It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
***
Tubuhku rasanya sakit semua.
Semalaman dihajar di ranjang oleh Satria membuat seluruh anggota tubuhku terasa ngilu.
Tapi aku justru ingin mengulanginya lagi dan lagi.
Merasai keperkasaan lelaki itu di ranjang.
Untung hari ini minggu jadi aq bisa beristirahat seharian di kontrakan.
Aku pulang setengah sembilan pagi,saat sarapan telah siap untukku di meja.
"Cape banget kayaknya Ta..sarapan dulu,mandi trus bobo aja ya..,"
Mahesa menyendokkan nasi ke piringku.
"Hmm...,"
Aku hanya bergumam sambil berjalan sempoyongan ke kamar.
Bokongku rasanya perih.
Uhh Satria ganas sekali.
"Sayang? Sarapan dulu?"
Mahesa memanggilku dari dapur.
"Ntar aja,ngantuk!"
"Yaudah abang suapin di kamar aja ya..,"
Berkata begitu kekasihku itu lalu membawa piring nasi ke kamar,menyusulku yang sudah menghempaskan diri ke kasur.
Dengan mulutnya Mahesa menyuapkan satu sendok nasi beserta kuah soto ke mulutku.
"Aaaa...ayo buka mulutnya Ta?"
Aku membuka mulut malas malasan.
Mahesa tampak senang.
Hanya beberapa suap tapi aku sudah tertidur.
Letih sekali.
***
"Sayang..sayang..ada telephon!
Sayang? Bangun dulu?"
Aku menggeliat merasakan tubuhku ditepuk tepuk sesuatu.
Aku membuka mata dengan susah payah,lalu kulihat lengan buntung Mahesa menepuk nepuk lenganku.
Aku mengucek mata.
"Apa sih bang! Ganggu orng tidur aja! Ngantuk tauk!"
Kusemprot lelaki itu sambil mengibaskan lenganku.
"Maaf Ta,tp hp km getar terus daritdi,takutnya ada tlpn penting"
Mahesa menunjuk ponselku dengan dagunya.
"Kenapa ga abang angkat aja sih!"
Aku masih kesal.
"Takut kamu marah...itu privacy kamu..."
Mahesa menunduk.
Aku menghela nafas.
Bahkan kekasihku sendiri sangat menghormati privacy ku.
Mengangkat telepon pacar sendiri pun tidak berani.
Tapi benar juga,siapa tau yg telepon selingkuhanku!
Memikirkan itu aku langsung bsngkit bangun dan cepat menyambar ponsel di samping bantal.
Panggilanya sudah berakhir.
Aku cek penelonnya.
Ah rudians.
Ngapain dia?
Kirain pujaan hatiku.
Ahh iyaa!!
Aku baru ingat,aku kan ada janji meet up sama si kunyuk itu!
"Mau kemana?"
Mahesa memandangi tingkahku yang buru buru bangkit dari kasur lalu melangkah lebar ke kamar mandi.
"Mo mandi,ada janji ma temen,"
Aku menyahut tanpa menoleh.
Lima belas menit kemudian aku selesai mematut diri.
"Bang cabut ya,"
Aku berpamitan pada Mahesa yang tengah menyapu ruang dapur.
"Nginep lagi?"
Lelaki itu bertanya tanpa memandangku.
"Gak,"
Aku menyahut singkat.
Mahesa menghentikan kegiatan menyapunya.
Kini dia menoleh dan menatapku.
"Sungguh? Pulang jam berapa? Mo dimasakin apa?"
Matanya berbinar saat bertanya.
"Ga usah,aku makan diluar sama temen,yaudah aku berangkat,"
Tanpa melihatnya lagi aku beranjak keluar meninggalkan kekasihku.
***
"Gimana nyet ada yang nyantol ga di gath kemaren?"
Sambil mengaduk vanilla late ku aku bertanya pada rudi yg menatapku lurus lurus.
"This not about me ,but about you!"
Sahutnya tanpa melepas tatapannya padaku.
Aku cengengesan.
"Serius amat pak! Biasa aja kalik,"
Aku mengedipkan mata.
"Gw ga suka perselingkuhan nyuk!"
Rudi menjulurkan lidahnya.
"Preett,pria nista macam kau itu rajanya selingkuh!"
Aku mencibir ke arahnya.
"I'm not!!! If you trust me,i'm still loving someone and just him..."
Rudi memalingkan muka ke arah lain saat mengatakan kalimat itu.
Aku menatapnya serius.
Rudi kah ini?
"Hahahah!!"
Aku tertawa keras sejurus kemudian.
"Why you laugh??!"
Rudi menatapku galak.
"Muke lu jauh nyet! Lu makan apa sih tadi? Otak kau itu konslet sepertinya hahaha,"
Aku mengejeknya.
Rudi mendengus,kesal.
"Whatever! Now tell me about you!"
Aku nyengir.
"Hehehe...gimana ya...?
Mau tau aja apa mau tau banget?"
Senyum senyum aku menggoda sahabat forum ku itu.
"Pulang ah,"
Cowo ganteng itu pura pura ngambek.
"Hahaha iya iya sempak,aku ceritain nih...,"
Aku menowel hidungnya.
"Rud...aku...,"
Aku berhenti.
Tawaku hilang.
Rudi memperhatikanku serius.
"Aku jahat...,"
Susah payah aku mengeluarkan dua kata itu.
"Jelaskan,"
Rudi meminta.
"Aku...menduakan dia...,"
Sahutku lirih.
"The reason?"
Rudi bertanya dingin.
"Aku mencintai oran lain,"
Sahutku makin lirih.
