan kamu,” Lukman berkata dengan airmata yang membuncah karena sekali sentil saja ketegaran yang sedari tadi dia pendam akhirnya meluapkan segala emosi dan air matanya. Ia benar-benar tidak tahan
“Aku? Kenangan terindah tentang kita?” Sipria kembali salah tingkah kebiasaannya menggaruk kepala terjadi lagi ia tampak menggigit bibirnya.
“Huuh, memori yang kau miliki tentang kita” Suaranya semakin parau. Lukman benar-benar tidak bisa menahan diri, dia menangis sekeras mungkin yang dia bisa, meskipun air matanya kini tak mau keluar lagi karena dia terlalu sering menangis dalam diam beberapa hari ini. kardus berisi barang-barang yang sedari tadi dia pegang terjatuh kelantai semua barangnya berhamburan. Yang ada di pikiran Lukman saat ini hanyalah semua barang-barang itu sudah tidak berguna lagi tak ada gunanya hanya akan menjadi saksi bisu kenangan tentang keberadaan mereka berdua.
“Bodoh, bo..doooh, bo..dooooh,” suara Lukman mulai terbata-terbata seperti tangisannya . “Kkau Boohong, licik. Padahal sekarang kau tau aku sudah memotong rambutku, memakai kemeja dengan warna kesukaan mu tapi seperti malam di hari Valentine, kau juga tidak menepati janjimu malam ini kau tidak datang, padahal malam ini adalah tujuh tahun kebersamaan kita tapi kau lagi-lagi berbohong tidak menepati janjimu. Kau pembohong argggghh.” Lukman tersungkur terlungkup di lantai atap kantornya sendirian tanpa siapa-siapa. Dia meraung, sekeras yang dia bisa menumpahkan segala kesedihannya. Rasa sakit yang dia rasakan benar-benar mengambil alih segalanya. Pandanganya, penglihatannya bahkan suaranya. Dia seperti seorang anak kecil yang baru saja kehilangan permennya karena di ambil oleh seseorang yang lebih kuat darinya. Tak ada yang dia bisa lakukan karena ada kekuatan yang lebih besar dari padanya dia tidak bisa berbuat apa-apa. Lukman mencintai pria itu tetapi ternyata Tuhan lebih mencintainya. Tapi ia tetap tidak bisa menerima bahwa pria yang dia cintai sudah pergi selama-lamanya. Ia merasa sedari tadi tetap selalu menemaninya namun sebenarnya tidak.
“Aku akan mencarimu” kini dia berkata dengan perasaan penuh nafsu, nafasnya tersengal-sengal. Ia bangkit dari terlentang mencoba berdiri dengan kepala yang terasa seperti baru saja minum segalon Bir. Dia mulai memanjat pagar pembatas gedung yang ada di depannya, sebelah sepatunya tampak terlepas dengan sekali lemparan. Dia memanjat tembok itu dengan perutnya memutar posisi tubuhnya setelah sebelumnya mencoba naik dengan kakinya namun gagal. Kini dia berdiri di ujung tembok atap kantornya dari sana dia bisa melihat mobil-mobil berderet kecil di ujung jari kakinya. Angin dingin terasa berhembus kencang. Lukman mencoba menyeimbangkan berdirinya, yang tersisa di bola mata hanya tatapan kosong. Sekali langkah saja dia bisa terjatuh dari gedung itu. Dia bersiap meloncat, namun kembali menyeimbangkan tubuhnya saat angin besar menerpa. Kakinya terasa sakit karena berjinjit memakai sepatu hanya sebelah, lantas dia mencoba melepaskan sepatu yang tersisa. Sekali hempas sepatu itu meluncur mendekati pasangannya yang lebih dulu terlepas kemudian terus menggelinding sampai menyentuh kardus yang tadi Lukman bawa, lalu mendorong isinya sampai sebuah Boneka beruang yang ada didalamnya meluncur keluar.
Boneka beruang itu berukuran kecil, sebesar pelukan anak usia tiga tahun, berwarna coklat dengan kedua tangannya berada di tengah-tengah perut memegang sebentuk hati yang ketika di tekan bisa merekam atau mengeluarkan hasil rekamannya. Lukman ingat, ia sangat senang ketika menerima boneka itu karena itu hadiah pertama yang diberikan si pria, hadiah dari gajih pertamanya. Kini dari perut boneka itu terdengar suara seperti bunyi radio atau mungkun bunyi kresek yang saling bersahutan. Si boneka mengeluarkan hasil rekamannya. Suara Si pria terdengar disana
‘a-a-a test satu dua tiga, siluman bau. Lukman bau’ si pria terdengar tertawa
‘Hei, rekam yang benar dia cuman bisa merekam beberapa kali’ Suara lukman terdengar menimpali
‘Iya bawel, sayang kau harus ingat beruang ini anak kita yang suatu saat akan mengingat kenangan orang tuanya’
‘Dasar gila, sudah cepat rekam keburu waktunya habis’
‘ Lukman jika sesuatu terjadi dan aku tak ada disana. Semua pasti akan berjalan baik-baik saja. Yang terpenting kau harus bangkit dan maju, karena jalan hidup masih panjang. Mulai dengan melepaskan apapun itu dan mungkin juga melepaskanku pergi. Sejak pertama kali kita bertemu sampai sekarang kau adalah salah satu kenangan terindah saya’
‘Hei kenapa kau merekamnya dengan cara berbisik aku tidak bisa mendengar apa yang kau rekam barusan, pasti hal jelek aku mau mendengarnya terlebih dahulu setelah direkam’ Suara lukman terdengar kesal karena sepertinya si pria merekam suara sebelumnya dengan cara berbisik-bisik.
