It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
semoga ajh sukses yah buat critanya
*tetap smangat
Jakarta, 12 Januari 2012 jam 07.00
Aku ingat sekali hari itu, saat pertama kali aku bertemu dengan anak baru bersama orang tuanya memasuki gerbang sekolah menengah atas (SMA) kami di bilangan Cempaka Putih. Lagi-lagi aku terlambat dan bertambah terlambat karena orang tersebut meminta bantuan agar aku bersedia menunjukkan ruangan kepala sekolah. Untung ada pak penjaga sekolah yang baru keluar dari ruang guru.
"Kamu lagi, main masuk aja ! udah ngisi daftar yang terlambat minggu ini ? awas ya kalau lebih tiga kali dapat hukuman di hari Sabtu" kata penjaga sekolah sedikit menakuti aku.
"Sudah Pak, baru dua kali Pak. Belum tiga" jawabku datar.
"Ya tunggu apa lagi ? cepat sana ! gurumu sudah masuk kelas" perintah penjaga sekolah.
"Bapak ini mau menemui kepala sekolah dan kalau begitu tolong diantar ya Pak" aku segera bersiap untuk berlari menuju kelas.
"Loh kok saya ? siapa yang jaga pintu gerbang ?" balas penjaga itu.
"Nah tu kan ? jadi mana yang harus diduluin pak ? ngantar Bapak ini ke kepala sekolah atau langsung menuju kelas?" penegasanku dan membuat penjaga itu mengambil kesimpulan.
"antar Bapak ini dulu baru setelah itu kamu cepatan ke dalam kelas" perintah pak penjaga.
"Baik Pak, kami jalan dulu ya" kataku dan segera menunjukkan ruang kepala sekolah. Setelah Bapak dan anak itu masuk, aku segera bergegas ke dalam kelas. Biasa dan seperti hari-hari yang lalu, aku disuruh berdiri di depan kelas kalau terlambat pada pelajaran Fisika sama Bapak yang sangat kejam ini.
Lima menit kemudian, mataku bertemu dengan mata dua orang tamu itu dan kali ini mereka didampingi oleh pak kepala sekolah. Pak kepala sekolah mengetuk pintu sebagai aba-aba mau masuk. Ia membuyarkan kosentrasi belajar-mengajar.
"Selamat pagi pak" kata sebuah suara yang berwibawa.
"Selamat pagi juga pak, silahkan masuk" basa-basi guru pelajaran Fisika itu.
"Ini ada anak baru pindah dari Surabaya dan saya tempatkan pada lokal ini karena masih ada tiga bangku yang kosong" kata pak kepala sekolah.
"Oh iya, selamat datang Pak, selamat datang nak" kata guru Fisika itu.
Lalu pak kepala sekolah kaget melihat aku yang dihukum berdiri di depan kelas.
"Loh kok anak ini dihukum pak ? dia terlambat kan karena mengantar tamu kita ini ke ruangan saya!" kata pak kepala sekolah. Lalu beliau bertanya lagi.
"Siapa namamu ?" tanya kepala sekolah.
"Nama saya Daya Volta pak" jawabku.
"Ya harus dihukum pak. Tapi biasanya si Daya setiap pelajaran saya juga selalu berdiri ! jadi jangan khawatir" kata pak guru Fisika dengan pede.
"Selalu berdiri ? pelajaran Fisika itu sudah sulit pak. Jangan lagi dipersulit dan dibuat mencekam !" pak kepala sekolah sekedar menyadarkan guru fisika itu tetapi dia tidak bergeming.
"Nah, anak baru ini jangan pula bapak suruh berdiri, dia terlambat karena janjian dengan saya nya jam 07.30" kata pak kepala sekolah lagi.
Kemudian terdengarlah tawa teman-teman semua dalam kelas XI IPA ini.
Bersambung ........
tokoh nya belum ketauan siapa ajh
Salam kenal Kak Yoga , ini mau aku lanjutkan
Selamat hari libur kak Yohan, salam kenal. Iya neh aku mau lanjutin
Setelah pak kepala sekolah dan orang tua anak baru itu keluar dari kelas, guru Fisika itu menenangkan kelas dan menyuruh anak baru itu memperkenalkan diri.