"Satria..,"
Rudi mendesiskan nama kekasih gelapku.
Aku menunduk,diam.
"Ananta,hear me...gw tau lu orang yg seperti apa...kita temenan udah 2 tahun meski cuma lewat forum,tapi gw tau bagaimana lu...lu bukan type cowo homo seperti kebanyakan,yg hanya mementingkan sex dibanding hati.Yang memuja ketampanan dibanding kesetiaan.Lu boleh ga percaya,gw sama kaya lu,meski tampilan gw,pembawaan gw,imej gw itu seperti bad boy,seperti player,tapi gw itu setia Ta! Sampai sekarang gw bnr2 belon bisa lupain cinta pertama gw berberapa tahun yg lalu!"
Aku menatap sahabatku tak percaya.
Seperti bukan rudiansyah.
"Kenapa belum bisa lupain dia?kenap kalian putus?"
Aku jadi penasaran dengan asmara sahabatku.
"Ini tentang lu Ta!"
Dia kesal.
"Kamu secara ga sengaja udah bawa story mu so aq pgn tau kisah cintamu,"
Aku menelisik.
Rudi menghela nafas.
Dia menggigit bibir.
Ah rud,sepertinya seseorang itu begitu special.
"Dia.."
Dia berhenti.
"Dia?"
Aku makin penasaran.
"Dia...istimewa...special person...,"
Gantian dia yang berkata dengan lirih.
"I know,what next?"
Aku mengejarnya.
"Dia...yang secara ga sengaja membelokkan gua...,"
Sekarang sahabatku itu berpaling ke arah lain.
"Next?"
Kukejar lagi dia.
"But i lost him...,"
Mata rudi menyiratkan kesedihan.
Kuraih tangannya,kugenggam.
"Die? Im so sorry about that,"
Rudi melotot.
"What???nooo!!"
Dia memukul tanganku.
Aku meringis.
"Gw hanya kehilangan jejaknya,dia menghilang tanpa kabar...,"
Rudi menggetarkan luka pada nada suaranya.
Aku diam menatapnya.
Beberapa saat kami saling terdiam dengsn pikiran masing masing.
Tapi sejurus kemudian rudi menyentakku dengan seruan khas nya.
"Sempaakk kok jadi gw sihhh,!"
Dia menoyor pundakku pelan.
Aku menjulurkan lidah sambil tertawa mengejeknya.
"Jadi apa kelebihan satria yg bikin lu tega berkhianat hah!"
Pertanyaan itu kembali
melenyapkan tawaku.
"Rud...bukan mauku..,"
"So?"
"Satria yg mulai...,"
"Dan lu mau!"
"Satria yang menggodaku,"
"Dan lu mau digoda!"
"Aku...terjerat pesonanya,"
"Ada kresek ga ya?mo muntah gw!"
"Dia...sangat menawan rud...,"
"Hoeekk bahasa lu ga banget,"
"Dia...memabukkan ku...,"
"Iya lu udah mabuk parah! Alay njirrr!"
"Aku...jatuh cinta sama dia...,"
"Ckckckck...oke gw mo nanya,bf asli lu emang ga bisa memabukkan lu?dia ga cukup mempesona?"
Aku seperti tersadar dari bayangan tentang keindahan ragawi satria mendengar pertanyaan rudi.
"Mahesa? Dia di luar dugaanku!"
Tanpa sadar aku mencetuskan nama kekasihku.
"Mahesa????"
Rudi menatapku lekat lekat.
Ah sudahlah,terlanjur.
"Mahesa siapa Ta?yang mana? Mahesa permana penulis stories di forum?jgn bilang mahesa yg itu!"
Rudi tampak sangat antusias.
Aku tak menyahut.
"Dia jauh diluar harapanku...,"
"Waittt,jadi bener mahesa penulis kecintaan forum? Siall lu ga cerita2 berhasil gaet dia!"
",berhasil?"
"Iyalah! Semua member yg demen stories pada berharap bisa jadi bf nya bang mahesa! Karya2nya spektacular men!"
Aku mendengus.
"Kalian ga tau sih gimana aslinya..."
Aku berujar pelan.
'"Maksut lu? Dia...jelek?"
Rudi memasang tampang penasaran.
"Lebih dari itu...,"
Aku merasa jahat mengatakan kalimat itu.
"Huh? Lebih dari itu? Jelek banget maksutnya?"
Aku menggedikan bahu,enggan.
Rudi diam sesaat.
Lalu berujar lagi;
"Okay,gw mulai paham situasinya..jadi mahesa itu jauh dari khayalan lu,dan lu bertemu penulis lain yg sangat sesuai impian lu,so lu berpaling!"
Rudi menjentikkan jarinya di depan mukaku.
"Lu...jahat rangga..,"
Sahabatku itu masih sempat ngebanyol dalam situasi ga enak kami.
"Jadi lu mentingin fisik pak? Ga banget,"
Rudi mengoceh lagi.
"Ketika lu udah milih,lu harus terima konsekuensinya,lu harus siap dengan segala kekurangan pasangan lu Ta..,"
Dia ceramah lagi.
Kepalaku mulai pusing.
Aku menyentuh dahiku,tidak panas.
Tapi rssnya kepala berputar putar.
"Rud kok muter ya pala ku?"
Aku mencoba bangkit dari kursi cafe,dan....
Bruukkkk.
Lalu semuanya gelap.
Vertigo ku kambuh.
***
Aq setengah sadar saat melihat rudi mengambil ponselku,lalu berbicara dengan seseorang lewat hp lu tsb.
aku juga masih bisa melihat rudi memapahku menuju mobilnya dan melajukan mobil itu ke rumaj sakit.
