It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Llybophi so sad bang
Semanis martabak @Rama212
Lanjut dek @Rama212
(34) Raffa POV
Perkataan teman-teman saat di kantin memang terdengar seperti guyonan. Aku tahu itu khususnya perkataan Nanda.. Nanda pasti bercanda, candaan Nanda bukan soal ada yang homo di sekolah melainkan candaan Nanda yang menerima semisal kami para lelaki (salah satu teman lelaki Nanda) homo. Itu hal yang mustahil jika Nanda menerima salah satu temannya ada yang homo.
“di sekolah kita ada yang…..”
“yang apa??’ ujar Gisel dan Misca berbarengan.
“homoo” desis Nanda.
“ehhh??”
“ohh.. guaa tau..”
“adik kelas kita kan?? Dia dari kelas 1 IPA 1” sambung Misca.
“yupp.. bener banget..” balas Nanda.
“ternyata rumor itu bener yaa??” desis Misca.
“yupp..”
“btw nih.. kemarin gossipnya orang tuanya di panggil” sambung Nanda.
“…seneng banget ngomongin orang..” timpal Agus.
“…sssstttt… mulut luu di rem napa kenceng amat ngomongnya” desis Nanda.
“udah lah.. gak usah bahas-bahas ini” kata Agus mulai jenuh.
“emang napa??” tanya Nanda dengan wajah sinis.
"Gak baik bicarain orang.. Yaa gak?" tegur Agus. Mata Agus melirik aku dan Fael bergantian.
"Bener banget.. Lagian gak penting banget" timpal Fael.
"...kalian berdua mencurigakan" sindir Misca.
"Apaan? Aneh luuu" ujar Fael tak terima.
"Tuhh kan.." balas Misca tak mau kalah.
"Ssst... Udah deh.. Bahas yang lain aja ahh" Gisel menegur Misca dan Fael. Menepuk jari Fael dan Misca.
"Lebih baik kita ngebahas satu teman kita yang sekarang menjauh" sambung Gisel dengan perkataan lembut.
"Fajar?? Maksud luu Fajar?" tanya Nanda sinis. Gisel menganggukkan kepala. sekilas kulihat Nanda mengambil nafas panjang lalu melipat tangan di dada.
Lambat laun lamunanku menghilang seperti asap yang tertiup angin. Angin yang dimaksud adalah teguran dari pacarku yang menepuk bahu kananku. Aku terlonjak saat Fael menepuk bahuku.
"Kamu kenapa liebe?" Fael bertanya dengan wajah cemasnya. Aku diam sejenak mengatur nafas.
"Aku tidak apa-apa" jawabku di imbangi dengan senyum.
"..Kalau kamu ada masalah .. Cerita aja sama aku.. Aku tau kamu lagi mikirin sesuatu.. Seandainya kamu gak mau cerita gak apa kok.. Aku paham sayang" balas Fael panjang lebar. Fael kini benar-benar perhatian padaku. Tiap hari Fael kian memberikan perhatiannya. Aku sangat menyukai hal itu.
"Maaf.. Aku bohong.." kataku. Aku menunduk, mengingat betapa anehnya perkataan Nanda mengenai ke 'homoan' seseorang.
"Kamu bohong denganku?? Emangnya apa yang kamu bohongi?"
"... Aku sebenarnya memikirkan apa yang di ucapkan Nanda" jelasku.
"Ohh itu.. Tentang adek kelas yang gay?"
Aku mengangguk pelan.
"Kamu masih ingat dengan perkataan Nanda mengenai semisal salah satu dari kita berbeda"
"Hussh..!! Jangan bilang kita berbeda.. Aku gak suka...! Sampai sekarang kamu masih menganggap kamu ataupun aku berbeda begitu??"
Aku mengangguk lemah. kulirik Fael mengambil nafas, sepertinya berusaha menenangkan diri. Fael terdiam cukup lama begitu pula denganku. Aku tidak tahu harus mengucapkan kalimat seperti apa yang pantas ku ucapkan.
"... Aku minta kamu ceritakan yang ada di dalam benakmu sekarang..!!" ujar Fael meninggikan volume suara. Aku semakin takut mendengar perkataan Fael seperti itu.
"Aku.. Aku minta maaf" sesalku.
"....." Fael terdiam tidak menjawab perkataanku. Aku memejamkan rapat-rapat mataku agar aku tidak melihat reaksi Fael.
Cuppp... Pipi kananku menerima rabaan bibir lembut Fael nan lembab.
"Maaf.. Aku kelepasan.. Aku gak bermaksud marahin kamu.. Aku cuman... Huhhh.. Aku cuman gak suka kamu menyebut dirimu berbeda"
Perlahan aku membuka mataku, tak kusangka wajah Fael tetap disisi pipi kananku menatapku dengan lekat bahkan Fael mencium pipiku lagi lalu mencubit gemas pipiku.
