It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Iihh angin"an kemasukan angin baru tau rasa kamu ka. Ntar tau" depan ngegelembung aja :v lol @Rama212
@QudhelMars cuman negelembung aja kan?? bisa di kempesin kan?
(15) Raffa POV (6)
“kenapa kakak begitu percaya sama saya”
“karna kakak beranggapan kamu benar-benar tulus, kamu bisa membuat Raffa senang”
Aku masih tidak menyangka dengan apa yang di ucapkan kak Michell, aku terbawa mimpi bersama kak Michell ketika aku tertidur, di mimpi itulah kata-kata itu muncul lagi dari bibir kami berdua, dan di mimpi itu kak Michell terlihat bahagia sekali bersamaku di suatu tempat yang bisa di bilang adalah sebuah taman. Aku terbangun dari tidurku ketika aku mendengar suara seseorang yang aku kenal di luar kamar, lalu aku melihat sekeliling kamar yang aku tempati saat ini dan tidak ada siapa-siapa kecuali aku yang memakai selimut tebal kemudian aku merasakan hawa dingin yang menusuk ke bagian tulangku rupanya ac di kamarlah yang membuat hawa menjadi dingin.
‘aku masih di rumah tante Fanya’ batinku.
*kreeek*
Sontak aku melihat ke arah pintu yang terbuka itu, rupanya adekku.
“hai kak.. pagi” sapaan adekku yang masih di dekat pintu.
“pagi dek..” jawabku sambil tersenyum melihatnya yang memakai baju sekolah.
“masuk sini dek..” pintaku.
Adekku masuk kedalam kamar, munutup kembali pintu kamar dan menghampiriku.
“umm.. kakak masih demam!” kata adekku yang menyentuh tanganku, dan keningku.
“dek, tolong matiin acnya dong..”
“ohh kakak kedinginan..” lalu adekku mengambil remote ac dan mematikan ac tersebut, mematikan lampu kamar serta membuka horden di jendela, ketika di buka aku terkejut melihat sinar matahari yang begitu terang.
“dek.. ini jam berapa ya??” tanyaku.
“udah jam 11 kak..”
“ohh iyaa bentar yaa kak” sambung adekku yang sudah membuka jendela kamar lalu menghilang ke luar kamar.
Mungkin karna saat menginap di rumah Fael aku kurang tidur sehingga pagi ini aku bangun se siang ini di tambah malam tadi kepalaku yang terasa pusing dan tentu saja untuk pertama kalinya aku tidak tidur selama 24jam. Aku merasakan hawa dingin mulai menghilang dari tubuhku, aku bangkit dari tidurku lalu mengambil posisi duduk dengan bersender ke dinding sebelah kiri.
*kreek*
Adekku terlihat kembali masuk ke kamar sambil membawa mangkuk yang ber isikan entah apa itu dan segelas air mineral.
“ehhh? Kakak udah gak pusing?”
“alhamdulillah udah gak nih dek”
“umm perutnya gimana? Masih sakit gak?”
“udah gak begitu sakit dek, cuman kadang-kadang aja”
“yaa udah kalau gitu kakak makan yaa, ni adek bawakan bubur buatan tante Fanya”
“tante Fanya di mana dek?”
“di dapur”
“kalau ibu?”
“ibu jualan”
‘jualan?’ batinku. Di saat anaknya sakit seperti ini ibu malah jualan?!
“tadi sebenarnya ibu gak mau jualan, ibu maunya nemanin kakak, tapi tante Fanya nyuruh ibu jualan karna ibu sudah mempersiapkan jualannya malam tadi, lagi pula tante Fanya lagi gak ada jadwal praktek” penjelasan adekku panjang lebar. Aku hanya manggut-manggut saja mendengarnya.
“kok adek gak sekolah?”
“heheee adek udah sekolah kok, cuman tadi gurunya ngadakan rapat buat semesteran jadinya di suruh pulang deh” kata adekku dengan sumringahnya lalu menyuapkan aku bubur yang dia bawa itu. aku membuka mulut dan mengunyah pelan bubur yang telah masuk kemulutku. Uumm enak!
“kakak kapan semesteran?” tanya adekku yang memberikanku air mineral dalam gelas.
*gleek gleek gleek*
“mungkin senin depan dek”
“ohh yaa?... nah kalau gitu kakak harus makan yang banyak yaa biar cepat sembuh, kan bentar lagi semesteran”
Aku membalas dengan senyumanku lalu adekku melanjutkan aktivitasnya menyuapin ku hingga bubur yang di buat tante Fanya habis tanpa sisa, adekku bahagia sekali melihat bubur yang dia bawakan itu habis, aku juga merasa senang karena nafsu makanku masih terjaga walau sedang sakit.