Dan aku benar benar sudah terjaga seusai aq diperiksa oleh dokter.
"Rud motorku dimana?"
Lemah aku bertanya.
"Tenang aj,ud gw suruh sopir bokap gw ngambil,tp gw suru dia naro di rumah gw dulu,abis gw ga tau alamat lu,"
Rudi menjawab sambil menyodotkan segelas air putih ke mulutku.
"Kata dokter lu punya vertigo ya Ta?"
Àku mengangguk lemah.
"Oh iya tuh satria nelpon2 terus,ga gw angkat!"
Aku langsung bangkit.
"Mana hp ku??!"
"Yaelah semangat amat ,pacar lu juga tlpn,bang mahesa...,"
Aku mendengus.
"Kalau pacarmu aku angkat,td sebelumnya aku yg telpn dia pas km pingsan...,"
"Ngapain sih tlpn dia rud!"
Aku mendadak kesal.
"Ya ngabarin keadaan kamu lah somplak! Eh tapi kok gw ngerasa g asing ya sama suara itu,kayak suara...,"
"Tau ah,aku mo pulang!"
"Iya gw anter!"
"Ga usah!"
"Lu masih sakit dodolll ga boleh berkrndara,lagian motor lu dibwa sopir bokap gw,!"
"Aku bisa naik taksi!"
"Gak!"
Rudi mengakhiri debat kami dengan nemapahku lagi keluar rumah sakit,mengantar ku pulang k kontrakan.
Sudahlah,aku pasrah kalau nantinya dia akan tau bagaimana mahesa sesungguhnya.
***
Pukul sembilan malam aq sampsi di kontrakan bersama rudi.
Dalam keadaan pusing aq cukup deg degan menunggu reaksi rudi nantinya bettrmu mahesa.
Rudi mengetuk pintu dua kali,dan mahesa membukakan nya untukkami.
"Assalamu...ABAAANGGG???!!!!!!"
Aku terlonjak kaget mendengar seruan keras rudi saat melihat sosok lelaki tak berlengan tak berkaki di ambang pintu,berdiri mendongak ke atas ke arah kami yg jauh lebih tinggi dari tubujnya yg cacat.
"Ru..ru..rudi!RUDIANS!!!!"
Aku bengong saat kekaasihku tak kalah keras menyebut nama sahabatku.
@lulu_75 wahh malah ga tau saya bang klo stories mengandung sex ga boleh post disini,tapi udah terlanjur hehe thanks bang udah ngingetin,lain kali lebih teliti lagi..
@Hajji_Muhiddin makasih bang haji hehe..
done part 29
@aurora_69
@tuink
***
Aku hanya bisa diam terpekur di sudut ranjang sambil mendengarkan percakapan dua lelaki yang kukenal lewat situs forum gay yang kami ikuti.
Pandanganku hanya lurus ke bed cover kasur ku yang bermotif klub liga premier inggris kesayangannku;manchester united.
Aku tidak berani menatap dua lelaki yg duduk berhadapan di sampingku.
Hatiku campur aduk.
"Rudi ga nyangka bang bisa ketemu abang lagi disini!"
Suara rudi kudengar sangat antusias.
"Selama bertahun tahun rudi terus nyari2 kabar tentang keberadaan abang,rudi
sering datang ke panti buat nyari tau tentang abang,tapi pengurus panti selalu bilang udah ga tau lagi kabar abang...kata mereka abang pamit keluar dari panti untuk hidup mandiri 3 tahun yg lalu...,"
Rudi berujar lagi.
Aku mendengarkan dengan seksama.
"Kenapa abang ga pamit sama rudi?"
"Dek...abang...,"
Kalimat Mahesa menggantung.
Aku dan rudi sama sama menunggu.
"Abang minta maaf...,"
Kalimat itu yg akhirnya keluar.
"Tapi kenapa bang? Rudi bener2 kehilangan abang..,"
Suara rudi melemah.
Nada suaranya terdengar getir.
"Maaf dek...,"
"Abang ga berubah...selalu minta maaf..,"
Oh.
Ternyata memang sudah menjadi bagian perbendaharaan kata nya sejak dulu kalimat maaf bang Mahesa.
"Abang...hanya tidak ingin merepotkan siapapun..,"
"Jangan pake alasan itu bang...,"
"Tapi memang itulah alasannya dek..abang udah dari lahir merepotkan semuanya,merepotkan para pengurus panti dengan kondisi tubuh abang..,"
"Lalu bagaimana rudi,jaka,denis, dan adik adik semuanya yang setiap hari merepotkan abang dengan segala kenakalan kami waktu itu bang?"
"Itu beda,kalian tanggung jawab abang di panti..,"
"Tanggung jawab macam apa? Abang pergi tanpa pamit...,"
"Itu karna kalian sebagian besar sudah diadopsi keluarga2 baru..."
"Lalu kalau kami sudah diadopsi abang bisa pergi seenaknya tanpa mengabari kami,adik adik abang?"
"Kalian sudah bahagia,sudah punya kehangatan keluarga baru...mo sampai kpn abang meratapi takdir getir di panti asuhan,selama puluhan tahun tidak pernah ada orang yang sudi mengadopsi abang sebagai anak karna ketidaksempurnaan tubuh abang!"
"Baangg stoppp!!"
Aku menoleh ke arah dua lelaki itu sekarang.
Rudi terisak sambil memeluk tubuh Mahesa,kekasihku.
Isaknya menggiris hati.
Sahabatku yang memiliki muka bengal itu menangis dengan tubuh berguncang guncang.
