It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hmmm gua curiga ama david
hmmm gua curiga ama david
@RaraSopi thanx mbal
@liezfujoshi siap deh!!
@lulu_75 sama :v tunggu next chap ya!!
@new_92 mkasihh
mohon maaf bila kurang memuaskan!!
***
Seven
***
Aku 99,9% yakin sedang bermimpi. Hal pertama yang membuatku yakin adalah fakta bahwa aku sedang berdiri di tepi pantai yang luar biasa indah. Pantai terdekat dari tempat tinggalku jaraknya berjam-jam perjalanan naik mobil, dan tak mungkin aku sampai di sana hanya dalam hitungan menit. Kedua, di depanku, berdiri David. Iya, David. Jangan katakan itu, aku sendiri mulai jengkel. Terutama setelah aku tak sengaja mengupingnya di toilet. Wtf! Dia ternyata bajingan bermuka dua.
Dia tersenyum padaku, senyum yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Entah kenapa aku merasa malu, pipiku merona, dan aku tersenyum balik padanya. Satu potongan hatiku yang berusaha kuabaikan sedang melakukan Tari Saman. Sialan!
David mengulurkan tangannya ke arahku, memberi isyarat untuk mendekat. Aku sebenarnya sudah tidak mau lagi dekat-dekat dengannya, tapi tubuhku mengkhianatiku. Tak tahan dengan pesona David. Kakiku menuntunku ke arahnya, aku berusaha mengerem, tapi gagal. Semakin dekat.
Nah, saat itulah hal yang pasti membuat alis kalian semua terangkat terjadi. Tiba-tiba, dari arah belakang, Pak Ikbal muncul entah dari bagian bumi sebelah mana. Dia berlari ke arahku, maju dan mendorongku ke balik punggungnya, bahkan tanpa memandangku. Kukira dia sudah yakin ini aku dan bukan orang lain. Kubayangkan bagaimana jika aku adalah Rendi, dan Pak Ikbal sedang melindunginya seperti sekarang. Entah mengapa aku sangat terganggu dengan hal itu.
Dia menatap -mungkin- nyalang pada David. Aku tidak bisa melihatnya. "Jangan ganggu dia!" teriak Pak Ikbal. "Dia tidak sama seperti mainanmu yang lain!"
"Hahahaha," David tertawa seperti orang gila. "Karena itulah aku menginginkannya, Monyet Impoten! Sekarang, enyah dari hadapanku, dan biarkan aku menikmatinya!"
Astaga, kalau Bu Helga mendengar dia mengatakan hal itu, mulutnya pasti bakal digosok pake sabun.
"Tidak! Jangan harap!" kata Pak Ikbal. Nafasnya memburu. Ada apa ini sebenarnya?
"Kalau begitu aku tak punya pilihan lain,"
Lalu, Pak Ikbal mendorongku hingga tersungkur di pasir yang lembab. Dia berlari ke arah David dengan tangan terkepal. Wahh.. Bakal duel nih! Aku membuka mulut, ingin menyemangati Pak Ikbal supaya memukul David sampai babak belur, tapi yang keluar malah : "Stop! Jangan! Berhenti! Stop!"
Tanpa diundang angin kencang bertiup ke arahku. Hujan mulai turun. Aku menyipitkan mataku untuk melihat keadaan sekeliling. Kulihat Pak Ikbal menghantamkan bogem mentahnya ke wajah mulus David. Aku tersenyum, sebelum akhirnya satu lecutan angin dan hujan mengenai wajahku. Aku langsung terjungkal, berbaring telentang dan mengeluh.
Dari suatu tempat yang tidak aku ketahui, aku mendengar suara seseorang yang aku kenal, menyuruhku bangun. Aku bangkit tapi terpaksa berbaring lagi karena angin melecutku lagi.
"Dasar bego! Maksudku, buka matamu! Buruan bangun! Udah setengah tujuh woyy!!"
Seketika pantai itu lenyap, tidak ada angin, tidak ada hujan. Hanya kamarku yang kering dan aman. Kepalaku agak pening dipaksa bangun begini, tapi aku mencoba untuk fokus. Duduk di sampingku, tak lain dan tak bukan, adalah Kakakku, Andy. Dia memegang gayung dan kelihatan jengkel.
"Kak Andy? Ngapain di kamarku?" tanyaku heran. Tidak biasanya dia datang berkunjung pagi-pagi begini.
