It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
salah.... yang punya kemampuan meramal itu Elise. dan Elia hanya manusia biasa....
Suara hati Antoni…
Teman, pernahkah kau mendengar kisah tentang mati suri, kelahiran kembali, inkarnasi atau… apapun macamnya itu!
Yang jelas apa yang kualami, rasanya seperti… tercipta untuk yang kedua kalinya…!
Mungkin kau akan berpikir bahwa aku gila dan hanya mengada – ada. Namun yang akan kuceritakan ini semua adalah benar adanya! Dan mungkin, sesuatu yang tampak tak wajar ini, hanya bisa terjadi di film – film. Bagaimana seorang yang sudah mati, bisa bangkit lagi dari matinya?!
Mati suri kah? Terlahir kembalikah? Ah… entahlah! Tuhan memang selalu penuh dengan misteri! Tapi… ini semua berawal dari kecelakaan waktu itu. Atau mungkin…pembunuhan waktu itu! Ingatkah kau saat aku mengucapkan sebuah doa sesaat sebelum nyawaku melayang? Yah… mungkin kalian sudah melupakannya…
Tapi bagaimanapun, percayalah! Ini nyata! Aku sudah mati dan… hidup lagi?! Namun di kehidupan keduaku, aku menjadi seseorang yang…`berbeda`!. Sekali lagi kutegaskan, percayalah… tuhan selalu penuh dengan misteri dan tanda tanya akan diriNya…
Tuhan mengirimku sekali lagi kebumi, untuk membuka kedok kejahatan yang melibatkan antara diriku, orang sekitarku dan… Alif!
Ya, seperti kata orang tua dahulu, `seonggok jasad tidak akan benar – benar `pergi` jika seandainya ada SUATU URUSAN yang belum diselesaikannya…!`
Dan Tuhan memberikanku kesempatan untuk bisa hidup hanya untuk menyelesaikan sesuatu yang belum aku lunaskan! Yakni memberitahukan kabar kematianku! Serta menjadi pemberi peringatan kepada seseorang yang kubuat terjatuh dalam dosa!
Siapa lagi kalau bukan Alif! Sesaat sebelum aku dikembalikan lagi kebumi, aku telah melihat alam akhirat disana! Tempat para kaum pembangkang mendapatkan siksaan keras dan… Akh! Bahkan siksaan dunia pun kalah hukumannya! Tempat para pengikut kaum Sadum! Dan aku diberikan kesempatan untuk memperingatkan Alif agar waspada dengan langkahnya setelah sepeninggalku! Dengan kata lain… aku harus menariknya lagi dari kubangan dosa!
Dan… inilah kisahku… sesaat sebelum aku di bangkitkan kembali….
*****
Flashback in new world…
“Ijinkanlah aku hidup satu kali lagi, Tuhan! Akan ku perbaiki sisa hidupnya bersamaku dulu. Setidaknya, hanya untuk sesaat aku merasakan pelukannya tanpa dosa padaMu….
Biarkan cinta ini untuk sekali lagi tidak melukai perasaannya! Sebuah mawar yang ia berikan padaku, sekarang harus ia tanggung durinya…
Tanpaku, keluarga dan teman-temannya akan memusuhi siapa dirinya… jangan biarkan ia sendiri! Jangan biarkan airmatanya menetes lagi! Aku mencintainya, Tuhan! Jangan biarkan lembaran hidupnya setelah ketiadaanku menjadi sebuah tragedi menyedihkan…
Maka jika seandainya aku dilahirkan kembali, mungkinkah aku bisa memperbaiki dosa yang kulakukan padaMu lewatnya untuk menjadi sebuah kisah cinta yang benar-benar padaMu?
Aku tahu tak ada yang abadi, begitupula jiwaku dan cintaku. Maka, abadikanlah cintaku padaMu lewatnya… karena kutahu hanya kaulah yang Maha Abadi…!”
“…”
Aku membuka mataku perlahan dan berat. Cahaya putih cemerlang yang amat terang menusuk mataku. Butuh beberapa saat agar aku menyadari dimana aku berada. Sebuah ruang hampa! Di sekeliling hanya ada cahaya putih mengelilingi!
Dimana ini?
Entah mengapa, rasa sakit yang sebelumnya aku rasakan… hilang! Rasa sakit yang kualami akibat benturan di kepala karena kecelakaan mobil, tidak terasa keberadaan darahnya! Bahkan rusukku yang sebelumnya patah… baik – baik saja.
Dan perlahan, cahaya itu mulai menghilang dan aku kembali memfokuskan pandanganku.
Sebuah gurun pasir berwarna putih bersih?! Dengan sedikit bukit batu yang cemerlang dikejauhan seperti lembah bukit grand canyon. Hanya saja yang ini… tampak berbeda!
Gurunnya sama sekali tak terasa panas! Malah… sejuk!
Tak ada matahari di atas sana, namun langit tampak begitu cerah berwarna biru kehijauan. Anehnya, seluruh permukaan tempat ini terasa begitu jelas terlihat meski tak ada matahari yang menerangi. Dan langitnya, tampak bersih, tiada bintang, bulan, awan, ataupun benda langit lainnya!
