It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
'Silahkan duduk' kata Dito sambil menarikan sebuah kursi buat Ardi 'Ini semua aku yang masak loh'
'Beneran nih' kata Ardi sambil duduk
'Iya beneran, aku masak spesial buat kamu' Dito kemudian memberikan piring kosong pada Ardi 'Makan yang banyak ya, pokok nya semua nya harus habis'
'Haduw aku nga biasa sarapan sih sebenar nya, tapi seperti nya masakan mas enak deh, aku jadi laperrr' kata Ardi mulai mengambil makanan
'Duh cobain aja dulu, kalau nga enak jangan di makan, nanti kita cari sarapan aja di luar sambil jalan ke rumah sakit'
Ardi kemudian mulai menyuap makanan ke mulut nya
'Gimana rasa nya de ?' tanya Dito penasaran
'Beneran de ?' Dito penasaran dengan rasa masakan nya sendiri, dan mulai mencicpi, ternyata rasa nya biasa saja
'Ah boong dede, ini rasa nya biasa aja' kata Dito sambil tertawa sendiri
'Kenapa mas, kok ketawa ?' tanya Ardi penasaran
'Mas inget pertama kali masak nasi goreng, rasa nya ancur berantakan, pertama kebanyakan garam, terus di tambahin kecap, eh kebanyakan, jadi tambah ancur de rasa nya hehehe'
'Oh, tapi ini kok enak mas rasa nya ?'
'Ya untung untungan, mungkin perasaan mas lagi senang'
'Duh yang lagi senang, bagi bagi dong sama aku hehehe'
'Bagi apa nya de ?'
'Bagi rasa senang nya sama aku'
'Pasti dong mas bagi sama dede'
'Aku bercanda kok mas'
'Beneran juga nga apa apa'
Senang kenapa tuh?
'Sama sama, yuk buruan nanti kita terlambat ke rumah sakit'
'Iya mas'
Setelah menghabiskan sarapan mereka kemudian langsung mandi, Ardi mandi di kamar mandi belakang dan Dito mandi di kamar mandi yang ada di kamar tidur nya
Selesai mandi Ardi masuk kembali ke dalam kamar tidur Dito, pintu kamar mandi tidak di tutup rapat oleh Dito
Wah Ardi jadi penasaran ingin melihat tubuh Dito saat tanpa tertutup sehelai benang pun, tapi saat hendak mendekati pintu, akal sehat melarang nya, dan ia duduk di pinggir kasur
Tak lama Dito keluar dari dalam kamar mandi, hanya mengenakan sehelai handuk
'Udah selesia mandi de'
'iya mas'
'Aduh mas malu nih'
'Kenapa mas ?' tanya Ardi binggung
'Mas nga pakai baju'
'Terus kenapa mas ?'
'Mas endut banget yak'
'iya sih'
'Tau nih semenjak tinggal di sini timbangan mas naek 30 kg'
'Ya mas malu aja sama dede' kata Dito sambil membuka lemari pakaian 'Oh iya, kamu pakai baju mas aja ya, kan baju nya semalam belom di cuci'
'Wah kegedean kali mas' kata Ardi sambil tersenyum kecil
'Eh jangan salah yah, setahun yang lalu badan mas tuh bagus, kotak kotak lagi hehehe sekarang aja udah nga karu karuan' kata Dito sambil mengeluarkan sebuah kaos yang ada kerah nya 'Coba kamu lihat lemari yang pojok, itu baju baju mas waktu badan mas masih segede kamu' Dito menunjuk sebuah pintu lemari paling ujung
Ardi kemudian berdiri ke arah lemari yang di tunjuk oleh Dito
'Aku buka ya mas'
'Iya buka dan pilih aja'
'Wah banyak banget dan masih bagus bagus mas'
'Iya sebagian malah belum sempat mas pakai, nga tau deh bau nya, soal nya jarang mas buka tuh lemari'
'Oh itu kaos oleh oleh dari mantan mas'
'Oh maaf' kata Ardi jadi nga enak hati