"Kamu maafin aku kan?" kata Fael. Kini wajah Fael menjauh dari sisi pipi. Fael kembali duduk normal menyandarkan punggungnya pada kursi mobil. aku tersenyum menanggapi Fael yang memperhatikanku.
"Senyummu itu lucu.. Boleh aku cubit pipimu lagi?"
"Tidak...!"
**
Beberapa hari lagi merupakan hari yang patut di katakan sebagai hari yang aku tunggu. Sebenarnya bukanlah soal diriku melainkan tentang Fael. Dua hari lagi adalah hari kelahiran Fael. Aku telah merencanakan sesuatu di hari sepesialnya itu. Tak sabar rasanya memberikan kejutan kecil untuknya. Aku berniat memberikan sepasang gelang, satu gelang bertuliskan huruf Raffa dan yang satu lagi bertuliskan Fael, semacam gelang couple....mungkin...entahlah. Hari ini aku telah memesannya di toko pembuat pernak-pernik dan aksesoris. Aku tahu kado pemberian ku ini tak sebanding dengan apa yang dimiliki Fael. Fael bisa saja membeli banyak gelang sesuka hatinya namun bagiku.. Gelang yang kupesan ini merupakan suatu benda keramat yang melekat antara aku dengan Fael.. Ahh...
"Kira-kira gelang yang motifnya paling bagus seperti apa ya mas??" kataku sembari melihat dan kebingungan memilah-milah gelang.
"Pilih saja sesuka hati adek.. Semua motif bagus itu!" balas si penjual pernak-pernik acuh.
"Ckkk"
Bagaimana bisa orang seperti itu berjualan? Cara menjawabnya saja terkesan acuh dan marah.
Sekitar setengah jam akhirnya aku menemukan gelang bermotif yang aku sukai.. Gelang yang aku pilih bermotif ikan-ikan laut berupa gambar kartun diselingi dengan gambar penguin kesukaanku. Yang terpenting adalah di gelang tersebut harus mencantumkan inisial namaku dan Fael.
"Mbak.. Gelang ini bisa di buat nama gak mbak?"
"... kalau gelang yang adek pilih agak ribet tuh.. soalnya banyak gambar-gambar takutnya gak keliatan.."
"Kalau adek mau.. Gelang yang polosan aja..Kayak gini" sambung mbaknya menawarkan gelang coklat polos.
Aku diam memperhatikan gelang coklat dan membandingkan gelang itu dengan gelang pilihanku.
"Ada yang lain gak mbak selain ini?" aku merasa tidak cocok jika aku mengenakan gelang itu di pergelangan tanganku.
Kemudian si mbak mengambil kotak plastik transparan yang berisikan macam macam bentuk gelang. indra penglihatanku langsung tertuju pada gelang dengan motif yang sederhana namun pantas aku kenakan begitu juga dikenakan oleh Fael. Sebuah gelang dengan tali berwarna biru laut serta plastik bening yang menghubungkan tali gelang tersebut.
"Mbak.. Yang ini kira-kira bisa dibuat nama?" Kataku sembari menunjuk gelang yang baru saja si mbak keluarkan.
"Ohhhh.. Gelang transparan ini yaa? ... Kalau ini bisa sih dek.. Dan adek bisa langsung ambil juga gelang itu setelah di ukir" balas si mbak.
"Ok mbak.. Saya ambil yang ini dua ya mbak"
"Tunggu dulu yaa.. Duduk aja dulu di situ" jawab si mbak menyilakan aku duduk di kursi.
**
Tak sabar aku menunggu ke esokan hari tuk memberikan kejutan kecil untuk Fael. Untuk pertama kalinya aku melakukan hal semacam ini untuk orang yang benar-benar aku cintai Dan semua yang aku lakukan ini benar-benar tulus dari hatiku, aku sangat mencintai Fael. Fael selalu memberikan apa yang ia berikan yang sebenarnya aku menolak tak mau merepotkannya. Aku merasa seperti tidak ada manfaat untuknya. Aku tidak bisa memberi apa-apa selain gelang ini dan cake kecil yang aku beli di toko kue dengan harga terbilang murah. Berbanding terbalik dengan Fael yang banyak memberikanku hadiah ataupun sekedar memberi benda kenang-kenangan kami berdua (sebuah foto kedekatanku dengan Fael) dan masih banyak lagi benda-benda yang di berikan oleh Fael.