"Abang sempurna...sangat sempurna bagi kami...abang yang menyiapkan baju kami,menyiapkan makan kami,mengipasi kami yg kegerahan saat tidur,mendongengi kami,menemani kami bermain,belajar,tidur...abang itu pahlawan super adik adik di panti...,"
Aku menggigit bibir menyaksikan rudi berkata seperti itu sambil jemarinya membelai pipi kekasihku.
"Dari dulu rudi selalu nolak tiap ada keluarga yg mau adopsi rudi,karna rudi ga mau ninggalin abang di panti..sampai rudi berusia belasan tahun baru rudi menerima adopsi itupun karna abang ga berhenti memaksaku,"
Aku jadi tau segalanya setelah mendengarkan semua perkataan sahabatku itu.
"Bang..rudi kangen...kangen sekali bang..."
Rudian menangis lagi sambil menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bang Mahesa.
"Maaf dek...maafin abang... "
Kekasihku mengusap usap kepala rudi dengan dagunya.
Aku lirik mata lelaki itu berair.
***
Aku baru saja pulang dari bekerja saat Mahesa tengah menata piring dan gelas di meja dapur.
Disampingnya rudi dengan senyumnya yang belum pernah kulihat sejak dua pertemuan kami sebelumnya,membantu kekasihku itu menuangkan teh ke dalam gelas gelas.
"Jadi inget jaman di panti dulu bang,abang udah nuang teh ke beberapa gelas tapi tiap abang lengah,air teh nya udah pada kosong diminum jaka,denis sama juna tanpa sepengetahuan abang...abang isi lagi,ilang lagi isinya diminum aku,lili sama shasha,hahaha kami sungguh nakal,tapi abang ga pernah marahin kami,abang selalu mengasihi adik adik...,"
Aku tercenung dimulut dapur mendengarkan rudi mengajak kekasihku bernostalgia.
Mereka tidak menyadari kehadiranku.
"Abang sekarang udah doyan ikan lele ya? Bukannya dlu dipanti abang paling ga doyan lele? Abang kan geli sama sungut lele hahaha,inget ga bang dulu denis jail masukin lele idup ke piring nasi abang? Abang jerit2 ketakutan hahaha!"
"Itu gorengin Ananta...dia suka sekali lele goreng sama sambel matah...karna dia abang jd ga takut lagi pegang lele,tapi tetep ga doyan makan lele,cuma gorengin buat ananta aja,"
Seketika tawa ceria di bibir rudi lenyap.
Dia menatap ke arah pintu dapur,tepat ke arah dimana aku berdiri memandangi mereka.
Dia sudah tau kepulanganku sekarang.
Aku menelan ludah mendapati tatapan menusuk sahabatku itu.
Aku belum juga terbiasa dengan tatapan tajamnya itu setelah sejak semalam dan tadi pagi sebelum aku berangkat kerja dia juga selalu memandangku dengan dingin.
Sangat dingin.
Sampai sore ini sahabatku yg kukenal lewat forum itu belum mengajakku bicara.
Menyapa saja tidak,ia hanya bercakap2 dengan bang Mahesa.
Aku jadi merasa seolah orang asing di kontrakanku sendiri.
"Ah,sudah pulang Ta? Istitahat dulu bentar nanti abang siapin air panasnya buat km mandi,"
Aku mengalihkan pandangan ke arah kekasihku.
Lalu menoleh ke arah rudi lagi.
Mata itu sekarang melotot ke padaku.
Aku benar benar tak lagi mengenali seorang rudiansyah.
Dia membenciku.
Sudah jelas terlihat.
"Air panas? Manja banget lu!"
Rudi berseru kesal.
"Dek? Jgn gitu,ananta gampang sakit klo udah sore mandi air dingin,"
Mahesa meraih termos dengan mulutnya lalu melangkah menghampiriku yg masih berdiri di pintu dapur.
"Tapi ga pake disiapin sama abang juga kan,dia udah gede bisa nyiapin sendiri!"
"Gpp dek udah tugas abang,"
"Tugas? Abang jongos dia?!"
"Dek! Yang sopan!"
Muka rudi merah mendrngar teguran keras dari Mahesa.
Dia memalingkan muka.
Melihat itu aku langsung menyambar termos dari mulut kekasihku.
"Aku bisa sendiri bang!"
"Jangan Ta biar abang aja! Kamu cape plng kerja,"
"Gak bang,aku aja!"
"Ta jangan,biasanya juga abang,udah sana km tiduran dulu biar abang siapin,"
"Bang!! Budek ya! Biar aku aja!"
Aku hilang kontrol.
Sekonyong konyong rudi menghampiriku dan tanpa babibu dilayangkanya sebuah tamparan lumayan keras di pipi kananku.
Plaaakk!
"Anjing lu Ta! Berani ya lu bentak abang! Pake ngatain pula! Ga tau diri,udah dilayani balesanya tai!"
Aku kaget setengah mati.
Pipiku terasa perih.
Dia bukan rudi.
Bukan sahabatku yg sinting dan konyol itu.
Ini bukan dia.
"Dedek!!! Apa2an kok pake mukul!"
Mahesa menatap rudi nanar.
Aku segera meninggalkan dapur dengan masih memegangi pipiku yang kebas dipukul rudi.
"Sayang! Sayang!"
Tak kuhiraukan seruan kekasihku aku tetap brrjslan cepat ke arah kamar.
***
"Sayang mau kemana,makan dulu nanti sakit klo prutnya ga diisi...,"
Aku diam tak memberi respon sambil terus sibuk mengancingkan kancing kemejaku saat mahesa bertanya.
