BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Kualitas Pendidikan Terbaik di Dunia

edited March 2009 in BoyzRoom
Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki
peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa karena
memang banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk kualitas
pendidikan adalah Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan
ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini
memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh
dunia.

Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization forEconomic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal
dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.

Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas.
Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam
masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi
dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa
negara lainnya.

Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau
memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia
mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan
negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka
justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan
Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50
jam perminggu

Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri
adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah
fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar
untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7
pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk
ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran!
Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula.

Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru
yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi
guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut
mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. "Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian." ungkap seorang guru di Finlandia.," Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian." Pada usia 18 siswa mengambil ujian untuk
mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga
lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
"Ini membantu siswa belajar betanggungjawab atas pekerjaan mereka
sendiri," kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso,
Finlandia," Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas. Guru tidak harus selalu mengontrol mereka."

Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. "Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah." Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. "Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan. " Sambungnya.

Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang
membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.

Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai
kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani
masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi
setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai,
umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu;
berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu
untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka.
Menurut mereka, jika kita mengatakan 'Kamu salah!' pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.

Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara
kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada
keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. "Kalau saya gagal dalam
mengajar seorang siswa," kata seorang guru," maka itu berarti ada yang
tidak beres dengan pengajaran saya.". Benar-benar ucapan guru yang
bertanggungjawab.

Regards

Mulky


Disarikan dari Milis diskusi SD-Islam
Dikutip dari "Top of the Class" Fergus Bordewich
Milis Diskusi Pendidikan
dan berbagai sumber lainnya
«134

Comments

  • kapan yah di indonenonh begono
  • abxis wrote:
    kapan yah di indonenonh begono

    mas abxis ini pendapat pribadi gw yach:

    1.Anggaran Pendidikan

    Agak aneh paradigma di Indonesia. Di sini nampaknya kualitas itu berbanding lurus dengan kuantitas. Jadi jika mau dapat pendidikan bagus maka harus membayar mahal. Apa yang kita bayar itu lah yang akan di dapat untuk pendidikan.

    hal ini dikarenakan anggran pendidkan kita yg masih minim.

    ribet klo kita berbicara masalah anggaran. APBN kita saat ini klo gak salah sekitar 800 T. nah anggran pendidikan kita belum nyampe 20% (sekitar 160 T) padahal dalam amanat UU anggran pendidikan itu haruslah 20% (gw lupa bunyi lengkapnya..)

    tentu saja harus juga dibantu dengan budaya anti korupsi. segede apapun anggaran pendidikannya, kalo masih ada korupsi ya sama saja mas...

    2. para Pendidik
    serngkali pendidik kita tidak profesional, dan stigma "saya guru, kamu murid, saya lebih pintar".
    akibatnya banyak guru yg antikritik. trus banyak juga guru yg tidak meng up grade informasi atopun ilmu2 lainnya. hal ini dikarenakan banyak guru kita yg nyambi kerja lain krn gaji yg tidak memadai, sehingga tidak sempat untuk belajar lagi.
    seperti salah satu data dibwah ini

    Sekitar 50 persen guru dari jenjang pendidikan SMP, SMA dan SMK di Kota Sukabumi tidak layak mengajar, terutama dalam hal kualifikasi disiplin ilmu. Kondisi tersebut jelas berdampak negatif terhadap kualitas belajar mengajar di suatu sekolah.

    Berdasarkan data yang dihimpun Republika, Selasa (27/3), dari jumlah guru sebanyak 3.617 orang itu setengah di antaranya tidak mengajar sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya. Para 'oemar bakri' ini tersebar di sekolah-sekolah swasta maupun negeri. Mereka mengajar di 33 SMP (15 di antaranya sekolah negeri), 17 SMA (lima negeri) dan 17 SMK (tiga negeri)

    3. orang tua.
    Kelemahan yang terbanyak dari orang tua adalah seringkali memberikan arah yang memaksa pada perkembangan kecerdasan anak. Seorang anak sering dimarahi karena tidak bisa berhitung dengan baik, tetapi si orang tua tak pernah memuji si anak saat ia bisa melantunkan suatu lagu dengan sangat merdu. Hal ini...kembali lagi disebabkan karena persepsi yang salah dalam hal menilai kecerdasan seseorang.

