It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
sempet kaget kirain threadnya di apus
@lulu_75
@onny_agam
@shuda2001
@3ll0
@Pradipta24
@harya_kei
@Aurora_69
@Wita
@Sho_Lee e
@Otho_WNata92
@ffirly69
@doniperdana93
@littlemark04
@lucifer5245
@SteveAnggara
@Pradipta24
@octavfelix
@ularuskasurius
@harya_kei
@Tsunami
@Itsmerainbou
@Yudin87
@hehe_adadeh
@arieat
@Adiie
@justifie
@boybrownis
@Mangki36
@alfa_centaury
@jimmy_tosca
@louter
@dodielycious
@new92
@bapriliano
@yansah678
@putrafebri25
@suck1d
@Agova
@bram
@puck
@doel7
@Wilhem
@xanderlee
@Yangmerindu
@Kirangan
@joenior68
@bagastarz
@Readhy_PDA
@viji3_be5t
Ternyata gak enak juga ketika posisi kita sebagai calon dokter harus menjadi seorang pasien seperti sekarang. Dan apalagi dengan status single seperti ini. Setiap hari harus merepotkan Adit sama Putra yang selalu menyediakan kebutuhanku sehari-hari dan bahkan aku semakin merasa berhutang budi ke mereka. Ditambah lagi, dokter Rafael juga tidak pernah absen setiap dua hari sekali datang menengokku kesini.
Untunglah setelah seminggu ini kondisi fisikku mulai mendingan. Tangan dan kakiku sudah mulai bisa kugerakkan secara normal. Dua hari lagi seperti yang dikatakan dokter yang merawatku, aku sudah bisa berjalan dengan normal tanpa alat bantu apapun. Syukurlah akhirnya aku bisa mandari lagi seperti dulu.
Setelah malam itu hingga saat ini aku belum pernah lagi menghubungi atau dihibungi Bayu. Jujur, rindu sudah berada di ujung. Momen-momen yang sudah kita jalani selama lebih dari dua tahun ini selalu berputar di memoriku. Senyum manisnya yang selalu bisa membuatku luluh, sekalipun selama kami berpacaran tidak pernah aku memarahinya. Kalau aku yang dimarahi Bayu sering banget. Tapi aku selalu suka ketika Bayu memarahiku, bibirnya manyun-manyun seperti minta dicium. Hahaha......
Beberapa kali aku mencoba stalking ke beberapa media sosialnya, tapi tidak ada postingan apapun disana. Bahkan terakhir dia posting hanya saat ketika pertama kali dia sampai di Thailand. Aku masih belum berani menghubunginya setelah statement terakhirnya yang memintaku untuk tidak menghubunginya.
Tapi yang namanya rindu memang sangat sulit dibendung. Aku kangen mendengar suaranya. Suaranya yang bisa memenangkan hatiku. Apa salahnya meskipun status kita berbeda tapi kita kan juga masih bisa berteman atau bersahabat kan. Aku juga tidak merasa bersalah apapun sehingga dia secara tiba-tiba memutuskanku tempo hari. Ah, mungkin aku harus menghubunginya.... Semoga saja responya bagus.
Sudah 4 kali panggilanku tidak diangkat Bayu, sengaja aku menelfonnya secara langsung. Apa mungkin memang dia sudah tidak mau kuhubungi lagi ya? Apa salahnya sih mengangkat telfon sekali saja. Akhirnya aku meletakkan ponselku ke meja dan berbaring di atas tempat tidur sambil melamunkan sebenarnya apasih salahku sampai dia memutuskanku sepihak seperti itu.
Drrrt..... Drrrt..... Drrrt..... tiba-tiba ada panggilan masuk ke ponselku, saat aku mengambil ponselku diatas meja. Ternyata panggilan masuk dari nomor Bayu. Dengan semangat langsung kuangkat panggilanya.
“Hallo Bay, kok panggilanku tadi gak diangkat sih?” tanyaku langsung memberondongnya.
“Hmm.... Maaf Do, tadi aku masih ada kelas, ini baru keluar. Memang kenapa do kok kamu nelfon?” tanyanya datar.
“Memangnya nelfon kamu gak boleh Bay? Ganggu kamu ya?” tanyaku dengan rada kecewa.
“Nggak kok, gak ganggu” jawabnya lagi masih datar.