"Ngapain katamu? Bangunin kamu lah! Ini udah siang, oey!!" katanya sebal, dicelupkannya lima jari tangannya ke gayung, dan dia memciparakan air ke mukaku dengan tangannya. "Susah banget sih dibangunin?"
"Ampun! Ampun!" kataku. Aku bangun dan mundur ke seberang kasur. "Mah! Kak Andy resek nih!!"
"Beraninya ngadu sama Mamah, nih rasain nih," dia berdiri dan mencipratiku dengan air tanpa ampun. Aku melemparnya dengan bantal tapi selalu meleset. Semakin aku lempar, dia kelihatannya makin senang. "Nggak kena! Nggak kena!"
Aish -_- punya kakak kok 'nyiklak' gini sih?
***
Karena jalan kaki bakal membuang waktu dan tenaga, dan juga aku sudah hampir telat, aku memaksa Kak Andy untuk mengantarkanku dengan motornya. Dia awalnya menolak, tapi setelah aku mengadu sama Mamah, akhirnya dia mau. Aku nyengir penuh kemenangan.
Saat turun di depan gerbang, sepertinya semua murid sudah masuk ke kelasnya masing-masing. Kulirik jam tanganku, lima menit lagi jam pelajaran pertama akan dimulai. Masih ada harapan!
Setelah pamit pada Kak Andy aku berlari melintasi parkiran, menyusuri koridor, menuju ruang kelasku. Aku heran saat melihat David ada di dekat kelasku, padahal kelas IPA letaknya di sebelah Timur, jauh dari kelasku. Apa yang sedang dia lakukan? Jangan-jangan dia sedang memata-matai targetnya itu! Jadi dia anak IPS ternyata.. Dan ada dikelasku?
"David?" tanyaku, setelah lumayan dekat dengannya. Keingintahuanku kelewat besar sehingga aku bahkan mencoba menekan rasa gugupku yang mendadak muncul. "Ngapain kamu?"
"Eh, selamat pagi," sapanya, lalu tersenyum. Senyum yang sama seperti yang dia lakukan dalam mimpiku. Aku ingin berteriak karena terpesona, tapi keduluan gerombolan cewek di belakangnku yang tidak aku sadari keberadaannya.
"Pagi," sapaku gugup. Apa dia selalu punya efek seperti ini pada orang-orang? "Ngapain kamu di sini?"
"Nungguin kamu," katanya, masih tersenyum. Walau sekarang hanya sebuah senyum tipis, yang sama sekali tidak mengurangi pesonanya. Aku menoyor kepalaku sendiri dalam kepalaku(?).
"Oh, hehe," aku menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal. "Ada apa, ya?"
"Aku mau ngasih ini," dia menyerahkan sesuatu yang kelihatan seperti sebatang coklat. "Buat kamu,"
Aku seperti dilempar ke angkasa. Bareng Dewi Artemis, naik kereta Rusanya, menyusuri bintang-bintang, menuju bulan.. Aishh.
"Ambil," katanya. Kuambil coklat itu dari tangannya, merasa sangat bodoh, dan berterima kasih. "Aku duluan, ya, takut telat," pamitnya.
"Eh, iya," aku tak bisa memikirkan apapun untuk dikatakan. Ini diluar apapun yang pernah aku pikirkan tentang David.
Sebelum dia pergi, dia masih sempat mengusap kepalaku, lalu berjalan ke arah yang berlawanan denganku. Aku berbalik dan menatap punggungnya yang kian menjauh. Tanpa diundang senyum merekah dibibirku. Wahh.. Aku dikasih cokelat sama David! Hebat banget nggak, sih?
Aku mendengar seseorang berdehem di belakangku. Aku berbalik dan melihat Pak Ikbal berdiri di sana, tidak tersenyum, tapi menatapku tajam. Aku merona, seolah belum cukup merah setelah mendapat cokelat dari David. Sialan! Kenapa sih Pak Ikbal selalu menemukanku dalam kondisi memalukan?
... David kmu kurang asem ya...
Anyway, dari yang awalnya taruhan, apakah nantinya akan muncul cinta??Sepertinya juga akan muncul cinta segi tiga..antara si polos, sang pahlawan dan si jahat..Hemm, who knows..hehehe
Oke, next chap semangat
@RaraSopi amin, smoga dberi ksmptan buat apdet tiap hari haha tau ah, tungguin aja
@lulu_75 bisa jadi
:v