It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Cerita ini masuk nominasi SUPER LOVE AWARDS 2017 sebagai Story of the Year!
Kunjungi profil kami atau boyzroom untuk memenangkan cerita ini
Jngn lupa tuh... Ehm...
Pm aj ya bagusnya. Wkwk
@Aurora_69 hihh.. Apaan dah kakak nih
Happy reading beib~
#Sebelumnya
Malam harinya guaa termenung di teras kamar mengamati bintang-bintang di langit, angin malam yang cukup dingin membuat guaa sedikit merinding.. Btw.. Sejak sore tadi Raffa kecil gak ada ngehubungin guaa sampai detik ini.. Huuh!! Sms dari guaa aja gak di balasnya begitupun dengan panggilan telpon.. Guaa jadi penasaran dia lagi apa sekarang..
*drrrttt..drrrt*
---> Raffa calling
Mata guaa terbelalak ngeliat nama panggilan yang tertera di hape guaa.. Raffa kecil.
Guaa langsung menggeser panggilan terima.
"Haloo... Raffa" Suara pacar guaa terdengar.. Tapi.. Suaranya terdengar serak.
"Iyaa sayang.. Sayang kenapa suaramu serak?"
"Bisakah kamu kemari Raff.. Ke blok G.." ucapnya serak..
"Kamu dimana sayang??" tanya guaa cepat sekaligus khawatir.
"Aku berada di daerah perumahan cermai, aku berada di blok G" terangnya. Perumahan cermai?? blok G?? Bukankah itu blok sebelah?
"Kamu sedang apa disan--"
"Raffa.. Ku mohon.. Kemarilah sekarang" potongnya.. Suaranya terdengar makin berat.. Dia seperti menahan tangis..
"Oke... Aku kesana sekarang..!!"
(29) Author POV
Mendengar suara Raffa cukup serak membuat Raffael sedikit khawatir, Raffael langsung bergegas menuju blok G dimana Raffa memintanya tuk datang. Saat Raffael tiba di blok G tidak jauh dari pertigaan antara blok F dan H, Raffael melihat beberapa orang yang memadati depan pagar yang rumah tersebut bergaya luxury, Raffael menepikan motornya tepat di sebrang jalan rumah tersebut lalu Raffael kembali menelpon pacarnya namun sia-sia saja tidak ada jawaban dari Raffa. Raffael menghampiri orang yang memadati rumah tersebut.
“Mas.. ada apa ini??” tanya Raffael dengan pemuda lebih tua darinya.
“ada maling mas..” jawab pria tersebut.
“maling?? Rumah ini kemalingan..?” ucap Raffael tidak percaya.
“iyaa mas..” jawab pria itu lagi.
Setelah mendengar perkataan orang tadi Raffael lagi-lagi mencoba menelfon pacarnya, Raffael sangat khawatir dengan pacarnya terlebih lagi saat pacarnya menelpon dengan suara serak seperti menahan tangis hingga tak lama kemudian beberapa orang keluar dari rumah bergaya luxury, orang-orang tersebut menggopoh seorang wanita paruh baya dengan tandu dan mata Raffael tiba-tiba tertuju pada seorang yang di belakang barisan orang-orang yang membawa tandu.
‘Raffa’ gumam Raffael memperhatikan se-jelas mungkin hingga ia tersadar dan melihat air mata Raffa bercucuran dari kelopak mengalir deras di pipinya.
“Raffaaaaa….!!” Teriak Raffael kencang membuat banyak orang menoleh memperhatikannya.
Dengan cepat Raffael membuka pintu pagar memasuki area rumah tersebut sementara Raffa berusaha mengelap air matanya yang membanjiri dan membekas di area pipinya yang montok. Raffael tidak memperdulikan orang-orang yang berusaha mencegahnya masuk, bahkan Raffael mendorong kuat orang yang menghalanginya.
“guaa keluarganya!!! Biarkan guaa masuk!!!”
‘Fael…’ lirih Raffa melihat pacarnya yang hendak menghampirinya.
Raffa berlari kecil menghampiri Raffael lalu memeluknya erat, Raffa tidak mempedulikan tatapan orang-orang di sekitar mereka, sebagian besar orang yang melihatnya juga beranggapan bahwa mereka adalah kakak adik karena dari struktur wajah mereka terlihat sama.