Angin segar meniup-meniup di antara tubuhku. Dan baru kusadari, tubuhku terasa ringan! Aku bahkan tidak merasakan beban tubuhku saat ini! Mungkinkah… ini akhirat? Aku bertanya.
Mungkin aku sudah mati! Kusadari bahwa aku tak mengenakan sehelai benang pun! Namun anehnya, aku tak merasa malu! Aku tak merasa jengah atapun eksibisi! Yang kurasakan, seolah hatiku merasakan ada sesuatu yang lebih penting daripada aku harus menutup bagian auratku!
Inikah… hari pengadilan?
CTAKK!!! “Akkh..!!!” Aku meringis kesakitan saat sebuah pecut menyambuki punggungku hingga kulitku mengelupas dan darah segar merembes di sana! Rasanya seperti terbakar!
Tidak! Ini lebih dari sekedar terbakar! Rasanya luka itu hidup dan menggerogoti setiap rasa sakitku! Rasanya, akan menjadi sebuah luka yang permanen!
Aku merintih kesakitan! Tertunduk meringis memegangi punggungku. Dalam beberapa menit, aku mencoba menoleh kearah seseorang, atau ‘sesuatu’ yang tadi menyambuki punggungku!
Seorang yang setinggi manusia namun memakai kerudung kepala sehingga aku tak dapat melihat wajahnya.
“Jalanlah, Laknatullah!” Katanya tegas dan kuat. Membuatku tunduk dengan titahnya.
CTAKK!!! Aku kembali terkena cambukan. Kali ini belakang leherku! Dan rasanya lebih pedih! Cambuk macam apa itu?! Rasanya lebih dari sakit! Aku meringis dan mempercepat langkahku, entah mau kemana…
“Mau kemana kita?” Tanyaku disela – sela tangisanku akibat menahan sakit.
“Sirath (Jembatan!)” Ujarnya menggelegar.
“Dimana ini?” tanyaku mencoba bertanya pada `sesuatu’ itu.
Aku menoleh, tak yakin dia akan menjawab lagi. Sesuatu berkerudung itu seolah menatapku dari balik hijabnya!
“jalan menuju siksa kubur, wahai laknatullah! Gambaran siksaan sebelum kau masuk neraka di hari akhir kelak!” katanya singkat. Aku bergeming.
“Jalan menuju…apa?” kataku seolah tak percaya dengan ucapannya barusan.
Sesuatu berkerudung tak menjawab dan hanya menunjuk kearah depan dengan jari pucatnya ketempat tujuan kami! Aku menoleh dan memfokuskan pandanganku kearah yang ditunjuk. Dan… aku terbelalak!
Sebuah jurang yang besar dan dalam dengan jembatan yang melintang diatasnya!
Namun yang membuatku terkejut adalah, kobaran api didasarnya! Terdengar sangat jelas dan menyedihkan, orang-orang di dasarnya sedang menjerit-jerit kesakitan!
Mereka telanjang namun teraniaya! Tangisan mereka kering dan suara mereka sumbang berteriak meminta tolong! Takkan ada yang menyelamatkan mereka. Api itu menjilat-jilat tubuh mereka! Membakar hingga ketulang-tulangnya. Seolah api itu takkan pernah padam. Itukah neraka?
Jurang sangat jauh dalamnya namun teriakan penghuninya sampai terdengar ke cakrawala. Bahkan asapnya saja terasa sangat menyesakkan dan meracuni! Seolah, api itu berbahan dasar manusia dengan batu – batuan sebesar unta yang di lempar dari atas, menimpa tubuh mereka yang tampak menyedihkan!
“Itulah siksa kubur, masa depan atas segala perbuatanmu… dan tempat untuk mencuci dosamu!” kata `sesuatu berkerudung`. Aku menelah ludah ketakutan. Itukah tempatku? Di dunia abadi?
Aku tak bersuara. Dan seketika aku menangis! Menangis meraung – raung menghadapi ketakutan yang luar biasa! Sebuah rasa sesal yang teramat dalam seolah menyiksaku! Rasanya… begitu berat!
`sesuatu berkerudung` itu tak mengindahkan tangisan penyesalanku yang baru aku rasakan setelah berada didunia kekal. Tak terasa, wajahku terasa panas akibat merasakan hawa gambaran siksa kubur yang tampak seperti neraka! Aku menangis!
Aku putus asa menghadapinya...
“Antoni… kau… sudah datang?” seseorang yang bersuara seperti manusia sedikit menghentikan tangisku. Manusia itu berjalan ringan dengan gamis putih sutra dibelakang `sesuatau berkerudung` itu! Wajahnya tampak cemerlang dan rupawan, lebih rupawan dari wajah siapapun pria tampan didunia!
Aku memekik tak percaya. Pria cemerlang itu…
kak Rifay?!
Kak Rifay tersenyum kearahku. Sangat menawan! Seperti seorang ahli syurga!