Tanpa melihat ke arah kekasihku apalagi ke rudi sama sekali aku lalu berjalan cepat keluar dari kamar.
"Sayang! Mau kemana??"
Aku tetap diam sambil mencari cari kunci motor.
Untung motorku sudah dibawa ke kontrakanku oleh supir keluarga rudi tadi siang saat aku masih di tempat kerja.
Begitu menemukan kontak motor aku lalu langsung keluar rumah tanpa pamit.
Tak kudengarkan panggilan2 bang mahesa.
***
"Bang aku sudah sampai di hotel ,"
Kuketik pesan bbm ke pada Satria begitu tiba di hotel yg tempo hari disewa lelaki itu untuk kami brmalam.
Satria datang malam ini masih dengan pesonanya yg memabukkan.
Hatiku yang kalut sedikit terobati hsnya dengan melihat sosok sempurnanya di hadapanku.
"Kok mendadak sayang?tadi aturan abang jemput km atau nginep tmpt km aja,"
Satria menciumi hidungku.
"Em..aku belum bisa bang ngajak abang ke kontrakan,soalnya aku sekarang ngontrak berdua sama rekan kerja..,"
Bohongku sambil menyodorkan bibir minta dicium.
Satria menyapu bibir luarku lembut.
Aku memejamkan mata sambil mengalungkan kedua lenganku ke leher lelaki tampan itu.
Satria mengulum ngulum bibirku sambil tanganya membelai belai rambutku.
Aku rindu lelaki sempurna ini.
***
Aku terbangun tepat saat jam di pergelangan tanganku menunjukkan angka 12 malam.
Aku menyingkap selimut hotel dan kudapati tubuhku polos tanpa busana apapun.
Tangan Satria mengenggegam kemaluanku yang telanjang.
Kutatap dia yang tidur pulas disampingku.
Aku kecup pipinya.
Kuselimuti ia dengan benar.
Aku bangkit hendak ke kamar mandi untuk buang air kecil ,tapi tertahan melihat ponselku bergettar.
"Sayang,km dimana? "
"Sayang km kemana? Km pulang kan nanti?"
"Sayang maafin sikap rudi tadi ya.. "
"Sayang pulang ya,ini abang tungu di depan rumah,"
"Kemana lu? Ketempat selingkuhan lu si satria kan? Anjing emang lu!"
"Ga nyangka gw selama ini temenan sama anjing macam lu!"
"Jadi pria tidak sempurna diluar harapan yg lu maksut itu abang kami? Pahlawan super kami? Bangsat lu!"
"Eh njing lu punya hati ga sih duain orang sebaik abang kami! Oh engga ya,otak aja ga punya apalagi hati!"
"Sono lu sama pujaan lu si satria ysng sempurna buat lu,tp tinggalin abang sekarang juga!"
"Jadi cinta menurut lu itu hanya tentang fisik ya njing?
Ga heran sih,otak lu kan di kontol!"
"Abang yg lu khianati itu cinta pertama belok gw njing! Yg gw cari cari selama ini!setan bener lu sakitin kayak gitu!"
Hatiku perih sekali membaca makian makian kasar dari sahabstku di bbm.
Tapi pasti kekasihku akan jauh lebih pedih jika melihatku tidur telanjang berdua dengan lelaki lain di kamar hotel malam ini.
Air mataku menetes.
@lulu_75
@riyand
@hellojordan1881
@tuink
@jjsssan
@stevenbeast
@hajji_muhiddin
done ep 30
***
"Bang ikut rudi aja,tinggal sama rudi,"
Aku pura pura tidur membelakangi mahesa dan rudi yang bercakap sambil menonton televisi malam ini.
"Bang? Denger ga sih? Ngapain malah ngeliatin ananta terus!"
"Ehh iya dek? Ngomong apa tadi?"
"Tau ah,abang gitu...,perhatiannya sama dia mulu,"
"Engga gitu de',ananta ga makan sore tadi,malah langsung tidur..abang takut dia sakit...,"
Kudengar rudi mendengus.
"Dia bukan bocah lagi bang,bisa ngurus dirinya sendiri,terserah mo makan kek mo engga kek,bukan urusan kita,"
"Ga gitu dong de' ,ananta kan tanggung jawab abang...,"
"Tanggung jawab? Hahaha are u kidding me bang? Abang bokapnya?"
"Dia pacar abang de'..."
Tak terdengar lagi suara.
Kutunggu tunggu sahutan rudi.
Tapi dia diam.
"Abang...mencintainya?"
Itu dia suara rudi.
"Lebih dari itu...,"
Hatiku mencelos mendengar kata2 mahesa.
"Lebih dari itu?"
"Dia hidup abang...,"
Tuhan.
Hatiku justru sakit mendengar perkataan kekasihku.
"Begitu istimewanya dia bang...?"
"Sangat istimewa...,"
Cukup bang.
Aku tidak pantas menjadi orang istimewamu.
"Ta..tapi kenapa dia bang?"
Suara rudi tercekat.
"Dia menerima abang..apa adanya...dia tidak pergi setelah tau kenyataan pahit kekasihnya cacat.."
"Ta..tapi rudi juga menerima abang apa adanya...bahkan lebih dulu rudi yg menerima kekurangan abang..,"
"De'..km mengenal abang dari kecil di panti..kamu sudah tau kondisi abang secara nyata dari dulu,beda dengan ananta yang hanya mengenal abang lewat dunia maya...abang tau pasti tak mudah baginya menerima ketidaksempurnaan kekasihnya yang cacat..tapi dia mau berusaha menerima abang dengan tetap bersama abang,menerima abang tinggal satu atap di sini...itu sangat berati buat abang...abang..sangat menyayangi dia...,"
Aku menangis tanpa suara mendengar semua perkataan kekasihku.