    Kalau paradigma tentang persepsi kecerdasan ini tidak diubah...maka yang terjadi adalah terjadi suatu pembedaan tingkat antara orang yang satu dengan yang lain. Hal ini juga menyebabkan perbedaan penghargaan antara orang satu dengan orang yang lain... karena ada orang yang dianggap cerdas...ada yang dianggap bodoh.

    4. sistem pendidikan
    kita pasti tahu, hampir setiap tahun kurikulum kita berganti. belum maksimal aplikasi dr kuriulum sebelumnya. udah ada lgi kurikulum yg baru. jadi sistem pendidkan kita selalu bersifat coba2. lagi2 siswalah yg jadi korban.

    keempat poin itu menurut gw yg harus kita benahi..


    ini gak hanya tugas pemerintah saja, akan tetapi kita juga harus ambil bagian dalam hal pembangunan pendidikan di indonesia... :D



    regards

    Mulky
  • apa fakultas favorit di Indonesia? kedokteran? teknik? informatika? ... pendidikan?
  • emm..ia juga sih kalo dipikir dulu jaman sekolah(kebetulan di sekolah swasta...)tadina di skul ada sebagan guru2 yg dr pemerintah alias pegawai negeri yah???(termasuk gak sih)trus gak lama semua na diganti ama guru2 swasta non pemerintah..waktu itu gua pikir napa yah kok digantiin semua..akhirna setelah bbrp lama gua baru sadar ternyata kualitas guru2 pns itu gak layak ngajar banget pante deh di ganti semua :roll: :roll:
  • Kalau institusi terbaik gw bilang high school gw..siswa2nya laki semua,banyak bgt yang cakep2, satu kamar tidurnya berempat,kamar mandinya cuma satu jadi semua harus mandi bareng...hehehehe.

    But seriously, menurut pengalaman gw, gw tetap beranggapan kalau sistim pendidikan terbaik itu tetap sistim pendidikan di Amerika (gw belum pernah sekolah di Finland, jadi belum bisa bilang itu yg terbaik).
    Aasannya adalah, di sekolah2 di amerika mulai dari kecil kita dibiasakan untuk mengeluarkan pendapat dan berargumentasi, jadi kita dibiasakan gak cuma asal nurut aja.

    Malah mulai dari junior high sampai lulus senior high, gw ikut ekskul Debate Club (pernah jadi ketua lho..ehm,ehm), jadi kita benar-benar dilatih untuk bisa mengutarakan pendapat dan pikiran kita secara logis dalam tatanan yang sistimatis, gak asal sekedar argumen gak ketauan tujuannya (sperti yang pernah gw lihat beberapa kali di acara debat Metro TV, debat asal ngomong aja dengan pembawa acara yang sama bodohnya sama yang berargumen).

    Akibat dari tidak pernah dilatih mengutarakan pendapat dengar benar jadinya masy Indonesia pada umumnya :
    1. Angguk aja2, padahal gak ngerti
    2. Mengutarakan pendapat secara destruktif
    3. Berdebat tapi dimasukin ke hati, yang ada bukannya berdebat secara logis tapi bawa2 urusan prbadi
    2. Adu argumentasi sedikit aja udah disangka berantem.

    Satu lagi, kalau disini begitu masuk universitas dari permulaan kita udah harus milih jurusannya kan? (sorry kalau gw salah, karena gw gak kuliah disini). kalau di amerika kan enggak, kita punya waktu untuk mikir ,misalnya freshman year nya kita ambil Liberal Arts, baru sesudahnya kita ambil jurusan yang lain. Mau di tengah2 ganti jurusan juga ok2 aja. Ini tentunya memudahkan kita sebagai pelajar untuk bisa tahu major apa yang benar2 sesuai sama kita, jadi gak keburu2 milih major / jurusan karena banyak bgt anak2 lulusan highschool yangs ebenarnya waktu lulus belu tahu mau milih major apa di college / uni nanti.
  • tapi kenapa banyak kasus penembakan di high school di Amerika?
  • kasus2 penembakan itu gw rasa karena peer pressure yg sgt tinggi. Kalau di high school2 biasa persaingan siswa (apalagi persaingan dalam status sosial) emang bikin gerah, tp kalau di sekolah gw sih karena kita semua tingggal di satu lingkungan yg sama dan dalam kelas sosial yg more or less sama, yah peer perssure itu gak terlalu tinggi tingkatnya.
  • jadi sama aja kan kayak pondok pesantren? (entah itu PP yang elit apa yang di pinggiran)

    tapi kalo ngomong persaingan sosial di sekolah, kayak film Mean Girl gitu kali yah ...

