It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kak @arieat : hehe. Apakah Restan akan menemukannya? Tunggu sesaat lagi hanya di Intens
@inlove makasih kak. Semoga saja tidak terjebak.
@boyzfath iya kak. Restan, Restin, Riko, Rehan adalah ke empat sahabat. Restin meninggal akibat hal yang nantinya akan jadi misteri. Sedangkan Riko, meninggal karena Rehan. Dalam hal tersebut, ada 1 tokoh yang membuat semuanya terasa bingung. Yaitu Raka. Dia seperti sangat tau tentang kisah ke empat sahabatnya itu. Tapi setiap Restan tanya, Raka hanya tersenyum.
@half_blood makasih kak. Semoga tidak ada hambatan.
@Dekisugi semoga saja. Hehe
Tetap susah kak...
---Siapa?---
Setibanya di rumah Raka, aku langsung pergi ke air. Membasuh muka dan buang air kecil. Raka menyuruhku untuk menyimpan tas-ku di kamarnya. Aku mengangguk dan kembali ke ruang tengah. Disana Raka sedang menonton TV.
"Aku minta maaf..." Aku menengok ke arah kiri. Raka sedang menatapku lembut. "Percayalah. Kamu akan mendapatkan apa yang kamu cari, Restan. Tapi memang butuh proses." Lagi-lagi aku tidak mengerti dengan apa yang Raka katakan.
"Raka, kumohon. Siapa kou?" aku menekan kata-kataku seakan apa yang kukatan adalah hal yang serius.
"Aku? Siapa? Res, kita baru ketemu lagi kemarin. Masa kamu lupa? Aku Raka..." Sekarang, aku yakin bahwa aku pernah bertemu dengan orang ini. Tapi kapan dan dimana? Dari setiap jawaban Raka, aku menangkap kejanggalan yang aku sendiri tidak bisa menjabarkan. Sudah kukatakan, seolah-olah aku bukanlah teman baru baginya. Tapi melainkan, seperti teman yang terpisah dan dipertemukan kembali. Tapi masalahnya, aku sendiri tidak pernah ingat.
"Sudah kubilang. Kou menyebalkan, Raka!" antara marah dan tidak, aku memicingkan mataku. Berharap kejanggalan yang kurasakan bisa sirna.
Tanpa kusadar, aku merasakan bibirku basah. Ketika aku membuka mata, ternyata Raka telah menciumku. Jujur saja, detak jantungku berdebar lebih kencang. Karena akhinya... aku bisa meluapkan rasa rindu yang selama ini menyelubungi hati. Meskipun aku tau, Raka ini bukan Riko.
Tapi sialnya, ciuman yang dia berikan hanya sesaat. Rasanya... aku benci! Apa maksud dia memberi ciuman itu? "Apa maksudmu, Raka!"
Dia menatapku lekat. Bisa kurasakan nafasnya menjadi tidak teratur. "Nothing..."
Lalu semuanya menjadi hening. Entah suasana canggung yang sedang terjadi, rasanya aku enggan untuk angkat bicara. Karena Raka hanya melemparkan tatapan 1000 arti. Entahlah... dia adalah orang yang menyebalkan, tapi aku menyukai apapun yang telah dia lakukan. "Harusnya kita ke kamar lalu pergi tidur. Kamu gak mau telat kan?"
Aku mengangguk seraya mulai berdiri. "Aku tidur di kamar tamu aja, Raka." Mendengar hal itu, langkah Raka terhenti. Dia menatapku dengan tatapan... argh! Aku benci tatapan itu. Terlihat menindas dan penuh penekanan.
"Apa kamu bilang? Lalu, untuk apa kamu nginap disini!" meskipun nadanya terlihat marah, tapi aku tetap pada perkataanku tadi. Kecuali...
"Asalkan, kasih tau dulu siapa kamu sebenarnya."
"Kamu juga menyebalkan, Restan." Raka menatapku tajam. "Harusnya, aku mencari orang lain saja." Sekarang raut muka Raka berubah jadi pucat.
Aku mengangkat kedua tanganku seolah tidak peduli. "Please..." Pintanya.
"Baiklah... Asal kamu tau aku akan mencarinya. Semoga saja kamu tidak akan memperburuk keadaan." Aku berjalan ke kamar Raka dan menghempaskan tubuhku. Raka juga melakukan hal yang sama.
