It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Selamat datang bro Tsunami
Ok kak Tary nih lagi menulis ya hari libur hari untuk menulis hahahh
*berharap jaya bisa honeymoon,huehehehe
Ketika berada di lokasi praktek dokter untuk fisioterapi kaki dek Ratna, aku melihat dengan jelas sosok dokter yang kami tuju.
Duuuuuuhhhhh...... dokternya kok ga sekaliber yang di Pondok Indah (waktu Jala masih di sampingku hidup di Jakarta) ! Dokter yang ini terkesan banyak omong dan matanya selalu memperhatikan tubuhku dengan seksama (mungkin dari ujung rambut hingga ujung kaki). Aku ga merespon apa-apa meski kurang nyaman. Tapi, selagi dek Ratna senang-senang saja difisioterapi, ya ok lah ga masalah bagiku.
Yang jelas, aku ga mempedulikan hal-hal yang tidak berhubungan dengan fisioterapi
"ini siapa ? biasanya suami ibu yang ngantar !" tanya slengsengan dokter itu
"oh itu bukhan suami saya, tapi orang tua asuh Jala !" jawab mama
"oh om-om, benar sekali agak tua, yangini muda, masih segher sepertinya" kesimpulan si dokter
"Saya supir baru dok, di keluarga ibu ini" kataku
"wahahaha" ketawa mama Jala
"wah...... digaji berapa kamu ? akhu juga mau dhong disupirin sama kamu " balas dokter itu
"mahal dok, lebih baik uangnya dizakatkan ke fakir miskin" saran Jala
Dokter itu terdiam, dia kemudian melihat jari manis Jala yang membantu meluruskan kaki adiknya ketika menerima sinar
Sejurus kemudian, dokter itu melihat pula ke jari tanganku
ohhhhh..... Dia terkesima
"Kok tiba-tiba dokter diam ?" tanya mama
"lebih baik begitu ma, karena proses penyinarannya sudah selesai" Jala mencoba mencermati kejadian.
"wahaha, iya. Kalau sudah di rumah, kaki adek ini tolong di latih dengan gerakan ya ibu" perintah dokter itu sambil terus riang gembira
"Ok dokter, akan kami laksanakan" kesanggupan mama
"untuk lebih efisien, dokter ada waktu ga jika dokter yang datang ke rumah ibu ini ?" permintaanku
"kalau gaji kamu cukup banyak, maka gajiku minimal 3x gajimu, ibu bersedia ?" candaan dokter itu
"hahaha mana ada duit segitu banyak " penjelasan mama
Jala tersenyum memikirkan kalimat yang diucapkan dokter itu
Saat mengurus adm dan berisiap pulang, dokter itu berkata agak pelan pada ku dan Jala
"kalian beruntung mendapat kesempatan yang banyak mengurus keluarga, tidak hanya pacaran ngalor-ngidul" kata dokter itu
"jadi dokter pacaran selamanya ini merasa ngalor-ngidul, ga sempat ngurus adik dan orang tua ?" balasan yang kejam dariku hahahah
"hahahahah bukan begitu, saya belum punya pacar, masih senang sendiri" kata dia
"wadhuuh dok, kita ga mendalam di konsul curhatan, kami kesini untuk memfisioterapi adik kami. Aku do'a in lah agar dokter juga segera punya pacar" kata Jala dengan diplomatis tingkat tinggi, biar kami tidak diinterogasi lebih dalam, wahahah
"oh ya ! pembicaraan ini di luar kontex. Maaf ya ! saya hanya terkesima dengan bagusnya cincin yang kalian pakai, masih muda sudah punya komitmen" puji dokter itu
"do'ain aja ya dok ! Sekali lagi, kami mendo'akan hal yang serupa untuk dokter" kataku
"amiin sajha lah ! jadi biayanya 350 ribu " jawab si dokter, wkwkwkwk
"sudah termasuk konsul curhatan ?" candaku
"belum, itu kuitansinya harus terpisah ! sayang kuitansi malam ini tinggal selembar, jadi bhayar yang fisioterapi saja" candaan dari dokter itu, kembali kami ketawa wahahahah
Mama dan Ratna tampak senang, ditambah lagi dengan dokternya banyak tawa.
Aku dan Jala hanya berusaha mengalihkan rasa ingin tahu dokter itu akan beberapa hal yang bukan ursan dia.