'Santai aja de, kita putus baik baik kok, dia beliin itu pas liburan ke Bali dengan keluarga nya sebulan sebelum kita putus, dia pindah ke Papua buat kerja, mas nga mau LDRan, dia ngajakin mas sih, tapi mas nga mau'
'Mas kok bengong hehehe aku jadi malu mas liatin aku sebegitu nya'
'Eh hehehe iya, mas cuma igat sama yang beri mas kaos itu aja' kata Dito coba mengalihkan pembicaraan
Ardi hanya bisa senyum senyum kecil melihat Dito membagun tenda di dalam handuk nya
'Kenapa de, kok senyum senyum sendiri'
'Nga apa apa mas, cuma itu dede na lagi bangun ya'
'Oh ups' Dito kemudian membalikan tubuh, membelakangi Ardi
'Santaia aja kali mas, aku udah biasa kok liat abang abang ku telanjang bulat kalau di rumah'
'Ardi kalau pakai dalam cari aja di laci, tapi nga ada yang baru'
'Santai aja mas'
'Ya udah mas keluar dulu kan dede mo ganti celana' kata Dito
'Nga apa di sini aja mas, aku nga malu kok'
'Ya udah, mas juga mo nyisir rambut dulu'
Ardi kemudian melepas celana pendek yang ia gunakan, hingga bagian bawah nya terlihat jelas, Dito hanya bis menelan air liur dan menahan nafas
'wah celana dalam nya pas mas' kata Ardi menunjukan celana dalam yang ia pakai pada Dito sambil mengakat sedikit kaos yang ia pakai
'iya' Dito hanya melihat sekilas 'buruan cari celana yang pas, ntar kita terlambat' dalam hati Dito berkata, lama lama aku bis khilaf deh
Tak lama mereka sudah rapi dan siap untuk berangkat ke rumah sakit
'hemmm santai aja de, kita berangkat naik mobil mas aja'
'ya udah de'
'iya lagian di luar udah ujan lagi tuh' kata Dito sambil membuka pintu rumah
'Oh iya juga'
Mereka kemudian berjalan menuju mobil yang di parkir di depan rumah Dito
Dari samping muncul seorang perempuan menghampiri mereka
'selamat pagi pak, mau berangkat ?' sapa perempuan itu
'Pagi Ana, ini mo nganterin mas Ardi ke rumah sakit, tolong bukain pagar ya' kata Dito ramah
'Siap pak' kata Ana, kemudian bergegas ke arah pagar
'Yuk Dit, masuk' kata Dito sambil membukakan pintu mbil buat Ardi
'Santai aja' kata Dito sambil menghidupkan mesin mobil
'Mas itu siapa' tanya Ardi sambil menatap perempuan yang di panggil Ana sama Dito tadi'
'Oh itu yang bantu bantu di sini'
'Cantik ya mas'
'Iya cantik banget'
'Kenapa nga di pacarin aja mas'
'Apa' kata Dito sedikit terkejut
'Kenapa nga mas pacarin aja kalau Ana cantik'
'Duh enga deh'
'Kok enga mas, apa karena status nya yang cuma pembantu'
'Hemmm bukan gitu'
'Ada deh, panjang cerita nya, nga mungkin selesai empat puluh hari empat puluh malam kalau mas ceritain, kapan kapan aja ya mas ceritain'
'Sip mas'
'Kita berangkat sekarang ya de'
'Ngomong ngomong rumah sakit nya di mana de ?'
'Di rumah sakit Fatmawati mas'
'Oke'
'Mas aku boleh nanya nga ?'
'Kenapa de ?'
'Mas orang tua nya tinggal di mana ?'
'Kenapa de ?'
'Nga apa apa mas ?'
'Di jakarta Juga'
'Oh'
Jalan raya yang mereka lewati terlihat lenggang, mungkin karena hujan, hanya satu dua kendaran saja yang lalu lalang
'Mas nga kangen sama Ibu mas ?'
'Kangen sih ?'
'Kapan terakhir kali mas ketemu OrTu'
'Setahun yang lalu'
'Kenapa semua nya setahun yang lalu mas, jadi penasaran aku'
Dito hanya diem, pandangan nya kosong