‘itu rahasia kau boleh mendengarkannya kalo aku sedang tidak bersamamu. Sudah-sudah sekarang giliran kau meberikan hadian untukku, cepat buka celanamu aku ingin anak yang nyata haha’
‘haaah pria mesum. Hahaha geli hentikan, tunggu sebentar kau lupa mematikan perekamnya tombol matanya masih bewarna merah ntar dia mendengar kau melakukan yang tidak senonoh’
Suara rekaman itu berhenti disana diakhiri dengan suara tertawa mereka berdua. Mereka berdua pernah sama-sama bahagia. Kini yang ada di pikiran Lukman hanya kata-kata ‘Lukman jika sesuatu terjadi dan aku tak ada disana. Semua pasti akan berjalan baik-baik saja. Yang terpenting kau harus bangkit dan maju, karena jalan hidup masih panjang. Mulai dengan melepaskan apapun itu dan mungkin juga melepaskanku pergi. Sejak pertama kali kita bertemu sampai sekarang kau adalah salah satu kenangan terindah saya’. Bagaimanapun Lukman selalu menjalani hidupnya dengan baik-baik tak pernah mengeluh yang terlalu atau berpikir untuk melakukan bunuh diri sebelumnya setidaknya selama mereka berdua bersama. Dan Lukman ingin Si Pria tetap mengingatnya tetap seperti itu.
Tiba-tiba sebuah angin yang cukup besar menerpanya ia seperti dipeluk erat-erat atau mungkin di dorong, tubuhnya mulai jatuh perlahan tanpa bisa di kendalikan. Lukman pasrah
***
“Lukman” Suara Jimi melengking di sana. Lukman melihat ke sumber suara, seorang teman tampak berdiri di belakangnya, “Kau di Atap rupanya, kita mencarimu dari tadi takut terjadi apa-apa. Ayo pergi sebentar lagi tahlilan hariannya akan dimulai.
“Ok aku segera pergi kesana.”
“Kau baik-baik saja? Rahangmu terluka kau terjatuh?” Jimi tampak cemas “Kau sedang dengan siapa disni? Mau aku temani sebentar?”
“Tak ada siapa-siapa, pergi duluan saja ntar aku menyusul” Lukman benar-benar merasa beruntung memiliki teman seperti Jimi. Namun bagaimanapun orang selalu berkata aku tahu yang kamu rasain ketika kita ditimpa musibah tidak pernah benar-benar merasakan apa yang sedang dirakan orang yang langsung ditimpa musibahnya. Ibaratnya orang yang merasa pedas karena melihat orang yang sedang makan rujak tak akan se-pedas perasaan orang yang makan rujak itu langsung.
“ Banyu, sepertinya kau harus menunggu lebih lama karena aku tak bisa menyusulmu secepatnya. Aku berjanji takan pernah mencoba bunuh diri lagi.” Lukman berdiri membayangkan Banyu pria yang di cintainya berada di depannya dan tersenyum seperti yang sedari sore tadi dia bayangkan. Cuman sebatas itu yang ia ingat tentang banyu. Cuma sebatas itu siluet kenangan yang dia lihat dan dia bangun. Banyu yang selalu duduk di sebelah meja kerjanya, banyu yang menemaninya berjalan dikoridor Banyu yang selalu menghabiskan akhir pekan bersamanya untuk berduaan di atap kantor. Banyu yang selalu menggaruk kepalanya ketika dia merasa bersalah. Banyu yang beberapa hari lalu menghadap Tuhannya tetapi ia masih merasa bahwa Banyu masih di sini.
Judul: Kenangan ( selama masih ada yang mengingatnya manusia tidak pernah benar-benar mati. Sebaliknya Manusia yang masih Hidup tapi tidak pernah ada yang mengingatnya sebenarnya dia telah mati.
berasa pedihnye wedda.
tolong di perbanyak yg seperti wedda
berasa pedihnye wedda.
tolong di perbanyak yg seperti wedda
berasa pedihnye wedda.
tolong di perbanyak yg seperti wedda
Yang lukman emang baru buat barusan, biasanya saya membuat cerpen sebelum publish disimpen beberapa hari dulu untuk di perbaiki atau di tambah ini itu. jadi Cerpen Kenangan pasti masih sangat mentah. Tapi kalo boleh saya minta saran bisa gak di ceritain jalan cerita yang ketangkep dari novel Lukan (kenangan0 menurut mas @arieat soalnya saya baru nulis lagi. Dan mau fokus dulu ke cerita bersambung dari pada cerpen untuk selanjutnya hehehe