Sebelum ini, biasanya yang mengantar Ratna ke dokter ini adalah om santoso. Namun seingatku, pernah sekali mengantar Ratna ditemani papa (waktu pertama kali kami mengunjungi Jala), bukan ke dokter ini deh !
tetapi aku ga melontarkan pertanyaan tentang ini. Mama Jala punya alasan sendiri, mengapa sekarang beliau memilih dokter ini.
Setelah itu, kami bergerak menuju rumah, terlihat Ratna sudah banyak menguap pertanda ngantuk. Artinya, kaki Ratna kembali terasa nyaman, sehingga dia bisa rilex dan tentunya bisa tertidur dengan nyenyak.
Giliran Jala yang menggendong adiknya ke dalam rumah. Lalu di baringkannya ke tempat tidur.
Mama bersiap-siap untuk menunaikan sholat ishya, dan kami mohon pamit untuk mengikuti sedikit rytme malam Minggu di surabaya.
Baru saja menapaki halaman menuju mobil, HP ku bergetar terrrrrrrrrrrr terrrrrrrrrr
"boleh aku angkat telpon Jala ?" persetujuanku untuk hal2 yang mungkin ga disuka Jala pada momen santai ini.
"boleh lah ! siapa tahu itu papa yang ngecall" kata Jala menanggapi
"OK" kataku sambil melirik siapa yang nge call ini
"Om Santoso ! diangkat ga ?" tanyaku pada Jala
"Om Santoso ? hemm angkat saja !" persetujuan Jala, maka aku tekan lous speaker agar Jala juga bisa dengar
"halo om ? apa kabar ? tumben sekali" sapaku
"aduuhhh anak zaman sekarang, saya dapat telpon dari papa kamu" kata beliau
"hahahah papa ngadu ya, bahwa aku sedang di surabaya sekarang ?" pertanyaanku
"iya kira-kira begitu" jawab beliau lagi
"lagi jalan sama anak surabaya nih om, jangan kawatir akan lancar-lancar saja" jawabku
"iya, baik-baik bawain diri ya" saran si om
Jala senyum-senyum mendengar pembicaraan ini, weeeh sekarang giliran Jala yang kaget HP nya bergetar oleh call si om selanjutnya, cikliiikkkk loud speaker juga diaktifkannya
"halo om, ada apa ?" kata Jala
"Jala, kalau ga lagi sibuk, tolong temani Daya di surabaya, sekarang dia lagi kencan dengan seorang gadis" kata si om
"hahahah.... kencan dengan seorang gadis kok aku yang nemani ? iya ntar aku telpon Daya nya" kata Jala dengan sangat smart dan terkesan logis
"nah gitu baru anak om yang selalu mau membantu orang lain" kata si om
"iya om, ntar aku kasih kabar ya perkembangan yang om mau" jawab Jala
"Pak Imam terlalu baik dan perhatian pada bisnis om mu ini" kata si om
"iya om, kita juga harus membalas dengan kebaikan juga kan om" persetujuanku
"naah itu maksud om ! ditunggu ya kabarnya" permintaan si om.............. tuiing telpon dimatikan oleh om santoso
Aku bukakan pintu untuk sang arjuna, selanjutnya aku juga masuk dari pintu sebelahnya untuk segera meluncurkan mobil ini
"pengen makan goreng bakwan bertabur udang ga ?" ajak Jala
"aiihh mau... mau.... sepertinya menarik nih" kataku
"ga alergi dengan udang ?" tanya lanjutan dari Jala
"agak.... aku pengen coba saja, ga terlalu banyak" kataku
"mudah-mudahan, karena ini udangnya seger bukan udang kering" info dari Jala
Dengan komando dari Jala, kami berhasil mencapai daerah sekitar pelabuhan.
Dari kejauhan ku lihat kelap-kelip lampu Kapal
Ada angin semilir nan sepoi-sepoi lagi
Shyahdu untuk berduaan, hahahahhhhhh. Sebelum membuka pintu mobil, tampak wajah Jala yang agak ragu..... ?