Dengan logat Surabaya nya yang mantab, dia mengucapkan barisan kalimat seperti berikut ini :
"Namaku Jala Tifatul Usman. Panggil saja aku Jala. Usman adalah nama Bapaku tetapi Bapak sudah meninggal sejak 9 tahun yang lalu" Kata Jala dengan menahan suatu perasaan yang belum terungkapkan.
Lokal jadi sunyi dan senyap. Suara anak ini yang membuat tenang dan mimik yang jujur di wajah Jala seolah meyakinkan bahwa kehidupan Jala adalah sulit kalau ditinggal mati oleh seorang Bapak.
"Yang tadi bukan Bapakku, beliau adalah pamanku yang juga guru tetapi di SMA sebelah" Jala menambah keterangan tentang dirinya dan keluarganya.
Selanjutnya, ada beberapa pertanyaan dari siswa. Pastinya mereka sebagai ABG tidak suka suasana yang sedih. Sehingga pertanyaannya adalah seputar kehidupan ABG seperti :
"Sudah berapa hari di Jakarta Jala ?"
"Bagaimana perasaan seseorang yang ditinggal di Surabaya sana ?"
"Mana yang lebih bagus, sekolah kamu di Surabaya atau sekolah baru ini ?"
Sehingga pak guru Fisika mengambil alih kendali kelas kalau tidak jam pelajaran akan terbengkalai
"sudah anak-anak, pertanyaan pribadi lainnya sebaiknya dijawab Jala pada jam istirahat ! Kurang tepat menjawab pertanyaan pribadi di depan kelas" kata pak guru Fisika itu. Kelas kembali tenang.
"Jala, siahkan duduk di siiiii........." pak guru Fisika itu melihat ke kursi yang kosong dan beliau heran
"Loh kok, kamu pindah ke bangku si Daya ? Terus Jala duduk dengan siapa ?
"Tiap hari juga pindah-pindah duduk Bapak, gitu kata ibu wali kelas agar kita akrab selalu" kata seorang siswa
Iya hari itu Jala bebas duduk dimana saja, prinsipnya ada tiga bangku yang kosong.
Pak guru Fisika kembali melanjutkan pelajaran. Sampai pada penerangan konsep tegangan permukaan suatu benda, pak guru Fisika menerapkan metode ajar yang cukup variatif. Siswa disuruh perpasangan dalam menerangkan rumus keseimbangan gaya yang diberikan dengan tahanan yang ada pada benda. Dengan senang hati, karena sama-sama tidak ada pasangan aku berdiskusi dengan Jala dan menghitung total gaya yang akan dijelaskan selanjutnya.
Pada hari itu meskipun baru, Jala melihatkan kemampuan berfikir yang tidak kalah dengan anak-anak XI IPA ini. Aku dan Jala yang berdiri di depan kelas secara tidak langsung menjadi bahan tontonan oleh para siswa tetapi itu adalah tontonan yang baik.
Sampai akhirnya bel istirahat berbunyi
Daya ayo kita serbu kantin, ada yang mengejutkan disana
Mengejutkan apa ?
Oiiiii banyak tanya ente, ikut aja napa !
Tanganku diseret menuju kantin oleh kepala gerombolan cewek kelas ini. Mereka tidak mengacuhkan Jala, karena emang Jala anak baru yang belum mereka kenal betul.
Hari ini adalah hari ulang tahun Ibu honorer pengajar bhs Inggris kami. Ibu ini cantik sekali dan sungguh lucu. Jadi bahan khayalan oleh teman cowok menjelang tidur di malam hari ataupun bangun tidur di pagi hari mereka langsung menuju kamar mandi dan berlama-lama membayangkan ibu guru kami yang cantik ini. Namun tidak begitu halnya dengan aku.
Namaku Daya Volta. Nama yang aneh, tetapi maknanya sungguh dalam sebagai harapan dari orang tua yang melahirkan aku ke dunia ini. Kata papa aku diharapkan memiliki KEMAMPUAN UNTUK MENERANGI DUNIA INI.
Harapan yang terlalu tinggi. Kenyataannya ? semua terasa hanya tinggal harapan, semenjak mama menikah lagi dengan pengusaha asal Taiwan. Sekarang mama sudah pindah ke Taiwan. Aku punya adik tiri di Taiwan sana. Umurnya adalah 7 tahun. Papa ? Papaku selalu sibuk dengan bisnisnya. Tidak disalahkan juga mama tidak betah dengan papa, mama butuh pria yang mencintainya dan papa ternyata memang lebih mencintai uang. Seperti kebanyakan anak-anak yang tidak bahagia, aku tumbuh dan diasuh oleh bibi (adik papa) dan beberapa pembantu di rumah. Mamaku asli Jakarta yang bermata sipit tapi cantik. Papa dari Palembang. Badannya tinggi, atletis, kulitnya putih dan wajahnya ganteng tapi prilakunya kasar dan cendrung lugas.