**
Sudah dua hari aku tidak masuk sekolah, aku jadi rindu dengan teman-teman sekelasku terutama dengan Fael. Ternyata hati tidak bisa berbohong! Aku masih memikirkannya! Aku kembali memikirkan sosok itu di benakku, apa Fael juga memikirkanku dan merindukanku? Sekarang aku sudah berada di kamarku sendiri, kondisi badanku mulai fit namun hanya demamku saja yang tidak kunjung turun, tante Fanya bilang bahwa demamku ini di sebabkan karena aku kurang istirahat.
“Raffa pasti begadang yaa sampe matanya seperti mata panda begitu”
Aku hanya tersenyum ganjil mendengar perkataan tante Fanya saat itu, memang aku begadang, bukan! Itu bukan begadang, aku sama sekali tidak bisa tidur ketika itu.
“kaak!!!” teriakan adekku dari luar kamar.
*kreeek*
“kak!! Kak Michell nelpon” kata adekku yang sudah berada di kamar sambil memberikan hpku.
“h-haloo kak??”
“Raffa sakit yaa?” suara kak Michell yang terdengar di hpku.
“Sakit apa Raffa?” sambungnya. Darimana kak Michell tau kalau aku sakit? Apakah Fael memberitahu kak Michell?
“Raffa sakit tipes kak”
“ya ampun..mulai kapan sakitnya? udah periksa ke dokter? Sekarang gimana kondisi Raffa?”
“mulai malam senin kak.. s-s-sudah ke dokter kak, alhamdullilah sudah mendingan”
“syukur deh kalau gitu…umm udah minum obat?”
“sudah juga kak”
“maaf yaa kak Michell gak bisa jenguk, kak Michell lagi sibuk soalnya.. maaf yaa Raffa”
“iyaa kak tidak apa-apa”
“yaa sudah kalau gitu cepat sembuh yaa Raffa, kalau sudah sembuh sering-sering main kerumah yaa, salam sama ibu dan adiknya Raffa yaa” belum sempat aku membalas obrolan lebih dulu di putus oleh kak Michell.
“kak Michell bicara apa aja kak?” tanya adekku dengan wajah penasarannya. Kemudian kami berdua terkejut karena suara petir yang begitu hebatnya.
“yaa ampuuuunnnn!! Ngerik banget suara petirnya”
Suara hujan masih terdengar di telingaku sampai sekarang ini, sekarang jam menunjukkan pukul 11.12 siang. Saat ini aku duduk di atas kasurku sekaligus bersender dengan dinding, dan terlihat beberapa kilat serta suara petir tiada hentinya. Pantas saja adikku tidak pergi bersekolah hari ini karena hujan yang begitu lebat serta petir tiada hentinya.
“ohh iyaa saatnya kakak makan, bentar yaa kak” adekku pergi meninggalkan kamar.
‘pasti makan bubur lagi’ batinku berkata.
Tidak lama kemudian adekku kembali ke kamar dengan membawa piring yang berisikan ayam, nasi serta sayur sup. Rupanya aku tidak makan bubur lagi
“yuuk kak makan, adek suapin yaa”
“ini ibu loh yang buat” sambung adekku.
“aaak…” kata adekku yang menyuruhku tuk membuka mulut.
“kira-kira ibu masih di apotek gak dek?” tanyaku.
“yaa masih dong, kan ibu di suruh tante Fanya buat jaga apotek, lagian kan hujannya lebat banget masa iya ibu jualan.. itung-itung ngebantu tante Fanya”
Pagi tadi ketika aku di antar oleh tante Fanya bersama ibu yang berada di mobil aku mendengar percakapan antara ibu dan tante Fanya, berhubung cuaca sedang tidak mendukung dan ibuku yang tidak sempat mempersiapkan jualannya malam tadi, tante Fanya mengajak ibu tuk ikut ke apotek tante Fanya. Ibuku menyetujui ajakan tante pergi ke apotek.
“cuman jaga saja kok, tidak susah, lagi pula ada karyawan saya yang lain”
Dengan senang hati ibu menerima ajakan tante Fanya tuk sementara waktu bekerja di apotek tante Fanya.
“enak kan kak?” lamunannku sirna ketika adekku berbicara.
“yeee kakak malah melamun, mikirin kak Raffael yaa hihii” sambungnya.