Seraya dia berkata,
"tuh Daya tendanya si mas dan lihat orang begitu rame. Ini tenda gorengan yang paling terkenal dan paling uweenak, menurut lidahku" info dari Jala
"ok kan ? tapi mengapa wajahmu ragu ?" tanyaku
"Agak ragu memang ! karena ini aku yang suka ! tapi apa ga masalah bagimu ? tendanya tidak elit loh, dan aku belum pernah lihat kamu makan di tenda" kata Jala khawatir
"iya jarang sekali ! tapi aku suka apa yang kamu suka Jala. Itulah namanya sayang" kataku membangkitkan kepercayaan Jala
"iyah lah, saatnya kamu mengetahui hal-hal yang begitu umum yang kamu jumpai dalam kehidupan nyata, tidak hanya dunia kelas tinggi yang memerangkapmu selama ini" statement dari Jala
"iya sayang, serius aku pilih kamu setelah mempertimbangkan konsekwensi dan resiko. Ga percaya ya ? haahahhhh dah jauh-jauh dari jakarta nih. Bukan untuk main-main dong" kataku
"waaahhh romantisnya Dayaku ini, hingga aku dengar kamu berkata bahwa ciaaahhh bakwannya ga enak" canda Jala dengan ekspresi mantap, dia sekarang sangat yakin pada perasaannya untuk menyuport diriku
Dayaku ? wahaha, .... Terima kasih Tuhan, dengan cara ini aku dianggap ada oleh seorang yang sangat aku sayangi.
Dalam sebuah hubungan, inilah yang harus ada ! aku kebetulan meyakini prinsip ini, dari realita papa-mamaku yang tidak bahagia dan dari beberapa buku referensi yang pernah kubaca.
"kok diam Daya ? ayo sini ! aku ingin memelukmu" suara Jala begitu yakin dan sangat berwibawa
"yakin sayang ? ga usah terburu-buru kalau ga yakin" kataku
"hahahah.... otakmu jorok ! emang kita mau ngapain ? ayo sini mau kupeluk tidak ?" jawaban yang penuh perhitungan dari Jala, tidak asal ! tidak maksa ! tidak pemerkosa ! hahahahah
"mau dong Jala sayang.......... uuuuuuugghhhhhhsssssshhh" persetujuanku dan pelukan balasan dariku untuk Jala
"uuuuuuuggghhhhsssshhhhh anak nakal ! lehermu selalu....... wangi Daya, hanya wangi seperti ini yang kumau. Aku tidak butuh wangi lain" kalimat yang membuat perasaanku remuk redam, kapanpun kalau kamu mau, kamu bisa menemukan wangi yang kamu ingin di leherku ..... oh Jala
seketika pandanganku jadi hitam, kembali teringat begitu banyak kekejaman yang kuberikan pada Jala di Jakarta dulu,
Jala hanya mencari makan untuk menyambung hidup di Jakarta, itupun aku tidak mampu menolongnya, malah aku bersama Natasya ikut menghalangi Jala mencari jalan terbaik.
Dulu saat pertama kali aku menembak Jala, dia pernah memohon, untuk tidak menyakitinya. Meskipun demikian, Jala selalu percaya suatu hari nanti dia akan menemukan jalan untuk kembali kepadaku.
Kenyataannya, aku memberikan rasa pilu pada hati Jala dengan sikap lemahku di ketiak Natasya.
Lihatlah sekarang, Jala tidak pernah dendam, ia selalu menepati janjinya. Itu aku rasakan dari pelukkannya yang damai saat ini.
"Jala, sekarang aku sadar bahwa kamu begitu berharga dalam hidupku. Cukup sekali aku menyia-nyiakan kamu. Sekarang, tak akan kubiarkan orang lain menyakiti dirimu" kalimat putus-putus oleh beban perasaan yang kurasakan.
"Daya..... Daya...... Kalau dah waktunya dapat musibah, ya dapat musibah saja Daya, semua sudah digariskan Allah SWT ! kapan kita disakiti orang, serta kapan kita harus menghindar dari perbuatan orang tersebut. Tapi makasih selalu ya Daya, aku percaya kok kamu telah menolongku. Hingga saat inipun, tanpa pertolongan kamu dan papamu, aku tidak mungkin bisa kembali bersekolah. Kamu juga berharga untukku Daya" suara pelan dan jujur dari seorang Jala dibisikkannya di dekat telingaku.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Aku tidak bisa berkata lagi, tubuhku terasa remuk redam
"sudah Daya ? ayyyoo.... harus kuat dong !" hibur Jala
"iya ! Jala. Kadang aku lupa bahwa kita sekarang bukan anak XI IPA lagi" kataku
"hahaha.... tuh kan ! harus move on dong ! masa depan menunggu kita" saran Jala
Hari ini aku rasakan apa itu pacaran positif, saling support dan tidak saling merasa saling hebat, serta hari ini juga, aku semakin yakin dengan perasaanku, bahwa aku butuh Jala di sampingku, apapun yang terjadi.
Bersambung ........
Kelanjutanya kawan .......