“…..R—raff.. a—adaa apa ini?? Kenapa kamu disini?” ucap Raffael lembut membalas pelukan hangat pacarnya.
“……bisakah kamu kerumahku setelah ini” jawab Raffa meresapi pelukan Raffael, membenamkan wajahnya di atas pundak Raffael.
“k—kenapa?? Ada apa??” tanya Raffael tidak mengerti. Raffael benar-benar tidak mengetahui maksud dari pacarnya itu.
“..aku harus ikut kerumah sakit bersama ambulan sekarang” terang Raffa melepaskan pelukannya lalu menatap wajah Raffael dengan rasa sedih.
“..jangan menangis” tegur lembut Raffael mengusap kedua kelopak mata Raffa.
“… aku harus pergi.. ambulan sudah tiba, aku minta tolong kamu kerumahku tuk menjaga adikku” pamitnya setelah menggengam erat kedua tangan Raffael.
Raffael menghampiri pacarnya kembali, ia masih tidak mengerti dengan apa yang ia lihat dan ia dengar, Raffael meminta penjelasan dari Raffa.
“… setelah ini aku akan menjelaskannya.. aku janji!” ujar Raffa mantap mengenggam erat lagi tangan Raffael lalu melepaskannya menghampiri ambulan yang telah tiba tepat di depan pagar rumah.
Raffael tetap saja tidak mengerti dengan apa yang dikatakan pacarnya sembari melihat mobil ambulan pergi jauh dari depan rumah bergaya luxury.
“..mas..” tegur seorang lelaki berkisaran umur 30 tahun.
“……ooh---i-iyaa.. ada apa pak??” jawab Raffael.
“apa benar mas keluarga dari pemilik rumah ini??” tanya bapak itu memastikan.
“… i-iyaa pak benar” jawab Raffael sedikit ragu.
“….pihak perumahan telah menghubungi polisi mas, dan kemungkinan sebentar lagi polisi akan datang.. maaf atas ketidaknyaman pelayanan dari perumahan ini mas..”
“b—bapak siapa??”
“saya pak Antonio Firardo.. pemilik perumahan ini…”
“b—benarkah??”
Kemudian pak Antonio memberikan kartu nama pada Raffael. Raffael melihat dengan jelas isi dari kartu nama tersebut dan sangat jelas tertera di kartu nama tersebut bertuliskan nama dari perumahan ini dan juga sang pemiliknya yaitu pak Antonio.
“…sekali lagi mohon dimaafkan atas ketidaknyamanan dan kurangnya keamanan dari perumahan ini mas..”
Raffael tidak menjawab perkataan dari pak Antonio, ia lebih memilih beranjak dari area rumah tersebut.
“mas….! Mas mau kemana??”
**
Raffael POV
Dengan bermodalkan motor matic guaa menuju rumah Raffa menuruti perintah Raffa menjaga adeknya, sumpah… sampe sekarang ini guaa masih bingung dengan apa yang guaa liat tadi.. alias guaa gak tau kenapa tiba-tiba pacar guaa berada di rumah itu terlebih lagi ia menangis bahkan memeluk guaa..! sebenarnya siapa wanita yang dibawa kerumah sakit tadi?? Dan kalian tahu.. maling!! Selama keluarga kami tinggal disana.. gak pernah yang namanya ‘rumah kemalingan’ ANEH!! Pertama kalinya perumahan cermai kebobol maling! Ahhh entahlah.. lebih baik guaa tanya dengan Siska mengenai rumah yang berada di blok G.
Sesampai depan rumah Raffa guaa langsung menepikan motor di depan pagar pembatas rumahnya, terlihat rumahnya nampak sepi.. dengan gagah berani guaa mengetok pintu rumah.
*dook doook*
“permisi….” Ujar guaa sembari melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri guaa, arah jarum jam menunjukkan pukul 9.17 malam.
“permisi…..” ujar guaa lagi mengetok pintu.
*kreeeek*
“….. ehhhh… k-kak Raffael…” kemudian ia celingak-celinguk.
“loooh.. kok kak Raffa gak ada??” ujarnya bingung.