"Begitu ya bang...jadi dia menerima abang? Tulus? Yakin bang?"
Aku merasakan penekanan kata yakin pada kalimat yg terlontar dari mulut rudi.
"Udah malem de' istirahat ya..,oh iya km ga kerja de besok,km udah dua malam ini disini apa ga masuk kerja?"
"Baru tanya sekarang bang...oh iya abang kan fokusnya sama pacarnya yg istimewa aja ya..."
"Bukan gitu de' abang lupa nanya tentang kamu karna pikiran abang ga tenang ananta ga pulang dari semalem..pulang juga diem ga makan..,"
"Iya ngerti kok bang,segalanya tentang dia kan..,"
"De'..maaf...,"
"Abang ga salah ga usah minta maaf..rudi bisnis clothing line website bang...udah lumayan besar,udah ada beberapa tenaga ahli yang nanganin segalanya,rudi tinggal terima uang aja sambil mantau lewat smartphone juga bisa dimanapun rudi berada...,"
"Wahh hebat ya de kamu..syukurlah kalau dede sukses..,"
"Rudi ga hebat bang..,"
"Hebat dong ngga ngapa2 in udah tinggal terima uang aja..,"
"Rudi ga hebat karna ga bisa menangin hati abang...,"
Sampai disitu tak terdengar suara lagi.
Sampai bermenit menit kemudian;
"Keluarga yang ngadopsi dede baik kan?"
Suara mahesa terdengar.
"Sangat baik..mereka sangat memanjakan rudi..memenuhi segala kebutuhan rudi...mereka nikah 10 tahun tidak memiliki keturunan,jadi keberadaan rudi di rumah mewah mereka sangat berharga bagi mereka..,"
"Kamu beruntung de' ditemukan keluarga sebaik mereka...,"
"Rudi tidak seberuntung itu bang..,"
"Kenapa?"
"Rudi kurang beruntung karna tidak berhasil memiliki cinta abang...,"
Tak terdengar lagi suara beberapa saat.
"Syukurlah kalau ade abang bahagia hidup bersama orang tua angkat sesempurna mereka,"
"Rudi tidak sebahagia itu karna kehilangan abang bertahun tahun..setelah akhirnya bertemu pun abang sudah mencintai orang lain..,"
Suara rudi terdengar getir.
"De'.."
"Apa bang..."
"Maaf...,"
"Huufff...,"
"Abang sayang kalian,kamu,jaka,denis,semua adik adik di panti...kalian lentera hidup abang...kalian penyemangat hidup abang...melihat kalian abang selalu brrsyukur,memiliki sesama nasib tak diinginkan orang tua kandung.."
Suara mahesa tercekat.
"Rudi sudah tau orang tua kandung rudi bang...,"
"Apa? Beneran de' ???"
"Saat rudi mengunjungi panti untuk memberikan sedikit sumbangan sebagai tanda terimakasih sudah dibesarkan dari bayi,selain juga untuk mencari tau info tentang abang,rudi bertemu dengan seorang ibu di ruang tamu panti,dia ibu kandung rudi,datang ingin melihat anaknya yg dititipkan di panti bertahun tahun lamanya,dia seorang pelacur yg kebobolan hamil rudi,tanpa tau siapa lelaki yg menanam benih di rahimnya saking banyaknya pelanggan yg memakai jasa tubuhnya...,"
Hatiku sesak mendengar cerita rudi.
Terbayang keharmonisan keluargaku di semarang.
Ayah ibuku yang berlatar belakang keluarga baik baik,adik2 perempuanku yang pintar2.
Tak terbayang bagaimana remuk hatiku jika mengalami hidup seperti rudi,seperti mahesa,yg dibuang di panti asuhan karna tak diharapkan kelahirannya.
"Lalu..bagaimana pertemuan dede dengan ibu?"
"Rudi hanya bilang,lanjutkan saja jalan hidup masing2..anda sudah membuangku,maka selamanya rudi bukan siapa2 anda..rudi tak perlu melihat apalagi mengenal anda lagi setelah ini,gitu kata rudi bang...,"
"Astagfirullah..kok gitu de'..beliau tetap ibu dede..."
"Ibu rudi bu arini,bu sri, bu helma,para pengurus panti yg merawat rudi dari bayi,bapak rudi pak yahya,pak ahmad,pak totok,pengurus panti yang menjewer telinga rudi saat rudi nakal,melindungi rudi saat ketakutan dikejar anjing,abang rudi bang mahesa yang menemani rudi bermain dan belajar sejak kecil...orang tua rudi bertambah setelah diadopsi papa himawan dan mama melisa yang baik hati..,"
"De...bersyukurlah atas segala yg kamu miliki...kamu masih jauh lebih beruntung dibanding abang yang sampai sekarang tidak tau siapa orang tua abang...tapi sejak bertemu dan mengenal ananta,abang merasa beruntung dan harus banyak bersyukur,memiliki seseorang yg menerima abang dengan ikhlas.."
"Rudi juga menerimamu bang...lebih dari siapapun...rudi ingat saat umur rudi 13 tahun,abang mencium bibir rudi sambil menangis,abang bilang telah berdosa memiliki perasaan aneh terhadap rudi karna rasa sayang abang bukan hanya sekedar kakak ke adik laki lakinya,tapi abang menyukai rudi selayaknya kekasih..abang selalu mendekapku ketika tidur sambil terus bilang klo abang tidak normal...tapi rudi juga tidak pergi kan bang..rudi menerima abang sepenuhnya...rudi merasa ketergantungam dengan abang...rudi juga sangat sayang abang...sampai rudi terus menolak diadopsi karna takut kehilangan abang...rudi...mencintai abang..."