“Kak Rifay! Benarkah itu kau?!” Aku memekik. Kak Rifay tersenyum lagi dan mengangguk.
Seketika aku langsung berlari menubruk dan memeluk tubuhnya! Telah lama aku rindu untuk bisa bertemu lagi dengannya! Tubuhnya sangat wangi laksana parfum yang dibuat dari seluruh misik di dunia. Namun, wanginya sangat khas! Seolah, aku mencium bau surga darinya!
Aku menangis dalam rengkuhannya. Mencoba mengalahkan rasa sakit di punggungku yang sepertinya semakin parah! Tubuhku berkeringat dan menghitam! Entahlah, mungkin inilah yang dibilang `gambaran dosa`!
“Waktumu sudah tiba?” tanya Kak Rifay lemah lembut. Aku teramat merindukannya semenjak ia meninggal dalam kecelakaan pesawat dulu. Kak Rifay yang membuatku rindu setengah mati. Kasih sayangnya dan perhatiannya, membuatku lari kepada Alif semenjak aku kehilangan orang ini!
Kak Rifay! kakak angkatku yang telah lama meninggal, kini berdiri dihadapanku!
“Apa maksdunya?” kataku serak.
“kau sudah pulang.” Gumamnya. Aku menunduk dalam.
“Tidakkah kau menyesal sekarang! mengapa kau lebih mementingkan urusan dunia?” gumam kak Rifay. Aku hanya bisa menunduk.
Untuk sesaat kak Rifay berbicara dengan `sesuatau yang berkerudung` di belakang kami!
“Aku kesini untuk menjemputnya?” kata Kak Rifay.
“Untuk apa kau membawanya ya Habibullah?! Dia sudah dilaknat dan akan dilemparkan ke jurang syaitan!” Kata `sesuatu berkerudung` itu menggelegar.
“Tuhan menyuruhku untuk menemuinya terlebih dahulu! Ada suatu urusan yang belum ia selesaikan!” Kata Kak Rifay.
`sesuatu berkerudung` itu terdiam. Dan untuk sesaat, ia mengangguk mengizinkan.
Dan tampak sekali, ia mengeluarkan sesuatau dari balik jubahnya!
Sayapkah?!
Dan beberapa saat kemudian, ia terbang vertikal ke angkasa dengan kecepatan cahaya, meninggalkan angin sejuk yang ia tebarkan lewat pilar – pilar sayapnya yang mengepak.
Sesaat setelah `makhluk` itu pergi. Kak rifay mengajakku untuk pergi menjauhi sirath. Ia menuntunku yang berjalan terpincang – pincang akibat luka bekas cambuk di punggungku. Untuk sesaat, aku lega menjauhi jurang neraka yang jeritannya membuat hatiku ngeri!
“Siapa dia?” tanyaku menanyakan makhluk berkerudung tadi.
“Zabaniah. Malaikat penyiksa yang ditugaskan untuk mengantar manusia ke alam barzah!” Kata Kak Rifay sembari tersenyum.
“Bagaimana kau bisa berada disini? Dan, apa yang terjadi denganmu saat kecelakaan pesawat waktu itu?” tanyaku Kak Rifay tersenyum.
“Aku mati. Seperti yang kau tahu. Dan aku bisa bertemu denganmu, karena kau juga sudah mati!” Katanya dengan wajahnya yang rupawan.
“Lalu, ayah Dharma?” tanyaku mempertanyakan ayah tiriku. Yang otomatis ayah kandung Kak Rifay.
“Dia juga sudah berada di tempat yang selayaknya.” Kata Kak Rifay sambil tersenyum. Untuk sesaat aku terdiam.
“Kenapa? Kenapa aku… harus berada di sana?! Ditempat mengerikan itu!” Kataku ketakutan. Kak Rifay terdiam. Aku memnunduk dalam. Entah mengapa, rasa sesal yang kurasa begitu berat menggelayut dipikiranku.
“Kau lebih tahu mengapa kau berada disana!” Kata Kak Rifay. Aku terdiam.
“Karena aku gay?” tanyaku. Kak Rifay terdiam. Aku tahu itulah jawaban mengapa aku berada disana! Di tempat para pembangkang dan terlaknat!
untuk sesaat aku hanya diam. terasa ketakutan dalam hatiku begitu menyesakkan!
“Apakah… Alif juga akan berada disana?” Tanyaku. Kak Rifay lagi – lagi terdiam.
“Ya. Tapi dia lebih parah dari dosamu!” Kata Kak Rifay.
“Maksudnya?”
“Selain seorang pengikut kaum Luth, dia juga seorang atheisme. Setelah kau meninggal, di menganggap Tuhan mengambilmu darinya! Hidupnya kini hanya dihabiskan untuk mabuk – mabukkan dan menyiksa dirinya sendiri. Ini memungkinkan bahwa dia bisa saja bunuh diri perlahan – lahan.
"Dan… Araziel, malaikat maut yang dulu mendatangimu, kini tengah melayang – layang diatasnya! Menunggu kepastian kapan `waktu`nya akan segera tiba!” Gumam Kak Rifay. Aku terdiam. Aku tak berkutik.
