It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Monic: Alvian bisa nangis
denger kamu ngomong begitu..
@Fazlan_Farizi: ini satu lagi baru ku ketik..
@yuzz: sekalian sambil pup
dong..
dia kan ttp adik kamu juga,
nasihatin dulu ja pelan pelan
kamunya juga jangan ke bawa
emosi apa lagi dia kan
perempuan..
Triiiiiing... Triiiiiing.
sebuah tanda yang berbunyi
''mohon tunggu kelanjutannya''
capeee dech.
Yup..... cepat di up date yaaaa...
Alvian Pov.
********
Aku berdiri di depan pintu
kamar Kakak, aku menimang
nimang antara mengetuk
pintu kamar kakak atau
ku urungkan saja niat ku
untuk melihat keadaan Kakak.
Aku menghela nafas kecil dan
meyakinkan diri ku untuk
mencoba.
Tok Tok Tok, aku mengetuk
pelan pintu kamarnya. Ada suara berat yang menyuruh ku
untuk membuka pintu ini.
"Masuk saja!" teriaknya dari dalam kamar.
Aku memutar kenop pintu
dan membukanya sedikit.
Aku menyembulkan kepala ku
sedikit di dekat pintu, aku
melihatnya sedang berbaring
menutupi wajahnya dengan
sebelah tangannya.
"Kakak, boleh aku masuk?"
tanya ku pelan.
"Ya, masuk saja" jawabnya
singkat tanpa membenarkan
posisinya berbaring.
Aku melangkah masuk dan
menutup pintunya pelan.
Aku mendekat kearahnya dan
duduk disisi ranjangn yang
ia tiduri.
"Kakak, bagaimana keadaannya?" aku menatap
wajahnya yang tertutup
tangan.
"Yang seperti kau lihat aku
bagaimana sekarang"
"Umm..." aku menatap isi
sekeliling kamar ini begitu
berantakan. Gitar, baju, celana,
dan bola basket berserakan
di tempat yang tidak seharusnya.
Aku menghela nafas melihat
keadaanya yang seperti kacau
terlihat dari isi kamarnya yang
semula selalu rapi kini berantakan seperti kapal pecah.
Aku mengambil kain kasa
dan obat merah yang jatuh
di bawah ranjang.
Aku menarik tangan kiri
kakak yang terluka akibat
gesekan aspal.
Aku mengambil kapas kecil
dan mencelupakannya ke dalam
air bersih, mengoleskannya
perlahan ke bagian kulit
yang terluka, selanjutnya
aku mengambil obat merah
dan ku teteskan ke lukanya
ku balut dengan kain kasa
tipis dan terakhir aku rekatkan
ujung kain kasa dengan
hansaplas yang ku potong
kecil.
"Selesai" ucapku riang, kakak
menarik tangannya dan melirik
balutan kain kasa di tangannya.
"Thanks" ucapnya singkat.
Aku tertawa kecil dan menganggukkan kepala ku
sebagai jawaban.
Sedikit lagi Ian, bersabarlah..
Ucapku dalam hati.
Tetap setia menunggu dalam keheningan nih. Kkkkkkkk
@Rez1, @semua, @ElninoS,
@Fazlan_Farizi
@ElninoS, @Ren_S1211
@darkrealm, @Monic, @Rez1,
@OmarovBaru
#appahh kagak nyambung
********
Alvian Pov.
Aku masih diam didalam
kamar Kakak, dia pun diam
setelah ku obati lukanya.
Tak ada komentar apapun lagi
yang keluar dari bibirnya.
"Kak....."
"Hmm.." gumamnya.
"Kakak, tidak apa apa kan?"
"Iya"
"Lalu kenapa diam? Kakak tidak
suka aku disini?" seru ku lirih.
"Bukan begitu, hanya..."
"Hanya apa?" tanya ku.
"Kalau kakak tidak suka aku
disini, aku akan keluar"
aku bermaksud bangkit dari
duduk ku, tapi ada sebuah tangan yang menahan ku
tetap berada pada posisi ku
semula.
"Ada apa?"
"Cukup disini temani aku"
raut wajahnya sendu sekali.
"Baiklah" aku kembali duduk.
Dia hanya menghela nafas
berat, dan mengusap wajahnya
gusar. Sepertinya ada sesuatu
yang dia pikirkan.
"Shit!" desisnya.
"Ada apa kak?"
Dia berdiri dari rebahannya dan
berjalan ke kamar mandi.
"Aku cuci muka sebentar, kepala
ku semakin pusing saja"
aku menganggukkan kepala
ku dan melihat kakak sudah
berlalu masuk kedalam kamarnya.
DRTTT DRTT DRTTT DRTT..
Ada nada getar dari handphone
kakak sepertinya sms yang
masuk.
Aku mengambil handphone
kakak diam diam dan membaca
isi sms dari si pengirim.
Aku melihat kontak nama
si pengirim tangan ku tiba
tiba mengeras dan raut wajah
ku menjadi kesal setelah tau
siapa pengirim sms ini.
From: Evan.
"Bagaimana keadaan mu?
Baik baik saja kah? Maaf ya
untuk tempo hari kita jadi
bertengkar karna masalah itu,
aku yang salah dan aku minta
maaf. Semoga kamu tidak
marah lagi ya. Oya aku boleh
kan menjenguk mu kerumah?"
itu isi pesan dari Evan, aku
menggenggam handponenya
sekeras mungkin, lalu ku
ketik balasan dan ku kirim
ke nomor kontak Evan.
Aku tersenyum tipis dan
menghapus sms Evan yang
masuk dan menghapus juga
pesan terkirim.
Aku menaruh kembali handphone itu di tempat semula dan handphone itu
kembali bergetar tapi ini
adalah nada panggilan dan
nama Evan Call yang tertera
di layar handphonenya.
Aku mendecakkan lidah tak
suka dan segera mereject
semua panggilan yang masuk
dari Evan.
Aku menghapus laporan
panggilan yang tidak terjawab
dan kembali menaruh handphone itu di atas ranjang.