“apaan sih dek”
**
Setelah selesai makan siang aku kembali tertidur lagi, tidurku kali ini begitu pulasnya karna cuaca yang sangat mendukung serta perutku yang terasa kenyang. Namun ada sesuatu sentuhan yang membuat bulu kudukku merinding lebih tepatnya ada tangan yang memegang tanganku saat ini dan seperti adanya seseorang di kamarku.
“looh kakak mau kemana?”
“kita bicara di luar aja dek, kak Raffa kan lagi tidur”
Suara itu! mustahil! Apakah aku masih di alam mimpi? Tapi mengapa suara itu terdengar nyata di telingaku. dengan mataku yang masih tertutup aku mendengar samar-samar suara langkah kaki yang menjauh serta suara pintu kamar yang tertutup. Aku mencoba membuka mataku kemudian mengerjapkannya beberapa kali.
‘aku tidak mimpi kan’ batinku.
Akupun mengangkat tanganku tepat ke arah wajahku dan memperhatikannya.
‘aku hafal sekali sentuhan tangan dan suara itu.. itu pasti Fael’
Aku melihat ke-arah jendela kamarku terlihat rintikan air yang masih mengguyur rumahku. Sekarang jam menunjukkan pukul 2.40 itu artinya sekolahku sudah selesai 35 menit yang lalu dan aku sangat yakin sekali Fael berada di luar kamarku saat ini.
Aku tidak begitu mendengar apa yang mereka bicarakan di luar sana, suaranya terdengar samar karena di-iringi dengan suara hujan yang cukup deras.
“kamu tidak perlu takut dengan kakak.. kakak tidak masalah dengan orientasi sexual seseorang”
“kamu tidak perlu takut dengan Raffa.. Raffa tidak akan membencimu ataupun menjauhimu bahkan memakimu.. itu tidak akan terjadi.. kamu percaya kan sama kakak?”
Kembali aku mengingat perkataan kak Michell yang membuat hatiku sedikit bahagia sekaligus bertanya-tanya dengan apa yang di ucapkan kak Michell.
‘aku tidak perlu takut dengan Fael?’
‘apakah Fael seorang gay? Sama sepertiku?’
Lalu bagaimana dengan tangan Fael yang mengepal pada saat itu dan perkataan kak Michell tentang Raffa yang pernah memaki temannya yang GAY.
“aku tau kamu tidak akan pernah menyayangiku dan mencintaiku” begitu bodohnya aku mengatakan itu. aku sama sekali tidak berfikir pada saat itu. apa yang aku ucapkan merupakan dari isi hatiku saat itu.
Aku menggerutu kesal dengan diriku sendiri, seandainya saja waktu bisa di ulang kembali. Aku ingin sekali berada pada waktu itu, aku ingin mengubah yang telah aku lakukan. Aku ingin mengubah apa yang aku katakan dan aku ingin mengubah dari awal pertama bersekolah di SMA 10.
‘seharusnya aku duduk dengan perempuan yang menyendiri di ujung kanan’
BODOH!
Tiada hentinya aku menggerutu dengan diriku sendiri hingga suara yang berada di luar semakin senyap. Aku tidak tahu apa yang di lakukan adekku bersama Fael.
“kak!! Kak Michell hari minggu ke sini loh”
“haaaah??!!”
Tidak mungkin kan itu yang adekku bicarakan dengan Fael? Lamunanku sangat konyol sekali.
*kreeek*
Aku terkejut bukan main saat suara pintu terbuka dan posisiku masih sama duduk sambil bersender dengan dinding. Deg! Apakah itu adekku atau Fael? Aku tidak bisa berbuat apa-apa jika itu benar-benar Fael yang membuka pintu kamar, aku melihat sebuah kepala dengan rambut yang panjang terurai terlihat dari balik pintu yang telah di buka.
“eehhhh kakak udah bangun, barusan aja kak Raffael pulang” rupanya adekku. Syukurlah adekku yang membuka pintunya. Ternyata benar yang di luar tadi dan yang berada di kamarku itu adalah Fael.
Dan apa yang lebih membuatku terasa berada di uji nyali? Sebuah kado!
‘kado..!’ batinku. Aku melihat kado yang di pegang adekku.
‘itu kado pemberian Fael waktu itu’
“yeee serius amat ngeliat ini”
“nih dari kak Raffael” sambungnya.
“cepetan kak buka! Adek kepo tau apa dalamnya” sambung adekku lagi yang memberikan kado itu kepadaku. Aku menerimanya dengan perasaan entah apa ini, aku merasa senang, bahagia, kalut dan bertanya-tanya.