'Huuuh'
Untuk saat ini hubungan kami masih berjalan dengan baik tanpa adnya penghalau ataupun bisikan-bisikan orang lain mengenai kedekatanku dengan Fael. Sejujurnya.. aku khawatir dengan jalannya hubunganku bersama Fael. Aku benar-benar takut jika salah satu teman kami ataupun orang terdekat mengetahui kami adalah sepasang kekasih terkecuali kak Michell, kakak perempuan Fael sajalah yang tahu tentang hubungan kami meskipun aku khawatir juga memikirkan hal itu. Bagaiman aku tidak khawatir..? hal yang sangat mustahil jika saudaranya sendiri menerima ke-gay-an adiknya…? Ahhh.. fikiran macam apa ini..?!! aku sepertinya mulai ngaco. Sebaiknya aku beristirhat saja karena waktu menunjukkan pukul 23.12 dengan harapan semoga keesokan hari kejutan kecilku berjalan dengan lancar.. ohh… Fael… aku cinta padamu.
**
Seperti biasa Fael menjemputku sebelum berangkat sekolah. Fael terlihat sangat tampan pagi hari ini. Bukankah Fael selalu tampan..? yaa.. sekiranya begitulah Fael. Memakai seragam traning penjaskesor saja begitu terpancar aura ketampanan Fael.
“…huutsss… kamu kenapa??” tetiba aku tersadar dari lamunanku.
“ada yang aneh dari aku yaaa?” ujar Fael sekilas memperhatikan wajahnya lewat spion motor miliknya.
Aku menggeleng, Fael tetap memperhatikan wajah di spion hingga mendekatkan wajahnya begitu dekat pada spion motor. Aku terkekeh melihat tingkah Fael.
“kok ketawa…? Tuh kan.. ada yang aneh dari aku yaa Lie..”
“ssstttt… jangan sebut nama itu.. ibu ada didalam” desisku. Fael menakup mulut rapat-rapat. Tetiba ibu berdiri tepat di belakangku.
“ehh nak Raffa… gak mampir dulu nak?? Raffa sudah sarapan..?” ujar ibu.
“aaahh.. tidak perlu tan- ehh buu hehee mau langsung berangkat aja soalnya udah kesiangan ini hehee” balas Fael nyengir.
“yasudah kalau begitu.. hati-hati yaa berkendara..”
“nah.. Raffa anak ibu.. ini ibu ada uang lebih untuk Raffa jajan di sekolah yaaa…” seloroh ibu memberikan uang berwarna hijau 2 lembar. Huuuh.. uang yang cukup banyak untukku pergi sekolah dan ini kali pertamanya ibu memberiku uang saku sekolah sebanyak ini, darimana ibu mendapatkan banyak uang..? kemarin saja ibu memborong belanjaan baju dan celana.
“ambil toh naaak..” sambung ibu membuyarkan lamunanku. Ahhh.. mau tidak mau aku mengambilnya. Aku tersenyum ke ibu begitupula dengan ibu.
Fael dan aku akhirnya pamit pergi ke sekolah pada ibu. Di sela perjalanan menuju sekolah tidak ada percakapan kami yang berarti, percakapan kami hanya sekedar membahas ibu. Fael menanyakan bagaimana kesehatan ibuku, bagaimana dengan pekerjaan baru ibuku apakah ibuku menyukainya atau tidak. Aku saja tidak tahu apakah ibu menyukainya atau tidak, yang pasti aku yakin ibu menyukainya karena ibu saat pulang dari pekerjaan selalu ceria dan terkadang membawa sesuatu entah itu makanan ataupun benda-benda untuk keperluan dirumah.
“ohhh.. iyaaa.. sebentar lagi kan kita mau ujian nih.. ummm.. ajarin aku lagi dong matematika.. yaaah.. yaaah …”
“Ok… aku akan mengajarimu…” balasku tersenyum. Fael memperhatikanku dari kaca spion.
Tak lama kami sampai di sekolah, Fael seperti biasa memarkirkan motor miliknya di bawah rindang pohon mangga. Dengan ramah tersenyum Fael mengambil helmku dan memasukannya ke dalam jok motor.
“.nggg.. helmmu?”
“..helmku ku bawa ke kelas aja… ntar helmku kehujanan lagi..” balas Fael. Aku terkekeh mengingat helm Fael bertengger di spion dan basah kuyup tertimpa hujan saat kami melakukan proses belajar di sekolah.
“kamu duluan gih ke kelas… aku mesti ke ruang guru nemuin ibu Inike”
“…ok Fael… aku duluan.. ketemu lagi di jam istirhat yaaa” balasku. Aku tersenyum memperhatikannya, memperhatikan bola mata Fael yang berwarna coklat terang. Fael tersenyum juga padaku, seakan tahu aku memperhatikannya begitu lama hingga Fael mengedipkan sebelah mata. Dasar…! Fael genit..! aku tersipu.
@lulu_75 @awi_12345 @QudhelMars @Aurora_69 @Kokushibyu @Adhitiya_bean @andimooxy @key_st5 @Llybophi @andrik2007