Anaknya ini juga mewarisi genetik papanya, ganteng, tinggi, dan atletis. Tetapi aku tidak kasar, aku terkesan kocak dan penurut. Mungkin ini adalah sifat mamaku yang diturunkan padaku.
Dia bernama Jala Tifatul Usman. Sama tinggi dan sama atletisnya denganku. Kulitnya bersih tidak seputih kulitku. Mungkin Jala suka berjemur di matahari. Untuk kategori asli pribumi, Jala memiliki fisik yang bagus di atas rata-rata malah. Belum terlalu detil aku mengamati penampilan Jala karena baru juga kenal tadi pagi. Hingga saat ini terkesan Jala baik, serius, dan bertanggung jawab atas kehidupannya. Mama jala ? belum ada informasi apapun tentang mamanya. Mungkin dengan berjalannya waktu aku akan tahu mengenai mamanya.
Serasa waktu sangat cepat berlalu dan jam istirahat ini hanyalah sekejab. Saatnya kami kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran selanjutnya yaitu Bahasa Indonesia.
Seorang Ibu guru berjilbab masuk kelas. Ia membawa selembar kertas di tangannya lalu Ibu itu meletakkan tasnya seraya berkata
"selamat siang anak-anak yang cakep-cakep dan ganteng-ganteng" kata beliau
"selamat siang Ibu" balas kami
"ada anak baru, namanya sungguhlah bagus, Jala Tifatullah ! " kata ibu itu serasa berpuisi, duuug oh ibu Sastra emang
"Jala Tifatul Usman, bukan Tifatullah" kata anak-anak serempak wkkkkkk alangkah malunya ibu itu ada kertas contekan di tangan masih juga salah.
Tetapi bukan ibu guru namanya kalau grogi di depan kelas
"Nah, Ibu kasih kesempatan waktu lima menit untuk menulis bait kalimat ungkapan perasaan tentang arti MAMA dalam kehidupan kalian" kata ibu guru, suasana kelas jadi hening. Kata mama zaman sekarang sangat luar biasa, semua anak sayang pada mamanya tidak seperti zaman dahulu yang rata-rata ceritanya adalah mengenai anak durhaka melawan mama seperti malin kundang ataupun siti nur baya (eh ini bukan melawan mamanya tetapi melawan papa yang suka jodoh-jodohin anak).
Lancar sekali anak-anak kelas ini menulis termasuk aku, lalu kami kumpulah bait kalimat itu pada ibu guru
"Ya, untuk penghormatan pada pendatang baru maka kalimat Jala lah yang ibu bacakan, setuju ?" kata Ibu guru
"setuju......" jawaban serempak dari anak-anak
"Mama tentunya selalu ada dalam hatiku. Aku tahu sekarang mamaku lagi berjuang seorang diri untuk menghidupi anak-anaknya. Semoga waktu cepat berjalan dan bila telah datang masanya, akulah yang akan berjuang untuk membahagiakan mama"
Suara ibu guru terputus di akhir kalimat, beliau meneteskan air mata pada kertas yang ditulis Jala. Anak-anak menekur dan merasakan perasaan mereka tertusuk oleh kalimat sederhana yang ditulis Jala. Seketika lamunanku menuju daerah seberang laut sana, kenapa mama tidak berbuat seperti itu untukku ? mama bahagia dengan dirinya sendiri dan meninggalkan aku dengan pembantu. Kalau tidak malu aku juga tentunya akan menitikkan air mata. Ekspresi yang tidak tersalurkan ini lebih pedih rasanya dan air mataku jatuh ke dalam hati saat kutulis ulang kalimat Jala itu pada lembaran belakang LKS Bahasa Indonesia ini. Pandanganku nanar. Itulah kesan pertama pada diri Jala saat pertama ia bersekolah disini.