"Semoga saja..," ucapnya pelan. Lalu tersenyum seperti ada sesuatu yang aneh dalam ucapanku. Namun dari gerak-geriknya, seperti ada sebuah rencana. Tapi rencana apa? Bahkan aku sendiri tidak tau siapa dia.
**
Aku terbangum jam 5 dini hari. Posisi Raka—dengan tangan masih memelukku— tidak berubah sama sekali. Aku mengguncangkan tubuh Raka agar dia bangun. "Aku masih ngantuk. Hari ini bolos sekolah aja," ucapnya sambil berbalik badan.
"Yasudah. Aku mau ke sekolah. Kamu disini baik-baik ya sama... hantu." Aku menekankan kata 'hantu' sedramatisir mungkin. Sudah jelas apa yang akan terjadi pada Raka.
**
Sekarang aku berada di parkiran sekolah. Bel masuk sudah berdenting 2 menit yang lalu. Tapi aku menahan Raka untuk tidak segera masuk ke kelas. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan.
"Bicara aja sekarang, Restan."
Baiklah... Mungkin ini saatnya. "Aku... a-aku menginginkanmu, Raka." Aku mengucapkan kalimat itu dengan detak jantung yang tidak teratur.
Raka tersenyum melihatku gugup. Apakah ia menerimaku? "Ayo kita ke kelas." Raka hendak beranjak pergi.
"Kamu belum menjawab, Raka!" aku menarik kembali tangannya. Tapi yang dia lakukan hanya tersenyum. Membuatku bingung apakah itu cara Raka menerima atau menolak.
"Yo ke kelas. Nanti kita telat." Raka berjalan tanpa melihatku. Apakah itu bentuk penolakan?
Aku masih bergeming ditempat ini. Rasanya aku ingin menangis. Ternyata Raka bukanlah Riko. Mereka berdua tidaklah sama. Mungkin jika aku mengedipkan mataku, air mata telah mengalir. Sekarang... aku bingung dengan realita. Kenapa takdir harus mempertemukanku dengan dia jika akhirnya hanya membuat sebuah rasa sakit?
Bodohnya lagi, aku malah mencintai Raka dengan segala apa yang dia lalukan. Aku tidak mau mengakui bahwa aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Karena Raka/Riko itu sama. Terkecuali, Riko itu apa adanya. Maksudku... dia tidak seperti Riko yang penuh dengan tanda tanya.
"Kenapa belum pergi?" terdengar suara Raka. Aku masih diam tanpa menjawab. Raka menengadahkan kepalaku untuk menghadapnya. Ternyata, aku meneteskan air mata ketika melihat wajahnya.
Kenapa? Kenapa sosok Riko harus hadir kembali!? Ingat, dia itu bukan Riko!
"Kenapa kamu, Restan?" tanya Raka. Aku menghapus air mataku lalu beranjak pergi. "Nothing..."
"Tunggu!" langkahku terhenti. Ketika aku berbalik, Raka mencium bibirku singkat.
"Aku tidak mengerti. Lebih baik, tinggalkan aku sendiri." Langkahku pun terus berjalan. Menuju kelas dengan perasaan tak tenang.
Ketika pelajaran dimulai pikiranku tidak tertuju pada guru yang sedang menerangkan. Melainkan kepada sikap Raka yang tidak bisa kuterka. Dia seolah-olah memberiku harapan. Padahal, dia tidak pernah menjawab akan perasaanku.
"Restan!" bentak bu Neni—guru PKN—didepanku. Aku menatap dia dengan malas.
"Kamu gak memperhatikan ibu!?" teriaknya. Semua mata tertuju padaku.
"Tidak bu. Saya ngantuk," jawabku sekedarnya.
"Lalu?"
"Saya lagi malas belajar bu," balasku. Mendengar hal itu, bu Neni langsung marah dan menyuruhku untuk keluar kelas. Ketika aku dipintu, sempat kulirik Raka dengan tatapan datar. Dia menatapku dengan tatapan sendu. Arghh! Aku tidak ingin melihat dia lagi!