Rudi terdengar terisak.
Aku terus mendengarkan dengan perasaan campur aduk.
"Maafkan abang de'..abang sudah berdosa membawamu ke dalam perasaan terlarang itu..jadi sampai sekarang dede juga 'begitu' ? Gara gara abang dulu? Ahh de' abang berdosa sekali,abang bersalah sama kamu...,"
Sekarang kudengar mahesa juga terisak.
Aku sendiri juga menangis tanpa suara.
***
Rudi terus mengawasi kegiatan Mahesa sejak pagi; menyiapkan seragam kerjaku,menyetrikanya,membuat sarapan,menyapu dan mengepel seluruh ruangan kontrakan,membuang sampah,tanpa sekalipun mengijinkan rudi untuk membantunya.
Aku bergabung untuk sarapan bersama mereka pagi itu,dengan tanpa bicara sepatah kata pun.
Aku hanya mengangguk atau menggeleng jika mahesa mengajskku bercakap.
Rudi lebih pendiam lagi dariku pagi itu.
Hanya saja matanya yang berbicara banyak melalui tatapannya.
Tatapan kasihnya untuk mahesa,tatapan bencinya untukku.
"Gw mau bicara serius ma lu,plng kerja jgn pulang dulu ke kontrakan,temui gw di maroon cafe jam 5,"
Aku membaca pesan bbm dari rudi di ponselku sesaat sebelum aku menyelesaikan sarapanku.
Sedikit banyak aku sebenarnya sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan lelaki itu padaku.
Salah satunya mungkin dia akan memaki maki ku secara langsung atas apa yg kuperbuat dibelakang mahesa.
Atau mungkin dia akan langsung menghajarku karna sudah melukai hati lelaki yg sejak dulu dicari carinya.
Tapi itu tak dilakukannya setelah aku memenuhi permintaanya untuk bertemu di cafe petang ini.
15 menit berlalu rudi hanya diam menatapiku.
Aku yang jengah dipandangi terus akhirnya membuka suara;
"Katanya mo ngomong...,"
Rudi menghela nafas sebelum ikut mrmbuka mulut;
"Lu brengsek...,"
Rudi mengataiku tapi tidak dengan intonasi keras layaknya orang memaki.
Suaranya justru terdengar letih.
"Abang sangat mencintai lu..gw bisa rasain sayangnya ma lu dengan caranya melayani lu tiga hari ini selama gw di tempat lu.."
Aku diam,menunduk.
"Dari kemaren pgn banget gw bongkar perselingkuhan lu sama Satria,tapi melihat bagaimana abang mengasihi lu,gw jadi ga tega...gw terlalu takut melukai perasaan orang yg gw cintai dam hormati itu...padahal dengan gw diam justru itu makin menyakiti abang lebih dalam..."
Aku benar benar tak berani menatap rudi saat ini.
"Maka dari itu gw minta sama lu Ta,sudahi hubunganmu dengan Satria dan belajarlah mencintai abang...,"
Sejujurnya aku lebih siap jika rudi memaki maki ku atau memukuliku saja daripada berkata seperti itu.
Sungguh diluar dugaanku.
Aku pikir jika rudi tak memakiku,munhkin saja dia akan memintaku meninggalkan mahesa dan menyerahkannya padanya.
Tapi...
"Kamu hanya sedang mabuk oleh cinta sesaat dari satria..karna dia sempurna...tapi percayalah padaku Ta,kamu beruntung dicintai pria cacat yg kamu benci itu...,"
Aku mendongak perlahan,kutatap rudi yg juga sedang menatapku,pandangannya sedih.
Bukan lagi tatapan marah dan benci seperti yang ditunjukkanya kemarin kemarin.
"Setidaknya jika lu belum mampu mencintai dia,kasihanilah dia dengan tidak melukai hatinya...hidupnya berat Ta,dibuang karna cacat,tidak ada yg mau mengadopsi puluhan tahun,tapi dia bahagia karna menemukan dan ditemukan sama lu..gw ga sanggup mematahkan hatinya melihat betapa semangat dan bahagianya dia memiliki lu...,"
Aku menunduk lagi saat kulihat buliran air bening mengalir di pipi rudi.
Tuhan,aku melukai banyak hati.
"Gw cuma minta itu aja nyet,ga lebih ga kurang,belajarlah mencintai abang kesayangan gw pelan pelan,tinggalin tuh si muka mesum satria yg lu puja puja itu,percaya gw dia cuma cinta sesaat lu! Oke nyuk,gw cabut,gw ga pulang lagi ke kontrakan lu,gw balik jakarta langsung,baik baik lu mpak sempak sama abang gw!"
Aku terisak.
Merasa menemukan kembali sahabat konyolku yang bberapa hari hilang,saat rudi berkata kata seperti dulu lagi,menyebutku dengsn panggilan2 konyolnya lagi padaku.
Jujur aku merindukan dia yang seperti itu.
@aurora_69
@lulu_75
@riyand
@jjsssan
@tuink
@hajji_muhiddin
thanks masih setia ngikutin part demi part,tunggu kejutan selanjutnya
***
Satu bulan berlalu sejak pertemuan terakhirku dengan rudi di maroon cafe waktu itu.
Aku yang tidak ingin lagi menyakiti hati dua lelaki yang mennggantungkan harapan begitu besar padaku,mulai mencoba belajar menyayangi kekasihku.