    (i know, jangan percaya 100% sama film, tapi kadang2 kenyataan bisa mirip kayak gitu)
  • babylon wrote:
    jadi sama aja kan kayak pondok pesantren? (entah itu PP yang elit apa yang di pinggiran)

    tapi kalo ngomong persaingan sosial di sekolah, kayak film Mean Girl gitu kali yah ...

    (i know, jangan percaya 100% sama film, tapi kadang2 kenyataan bisa mirip kayak gitu)

    Benerlah..kayak2 Mean Girl gitu. Peer Pressure di sekolah2 Amerika emang kadang keterlaluan kejamnya, temen sekolah gw saking gak tahannya sampai akhirnya pindah ke sekolah gw.
  • babylon wrote:
    tapi kenapa banyak kasus penembakan di high school di Amerika?
    emang sering..yg abx denger cuma sekali itu aja..mang ada sebelum dan sesudahnya
  • babylon wrote:
    apa fakultas favorit di Indonesia? kedokteran? teknik? informatika? ... pendidikan?

    bener fak pendidikan seakan pilihan terakhir jika pilihan yg laen sudah tidak memungkinkan untuk di raih....

    tapi ada juga seh sebagian siswa yang bener niat mo jadi guru dan akhirnya masuk fak pendidikan... tapi ini jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan siswa yang berminat msuk kedoktran, hukum dsb....

    menurut saya, hal ini dikarenakan seperti yg saya jelaskan di atas..tidak ada jaminan kesejahteraan dri pemerintah untuk guru. sehingga guru (ato pendidik) dijadikan profesi terakhir jika profesi lain tidak di dapat..
  • abxis wrote:
    emm..ia juga sih kalo dipikir dulu jaman sekolah(kebetulan di sekolah swasta...)tadina di skul ada sebagan guru2 yg dr pemerintah alias pegawai negeri yah???(termasuk gak sih)trus gak lama semua na diganti ama guru2 swasta non pemerintah..waktu itu gua pikir napa yah kok digantiin semua..akhirna setelah bbrp lama gua baru sadar ternyata kualitas guru2 pns itu gak layak ngajar banget pante deh di ganti semua :roll: :roll:

    banyak juga guru yg tidak meng up grade informasi atopun ilmu2 lainnya. hal ini dikarenakan banyak guru kita yg nyambi kerja lain krn gaji yg tidak memadai, sehingga tidak sempat untuk belajar lagi.
  • Kalau institusi terbaik gw bilang high school gw..siswa2nya laki semua,banyak bgt yang cakep2, satu kamar tidurnya berempat,kamar mandinya cuma satu jadi semua harus mandi bareng...hehehehe.


    sama pas SMA gw juga di asrama...satu kamar berempat tapi kamar mandinya dua dan gak pernah mandi bareng..he..he...


    But seriously, menurut pengalaman gw, gw tetap beranggapan kalau sistim pendidikan terbaik itu tetap sistim pendidikan di Amerika (gw belum pernah sekolah di Finland, jadi belum bisa bilang itu yg terbaik).
    Aasannya adalah, di sekolah2 di amerika mulai dari kecil kita dibiasakan untuk mengeluarkan pendapat dan berargumentasi, jadi kita dibiasakan gak cuma asal nurut aja.

    mas, yg gw tampilkan itu adalah hasil survey dari Organization forEconomic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2003 dan 2004. entah klo 2008 ini. tapi gini mas, kaeknya gak bisa dech langsung nge-judge klo pendidikan di Amrik lebih baik krn mereka dibiasakan untuk berargumentasi dan mengelurakan pendapat. sory, maksud gw gini, anggapan terbaik ato buruk harus sesuai dengan data ilmiah yg diambil dr penelitian..getoooo :wink:


    Malah mulai dari junior high sampai lulus senior high, gw ikut ekskul Debate Club (pernah jadi ketua lho..ehm,ehm), jadi kita benar-benar dilatih untuk bisa mengutarakan pendapat dan pikiran kita secara logis dalam tatanan yang sistimatis, gak asal sekedar argumen gak ketauan tujuannya (sperti yang pernah gw lihat beberapa kali di acara debat Metro TV, debat asal ngomong aja dengan pembawa acara yang sama bodohnya sama yang berargumen).


    nah ini maksd gw tentang data ilmiah yg diambil dr penelitian tadi mengenai sistem pendidikan terbaik adalah pendidikan di Amrik :wink:
    kasihy data ilimiah dong...!