Entah mengapa aku malah menjadi khawatir dengan Alif. Padahal aku sendiripun sedang menghadapi sebuah bahaya yang tidak mungkin aku hindari lagi!
untuk sesaat, aku merenung.
“Aku… ingin menyelamatkan seseorang, agar dia tidak sama berdosanya denganku.” kataku menatap mata Kak Rifay. Ia tampak menimbang. ia terdiam seolah tak yakin denganku. aku menunggu jawabannya.
“kumohon, takkan kubiarkan ia bernasib sama sepertiku…” kataku penuh keyakinan yang dalam.
Sesaat Kak Rifay terdiam seolah mendengar sesuatu yang membisikannya!
Lalu dari balik wajah cemerlangnya, ia menatapku. “Tuhan, maha mengabulkan permohonan hambaNya yang mau bertobat…” kata kak Rifay kemudian sambil tersenyum.
sebuah senyum yang sekali lagi amat cemerlang.
Seketika cahaya yang menyilaukan muncul secara misterius dan…
wusssh…!!
tiba-tiba saja aku telah sampai di sebuah ruang hampa!
Sejauh mata memandang tak ada apapun .putih! Aku seakan melayang karena tiada satupun siluet bayangan tanah. Sebuah ruangan yang kudatangi sesaat sebelum aku berdiri di gurun pasir tadi.
“dimana ini?” tanyaku memperhatikan sekitar. Kosong dan hampa. Hanya ada aku yang telanjang, dan Kak Rifay!
“tidak dimanapun.”
kata kak Rifay dengan senyum cemerlangnya. Aku mengernyitkan dahi.
Kak Rifay kini begitu cemerlang, dan rupawan. Seolah aku baru melihat pemuda serupawan dirinya. Tak satupun dalam hidupku aku melihat lelaki setampan dirinya, atau mungkin… dia bukan lagi manusia? Tubuhnya berkilau seolah ditaburi lampu-lampu kecil. Ia memakai jubah sutra yang sangat ringan dan lembut serta berwarna putih terang. Kak Rifay seolah seorang malaikat!
"Ini adalah ruang antara kehidupan dan kematian. Ruang diantara dunia dan akhirat.” Kata Kak Rifay menjelaskan dengan wajahnya yang rupawan dan sedap dipandang.
Namun aku hanya mengernyitkan dahi atas jawabannya.
Mungkinkah ini adalah perantara antara hidup dan mati? Sebuah dimensi yang tak diciptakan?.
“untuk apa kau mengajakku kesini?” tanyaku lagi. Ia tersenyum.
"Tuhan mendengar hamba-hambanya yang berkeinginan kuat untuk bertobat dan memperbaiki kesalahannya. Kaulah salah satu hambanya yang beruntung itu.” Kata Kak Rifay lembut.
“maksudmu?” kataku penasaran.
Ia tersenyum kembali.
“Kau akan dihidupkan kembali untuk menuntaskan janji dan hutangmu didunia. Kau telah berdoa kepada yang maha kuasa di sisa akhir nafasmu, dan Tuhan mengabulkannya. Dan, Tuhan mengirimmu kembali kedunia untuk memberikan kabar sebab kematianmu!
Bertobatlah dan gunakan kesempatan hidup keduamu sebaik-baiknya. Sangatlah jarang seorang hamba diciptakan kembali kedunia.” Kata Kak Rifay dengan ekspresi yang sama. Mataku berbinar mendengar ungkapannya.
“jadi, aku akan dihidupkan kembali?” kataku tak percaya. Ia mengangguk meyakinkanku. Aku tersenyum lega!
“Namun…”
Aku menengang mendengar kelanjutan ucapannya “kau akan diberi ganjaran akibat perlakuan yang kau lakukan selama didunia sebelum kematianmu! Sebuah cobaan yang sangat sulit dan berat untuk kau tempuh!. Ini adalah balasan kesalahanmu kepada Allah.” Katanya sambil tersenyum namun membuatku menahan nafas dan merinding ketakutan.
“cobaan apa?” kataku lemas.
Dia tersenyum. “kau akan melihatnya adikku. Sebuah tubuh baru yang akan Tuhan berikan sebagai pengganti `baju` lamamu. Sebagai pembelajaran baru yang akan diberikan Tuhan dikehidupan keduamu.
Kau tidak akan melihat dirimu yang dulu lagi ataupun jasadmu sebelum kematianmu. Jiwamu akan tetap dirimu namun tubuhmu akan dipandang orang lain berbeda.” katanya tenang. Aku gelisah.
“Lagipula, Tuhan mengirimmu lagi, untuk membuktikan siapakah gerangan orang yang telah berdosa yang telah menghabisi nyawamu!” Katanya. Aku terbelalak.
“Apa?! Maksudmu,... aku dibunuh?!” Kataku terkejut. Ia mengangguk.
“Si… siapa yang tega melakukan itu?” Tanyakau parau. Ia tersenyum.