“kamu kenapa sih Bay? Apasih sebenarnya salahku? Kok kamu berubah banget sekarang? Kamu gak tau atau mungkin gak mau tau kalau aku habis kecelakaan dan masuk jurang karena gak fokus saat nyetir..... gara-gara mikirin kamu Bay... ” jawabku dengan rada emosional.
“..........”
“Bahkan saat aku dirawat di rumah sakit, cuman kamu yang aku fikirkan.... gak mudah bay ngelupain kamu!.... Mungkin mudah bagimu melupakanku Bay, tapi aku nggak” lanjutku dengan masih emosional.
“Aku tau kondisimu seperti apa..... Aku juga sering memantau kondisimu lewat Adit... Aku juga masih care ke kamu Do.... Tapi maaf, kita tidak bisa seperti dulu lagi Do.... Please..... Jangan paksa aku.... Aku juga berat melakukan ini do” ucapnya dengan tak kalah emosional.
“Please Bay...... setidaknya jelaskan apa alasan sebenarnya..... Mungkin kita masih bisa menghadapi masalah itu bersama. Aku akan membantumu semampuku” balasku memohon.
“........................”
“Bay...... Please”.... lanjutku.
“Do.... Aku sekarang sudah mempunyai pacar disini. Aku berpacaran dengan Leo..... maaf Do, aku tidak bisa menceritakan kenapa aku bisa berpacaran denganya. Intinya seperti itulah statusku sekarang. Dan memang kita harus menjaga jarak satu sama lain sekarang.” Jawabnya lirih.
“Baik Bay..... saat ini cuman satu permintaanku ke kamu.... aku ingin kita tetap bisa berteman, dan kita tetap berkomunikasi seperti biasanya” kataku dengan mencoba untuk menguatkan diri.
“Tapi aku tidak bisa banyak berjanji Do, aku harus meminta ijin ke Leo terlebih dahulu” kataya lagi.
“Iya Bay, aku mengerti” lanjutku dengan pasrah.
“Kalau tidak ada lagi yang ingin kamu bicarakan, telfonya aku tutup ya do” katanya lagi.
“Buru-buru amat sih bay? Kan masih kangen” kataku jujur.
“Besok kan masih bisa telfon lagi” jawabnya datar.
“Beneran ya besok boleh telfon lagi?” tanyaku semangat.
“Iyaaaa..... “ jawabnya dengan datar lagi.
“Oke deh, bye bye.... see you tommorow Bay” kataku dengan berbunga-bunga.
Tanpa membalas omonganku Bayu ternyata langsung menutup telfonya. Tapi setidaknya hati ini sudah sedikit merasa terobati. Wah senang sekali rasanya bisa ngobrol-ngobrol lagi dengan Bayu. Meskipun status kita sekarang sudah berbeda sih. Hehe.....
Sekarang sudah pukul 7 malam, biasanya jam segini Adit dan Putra datang ke rumah untuk makan bersama denganku. Mereka selalu menemaniku makan malam bersama sejak beberapa hari yang lalu. Karena katanya Adit saat ini ada show untuk menyanyi dan Putra katanya juga mau ikut melihat, tadi usai maghrib Putra terlebih dahulu mengantarkan makanan untukku dan selanjutnya berangkat bersama temannya.
Aku akui memang mereka itu saudara yang sangat akrab dan saling mendukung satu sama lain. Dengan kondisi yang mereka alami saat ini memang tidak mudah untuk mereka. Adit yang seharusnya sudah lulus hingga saat ini masih belum menyelesaikan kuliahnya demi bisa kerja part time membantu membiayai sekolah si Putra. Dan Putra pun juga seorang adik yang sangat menghormati masnya. Tidak pernah sekalipun dia membantah permintaan Adit. Disekolah dia juga pintar, selalu peringkat pertama di sekolahnya. Semoga mereka berdua selalu diberikan kelancaran dalam mencapai cita-cita mereka.
Seusai makan malam dan ibadah, aku langsung bersantai diruang tengan menonton beberapa acara di salah satu chanel televisi swasta. Acara pencarian bakat memang sekarang ini sedang populer di Indonesia, bahkan semua kalangan banyak yang menyukai jenis acara ini.
Sekitar pukul 10 malam karena sudah sangat ngantuk, aku memutuskan untuk ke kamar dan tidur.
