It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sama, aku juga berharap seperti itu
Nah...itu ada di part selanjutnya.
Baru ketahuan kan kenapa Andi sempat marah sama mereka berdua ?
Maaf kalau part 32 sangat pendek sekali.
Lanjut ya
Akhirnya hubunganku dengan Mas Agam telah mendapat restu dari Andi. Aku sangat senang sekali karena seumur hidukku, baru kali ini aku mempunyai seorang kekasih. Akan aku lakukan apapun asal Mas Agam bisa bahagia.
Kubuka koran Bisnis Indonesia untuk mengambil data NAB harian dan kemudian menuliskan di dalam buku Journalku.
Hai Journal !!!
Apa ya….
“Haaa…!!!”
Hehehehehe…..
Bahagia
Bahagia
Bahagia
“Kenapa sampai berulang-ulang begitu ?”
Hehehehhe…..
Journal…
Ini ya yang dinamakan jatuh cinta ?
Kok rasanya indah banget ya.
Biasanya kalau yang namanya jatuh, pasti kan sakit Journal ?
Tapi kalau jatuh cinta, kok rasanya bahagia ?
Eh…..
Seminggu lagi aku bakal naik kereta api loh….
Kata Mas Agam, tempat duduknya jauh lebih enak dibandingkan Pramex.
Kayak gimana ya tempat duduknya ?
Aku ngga bisa bayangin Journal.
Tapi kamu pasti aku ajak kok.
Supaya bisa juga merasakan enaknya naik kereta api Journal.
“Awas loh kalau aku ngga diajak.”
“Aku ngga mau ngomong lagi sama kamu.”
Eh…iya Journal.
Duhh….
Pake ngancem segala.
Aku kan jadi takut.
Journal,
Aku mau kerja dulu ya….
Sampai nanti malam.
Setelah aku mengerjakan tugas kuliahku, kemudian aku keluar dari perpustakaan ini dan menuju tempat kerjaku dengan menggunakan motor kesayanganku.
Seperti biasanya, Mas Agam selalu datang ketempat kerjaku setelah selesai berolahraga. Dan hari ini pun, kulihat Mas Agam baru saja turun dari mobilnya. Aku semakin bersemangat dalam bekerja.
“Kha…Nanti malam pulang jam berapa ?”
“Jam 10 malam Mas….”
“Gue jemput ya jam segitu.”
“Memangnya mau kemana Mas ?”
“Loe nginep di rumah gue aja.”
“Haaa…..”
“Nanti kalau ada Gilang bagaimana ?”
“Saya takut kalau Gilang sampai tahu saya berhubungan dengan Mas Agam.”
“Nyantai aja, dia lagi pulang ke Jakarta.”
“Baru aja tadi sore gue anter ke bandara.”
“Boleh kalau begitu Mas…”
“Tapi saya ngga bawa baju ganti.”
“Gampang kalau masalah baju.”
“Eh tapi saya bawa motor Mas…”
“Mas Agam ngga usah jemput.”
“Saya saja langsung kesana.”
“Gitu juga boleh Kha…”
“Gue tunggu ya ntar malam.”
“Iya Mas….”
“Pasti saya datang kesana.”
“Mas Agam mau makan apa ?”
“Ngga usah Kha, gue langsung balik ke rumah.”
“Masih banyak tugas yang harus dikerjain.”
“Ok Mas Agam….”
“Hati-hati ya…”
“Iya Kha…”
Mas Agam pun berlalu dari hadapanku.
Aku membayangkan apa yang bakal terjadi nanti malam. Tiba-tiba terasa hangat pipiku.
Pikiranku telah dipenuhi dengan hal-hal yang berbau mesum.
***
Pengen tau ntar Reskha diapain yah sama Agam, tapi... Kan Agam dah disumpah gak boleh ngapa2in Reskha.. Huft hilang dah adegan xxxnya
Bentar lagi ya di update. Masih di edit dulu.
Ki....mau di upload lagi ceritanya. Tunggu ya
Hahahaha....matanya kenapa ?
Gawat deh kalau sampai melanggar sumpah dokter.
Tunggu ya kelanjutannya
Dear all reader yang masih setia membaca cerita ini.
Hari ini authornya akan mengupload partnya lebih banyak. Alurnya pun jauh lebih cepat dibanding alur sebelumnya.
Setelah sampai di rumahku, aku segera mengerjakan tugasku, agar pada saat Reskha datang, tugasku telah selesai.
Aku ingin menghabiskan malam ini berdua saja dengan Reskha. Memang bukan hal yang pertama kali aku melakukan hubungan intim dengan lelaki. Bahkan aku sendiri tidak bisa menghitung sudah berapa puluh orang yang aku tiduri.
Tetapi hampir dua bulan terakhir ini, aku tidak pernah sekalipun melakukan hubungan intim, sehingga hasyratku sangat memuncak.
Selain itu juga, Reskha baru pertama kalinya untuk berhubungan intim. Ada sensasi berbeda yang saat ini aku rasakan.
Tok…tok…tok….
Ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku. Semoga Reskha yang datang.
Aku beranjak dari ruang tengah menuju pintu utama rumah ini.