    Akibat dari tidak pernah dilatih mengutarakan pendapat dengar benar jadinya masy Indonesia pada umumnya :
    1. Angguk aja2, padahal gak ngerti
    2. Mengutarakan pendapat secara destruktif
    3. Berdebat tapi dimasukin ke hati, yang ada bukannya berdebat secara logis tapi bawa2 urusan prbadi
    2. Adu argumentasi sedikit aja udah disangka berantem.

    Sepakat...!

    Satu lagi, kalau disini begitu masuk universitas dari permulaan kita udah harus milih jurusannya kan? (sorry kalau gw salah, karena gw gak kuliah disini). kalau di amerika kan enggak, kita punya waktu untuk mikir ,misalnya freshman year nya kita ambil Liberal Arts, baru sesudahnya kita ambil jurusan yang lain. Mau di tengah2 ganti jurusan juga ok2 aja. Ini tentunya memudahkan kita sebagai pelajar untuk bisa tahu major apa yang benar2 sesuai sama kita, jadi gak keburu2 milih major / jurusan karena banyak bgt anak2 lulusan highschool yangs ebenarnya waktu lulus belu tahu mau milih major apa di college / uni nanti.

    sistem seperti ini yg seharusnya juga di anut di Indo..krn gini pas SMA bingung mo milih jur apa, trus gw pilih jur asal2an yg penting masuk PTN, so sekarang gw nyesel se-umur krn gw gak bakat di sana..

    mo pindah jur artinya harus kuliah dari awal lagi dan ikut SPMB, belum lagi biaya2 yg harus dikeluarkan membuat gw mikir lagi untuk pindah jur... kasian ortu... :wink:
  • babylon wrote:
    tapi kenapa banyak kasus penembakan di high school di Amerika?

    Secara sosiologis, selain didasarkan atas paradigma akademis, relasi sosial masyarakat akademis dalam sebuah pendidikan didasarkan pada relasi yang dibangun di atas kesadaran kelas sosial tertentu. Kelas sosial yang dibangun di atas prinsip-prinsip otoritas akademis dan struktur birokrasi. Prinsip-prinsip yang juga mengisyaratkan adanya “kelas sosial-ekonomi” yang tentunya berbeda. Strata sosio-ekonomi yang tidak jarang menjadi sumber konflik yang dapat melahirkan sejumlah “aksi kekerasan” baik nyata maupun terselubung dalam dunia pendidikan
  • Wah, hebat nih negara Finlandia

    Dari dulu suka banget ama ni negara. bukan karena pendidikan si, tapi karena tingkat korupsi paling rendah di dunia...(bisa liat di worldaudit.org)
    kapan Indonesia bisa kaya mereka...
    mulky wrote:
    Satu lagi, kalau disini begitu masuk universitas dari permulaan kita udah harus milih jurusannya kan? (sorry kalau gw salah, karena gw gak kuliah disini). kalau di amerika kan enggak, kita punya waktu untuk mikir ,misalnya freshman year nya kita ambil Liberal Arts, baru sesudahnya kita ambil jurusan yang lain. Mau di tengah2 ganti jurusan juga ok2 aja. Ini tentunya memudahkan kita sebagai pelajar untuk bisa tahu major apa yang benar2 sesuai sama kita, jadi gak keburu2 milih major / jurusan karena banyak bgt anak2 lulusan highschool yangs ebenarnya waktu lulus belu tahu mau milih major apa di college / uni nanti.

    sistem seperti ini yg seharusnya juga di anut di Indo..krn gini pas SMA bingung mo milih jur apa, trus gw pilih jur asal2an yg penting masuk PTN, so sekarang gw nyesel se-umur krn gw gak bakat di sana..

    mo pindah jur artinya harus kuliah dari awal lagi dan ikut SPMB, belum lagi biaya2 yg harus dikeluarkan membuat gw mikir lagi untuk pindah jur... kasian ortu... :wink:

    Pengen tau dong, ada yg kul di IPB ga? sistemnya kaya gimana si? soalnya waktu SPMB cuma ada kode universitas ga ada kode jurusan.

    BTW, kasus penembakan siswa si ga di mana2 kali, kemaren aja di India ada anak sekolah yang ditembak ama temennya ampe mampus. kalo stress ya stress aja...
Sign In or Register to comment.