“Kau yang harus mencarinya nanti.” Katanya sembari tersenyum. Aku terdiam. Kak Rifay mendekat kedepanku.
Kemilau tubuhnya membuat mataku sedikit terpejam.
“sekarang, gunakan hidup keduamu dengan sebaik-baiknya.” katanya tenang.
“Apakah cobaanku nanti akan menyakitkan? Seperti yang dilakukan Zabaniyah kepadaku?” tanyaku.
“Wallahu a’lam. Hanya Dia yang tahu.”
“Kapan aku bisa `pulang` lagi?” tanyaku agak takut. Ia tersenyum.
“Saat kau menuntaskan janjimu. Saat kau berhasil menyelamatkan orang yang kau maksud, dari siksa neraka! Dan saat kau menememukan siapa pembunuhmu.” Katanya.
“Oke. Sekarang, bagaimana caraku kembali ke dunia dan pergi dari sini?” kataku pasrah sambil melihat keliling, tak ada jalan keluar! Dia tersenyum dan mencengkeram erat bahu kananku.
Untuk sesaat, aku merasakan salah satu rusuk kananku seperti ditarik dan dikeluarkan!
“Semua kehidupan dimulai dari sini. Tubuh manusia yang diciptakan pertama kali. Dan dari sinilah tubuh barumu akan diciptakan! Dari tulang rusuk yang Tuhan berikan, akan aku buatkan sebuah tubuh yang dulu pernah di pakai oleh Adam dan Hawa.
"Kau diciptakan, bukan dilahirkan! Kau ditidurkan, bukan dimatikan! Jalani hidupmu dengan sebaiknya, karena kelak kau akan meninggalkan semuanya dan kembali `kerumah`.”
Kata Kak Rifay bijak. Sebuah cahaya berpendar dan langsung mengurung seluruh tubuhku. Ada sensasi yang tak biasa yang kurasakan. Seakan aku ditarik kebawah!
Sebelum aku benar-benar menghilang, aku melihat kak Rifay tersenyum melihatku pergi, maksudku kembali…
“Kutunggu kau untuk kembali pulang! adikku...” Katanya.
Aku tersenyum.
Dan untuk beberapa saat, sosoknya hilang ditelan cahaya. mataku kini menangkap kegelapan! Dan aku merasakan kenyamanan dalam kelopak mataku…
Seorang manusia yang berlumur dosa memang selalu nyaman untuk tinggal didalam kegelapan dunia!
matanya tak mampu menahan kebenaran yang cemerlang dari cahaya akhirat!
Aku merasakan tubuhku kembali berat! Sehingga aku kehilangan kesadaran dan tak berimbang dan membuatku jatuh tergeletak akibat merasakan sebuah beban dari… tubuhku!
Angin malam berhembus dingin menusuk kulitku. Suasana gelap langsung terlihat oleh pandanganku. Cahaya yang tadinya melebihi terang kini telah hilang. Hanya suara desau angin dan suara-suara hewan malam lainnya yang terdengar.
Aku menatap kosong kedepan. Memandangi bintang-bintang diatas sana! Aku terbaring dan entah sejak kapan aku mulai berbaring. Seakan kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi!
Namun luka cambuk dipunggungku seolah menyadarkanku bahwa ini bukanlah mimpi!
Aku diturunkan kembali…
*****
“Hai cewek, malem-malem koq sendirian sih? Koq telanjang? Apa gak kedinginan? Apa perlu abang angetin.” sayup-sayup terdengar suara pria yang sedang menggoda wanita. Aku tak menghiraukannya. Aku hanya berjalan kosong dan tak peduli pada wanita yang sedang digoda itu!
“Neng, jangan jual mahal dong..” kata pria lain. Aku bergeming. Aku hanya berjalan kosong menahan angin yang seakan menusuk kulitku!
Tiba-tiba saja sebuah tangan menahan bahuku. Aku menoleh, seorang pria dengan senyum mesum. Aku menatapnya bingung. Kedua temannya yang lain langsung menghampiri dengan tawa mereka yang berbau alkohol.
“Neng, jangan buat abang nafsu dong, abang jadi gak tahan…” kata pria berbaju merah yang tadi menahan bahuku. Aku menghadap kearahnya dan bingung. Ia langsung terbelalak melihat tubuhku.
“wuihhh,. Bohay benerr…” kata pria yang memiliki anting di telinganya. Ia langsung mencolek bahuku. Aku tersadar kalau bahaya mengincarku.
“Maaf, maksud anda apa ya?” kataku bingung. Aku langsung bersiap-siap dengan sikap pasang pencaksilatku. Untuk berjaga-jaga.
“Ah, neng, jangan. Sok jual mahal deh! Gue tau, sebenernya lo juga pengen kan. Makanya lo udah siap-siap duluan. Ya gak boy?” Tanya pria yang agak kurus dengan mesumnya. Aku langsung terkesiap.
“dah boy!! Hajar aja, sikat!!!” kata Si tindik. Si baju merah langsung mendekat dan memelukku dengan beringas dan bernafsu. Aku berontak dan mendorong tubuhnya kebelakang hingga terpental!
