It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
********
Alvian Pov.
Aku memandang kembali
handphone yang tergeletak
disisi bantal itu berharap
semoga Evan tak membalas pesan yang ku ketikkan karna
yang membalas sms itu bukan
kakak dan aku berpura pura
yang mengirim sms itu adalah
kakak.
Pintu kamar mandi terbuka dan
menunjukkan sosok raut wajah
kakak yang sudah segar
terbasuh oleh dinginnya air.
Dia merebahkan dirinya kembali
dan memejamkan kedua matanya, aku memandangnya
dari sisi lain.
Entah kenapa rasanya sulit
sekali menjangkaunya terlalu
jauh dan seolah semakin jauh,
sekedar untuk menyentuhnya
pun tangan ku seakan tak
mampu.
Kakak kembali membuka kedua
matanya dan mengambil handphonenya, tubuh ku kaku
yang kutakutkan semoga
benar benar tidak terjadi,
aku melihat raut wajahnya
yang sedih dia seperti
menunggu pesan dari
seseorang tapi tidak ada
nada getar sms masuk.
Kakak menaruh kembali
handphonenya dan menghela
nafas panjang.
"Kakak tidur saja, dan istirahat"
aku mengambil kain kasa
dan obat merah, merapihkan
semua barang barang yang
berserakan di dalam kamar ini
menaruhnya di tempat yang
benar, aku melipat beberapa
baju dan celana memasukkannya ke dalam
lemari pakaian.
Setelah selesai aku menolehkan
kepala ku ke arah kakak yang
saat ini sedang tertidur pulas
sepertinya dia kelelahan.
Aku menarik selimut dan
menutupi separuh badannya,
aku mengusap wajahnya yang
damai, ada sedikit rasa bersalah
yang menggelayuti hati ku.
Aku menghela nafas kecil lalu
pergi keluar dari kamar ini.
memang bener2 menyedhkan bgt, dah kyk gk ada org laen lg d dunia ini. Lo w mah mungkin dah w gampar n gk w aku lg jadi adk.
For author, i love your story, w cma mengeluarkan unek2 pas baca n membayangkan kejadiannya aja. Lanjut ya
********
Evan Pov.
Aku memutar mutar handphone
yang ada di tangan ku, aku
bingung harus mengetik pesan
seperti apa, aku hanya ingin
tau saja bagaimana kabarnya
sejak kejadian seminggu yang
lalu dia tidak pernah lagi
menghubungi ku bahkan
sekedar bertegur sapa di
sekolah pun tidak.
Belakangan ini wajahnya pun
terlihat murung tak ada lagi
senyuman saat kami tak
sengaja bertemu, aku menghela
nafas kecil dan meberanikan
diri mengirim pesan padanya.
Aku mengetik pesan itu dengan
pemikiran panjang aku tidak
mau dia sampai marah lagi
karna aku salah bicara, akhirnya
ku kirim pesan singkat itu dan
tinggal menunggu balasan sms
darinya, selang beberapa menit
kemudian handphone ku
bergetar menandakan ada
sebuah pesan masuk.
Aku melihat layar handphone ku disana tertulis namanya,
aku tersenyum senang membuka pesan singkat darinya.
From: Indra.
"Baik, untuk apa membahas
itu lagi? Semua sudah jelaskan.
Aku sangat kecewa sekali
pada mu, dan lebih baik kau
tidak kemari aku terlalu muak
untuk melihat wajah mu saat
ini."
aku tertegun sesaat melihat
pesan singkat yang di balas
olehnya, apa semarah itukah
dia pada ku? Sampai membuat
dia muak untuk melihat wajah
ku saja.
Aku menggenggam kuat
handphone di tangan ku, kepala
ku tertunduk lesu. Perlahan air
mata pun turun membasahi
kedua pipi ku.
Aku memandang kembali isi
pesan itu, aku mencari kontak
nama Indra berharap dia mau
mengangkat telphone dari ku.
Aku akan menjelaskan semuanya dan meminta maaf
atas kebodohan ku saat itu.
Beberapa kali aku menelephone
nonya tetap saja tidak di angkat bahkan dia mereject
semua panggilan ku.
Aku mengumpat kecil dan
membanting handphone ku
atas kasur, semarah itukah dia?
Lalu apa yang harus aku
lakukan sekarang? Kenapa
semuanya semakin rumit.
Aku memandang kalender kecil
diatas buffet, di tanggal itu
ada sebuah tulisan kecil dan
diatasnya ada sebuah gambar
love merah, di tanggal itu
adalah ulang tahunnya.
Seminggu lagi adalah hari
ulang tahunnya, dan kami
malah bertengkar karna
kebodohan ku sendiri.
*Jleb
kata katanya sumpah ngena
banget, Alvian harus berfikir
ulang lagi untuk mencintai
seseorang..
hahaha knp mbak?
Setega itukh sama kakak kndng sndri???
********
Evan Pov.
Aku menutup kepala ku dengan
bantal yang ku taruh di atas
kepala, aku mengambil hp
dan memasang headshet ke
telinga, sengaja aku menaikkan
volume terbesar.
Kepala ku yang semula pusing
memikirkan masalah ku yang
sampai saat ini belum selesai
sedikit terlupakan dengan cara
mendengarkan lagu sekeras
mungkin.
Aku membalikkan tubuhku
menghadap langit langit kamar,
menutup kedua mata ku seakan
perlahan aku menghilang dari
dunia nyata.
Aku membuka kedua mata ku
perlahan rasa pening akibat
mendengarkan musik terlalu
lama bisa mengakibatkan
gangguan pendengaran juga.