@ReyhanZa , @dafaZartin, @tarry , @cansetya_s , @arieat , @onewinged_bird , @Gabriel_Valiant , @alvaredza , @greenbubbles , @fends , @zeva_21, @boybrownis , @kimo_chie, @bumbellbee , @haha5 , @3ll0 , @nakashima , @pradithya69 , @mumura , @astlyo , @Kiyomori, @Mr_Makasar, @d_cetya , @kuroy , @congcong , @Tsunami
Kami memilih bangku yang di pojok. Asiikk
Banyak pasangan yang duduk berduaan, termasuk kategori terlalu intim malah
Jala memesan dua bakwan, aku pertama coba dulu satu bakwan.
Udang yang besar-besar aku kelupaskan dari permukaan bakwan, dan pertama kucicipi sedikit, ku padu dengan menggiggit bakwan yang sangat enak, ditambah cabe rawit, aduuuhaaaiiiiiii ...... huaaa
Lalu aku berhenti, menunggu reaksi tubuh, yang pasti pedes... wahahah
Aku melap bersih tanganku dengan tissue.
lima menit kemudian aku mulai gelisah oleh orang-orang pacaran sekitar kami,
aku membuka jaket,
Jala tahu apa itu kegelisahanku, wahahaha
Jala membentangkan jaket itu di panggal pahanya dan hingga menutupi lututnya. Tanpa dikomandoi tanganku mulai mengelus-elus lutut kaki Jala
Yakin deh ..... Akan terasa ngilu sekali pangkal kontolnya
hehehe
Sekarang giliran Jala yang gelisah, pantantnya juga gelisah menahan geli pada lutut sebagai rangsangan pemula untuk bersenggama.
halhasil, mulut daya ga beraturan bergerak mengunyah bakwan kesukaannya.
dua menit setelah itu, dia makin ga tahan. Diangkatnya tanganku ke arah perutnya.
Asik lah aku mengelus-elus perutnya, heemmm
Kemudian Jala sengaja aga berdiri, maka jatuhlah tanganku di gundukan kontolnya yang masih lembek dalam celana jeans hitam tersebut.
ushhhh hanya 7 kali elusan di arah depan resletingnya, aku rasakan ada jadi bengkak
hahahahah
kutekan yang bengkak itu agak nakal,
Jala membalasnya dengan kedutan, seolah kontolnya melawan tanganku
padat dan mantap terasa di telapak tanganku
lalu jala bersuara, "bu teman saya ini ingin mencoba 3 buah onde-onde, 3 buah goreng pisang, dan 1 lagi bakwan. jadi totalnya 10 ya bu" meski ga jelas Jala berusaha berkata bahasa kerajaannya
bagi si ibu penjaga tenda biasa saja mereka saling ngerti bahasa kerajaan masing-masing
"iyha .... bayarnya di dephan sajha tuh di dekat air minum ?" informasi dari si ibu
lalu kubayar, sedangkan Jala masih duduk sambil hati-hati membenarkan kontolnya dalam posisi biar terlihat tidak kembung
lagian Jala berkemeja di luar aman kok, tertutupi ga malui-maluin
Jala sangat pemalu sekali
Ia biasa berusaha tampil sopan
Tapi aku selalu bisa membuat kontolnya tegang kalo dielus
Oh .... tanganku ini
Di dalam mobil aku sengaja berhenti sesaat
Jala bernafas berat, menahan birahi pastinya
dia tiba-tiba berkata
"Daya... lihat tuh bibir kamu belepotan minyak goreng bakwan" kata dia
"ahi... aaa... bilang saja kamu mau mencium" kataku
"jangan bicara begitu, kamu mau dicium atau tidak ?" permintaan Jala dengan suara yang sangat pelan penuh kasih
aku diam, agak bingung
"kamu sering meraba-raba anuku hingga bengkhak, moso aku ga boleh mencium bibirmu. Ayo sini ku hapus sisa minyak dibibirmu" pinta Jala
"Iya, ayo kesini mendekat" suruhku
"Ada rem tangan, dan tuas susah, kebelakang saja" ajak jala
"ga apa, ayo lebih dekat ke sisiku dan agak merunduk" ajakku
kulihat bibir Jala yang memerah agak panas, oleh cabe, oleh birahi juga karena elusan tangannku pada anunya
"oh ini bibir yang belepotan, mmhhhh, boleh ku sedot Daya ?" dia minta persetujuan
"silahkan Jala" kataku membuka bibir di mulutku
"hhhhhmmuaaacchhssshhhhhh ssshhhh ssshhhhhh" Jala membersihkan sisa minyak dibibirku dengan telaten atas bawah, kiri kanan, hingga kinc-long. Tak ada sisa
sudah bersih dia malah ingin membersihkan lidahku, wahahahaha ini ciuman atau benar-benar niat ikhlas jala membersihkan bibirku ? wahahaha meskipun demikian, namanya dikenyot.... nyot...