BERSAMBUNG
Selanjutnya aku minta diantar ke tempat bimbelku yang cukup ternama di Indonesia hampir setiap kota ada cabangnya. Meski tidak ada jadwal bimbel hari ini, aku ingin berbincang-bincang dengan Ibu berjilbab dialah guru bhs Indonesiaku tadi yang mengajar di kelas dan menjadi guru bimbel disini.
Biasanya dari jam 14.30 ke jam 15.00 adalah jedah waktu dimana siswa bisa konsultasi. Aku beruntung untuk hari ini karena langsung bisa mendapati jadwal yang pas. Semoga tidak banyak anak-anak yang antri. Sewaktu aku memasuki halaman bimbel itu kelhatan sekali anak-anak emang seperti pindah lokal untuk bimbel disini, karena jaraknya yang tidak jah dari sekolah serta reputasi bimbel ini sangat baik untuk meningkatkan prestasi siswanya.
"woi si daya ! kami udah selesai, kamu baru datang" temanku yang cewek namanya Dini berkomentar
"eh kalian, udah mau bubaran ini ya ?" tanyaku basa-basi
"iya, sekarang giliranmu yang belajar ya" mereka segera meninggalkanku dan setelah mereka menghilang dengan jemputan masing-masing akupun masuk ruangan guru yang ku maksud
"asaalamu'alaikum ibu, mau diskusi sebentar dengan ibu. Kalau ada waktu" sapaku pada Ibu bhs Indoenesia tersebut
"oh Daya, silahkan masuk nak. Kita kelasnya hari Jum'at kan ?" sambutan dari Ibu guru itu karena agak kaget dengan kedatanganku
"ibu, saya berniat untuk ikut seleksi penulisan naskah drama kontemporer sekolah kita" kataku
"boleh Daya, tapi asal tahu saja tiga dari dua belas naskah yang masuk adalah pemenang penuisan naskah drama tingkat DKI Jakarta" kata ibu guru
"ga apa bu, saya akan coba dan mohon bimbingan ibu" jawabku dengan pasti
"iya nak, kalau sudah selesai bisa dilihatkan ke ibu" kata ibu guru yang baik hati itu.
Ketika akan keluar dari pintu utama menuju pak supir yang menungguku, aku berpapasan dengan rombongan cewek cantik yang lagi bahagia melihat secarik kertas tentang score bhs inggrisnya yang naik tajam
"Daya..... ada juga nih manfaat dugem sama bule sehingga bhs inggrisku menanjak perkembangannya" seru mereka
"apa itu istimewa ?" tanggapanku datar
"istimewa dong, dari pada kamu yang akhir-akhir ini selalu menolak ajakan dugem dari kami" balas mereka ga mau kalah
"aku dugem lagi non, tapi dilokasi yang ga bakalan elu kenal" balasku
"ikut dong Daya" serobot mereka. Lalu kami masuk dalam mobil jemputanku, aku duduk di samping supir keluargaku
"ayooo, let's go nona manis" kataku
"nona manis, nona manis ! susu kental manis cap nona kale" ada celetukan seorang dari mereka
"cap enak, oon juga ente pade" kataku
"mau elu susu kental manis gue ?" obralan dari mereka
'aku tuh suka susu steril, bukan susu basi milik kalian" balasku dan pak supir tertawa ngakak
Sampailah kami pada sebuah tikungan
"loh kok belok kiri, kanan dong ?" protes seorang dari mereka
"iyalah, kan aku mau ke pusat grosir lihat kios tantenku" balasku dengan datar
"tadi katanya mau ketempat dugem elu yang baru" protes mereka
"ya disana aku dugem ! kalo kalian mau" jawabku wkwkwkwk
"ogah gue dugem ditempat murahan begitu, pusat grosir ! emang kita apaan ?" sergah mereka
Akhirnya sampai di pusat grosir itu mereka turun dan melanjutkan perjalanan dengan taxi entah kemana mereka pergi setelah ini.
Aku langsung menuju kios milik tante yang masih ada talian darah dengan mama.