“kurang ajar, dasar cewek murahan!!!” kata Si baju merah. Tiba-tiba ia mengeluarkan sebilah pisau. Aku memasang kuda-kuda depan. Dua temannya, Si tindik dan Si kurus langsung mengeroyokiku.
Aku menangkis pukulan Si kurus dan menendang perutnya dengan lututku. Kupercepat tarikan kuda-kudaku agar aku bisa cepat menendang wajah Si tindik. Mereka berdua terhuyung kebelakang. Si tindik langsung bangkit berdiri dan mencoba menendangku. Aku menangkap tendangannya dan langsung ku banting dengan menyelengkat kaki yang satunya.
BUAKK!!!
Si kurus menyerangku dari belakang. Aku langsung bersalto dan menendang telak dadanya. Belum puas kutambahkan dengan menyilang kakinya hingga terjatuh. Namun ternyata si Tindik bangkit lagi dan memegangi lenganku. Aku tak bisa bergerak. Si Kurus langsung berdiri sambil menghapus luka yang mengalir di sudut bibirnya. Dengan emosi ia mendekat mencoba untuk menghajarku. Aku tak habis pikir!
Kunaikkan kakiku tinggi-tinggi dan kutendang wajah Si tindik yang sedang memiting lenganku. Ia langsung terjongkok memegangi wajahnya!
Kakiku yang masih melayang diudara langsung menghantam kepala Si kurus dengan kerasnya. BUG! Ia juga langsung berjongkok memegangi kepalanya.
Tendanganku langsung berputar kebelakang mengarah ke Si tindik dibelakang dan menghantam lagi wajahnya dari bawah! BUG! Satu musuh tumbang!
Kakiku lalu menendang seperti halnya menendang bola kearah Si kurus di depan dan telak mengenai lehernya. Dua musuh tumbang!
Tinggal si baju merah yang tersisa!
Aku kembali memasang sikap pasang untuk menghadapi Si baju merah yang memegang senjata pisau, Mata kami bertemu dan berkilat tajam! Ia langsung berlari mengarahkan pisaunya kearahku!
Aku langsung menggeser posisiku dan memegang tangannya yang menusuk udara kosong! Dengan sigap aku memelintir tangannya ke belakang punggungnya.
Ia mengaduh kesakitaan dan menjatuhkan pisaunya dari genggamannya. Aku menangkap pisau itu dan…
JLEBB!!!
Aku menusuk tepat di tengah punggungnya! Darah mengalir dan Si baju merah sudah tak sadarkan diri.
Aku menjatuhkan jasadnya dan memandang kosong kelangit. Tiga musuh telah tumbang!
Tiba-tiba mataku berkunang-kunang!
Aku melanjutkan jalan keluar dari gang itu. Tatapanku mulai tidak fokus dan aku mulai berjalan terhuyung-huyung.
Namun aku masih mencoba untuk berjalan sekuat tenaga. Entah sudah sampai sejauh mana aku melangkah. Aku tak peduli. Jalanan waktu itu sangat sepi.
Aku sampai di sebuah bangunan klasik yang terbuat dari batu marmer. Lampu temaram menghias didepan pintunya yang besar dan tangganya yang tinggi.
Namun aku sudah tak kuat berjalan. Tanganku memegangi pinggangku yang terasa sakit! Saat aku lihat ada sesuatu yang berlendir dan merah menempel ditanganku! darah segar mengalir dari pinggangku!
Mungkin pisau Si baju merah tadi telah merobek pinggangku namun aku tak menyadari itu.
Aku terhuyung dan pandanganku kabur. Tiba-tiba aku terjatuh dan terkapar. Sebelum kesadaranku hilang sepenuhnya, samar-samar aku melihat siluet seseorang keluar dari balik pintu besar yang ternyata sebuah gereja. Ia mendekatiku dan semuanya…gelap
*****
beberapa saat kemudian.
Aku terbangun dan terduduk sambil tersengal-sengal. Aku baru saja mimpi buruk!
Saat kuterbangun, aku langsung mendapati ada lebih dari 10 orang biarawati yang sedang mengawasiku. dan empat orang remaja yang tak jauh dari ranjang. Beberapa orang memperhatikanku dengan bingung. Aku memperhatikan sekeliling. Sebuah ruangan atau kamar yang bergaya klasik. Dan kudapati seorang pastur tua sedang duduk menenangkanku dari mimpi buruk. Ia mengelus perlahan pundakku.
“tak apa nak, kau di tempat yang aman. Sepertinya kau baru saja mengalami mimpi yang tidak mengenakan” kata pastur tua itu. Aku menundukkan wajah dan meneteskan airmata.
“apa yang kau impikan hingga kau menangis?” kata salah seorang biarawati bingung dan prihatin melihatku menangis.
Sulit untukku menjawabnya karena dadaku terasa sesak.
“Alif… dia… tidak, aku.. aku tidak mau kehilangannya…” kataku tersendat-sendat. Biarawati itu mendekatiku dan memelukku erat untuk menghiburku. Sensasi ini, sudah lama tak aku rasakan semenjak aku kehilangan seorang ibu. Sehingga aku menikmati pelukannya.