Aku duduk dikursi yang disediakan di depan kelasku. Aku bingung. Kenapa Raka harus hadir kehidupanku? Belum lagi, aku harus mencari kebenaran tentang Restin. Atau paling enggak aku harus mencari buku diary yang entah dimana keberadaannya.
Ceklek
Aku mendengar suara pintu terbuka. Setelah kulihat, ternyata orang yang membuka pintu itu adalah Raka. "Sedang apa kou disini?" tanyanya.
"Sudahlah Raka. Anak TK aja tau kalau aku ini sedang duduk. Mau apa kamu datang kesini?" ucapku sinis.
"Temenin kamu..."
"Cih! Dalam rangka apa kamu mau menemaniku? Bukannya kamu sudah menolakku?" Raka diam ketika mendengar jawabanku.
Sebenarnya, kini aku telah menemukan arti cinta. Kemarin malam aku menemukannya. Yaitu, cinta adalah sebuah getaran yang timbul ketika berhadapan/berdekatan dengan seseorang. Jika getaran itu muncul secara tiba-tiba, berarti dialah orang yang kamu cinta. Sialnya, kenapa getaran itu muncul ketika berhadapan dengan Raka? Itu mengapa, aku berani menyatakan kepada dia. Aku gak mau jika harus menelan sakit jika aku ditolak nantinya. Jadi, aku sudah berusaha dan hasilnya nihil. Aku tidak akan berjuang lagi.
"Kamu cinta aku, Restan?" tanyanya kemudian. Aku menatap dia tanpa menjawab. "Aku juga cinta kamu. Tapi... ada visi lain yang membuat cintaku itu bersembunyi."
"Apa maksud kamu, Raka?"
"Nothing..." Sepertinya Raka sedang gusar. Sudah pasti aku tidak tau apa yang menjadi penyebapnya.
"Harusnya... kamu tidak berkata seperti itu. Karena aku sewaktu-waktu akan berharap. Aku hanya gak mau jika waktu itu sampai terjadi," kataku santai.
"Andai saja..." ucap Raka lirih.
"Andai saja apa?"
"Oh tidak. Aku hanya bernyanyi," balas Raka cepat. Dia tersenyum tipis meskipun aku tau ada kepalsuan dalam senyumannya itu.
**
Bel sekolah sudah berdenting beberapa menit yang lalu. Entah kenapa, aku seperti ingin mencari tempat sepi. Seperti adikku contohnya. Mungkin ini yang dia rasakan ketika menjadi seorang pendiam. Ada percikan rasa sakit yang membuat segalanya begitu memudar.
Mengenai Raka... dia sedang asik berduaan dengan Ridia. Maklum saja... Ridi atau Ridia adalah cewek populer di sekolah ini. Dia termasuk anggota cheers yang notabennya adalah kumpulan perempuan cantik. Jadi, akan sangat mudah jika dia mendekati Raka. Karena Raka juga adalah pria yang tampan.
Pencarianku ternyata tidak sia-sia. Disekolah ini, terdapat taman yang begitu sepi. Letaknya berada di belakang kelas XII IPA. Aku baru sadar kalau tempat ini adalah sebuah taman. Karena jika dilihat, letaknya tidak begitu strategis. Pantas saja jika tidak ada yang mau kesini. Ditambah oleh sebuah taman yang cukup besar di pinggir lapangan basket. Mereka gak perlu susah-susah untuk datang kesini.
Aku duduk ditepian kolam kecil yang ada di tengah-tengah. Melihat wajahku dipantulan air yang begitu jernih. Aku suka dengan tempat ini.
"Restan?" sayup aku mendengar suara orang telah memanggilku. Aku masih menatap kolam karena mungkin aku salah dengar.
"Res..." Aku menoleh ketika ada yang menepuk bahuku. Ternyata dia Rehan.
"Aku mencarimu ke seluruh pelosok SMA, Restan. Rupanya kamu ada disini." Aku melemparkan senyuman kepada dia. "Emang ada apa?"
"Pengen ketemu saja," jawabnya. Aku menggeser tempat dudukku untuk memberi ruang kepada Rehan. Dia pun duduk bersamaku. Sama-sama melihat kolam yang dipenuhi dengan ikan.
"Tadi aku melihat Raka bersama Ridi," ucap Rehan.