Kuintip dari balik gorden siapa yang ada di depan rumahku.
Sesuai dengan dugaanku.
“Masuk sayang….”
“Eh…iya Mas…”
“Mas…Gilangnya yakin ngga ada ya ?”
“Dijamin 100% ngga ada Kha…”
“Kamu udah mandi belum ?”
“Belum Mas…”
“Saya numpang mandi ya Mas…”
“Mau aku mandiin ngga sayang ?”
“Eh…ma…ngg…ngga Mas…”
“Saya malu..”
“Kamu tuh kayak yang baru pertama kali aja.”
“Yuk mandi dulu.”
“Iy..iya Mas…”
Aku tarik tangannya Reskha untuk masuk ke dalam rumah. Setelah kukunci pintu depan rumah, aku mengajaknya menuju kamar mandi.
“Mas Agam…”
“Kenapa sayang…?”
“An…anu…”
“Sa..saya ngga berani buka baju di depan Mas Agam.”
“Memangnya kenapa ?”
“Emmmmm…..”
“Punya saya dari tadi berdiri terus…”
“Hahahha….”
“Tuh kan Mas Agam malah ketawa.”
“Aku kan udah pernah lihat sayang…”
“Udah buruan buka baju.”
“Aku juga ikutan mandi deh kalau gitu.”
“Iya Mas…”
Reskha pun akhirnya mau melepaskan pakaiannya satu persatu.
Memang benar apa yang dikatakan Reskha, kemaluannya sudah siap tempur. Benar-benar sangat sempurna bentuknya.
“Mas Agam…”
“Heheheheh….”
“Kenapa sayang….?”
“Punyanya Mas Agam juga lagi berdiri.”
“Saya boleh pegang ngga…?”
“Pegang aja sayang…”
“Sekarangkan hanya kamu saja yang boleh pegang.”
Reskha pun mulai memegang kemaluanku. Terasa sangat lembut sekali sehingga membuatku melenguh.
“Uuuhhhh…”
“Geli ya Mas…”
“Iya sayang…”
“Ntar aja dilanjut di kasur ya.”
Kami berdua pun saling menyabuni tubuh kami, dan sesekali aku juga menyabuni tubuhnya Reskha.
Setelah selesai mandi aku mengajak Reskha menuju kamarku.
Tanpa persetujuan Reskha, aku langsung merebahkan tubuhnya yang hanya berbalut handuk di atas kasurku yang berukuran king size.
Aku merasa kembali ke fitrahnya menjadi manusia yang menjunjung tinggi arti dari sebuah hubungan intim. Kalau dulu mungkin aku seperti binatang yang dengan suka ria melakukan hubungan intim tanpa ada rasa kasih dan sayang.
Aku keluarkan seluruh kemampuanku agar bisa membuat Reskha terpuaskan.
Beberapa saat aku mencium dan mengulum bibirnya, kemudian aku berpindah menuju leher dan bagian telinga.
“Aaakhhh…”
“Geli Mas..”
“Enak ngga sayang ?”
“Enak banget Mas…”
“Sampai tengkuk saya merinding..”
Kembali kulancarkan seranganku ke bagian dadanya. Aku mulai menghisap dan menjilat inchi demi inchi tubuhnya Reskha.
Aku melihat Reskha sangat menikmati permainanku ini. Untuk kali ini aku yang akan mengendalikan permainan ini.
Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, untuk membuat tubuhnya Reskha bergelinjang, dan beberapa saat kemudian terdengar suara lenguhan disertai dengan keluarnya cairan sperma yang sangat banyak hingga nyaris mengenai wajahnya.
Walaupun aku sama sekali belum disentuh oleh Reskha, namun aku sudah cukup terpuaskan melihat ekspresi wajah Reskha yang menikmati permainanku.
Aku belum bisa melakukan penetrasi dikarenakan masih di bawah sumpah kitab suci kedokteran.
Dengan penuh kasih sayang, aku membersihkan cairan sperma yang berceceran di tubuhnya, dan beberapa ada yang sampai mengenai kasurku.
“Mas Agam…”
“Maaf ya…”
“Saya sudah keluar duluan.” Ucapnya ditengah nafas yang masih tersengal-sengal.
“Ngga apa-apa sayang…”
“Aku suka melihat ekspresi wajahmu.”
“Sekarang giliran saya yang memuaskan Mas Agam.”
“Tapi saya ngga bisa sehebat Mas Agam.”
“Coba aja dulu sayang…”
“Itu juga kalau kamu ngga cape.”
Akupun kemudian berbaring di atas kasur. Sekarang giliran Reskha yang mengendalikan permainan ini.
Walaupun gerakannya sangat kaku sekali, namun dia berusaha mengikuti apa yang sudah aku lakukan padanya.
Aku sangat menikmati permainan ini. Dia begitu bersemangat ketika menghisap kemaluanku. Agak sedikit lama dibandingkan Reskha untuk mengeluarkan cairan sperma dari dalam tubuhku.
Malam berikutnya aku menjemput Reskha di tempat kerjanya, karena dia sengaja tidak membawa motor. Pun kami melakukan hal yang sama seperti malam sebelumnya, namun kali ini Reskha sudah lebih mahir.
***