“dengar nak, siapapun Alif yang kau sebut itu. Sepertinya dia orang yang berharga bagimu.” kata biarawati itu. Aku mengiyakannya.
"Dimana aku???" tanyaku.
"Kau di biara gereja St.Louis. kau aman disini." Kata sang pastur. untuk sesaat kami terdiam. aku masih merasa asing dengan suasana ini. Sebuah gereja?!seumur hidupku sebagai muslim, aku belum pernah menginjakkan kaki di tempat sakral umat kristiani ini.
“kenapa kau bisa diluar malam-malam sendirian? Tanpa sehelai benang yang membalut tubuhmu? Valent menemukanmu di depan pelataran gereja sedang terjatuh pingsan.” kata pastur tua itu sambil menunjuk salah seorang pemuda yang usianya bekisar antara 20 tahunan yang dipanggil Valent. Cukup matang dan dewasa jelas terlihat jelas dari wajahnya.
Aku tak menjawab apapun. Tak mungkin aku bilang bahwa aku dilahirkan dari kematian. Namun satu pertanyaan yang mengambang di pikiranku.
“benarkah aku…telanjang?” kataku sedikit terkejut. Untunglah kini aku dipinjamkan sebuah piyama yang sedang aku kenakan.
“Kau tidak menyadarinya?” kata pastur itu kaget juga. Ia memandang wajahku yang polos dan tidak tahu apa-apa. Pantas saja angin malam menusuk langsung kekulitku yang terbuka. “Sepertinya kau lelah dan trauma sehingga kau tidak mengingat apapun” kata bpastur itu mencoba untuk menerka keyakinannya.
“Bagaimana dengan lukamu? Itu luka sayatan pisau bukan? Mungkin kau pingsan karena nyaris kehabisan darah.” kata seorang wanita berambut pendek yang tampak periang, sambil menunjuk kepinggangku yang telah dibalut perban(Dia adalah Elise). Aku mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Sepertinya ini akibat goresan pisau dari preman di gang itu.
Aku diam, entah bagaimana aku harus menceritakannya. Semua maklum atas keterdiamanku.
“Daripada itu, boleh aku tau siapa namamu dan darimana kau berasal?” kata biarawati lainnya yang menanyakan namaku.
“Aku…Antoni, aku dari daerah pinggiran Jakarta timur.” kataku menjelaskan. Namun kulihat semuanya menatapa bingung kearahku. Aku mengernyitkan dahi
“Kenapa? apa ada yang salah?” kataku.
“Kau yakin namamu Antoni?” Tanya seorang laki – laki yang tampak sebaya dengan Valent dengan mimik heran (kutahu sekarang namanya Fabian).
“Ya, kenapa?” tanyaku balik.
“jangan tersinggung, namun bukankah itu nama laki-laki?” kata seorang wanita berambut panjang yang tampak anggun menjelaskan (Yang kutahu ia adalah Janetta. Aku bingung atas maksudnya.
“Aku…memang laki-laki!” kataku membela diri bahwa memang tidak ada kesalahan. Namun mereka semakin mengernyitkan dahi.
“sepertinya kau trauma cukup parah sehingga menggangu konsentrasimu!” Kata pastur tua itu menyimpulkan. Wajahku masih dipenuhi sejuta tanda tanya. Biarawati disebelah sang pastur juga tampak bingung.
“memangnya kenapa? Apanya yang salah?” kataku mencoba mencari kesalahan.
“Hei, kau ini perempuan!” Kata Valent yang membuatku tersentak kaget. Aku terhenyak tak percaya.
“Apa!? Tidak mungkin. Kenapa!? Tidak…tidak mungkin. Aku masih Antoni.” kataku shock. Biarawati itu mengelusku untuk menghiburku namun tak berkata apapun. Pastur tua didepanku hanya terdiam. Valent dan ketiga saudaranya bingung dengan tingkahku. Ruangan itu terdiam menyaksikanku histeris.
Lalu kemudian, pandanganku tertuju pada sebuah cermin yang tergantung didinding. Pandanganku terpaku dan menimang sejenak. Lalu aku mencoba berdiri untuk melihat kebenaran yang terjadi. Cukup sulit untukku berdiri karena lukaku yang rasanya terbakar.
“jangan memaksakan diri!” kata pastur itu mencoba mencegahku. Namun aku tetap nekat berdiri agar semuanya jelas! Aku mendekati cermin itu perlahan dan sulit kupercaya apa yang sedang kulihat!
Bayangan seorang wanita cantik berambut panjang sepunggung. Dia menatapku dari balik cermin itu! Tidak… dia tidak menatapku. Itu…aku!
Aku menyentuh cermin itu seolah tak percaya. Mungkinkah ini yang dimaksud dengan `kutukan` dari tuhan itu? Apakah aku harus benar-benar menebus kesalahanku dengan menjadi seorang wanita?