“….dek… ada yang mau kakak tanyakan ke adek!”
“ehh.. mau tanya apa?? Ummm harus di jawab nih?”
“…yukk sini” kata guaa menariknya ke kursi teras.
“ummm… adek pernah berkunjung di blok G di perumahan tempat kakak tinggal??”
“hah…? Ummm iyaa, kenapa kak??”
“rumah siapa itu” tanya guaa cepat.
“rumah bibi”
“bibi??”
“iyaa, umm rumah tantenya Siska itu, kenapa kak??”
“yang bener??!!” tanya guaa lagi karna guaa gak percaya, Raffa gak pernah cerita kalau keluarganya tinggal di blok G.
“ihhh.. beneran, kenapa sih? Kok kepo banget yaa kakak..”
“bisa adek ikut kakak sekarang..!” pinta guaa.
“kemana?? Mau ngapain? Ihh udah malam ini” jawabnya centil.
“kita kerumah sakit…! Ibu ada didalam??”
“ngapain kerumah sakit emangnya siapa yg sakit? Ohhh ibu tadi jalan sih katanya..”
“bagus…! Ayook sekarang kita kerumah sakit! Cepat ganti baju!!” pinta guaa lagi menarik lengannya membawa ke dalam rumah.
“…aaaaaaahhh apaaan dah kak Raffael!!” ia meronta dengan centil -_-
**
Sebelum tiba dirumah sakit guaa lebih dulu menghubungi pacar guaa memastikan ia baik-baik saja dan menanyakan alamat rumah sakit dengan ruang inapnya, untuk pertama kalinya guaa kerumah sakit dimalam hari.. huuuuh!! Agak takut juga sih guaa -_- sekarang jam menunjukkan pukul 10.19 malam. Guaa bareng Siska udah nyampe di parkiran rumah sakit dan kalian tau… rumah sakit ini yang guaa tau adalah rumah sakit terangker di kota ini.. hiiiih… kenapa mesti kerumah sakit ini yaa.. padahal ada tuh rumah sakit yang satunya dekat juga jararknya dari perumahan cermai.
“kak… kenapa melamun!” tegur Siska.
“enn-enggak.. siapa yang melamun”
“kita ngapain sih ke rumah sakit malam-malam??”
“..adek udah ngasih tau ke ibu adek kalau adek bareng kak Raffael??” guaa malah berkata demikian.
“udah sih, adek sudah sms ibu” jawabnya.
“yaa udah kalau gitu.. yuuuuk kita kedalam”
“iihhh.. kasih tau dulu dong siapa yang sakit.. atau jangan-jangan kak Raffa lagi yang sakit”
“huuuusssh!! Bukan kak Raffa yang sakit” guaa sempat merinding dengar nama Raffa sakit.. ahhhh jangan sampe pacar guaa sakit.. huuuh.
“terus siapa dong??”
“nanti adek tau sendiri…” jawab guaa akhirnya, guaa gak enak aja langsung ngasih tau kalau misalkan bibinya yang masuk rumah sakit, apalagi ngasih tau kejadian rumah bibinya ke-malingan.
Guaa terlebih dulu menghampiri satpam yang menjaga parkiran menanyakan arah jalan menuju ruang cempaka, guaa sama sekali buta sama arah jalan ruangan-ruangan rumah sakit ini bahkan gedungnya aja guaa gak tau yang mana aja.
Setelah satpam memberi tahu, guaa dan Siska bergegas menuju arah jalan yang ditunjuk satpam. Terlihat papan petunjuk jalan menuju ruangan cempaka.
“gedung Gemma bukan dek??” tanya guaa memastikan nama gedung yang diberitahu oleh satpam.
“iyaa kak gedung Gemma… nah itu gedungnya..” jawab Siska menunjuk lurus sebuah gedung yang cukup jauh dari jarak guaa.
“darimana adek tau itu gedung Gemma??” tanya guaa heran.
“ituuu..” Siska kembali menunjuk namun arah tunjukknya beruabah mengarah sedikit ke atas.