Aku melepas headshet pada
telinga ku menghempaskan
diriku kembali pada realita
kenyataan yang ku hadapi.
Aku mengacak ngacak rambut
ku meremasnya kuat, argghh
aku benar benar seperti orang
depresi karna memikirkannya
saja membuat ku seperti ini.
Kata kata Kelvin waktu itu
ternyata memang benar benar
terjadi, salahkah aku disini?
Jika hanya ingin melihat Alvian
merasakan kebahagiaan juga dari seorang kakaknya.
Tapi dilain sisi aku juga akan terluka karna kebahagiaan Alvian, bagimana aku harus
menyikapi permasalahan ini?
Aku harus mengalah demi
kebahagiaan orang lain atau
aku harus bertahan demi
kebahagian ku sendiri?
Tapi bagaimana dengan Indra?
Dia tidak mau jika melihat aku
tersakiti disini, tapi aku juga
tidak mau melihat orang lain
terluka karna hubungan kami.
Aku menghela nafas berat,
begitu sulitkah mencari jalan
keluar dalam sebuah masalah?
Aku setengah wajah ku
dengan tangan tangan, didalam
pikiran ku terus saja terngiang
satu nama.
"Indra, apa yang sedang kau
lakukan saat ini?" bisik ku pelan pada diri ku sendiri.
******
Indra Pov.
Aku tersentak terbangun dari
tidur ku, didalam mimpi ku
tadi aku mendengar suara
seseorang yang memanggil
nama ku, suaranya begitu lirih
terdengar jauh sekali.
Aku mengusap wajah ku gusar
dengan kedua tangan ku, mimpi yang menyebalkan
seluruh tubuhku basah oleh
keringat, aku menundukkan
kepala ku.
"Evan...." aku mengucapkan
satu nama seseorang yang
sangat aku rindukan saat ini.
Aku menghela nafas panjang
dan memandang hampa pada
jendela kamar ini.
********
Aku tak bisa merasakan lagi
bagaimana dulu kau tertawa
membagi dunia bersama.
Dalam detik dan menit aku tak
pernah bisa melupakannya.
Adakah saat itu pun kau
merasakan betapa bahagianya
masa lalu.
Bahkan menurut ku itu terlalu
indah untuk di jalani.
Semua rasa tak akan pernah
hilang untuk mu.
Meskipun saat ini kau berubah
jauh dengan sekarang.
Tapi senyum itu tetaplah
sama.
Air mata menetes haru ketika
rindu akan bayang mu menari
dalam angan ku.
Sungguh bahkan kau terlalu
sempurna untuk di kenang.
Disini aku tak mampu berjalan
tanpa mu di sisi ku.
Hidup bagaikan debu yang
terhempas jauh oleh angin.
********
Deka Pov.
"Baiklah Paman, iya aku
mengerti. Kami tidak akan lama
disini paman tenang saja.
Masalah Alvian aku akan terus
memberi kabar kepada paman.
Iya baiklah.." aku memutuskan
sambungan telphone, memijit
kening ku pelan rasanya lelah
sekali jika setiap hari harus
seperti ini. Aku sangat berharap
ini secepatnya selesai.
"Seminggu ya..." ucapku pelan, aku menengok kalender yang
menggantung di dinding kamar.
Seminggu lagi dan semuanya
selesai, sebenarnya apa yang
sedang paman rencanakan.
Aku menggesekkan dagu ku
menggunakan tangan kanan,
tangan satunya memegang
pulpen hitam dan menandakan
sebuah tanggal dengan lingkaran kecil.
Aku menaruh pulpen itu kembali di atas meja, sesaat
pikiran ku melayang akan sesuatu hal. Lelaki yang kemarin mengantar Alvian
pulang siapa namanya?.
Aku mengingat ingat kejadian
kemarin saat aku dengan
kesalnya bersikap dingin pada
orang lain, aku mengetuk
ngetuk kening ku mencoba
mengingat nama lelaki itu.
"Kelvin.. Ya namanya Kelvin"
aku tersenyum tipis, lelaki
yang menarik baru pertama
kali ini ada orang yang betah
beradu argumen dengan ku.
Biasanya orang orang langsung
menjauh jika melihat sikap ku
seperti waktu itu, tapi anehnya
dia tetap tenang melawan semua perkataan ku padanya.
Tentang Alvian sepertinya aku
harus sedikit membebaskannya
melakukan hal apapun yang dia
suka, toh selama ini aku selalu perhatian padanya dan menjaganya pun dia seolah tak
merespon.
Lebih baik sekali ini aku harus
bersikap egois, memikirkan
orang lain yang belum tentu
orang yang ku pikirkan itu
memikirkan ku juga.
Aku harus menata kembali
perasaan ku dan lebih mengutamakan diri sendiri saja
dulu, aku terlalu lelah jika harus seperti ini. Aku ini bagaikan orang bodoh yang menanti sesuatu hal yang tak akan pernah terjadi.
Menghela nafas panjang sudah
berapa puluh kali aku melakukan itu, yang ku dengar
jika seseorang terlalu sering
melakukan itu maka sama saja
memperpendek setengah umur
kita, menurut ku itu sangat
konyol bukankah menghela
nafas itu sama seperti kita
bernafas setiap harinya?.
Entahlah aku tidak tau dan tidak perduli tentang hal itu,
kepala ku pusing sekali mata
ku juga lelah, lebih baik
mengistirahatkan diri sebentar
bisa membuat badan lebih
segar.
Aku melangkah mendekati ranjang besar yang empuk,
merebahkan diri disana dan
mencoba untuk tertidur lelap
sesaat.