‘untuk Raffa’ tulisan itu berada di atas kado tersebut dengan gambar-gambar bayi dan anak kecil yang berada di tiap ujung kertas itu.
Sebuah kotak yang cukup besar yang aku pegang ini membuatku penasaran.
‘apa isinya’ gumamku.
“ayoook kak! Cepat buka!!”
Dengan seruan dari adekku, aku memulai membuka kado itu, pertama! aku melepas kertas putih itu dari kado, kedua! aku membuka bagian kanan dan kiri yang di lem, ketiga! kertas kado itu aku lepas dari sebuah kotak karton, dan yang terakhir aku membuka penutup kotak karton itu lalu terlihat sebuah plastik yang berisikan sebuah kaos dan kotak bewarna hitam serta ada sebuah foto dan amplop yang tertindih di bawah kotak hitam itu.
“yaa ampuuun kak!! lucu banget gambar kaosnya.. gambar penguin!” antusias adekku yang melihatku membuka plastik dan membuka lebar kaos.
“kak yang di dalam kotak kecil itu apaan ya??”
“kaak!! Ada foto! Ihh kak Ada amplop kak!!”
Kemudian aku mengambil kotak bewarna hitam serta foto dan amplop yang tertindih dari kotak hitam.
“kak coba liat..”
“ehhh.. foto kakak bareng kak Raffel di stasiun?”
Rupanya foto itu adalah hasil dari Ana yang memfoto kami berdua di stasiun. Ternyata seperti ini hasilnya kami berdua terlihat tersenyum lebar di foto itu dan bagian tangan lengan Fael merangkulku dengan dekap. Manis!
Selesai memperhatikan foto tersebut aku penasaran sekali ingin membuka kotak hitam yang aku pegang ini. Apakah cincin? Ohh pikiran apa ini!
1……2…..3…..
Dengan pelan dan irama jantungku yang berdegup kencang aku membuka kotak bewarna hitam itu. aku tidak berani melihatnya.
“kaak!! Jam tangan kak.. ihh bagus kak!!” aku mendengar apa yang di katakan adekku. Sebuah jam tangan!
Aku ingin sekali bertemu Fael saat ini, aku ingin sekali mengucapkan terimakasih dengan apa yang telah di berikannya untukku. Aku tidak bisa memberikan apa-apa untuknya.
“kak amplopnya belum di buka!”
Kemudian penglihatanku beralih ke amplop yang tergeletak di atas foto, dengan perasaan entah apa ini aku mengambil amplop itu. aku beranggapan bahwa di dalam amplop itu adalah uang, jika benar-benar uang aku tidak akan menerimanya dan akan mengembalikannya. Namun dugaanku salah, di dalam amplop tersebut ber-isikan sebuah kertas putih yang di lipat persegi panjang dan aku membuka lipatan itu dan terlihat tulisan Fael.
Raffa.. selamat ulang tahun.
Maaf cuman ini yang bisa guaa beri.
Maaf guaa gak tau apa yang eluu suka.
Kalau guaa tau, guaa bakal belikan itu untuk luu.
Dan.. Maaf guaa telat ngasih kado ini ke luu.
Karna guaa baru tau pas nyokap dan adek luu buat kejutan.
Maaf juga guaa gak tau luu ulang tahun yang ke berapa sekarang ini.
Mungkin luu menginjak ke 17 tahun kali yaa.
Dan malam itu..
Guaa begitu kaget dengan perkataan luu..
Guaa akuin pada malam itu guaa sedikit merasa aneh, guaa masih belum percaya dengan yang lu bilang
Dan luu tau semenjak itu Raff..
*dook dook dook*
“ehh ada yang ngetok pintu depan kak”
“itu kemungkinan ibu dek, buka dek pintunya!” seruku ke adek. Adekku keluar kamar dan aku grasa-grusu merapikan pemberian Fael dan menaruhnya di meja lipat kecil.
Aku sudah merapikan barang-barang yang sempat berserakan di atas kasurku, aku bangkit dari dudukku lalu melangkahkan kaki tuk keluar kamar.
*kreek*
“Hai.. gimana keadaanmu..” seseorang itu memakai jaket kulit serta penutup mulut. Aku tidak begitu mengenal wajahnya namun suara itu aku pernah mendengar suara itu.
“ka-kamu….”
~To be Continued
@lulu_75 @Abdulloh_12 @awi_12345 @QudhelMars @Llybophi @Aurora_69 @AdzamSudrajat @abyyriza @Secreters
*eh dimas gosah sok religius lo :v LOL