‘ada namanya toh di atas’ -_-
Setiba guaa di depan ruang cempaka bersama Siska dan suster penjaga meja piket terlebih dulu guaa mengucapkan terimakasih pada suster yang menemani kami hingga kami sampai diruang cempaka. Ummm rumah sakit ini benar-benar membuat guaa bingung, banguannya banyak memiliki lorong, pintu dan belok sana-sini. Mungkin kalau misalkan guaa sendirian kesini bisa-bisa guaa kesesat apalagi kalau guaa kesini pada jam malam begini, rrrrrr…. Sepi dan menyeramkan.
“kalau adik ada perlu dengan saya lagi, adik tinggal ke meja piket saja lagi..” kata suster itu ramah memeluk kertas dan papan.
“iyaa sus, sekali lagi terimakasih, kalau gak ada suster bisa-bisa saya kesesat ahahaaa” kata guaa berujung dengan tawa dan suster ikut tertawa renyah bersama guaa.
“kalau begitu saya permisi dulu dik” pamitnya lalu melangkah jauh.
“kak.. siapa sih yang sakit??” tanya Siska penasaran ke guaa menyikut-nyikut pinggul guaa.
“adek masuk duluan gih, kakak mau ke toilet sebentar” jawabku menyuruh Siska masuk duluan.
“laaah… adek barengan kakak dong masuknya, adek tunggu di sini aja dulu deh”
“….kakak lama looh, soalnya kakak mau eeek”
“hiiihhh… jorok, yaudah sana..”
“btw kakak gak tau wcnya dimana”
“yaudah eeek di dalam aja”
“mana boleh… wc didalam untuk pasien, wc didalam harus steril”
“ohh iyaa lupa”
“yauddah sana… datangin sono suster centil lagi” selorohnya.
“apaan sih dek..”
Siska mendorong pintu kamar lalu masuk tanpa menghiraukan panggilan guaa, sebenarnya juga guaa bohong sih soal mau eek, guaa mau datangin suster (centil menurut pandangan Siska karena Siska ngeliat suster itu main mata sama guaa, apaan dah Siska itu -_-) yaaa.. guaa mau datangin suster yang tadi, guaa mau tau lebih detail tentang keadaan bibi pacar guaa, sebelumnya guaa ngeliat bibi dibawa diatas tandu saat guaa berada di rumah komplek G, yang guaa liat gak begitu adanya luka bagian luar tubuh bibi, guaa takutnya ada luka dalam yang diderita bibi dan kondisi psikis bibi karena mungkin aja sempat terjadi pekerlahian antar bibi dan maling.
“suster….” Setiba guaa dimeja piket.
“iyaa dik ada apa?? Kesulitan menemukan wc??” terkanya.. ehhh..
“bukan sus, begini sus… ummm…. Saya ingin tahu lebih detail tentang pasien ruang cempaka sus, saya mau tahu kondisi beliau mulai dari kondisi psikisnya atau pun fisiknya.. karena saya khwatir pada bibi saya akibat dari tindakan maling dirumah bibi saya” terang guaa dan suster manggut-manggut.
“ikut saya… kita keruang dokter yang menangani bibi adik..”
**
Setelah mendengarkan penjelasan detail dari dokter mengenai bibi Raffa, guaa bergegas menuju ruang cempaka lagi, guaa mendorong pintu kamar, memasukinya dan terlihat Raffa duduk pada kursi menemani bibi yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Ruang cempaka ini berkelas 1 jadinya hanya terisi 2 pasien dalam 1 kamar tapi kebetulan pasien yang satunya gak ada jadi hanya bibi yang menempati ruang ini.
“Fael…” gumam Raffa dengan menyebut guaa ‘Fael’.
“… bagaimana kondisi bibi?” tanya guaa memastikan apakah Raffa tahu.
“… untuk saat ini bibi dalam kondisi belum sadarkan diri.. tapi sebelumnya dokter mengatakan bahwa hal itu adalah hal yang wajar karena bibi terbentur benda tumpul” terang Raffa pelan sambil menunduk dan menggengam kuat tangan bibi.
“…bisa kita bicara di luar??” kata guaa meminta. Raffa kecil menoleh ke guaa.
“…aa-aadaa apa Fael??”
“…kita bicara diluar sebentar, aku gak enak bicara disini”
“….ehhh Siska mana??” guaa baru sadar kalau Siska gak ada diruangan.