Keesokan harinya setelah mandi pagi, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Tok Tok Tok...... Mas Pido..... Mas Pido sudah bangun mas ?..... Terdengar suara dari depan pintu, sepertinya suara Putra.
“Ada apa Put? Kok tumben pagi-pagi sekali kesini?” tanyaku saat setelah membuka pintu rumahku.
“Iya mas, ini mau mengantar sarapan buat mas Pido..... Putra sama mas Adit mau berangkat ke Bromo habis ini mas, jadi tadi masaknya lebih pagi dari biasanya.... hehe..... Nanti siang dokter Rafael jadi kesini kan mas nemenin mas Pido?” tanyanya kepadaku.
“Wah..... maaf ya Put, jadi ngerepotin lagi nih..... hati-hati ya kesananya nanti...... iya Put, dokter rafael nanti kesini kok.... katanya jam 10 an” sahutku kemudian.
“Oh, yaudah mas kalau gitu.... Syukurlah ada yang bisa nemenin mas Pido nanti...... iya mas, semoga lancar perjalananya nanti kesana” jawabnya sambil tersenyum ramah.
Sesaat kemudian ada mobil merah berhenti di depan rumah Putra dan kemudian disusul oleh motor dibelakangnya.
“Itu sepertinya teman-teman kamu sudah datang Put” kataku ke Putra.
“Oh, iya mas..... yaudah Putra pamit dulu ya mas” katanya lagi yang kemudian mencium punggung tanganku. Memang Putra ini sudah menganggapku seperti kakaknya sendiri. Katanya sebagai bentuk menghormati, dia mencium punggung tanganku seperti yang dilakukanya ke Adit setiap mau berpamitan.
Setelah memasukkan barang-barang mereka ke dalam bagasi mobil merah, akhirnya mreka berengkat. Motor salah seorang temanya Putra tadi dititipkan ke dalam bagasi rumah Putra.
“Berangkat dulu ya Do” kata Adit berpamitan kepadaku saat dia membuka jendela mobil yang ditumpanginya. Kemudian kau hanya tersenyum dan melambaikan tanganku saja kepada mereka.
Beberapa jam kemudian sekitar pukul 10 lebih sedikit, dokter Rafael datang ke rumahku.
Dia membawa bungkusan makanan dan buah-buahan.
“Gimana Do? Sudah baikan?” tanyanya saat dia sudah duduk di ruang tamu dirumahku.
“Sudah dok, senin rencananya mau ke Dokter Hariadi lagi. Kata beliau mulai senin saya mulai bisa berjalan dengan normal kembali” kataku kepadanya.
“Oh.... Syukurlah kalau begitu” katanya dengan senyum mengembang.
“Eh Do, sebenarnya ada yang ingin aku katakan kamu” katanya lagi dengan agak gugup.
“apa dok?” tanyaku penasaran.
“Tapi apapun nanti yang aku katakan ke kamu, jangan marah ataupun berfikir negatif tentang aku ya do” katanya lagi dengan masih tetap gugup.
“iya dok, katakan saja” jawabku sambil menatapnya intens.
Kemudian dengan menatapku, dia mencoba memantapkan diri untuk mengatakan sesuatu.
“Sebenarnya aku suka sama kamu Do.... tidak hanya suka, sepertinya aku mencintai kamu Do” katanya dengan mantap.
Degh.......
Aku masih terdiam dan sedikit shock dengan pengakuanya barusan.
“Sudah sejak kapan?” tanyaku kemudian kepadanya dengan mencoba menenangkan diri.
“Sejak awal kamu Koas dirumah sakit Do, sejak pertama kali aku melihat kamu... Aku merasa kamu beda Do dari laki-laki lain yang sebelumnya kukenal, kamu juga baik Do, sepertinya kamu juga bukan tipe lelaki yang mudah memainkan perasaan orang lain Do...... mankanya aku yakin do menyatakan perasaanku kepadamu” katanya dengan wajahnya yang begitu tulus.
“saat ini saya tidak bisa menjanjikan apa-apa ke dok.... sebenarnya saya juga mungkin sama dengan dokter..... memiliki orientasi yang sama dengan dokter, juga sama-sama telah dikecewakan oleh orang yang sangat kita sayangi dok” kataku dengan menatapnya. Aku melihat raut wahnya berubah, dia sedikit terkejut dengan pengakuanku.