"Yah. Aku juga tau."
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya. Huh, harusnya aku yang bertanya soal itu.
Aku mengangguk. "Yah. Aku baik-baik saja."
"Lalu kenapa kamu diam disini? Ini bukan kebiasaanmu, Restan. Aku tau sifatmu itu," ucap Raka dengan nada khawatir. "Ayolah... aku ini sahabatmu," kejarnya.
Aku melihat dia ketika mendengar kata sahabat. Apakah Rehan sudah merelakanku? "Sebelum itu, aku ingin mendengar penjelasan tentang kalimatmu barusan."
Rehan menarik nafas sebelum menjawab pertanyaanku. "Sekarang aku sudah tau bahwa kamu mencintai Raka." Hening seketika. "Itulah mengapa, aku membiarkanmu untuk berjuang," lanjutnya.
"Lalu, bagaimana dengan perjuanganmu?" tanyaku. Rehan tidak menjawab, tetapi sepertinya dia sedang menerawang.
"Aku percaya dengan kalimat ini. 'Seharusnya kita bahagia melihat orang yang kita cinta mencintai orang lain. Karena cinta itu tak harus memiliki. Tapi yakinlah... suatu saat nanti, kamu akan mendapatkan cinta yang membalas cintamu.' Terlihat kelasik memang. Tapi aku yakin dengan kalimat itu." Rehan memberiku senyuman terhangatnya.
"Kalau gitu, aku harus merelakan Raka dengan Ridi," balasku langsung.
"Tidak. Mereka tidak benar-benar pacaran. Maksudku, kamu masih banya peluang, Restan," balasnya.
"Lalu apa bedanya denganmu?"
"Entahlah... kurasa, sebagai sahabat saja rasanya cukup." Aku tersenyum ke arah Rehan dan memeluknya erat.
"Kamu sahabat yang baik, Rehan."
Bel masuk pun berdenting. Menghentikan kebersamaan kami yang sedang bercerita tentang masa SMP. "Kamu duluan saja Rehan. Aku masih mau disini."
"Baiklah... saya ke kelas dulu ya." Aku mengangguk.
Setelah Rehan pergi, aku hanya diam di taman ini. Setelah puas, aku berdiri dan mulai berjalan. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasakan pusing yang teramat sangat. Entah bagaimana pula, kini pandanganku menjadi gelap.
To be continued
@Zhar12
@Klanting801
@heavenstar @Sicnus
@rubysuryo @Hyu_ghy
@Adam08 @callme_DIAZ @jokerz @greenbubles @Joy_juandre25
@Rynku @arieat
@edogawa_lupin
@chibipmahu @rizal21 @erickhidayat
@Aii @Bintang96 @zeamays
@mr_Kim @agungrahmat @Gigiharis_Krist @BejatYU @aicasukakonde @gu2ntea
@inlove @Taylorheaven @half_blood @boyzfath
sekali lagi, maaf mengundang kalian.
Oke. Makasih selalu jadi yang pertama )
Part ini berasa membosankan dr bahasa ceritanya. .berbeda dri part" sebelumnya. .
Ini yg nulis satu orang atau lebih?
Perbedaan karakter bahasa ceritanya kentara bgt. .
Jujur abang lebih menikmati part" awal dengan bahasa ceritanya. .
Tetap semangatz yaa.
bukan. .mungkin terpengaruh dgn gaya bahasa dr cerita kisah cintaku di Indonesia(?). .
Abang ga bilang jelek ya tp membosankan. .
Menurut abang neh ya,gaya bahasa di part" awal lebih cocok untuk cerita ini. .
Ini pendapat pribadi abang,abang ga mewakili pendapat pembaca yg laen ya. .
Mgkin pembaca yg laen berlawan dgn pendapat abang jadi teruskan berkarya..dan jgn pendapat abang membuatmu down
Jangan patah semangatz. .
1. nama yg nyaris sama bikin rancu...
2. alurnya ceritanya lompat2...malah jd makin bingung ngikutinnya...
kalo bisa sedikit slow, ga usah keburu2...jd ga lompat2...
cth : dr temen yg suka kakaknya, temannya ngegenukin si adek, dibela kakaknya...tau2 udh disuruh oral org2 bejat, dll...bingung jadinya...