Mencoba memenuhi permintaan rudi.
Sahabatku itu sudah sangat terluka mengikhlaskan cinta pertamanya untukku demi membahagiakan mahesa,sungguh keterlaluan jika aku makin menambah lukanya dengan tidak mau memenuhi harapanya;belajar mencintai mahesa.
Setiap hari kubantu segala pekerjaan rumah kekasihku itu,bahkan kusuruh dia istirahat atau fokus pada novel2 nya yg akan terbit sementara aku yg ganti melayani lelaki itu.
Setiap malam sebelum tidur kusempatkan mengecup kening kekasihku dan memeluk tubuhnya saat tidur bersama.
Tak terkatakan bagaimana raut bahagia lelaki berfisik kurang sempurna itu atas perubahan sikapku yang sangat drastis.
Setiap saat dia mengucapkan kata terimakasih berulang kali kepadaku.
"Makasih ya sayang udah bantuin masak...abang senang sekali,"
"Makasih ya sayang udah bantuin ngetik novel..,"
"Makasih ya sayang atas kebesaran hatimu menerima abang...,"
"Sayang kok km nyretika baju sendiri sih biar abang aja "
"Sayang jgn nyapu nanti km cape,biar abang aja sini..,"
"Sayang biarin aja piring gelasnya ntr abang yg nyuci,udah sana km istirahat...,"
"Sayang makasih atas cinta dan kasihmu untuk abang...,"
Dia tidak pernah tau bagaimana kesakitanku merindui lelaki lain saat aku melayaninya.
Dia tidak pernah tau bagaimana kesakitanku membohongi satria saat memeluk tidurnya.
Satria tidak pernah menyerah menghubungiku setiap saat sejak aq mulai menghindar darinya.
Aku terus berbohong pada lelaki tampan itu bahwa kesibukanku bekerja lah yang membuatku terus menolak pintanya bertemu.
Tak terkatakan pula bagaimana aku menahan sesak merindukan pelukan lelaki beraga sempurna itu.
Merindukan kerling nakalnya.
Merindukan ciumannya.
Merindukan kebinalannya di atas ranjang.
Aku sungguh sakit merindukan lelaki itu.
Tapi aku juga sakit jika melukai kepercayaan rudi sahabatku.
Meski sampai sekarang aku belum juga mampu menumbuhkan cinta untuk mahesa,setidaknya aku tidak boleh melukainya dengan kembali berkhianat di belakangnya.
"Gw sangat mencintai abang Ta,cinta yg besar itu membuat gw lebih ingin melihatnya bahagia bersama orang yg dia cintai meski itu meremukkan hati gw.."
"Gw titip abang sama lu Ta..jaga dia buat gw..dia ga punya siapa2 yg bisa melindunginya..,"
"Gw tau ini berat buat lu Ta,tapi gimana pun lu yg lebih dulu membuka hatinya..lu harus dewasa dengan bertanggung jawab pada pilihan lu.."
"Lu hanya perlu waktu untuk merasakan bahagianya dicintai abang Ta,dia orang terbaik dari yg terbaik sepanjang gw kenal berbagai macam karakter orang...,"
"Panti kami itu hanyalah panti asuhan kecil yang sering kekurangan dana...tidak seperti panti2 lain yg besar dengan sokongan dana banyak pihak...yg bangunnanya mewah,fasilitas lengkap...kami sering harus makan hanya dua kali sehari klo bnr2 kehabisan dana konsumsi...dan lu tau Ta,abang sering sekali membagikan jatah makan pagi dan malamnya untuk adik2 panti yg lebih kecil...dia potong2 tempe goreng jd bbrpa bagian lalu dia taro ke piring2 adik2,dia bagi sebisa mungkim agar nasinya rata ke smua adik2,dan dia hanya minum air putih sebanyak2nya untuk ngilangin rasa lapar..."
"Abang itu pahlawan tak berkaki tak berlengan kebanggaan kami di panti..kami tidak akan pernah rela kalau abang terluka dan disakiti orang lain...,"
"Teruslah belajar mencintai dia Ta..kamu pasti bisa..gw percaya lu Ta...,"
Rudi sering sekali mengingatksnku baik itu lewt bbm ataupun telepon langsung.
***
Aku sedang menenggelamkan kepalaku di dada Mahesa hari minggu pagi itu saat tengah bersantai menikmati hari libur kerjaku,ketika pintu kontrakanku diketuk seseorang di luar.
"Huh? Siapa tuh bang?"
Aku mengangkat kepala,menatap kekasihku yang lalu menggedikan bahu.
"Yang pasti bukan tamu abang ,sayang..abang ga punya kenalan yang tau abang tinggal disini..pasti tamu kamu...,"
"Yee siapa bilang ga ada yg tau abang disini,noh si sempak rudi tau..!"
Aku menjulurkan lidah,mahesa tertawa memandangku.
Aku bangkit hendak membukakan pintu,tapi kekasihku mendahuluiku melangkah keluar kamar.
Kuikuti langkahnya menuju pintu depan,penasaran siapa tamu di hari libur ini.
"Haii ini rumah ananta bener ga ya? SAYANG!! Bener itu kamu!! I miss u so much honey!!"
Lelaki tinggi besar dengan ketampanan yang memabukkan tiba2 merangsek masuk melewati mahesa yg bengong didepan pintu,mendekap tubuhku sangat erat.
Dia,SATRIA!
@aurora_69
@lulu_75
@riyand
@rama212
@tuink
@jjsssan
@hajji_muhiddin
@RaraSopi