“Tapi apa aku masih ada kesempatan kan Do?” tanyanya dengan sedikit senyum terkembang.
“saya tidak bisa menjanjikan apa-apa dok, dan semuanya juga butuh proses....” kataku dengan yakin kepadanya. “Mungkin jika saya bisa melupakan rasa sakit yang saat ini sedang saya alami, dan sosok dokter bisa meyakinkan saya akan hati saya. Saya akan mencoba berfikir lagi dok..... namun saat ini saya masih belum bisa” lanjutku lagi.
“Baik do, aku juga gak akan memaksa kamu... setidaknya aku sudah lega sudah mengungkapkanya kepadamu...... Aku akan berusaha semampuku Do, untuk bisa mendapatkan hati kamu” katanya dengan senyum yang sangat tampan.
Setelah itu dokter Rafael menyiapkan makanan yang tadi dia bawakan untukku dan megupaskan buah-buahan yang juga tadi dibawahnya.
“Aku suapin ya Do” katanya membujukku.
“Gak usah dok, saya bisa makan sendiri” kataku kepadanya.
“aku suapin saja ya” kanya dengan agak memaksa. “Buka dong mulutnya..... Aaakh..... aakh” katanya dengan wajah yang serius. Dengan berat hati akhirnya aku membuka mulutku dan dia menyuapiku. Aku dengan wajah sedikit manyun.
“nah gitu dong yang banyak makanya..... biar cepet sembuh” katanya dengan nyengir-nyengir gak jelas.
“Ya” jawabku singkat sambil wajah cemberut. Aslinya seneng juga sih kalau ada orang yang memperhatikan kita seperti ini.
Setelah Dzuhur aku kembali ke ruang tamu menemui dokter Rafael yang sedang sibuk membanca majalah kesehatan yang memang sengaja aku langganan tiap bulanya.
“Hoaamz”....... memang akhir-akhir ini karena tdak ada pekerjaan di rumah dan juga dengan kondisi kesehatanku seperti ini aku selalu menyempatkan untuk tidur siang.
“Ngantuk do? Tidur aja gak apa-apa” kata dokter Rafael kepadaku.
“kan ada dokter disini, gak enak ah dok kalau saya tinggal tidur” kataku membalasnya.
“saya juga ngantuk nih do, boleh tidur disini juga?” katanya dengan menguap yang dibuat-buat.....
“Kan tempat tidurnya cuman satu dok, kamar sebelah sudah lama tidak saya bersihkan” kataku membela diri.
“kan bisa tidur sama kamu do..... boleh ya” katanya dengan sedikit merajuk.
“Heh..... tapi kamar saya sempit loh dok, nanti dokter gak nyenyak lagi tidurnya” kataku masih membela diri.
“tenang aja, tidur semalaman sambil kamu sandarin dulu aja bisa kok” katanya dengan percaya diri.
Akhirnya dengan berat hati aku mengajaknya untuk tidur siang dikamarku.
“Ternyata emang sempit ya do kasurmu” katanya saat sudah berebahkan diri disampingku.
“Apa tadi yang sudah saya bilang..... dokter gak percayaan sih” kataku agak jengkel.
Langsung tanpa aba-aba dia langsung menyampingkan tubuhnya menghadapku. Kini posisinya menghadap ke arahku, wajahnya tepat disamping kananku.
Lalu tangan kananya menopang kepalanya dan tangan kirinya memelukku.
“Gini kan nyaman” katanya dengan nyengir gak jelas lagi.
“dok, kok malah dokter meluk saya sih?” kataku sambil meliriknya.
“ya kan biar gak terlalu sempit kalau aku rebahan do...... udah tidur aja ....” katanya lagi sambil mengelus-elus kepalaku.
Saat ini aku merasa benar-benar nyaman dengan posisi ini. Sudah tidak ada kata-kata penolakan dari mulutku. Lalu aku memejamkan mataku dan tidur dengan nyaman.
BERSAMBUNG
@lulu_75 saran yang bagus tuh bro...... daripada dia ngegantung jg sama si Bayu...... tapi gak tau lagi sih kalau takdir berkata lain. hehe...
@Readhy_PDA sama sama bro..... siap bro..... semoga segera bisa update