Lumayan rame pembelinya sore ini, saat aku lagi berdiam diri menunggu semua pembeli selesai berbincang dengan tante
"wah ada Daya, mari masuk Daya" kata tante berteriak dan teman tante segera mengambil foto kami berdua dengan kamera HP nya yang tajir
"Nah pict ini akan aku kirim sama Silvi, sekarang anaknya sudah semakin ganteng dan semakin jangkung, sayang titit nya kecil" wkwkwkwk tante genit itu ngakak
wajahku jadi merah dikatakan bertitit kecil, tapi pada dasarnya memang kecil hahahhh
"ada apa nih mampir kesini ? lagi kangen sama mama ya?" desak tante
"eh iya tante" jawabku dengan jujur
"lagi kangen mama atau minta dicariin cewek cantik ?" goda temannya, walah kalau mamaku seperti ini ya ga deh ga akan kangen ! seandainya semua mama mirip mama Jala oh bahagianya dunia ini
Untung datang pembeli yang semua relasi tante, kulit putih dengan dandanan trendi menggunakan bahasa kerajaan mereka dan aku tidak mengerti.
Dalam kehampaan aku tinggalkan grosir itu dan kembali menuju pak supir yang masih setia menunggu
"kita kemana lagi den ?" tanya pak supir itu
"sudah pak, sudah selesai kita balik ke rumah" ajakku
"baik den, kita segera balik" jawab pak supir
Hanya 35 menit kami butuhkan untuk mencapai rumah, saat pintu pagar ditutup pak satpam aku keluar dari mobil itu dan menuju teras rumah. Ada secarik pesan dari bi Surti dan dia menulis : Den, papa aden pulang ntar malam. Kata tuan aden ga boleh kemana-mana malam ini. Terus ada gerombolan cewek-cowok tadi ngjak aden keluar, tapi aden belom balek, nama gerombolannya mambo-pink. Bibi ada urusan keluarga di Kemayoran. Malam ini Bi Ijah masak yang enak untuk aden dan tuan.
Itu si Dinata bi, aku lagi ada urusan dengan kegiatan sekolah, jawabku dengan santai pada hati kecilku. Masak enak ? cihuuuyyyy
BERSAMBUNG
Pada kesempatan selanjutnya, kuhabisi makanan hangat ini untuk mengobati rasa lapar dalam perutku. Alhamdulillah, udah ga lapar lagi, dan udah ga lemes lagi. Rasanya aku siap untuk menjalankan aktivitas lain. Pokoknya lumayan bermanfaatlah kegiatanku hari ini dengan hadirnya si ganteng Jala mataku jadi terbuka untuk berbuat yang lebih baik.
Ku baca tanpa henti beberapa buku yang mengungkap sisi pilu seorang mama dalam menyongsong hari demi masa depan anak-anaknya. Kadang aku begitu terhanyut dan lupa seharusnya aku harus mencatat apa inti dari yang kubaca sebagai isi dari naskah yang akan ku tulis. Kuhabiskan waktu satu jam untuk mebaca dan seperempat jam untuk menulis resume. Demikianlah selanjutnya untuk buku-buku berikutnya. Hal hasil semua buku itu bertaburan di atas ranjangku. Setengah jam berikutnya mataku tak bisa diajak kompromi lagi, dah ngantuk kelelahan meski hari baru menunjukkan jam 20.00. Tak masalah bagi diriku, asal ngantuk maka akupun bisa tidur tidak pernah diatur oleh jam.
Dalam mimpi aku dibawa ke dalam suasana bioskop dan pub yang sering ku kunjungi saat mengakhiri masa SMP dan waktu kelas X kemaren. Wajah-wajah beberapa teman silih berganti memainkan sandiwara hidup dalam bunga tidur. Akhirnya muncul wajah mama menjual kue bungkusan ada saos bewarna coklat. Aku kaget setengah mati, dan berusaha untuk menyudahi mimpi itu. huwaaaaa, aku terbangun. Langsung ku lihat jam di dinding 03.14 jelang subuh.
Lumayan ada waktu yang tersisa sebelum berangkat sekolah. Aku lanjutkan membaca semua buku yang baru ku beli itu dan kubuat lagi resumenya.
Jelang jam 5 pagi saat perutku terasa lapar lagi, aku pergi kedapur
waaahhh ?