“…tadi Siska pulang berbarengan dengan tante Fanya, Siska mengantuk tadi” ujarnya lembut guaa manggut-manggut, lagian sekarang waktu menunjukkan pukul 10.39 malam. Guaa dan Raffa berjalan ke pintu keluar lalu duduk di bangku yang gak jauh dari ruang cempaka.
“kenapa kamu gak cerita sama aku kalau keluarga kamu tinggal di blok G” tanya guaa.
“…..ummm… itu, kebetulan bibi baru saja pindah sekitar seminggu yang lalu..” jawabnya.
“kamu gak bohong kan? Gak ada yang kamu tutupin bukan??” tanya guaa lagi.
“… itu benar Fael, aku tidak berbohong.. aku tidak mungkin berbohong sama kamu”
“terus… kenapa sore tadi aku menelponmu bahkan mengirim pesan bertubi-tubi kamu gak membalasnya?”
“…. Saat itu kebetulan aku tidak dirumah, aku kembali kerumah ketika selesai maghrib dan setelah itu aku mengunjungi rumah bibi dan barulah aku melihat pesanmu dan melihat beberapa panggilan darimu.. maafkan aku Fael” kata Raffa menunduk dengan kedua tangan bertumpu pada kedua lututnya.
“dan… terimakasih kamu telah menemukan ponselku yang tertinggal di sekolah” sambungnya.
Guaa mengambil nafas panjang sejenak..
“..maaf aku sudah berprasangka buruk ke kamu” ucap guaa akhirnya. Yaa.. tadi sore guaa sempat berfikiran yang bukan-bukan ke Raffa, guaa berfikir kalau dia menjauhi guaa atau ada hal yang dia tutup ke guaa.
“… kamu berprasangka bagaimana?”
“… seperti yang aku bilang tadi, aku berprasangka kalau kamu menutupi hal atau sesuatu” ujar guaa.
“… aku tidak menutupi apapun ke kamu..”
“iyaa aku percaya sayang..” ujar guaa lembut menarik telapak tangannya mencium punggung tangannya.
“…Fael.. nanti dilihat orang!”
“sepi gini kok” ujar guaa kemudian Raffa celingak-celinguk.
“kalau ada yang lihat bagaimana??” tanya Raffa menarik tangannya dari genggaman guaa.
“gak tau deh.. heheee”
“kamu terlalu frontal..!”
“kenapa?? Kamu gak suka aku begitu?”
“bukan begitu… hanya saja aku takut..”
“takut kenapa? Takut dipandang jijik begitu??” Raffa mengangguk lemah.
“santai aja sayang…” ujar guaa membujuknya yang sedikit lesu.
“kamu tidak takut? Kamu tidak takut orang-orang akan mencemooh?” tanya Raffa sembari menatap guaa.
“aku gak takut sayang..”
“kamu…”
Guaa mencium pipinya sekelibatan dan yang pasti wajah Raffa bersemu merah.. melihat wajahnya yang merah membuat guaa gemas terutama melihat telinganya yang ikut memerah juga rasanya guaa mau menggigitnya.. ahhh… guaa benar-benar jatuh cinta padanya dengan sangat dalam bak sebuah palung di laut, guaa udah gak memikirkan bagaimana pendapat orang atas apa yang terjadi antara guaa hubungan guaa bersama Raffa rasanya guaa ingin sekali memberitahu orang-orang bahwa Raffa adalah pacar guaa.. guaa ingin berteriak sekencang-kencangnya..
“Raffa..”
Tanpa sadar wajah guaa semakin mendekat ke Raffa membuat guaa melihatnya dengan jelas dengan jarak sepersenti, melihat matanya yang bulat kecil, pipinya yang montok, hidungnya yang membuat guaa gemas dan yang terakhir adalah bibirnya yang tipis di bagian bawah dengan struktur bibir yang kecil membuat guaa ingin menciumnya.
Semakin mendekat semakin mendekat hingga Raffa memejamkan matanya pertanda iaa menerima apa yang akan terjadi..
Cupppp…..
Guaa mencium bibir Raffa dengan lembut.
@lulu_75 @awi_12345 @andrik2007 @Kokushibyu @Aurora_69