Aku menyentuh wajahku yang halus dan lembut. Dengan tatapan tak percaya aku memukul-mukul pipiku. Berulang kali hingga aku yakin bahwa semuanya bukanlah mimpi!
Siapa aku? Aku bukan lagi Antoni yang dulu berbadan kekar dengan otot yang bulat menyembul. Kini aku seorang wanita yang kurus dan putih. Tak lagi legam seperti dahulu.
“Nak, apa yang sebenarnya terjadi? Siapa kau? Siapa Alif dan Antoni?” kata biarawati itu menanyakannya dengan nada bingung. Aku terkesiap dengan mata kosong dan masih shock. Aku menggelengkan kepala lemah.
“Aku tak tau apa yang terjadi” kataku pasrah. Aku menundukkan kepala mencoba untuk mencari jawaban.
Biarawati itu maklum dan ia mendekatiku. Ia merangkul bahuku mencoba untuk menghiburku. Aku masih tertunduk.
“Dengar nak, jangan memaksakan diri untuk mengingat-ingat masa lalumu. Tinggalah disini untuk beberapa saat jika kau menginginkannya. Kami akan menjagamu seperti keluargamu sendiri.” kata pastur yang duduk di tepi ranjang. Aku tertunduk dan hanya mengangguk perlahan. Biarawati itu kembali membimbingku ke ranjang.
“paman…” kataku memanggil sang pastur.
“panggil aku Agustinus. Orang-orang biasa memanggilku pastur agustinus.” kata pastur yang mengenalkan dirinya bernama Agustinus.
“Paman, maksudku, Agustinus. Jika aku memang boleh tinggal disini, bolehkah aku meminta satu permintaan?” Kataku pelan. Dalam pikiranku, tinggal didalam biara ini sepertinya memang pilihan terbaik.
“Sebutkan saja anakku.” Katanya mengelus-elus ubun-ubunku dengan lembut.
“Aku…ingin sekolah...” Kataku pelan dan malu. Agustinus tersenyum.
"tentu saja.... mmm... lebih baik kupanggil siapa kau?" Tanyanya memikirkan sebuah nama.
"Elia." Seorang wanita berambut pendek memberikan usul nama untukku.Pastur itu menoleh dan tersenyum memandangiku....
"baiklah.... Elia...."
*****
~~~End Flashback.~~~~
Kembali ke hari ini. di Cafetaria Arion jam 5 sore.
Kartika memandangiku heran dan mulut terperangah mendengar ceritaku. Aku terdiam menatapnya setelah menyelesaikan ceritaku. tentang kehidupanku sebelumnya. apakah dia akan percaya?
untuk sesaat dia hanya memandangku tak percaya!
"Elia... mungkinkah semua ini..." Katanya tak yakin. Aku menatapnya tajam.
"Jika kau memang bisa membaca kejujuran dari wajahku, kau akan menemukan sebuah fakta disana!" kataku yakin.
untuk sesaat ia tampak bimbang.suara keramaian terasa sepi diantara kami seolah kami sedang berdiri dalam keheningan. sendiri dalam keramaian!
"Aku tak yakin dengan ini... tapi...kau memang jujur!"Kata Kartika.Aku terdiam.
"Jadi Elia...atau harus kupanggil... Antoni Hendrawan..." Gumam Kartika. aku tersenyum.
Mungkinkah kalian percaya ini terjadi???
Kamu benar2 membuat aku gak menyangka kalau elia itu antoni. Tpi kalau aku ingat d awal2 chapter kamu menceritakan tentang elia, kalo gak salah d chapter 2 hal 2.. Yang jadi pertanyaan berarti saat kmu menceritakan tentang elia itu berarti antoni sudah meninggal? Soal nya aku gak ngira cerita bakal seperti ini. Km bener2 luar biasa. Aku gak bisa nerka ini cerita mau di bawa kemana. Mudah2an endingnya memuaskan.
NB : ada nama malaikat yg asing di telingaku. Hehe. After all this good story
Hahaha.... makanya aku rada2 mikir untuk ngapdet scene yg satu ini..... yah, semua org pasti menganggapnya nggak masuk akal saat Antoni dikirm kembali menjadi Elia... aneh memang... tapi itulah genre novelist ku: agak scream dan fanfiction.... aku ngebuat cerita nggak masuk akal karena aku sendiri suka berimajinasi. hehehe.... jadi maaf kalo menurut kamu cerita ini nggak masuk akal....
di chapter 2 itu yang menceritakan bukan Elia secara langsung, melainkan lewat ramalan Elise.... (hehehe, aku baru nyadar kalo ternyata nama mereka berdua nyaris sama..)
Elise meramalkan `akan datang satu orang lagi ke biara mereka`, iya, kan??
itu sebabnya saat ditanya Janetta, `apakah orang itu laki2 atau perempuan`, Elise tak bisa menjawab, malah terkesan ragu akan keyakinannya... ia menjawab, org yg akan datang berjenis laki - laki tapi... perempuan! dan ramalan itu terbukti saat Antoni yang datang namun dalam bentuk tubuh Elia.... iya, kan???