Ada perasaan hangat di anuku, menjalar, dan menggelitik
satu tanganku memegang tengkuk Jala biar ciumannya makin rapat dan satu tangannku masuk dalam celanaku sendiri memberi rasa nikmat pada anuku yang mulai kembang.
Saat asik merangsang punyaku sendiri, tiba2 tanganku itu diambil Jala dan dipindahkannya di atas celananya
Ku resapi nafas jala yang hangat masuk dalam kerongkonganku, dan ujung lidah Jala membersihkan lidahku dalam mulut
rasa campur-baur .....
ohhhh padahal aku butuh tanganku jala untuk mengaduk-aduk anukku sendiri hingga pecah dan menyemprotkan air kental ......
Tapi tangan ini sekarang digesek-gesekkan Jala di atas resletingnya
terasa ada yang kembali jadi bengkak dalam celana jeans hitam yang dipakai jala
Keringat Jala merembes pada jaket yang ku pakai, dan keringan di bagian leher jala melengket juga di leherku
Aku mersakan detak jantung Jala yang berdentum sangat kencang.
Pastinya gerakan tubuh kami kiri dan kanan, membuat mobil juga ikut bergoyang kiri kanan
heemmmmmm
"Jala boleh aku buka resleting nya ?" aku mulai tidak tahan rasanya ingin segera meremas benda yang bengkak di dalamnya
"tidak boleh !" kata jala yang masih setia mengenyor bibirku dengan penuh perasaan
"buka sedikiiiiiiittt saja, ujungnya....... saja" pintaku dari hati yang dalam
"tidak boleh Daya ........ itu belum saatnya !" nasehat Jala
"ujungnya saja aku belai" aku sepertinya agak merengek , mendengar ini Jala jadi ketawa mungkin ini lucu menurut Jala, dan bibir dan lidahnya terlepas dari mulutku
"hahahah , Daya..... Daya..... terpegang dikit ntar minta banyak. Berdekatan dengan melibatkan kelamin itu zina namanya" kata Jala
"zina itu, yang ku tahu lobang cewek dengan anu cowok" jawabku
"hahahaha.... tapi zina itu intinya yang melibatkan alat kelamin" nasehat jala
aku senyum, dan mulai meminta lagi
"ayolah jala, siiiiiikiiiiiiiiitttt aja" pintaku
"hahaha, kamu sikitt sikkiitt saja, tapi ntar jadinya banyak" tanpa henti jala terus menasehati biar kami ga tersesat wahahaha
"janji, ujungnya aja aku usap-usap hingga basah ya hanya itu, hingga basaaahhhh saja, aku ingin menciumnya yang sedikit basah" alasanku
"benar ya ujung nya saja ? ga lebih ?" jala buat perjanjian, dia mulai sedikit agak berdiri siap-siap membukakan jeansnya dengan model masa kini, agak slim
"benar, janji deh" kataku dengan hati riang gembira
tapi Jala ragu dan kembali terduduk, yaahhhh urung deh membelai anu Jala yang telah membengkak di dalam celananya
"loh kok ga jadi ? ayolah Jala dibukain untuk pacarmu ini, siiikkiiiitt aja aku suka ujung anu cowok yang menetes cairan kental di ujungnya kalau terangsang" alasanku
Kemudian Jala yang super cakep malam ini dan setiap hari di pandaganku, kembali agak berdiri
Tubuh Jala dah semakin berisi, terawat, tinggi kami kira-kira sama, namun Jala lebih bersi berat badannya saat ini. Aroma tubuh Jala yang syahdu walau tanpa parfum selalu membuatku betah duduk berdekatan dengannya
"Daya, baiknya pas kita tidur saja ! jam 2 malam, biasanya mama pulas tertidur, nanti aku berikan untukmu" saran yang sangat dewasa dari Jala, yang kembali agak berdiri
Sekarang resleting celananya sudah terbuka setengah, tapi katub celananya jeans nya siap-siap untuk dibukanya
"Malam iya, sekarang juga iya dong ! ayolah Jala, buka ya ? buka dong , keluarin kepala nya saja" rayuan mautku
"duuuhh bagaimana ya ? kamu sikiitt sikiiit tapi ntar banyak juga yang diminta" Jala kembali ragu untuk membukakan celananya
"ayo lah Jala, ayo......." rayuan ku
Bersambung ...............