Berantakan, banyak sekali jenis piring dan gelas di atas meja tamu dan dapur. Betul sekali, papa balik mungkin bersama rekan-rekan bisnisnya dan bi Ijah jadi masak. Biasanya pasti disisain untukku jika ga ikut makan bersama mereka. Langsung ku buka kulkas, waduh makanan besar semua penuh daging bakar, gulai, dan goreng. Ga begitu menarik, aku menyeduh pop mie kesenanganku dan ku ambil sesuatu dalam botol toples apa lagi aklau bukan kerupuk emping. Lalu ku ambil jus kotak persediaanku dalam kulkas siapapun tidak boleh ambil. Itu jus favoritku
Lezat krenyes, krenyes asik sendiri ku lahap menu lezat ini sambil membaca. Dalam waktu singkat, ludes lah pop mie itu lalu ku sedot jus kotak hingga habis semua isinya, sebuah sedotan maut di pagi hari. Sekarang ke-dua tanganku sudah bebas dari makanan, pastinya ku lanjutkan menulis resume. Selesai...... aku resumekan apa-apa yang menarik menurut persaanku ketika membaca semua buku itu. Saatnya mandi dan bersiap ke sekolah. Kemaren tonggak sejarah aku terpana oleh seorang cowok ganteng dengan segala kebaikan yang dimilikinya, maka hari ini adalah tonggak sejarah aku ga akan terlambat datang ke sekolah.
"eh.... sudah ganteng, sudah rapi, sudah wangiiii" kata bi ijah dan pak supir hampir bersamaan, mereka melongo melihat aku turun dari tangga menuju ruang tamu.
"wahaha, iya dong kan tidurnya magrib gitu jadi kebangunnya juga pagi" jawabku seadanya
"kita berangkat sekarang den ?" tanya pak supir
"eh, sarapan dulu" saran dari bi ijah
"sudah bi, aku tadi buat pop mie" kataku dan bi ijah bertambah bangga karena aku begitu mandiri pagi ini
Pada kesempatan berikutnya berangkatlah mobil dan membawaku ke sekolah, masih pagi, jadi ga begitu macet ketika memasuki kawasan Cempaka Mas. Di depan pagar sekolah aku di turunkan supir dan dia selanjutnya balik ke rumah karena papa pagi ini ada di rumah. Benar saja, seketika ada panggilan dari papa. Ku angkat panggilan itu
"wah rajin sekali kamu Daya, sejak kapan kamu rajin begitu. pasti ada kegiatan yang menarik di sekolah hingga kerja keras dari malam dan subuh ini" kata papa dalam di HPku
"ada tugas buat resume pa" alasanku
"ya papa hari ini tugas bisnis lagi dan minggu depan baru balik" kata papa
"ok pa, moga sukses" balasku
"kamu juga moga sukses" jawab papa
Sesampainya dalam kelas sudah ada cowok ganteng yang merebut perhatian seisi kelas ini kemaren. Belum ada anak lain yang datang. Jala rajin sekali. Dia diam tak banyak gerak ketika melihatku di pintu senyumpun dia tidak. Aku ambil alih kendali karena Jala kan anak baru jadi mungkin takut dan sungkan kalo dikirain sok akrab.
"selamat pagi Jala" sapaku dengan tulus
"selamat pagi" kata Jala mungkin dia lupa namaku hahahh
Lalu ku pamer-pamerkan name tag di dadaku, sehingga Jala bisa melihat hahah mudah kok ngafalnya Daya Volta.
"wah apa ini Jala ?" tanyaku ketika melihat bungkusan hitam yang dibawa Jala
"oh ini makanan bikinan mama untuk dijual di sekolah ini. Siapa tahu ada yang mau beli" duuug aku terkaget, kok makanan ini mirip dengan mimpiku semalam, mama yang jadi penjualnya. Rasanya aku ingin merauuung kalo ga malu sama Jala
"eh pasti ada Jala, sini aku sebagai pembeli pertamanya" kataku untuk minta di bungkuskan enam
"eh banyak sekali, untuk siapa ?" tanya Jala, sepertinya dia ga mau tahu namaku, nyaliku mulai ciut namaku saja ga mau diucapkannya
"untuk orang-orang spesial Jala, dan inih uangnya" kataku
"makasih banyak" balas Jala
"hari ini kita duduk sebangku ya" saranku
"boleh" kata Jala
"dan aku bisa bantuin untuk menjual makanan enak ini" aku benaran memuji makanan yang dibuat mama Jala, enak sekali apa lagi ada saos bewarna coklat rasa enak asam manis.
"wah ga usah repot-repot" Jala agak malu
Hanya sekitar 25 bungkus saja, kalau sudah ku beli 6 bungkus jadi sisanya ga terlalu ayak lagi. Saat ku angkat sisa nya mau ke lokal teman-teman akrabku ataupun lokal-lokal yang banyak cewek naksir aku pasti laris deh jualan Jala. Aku terkaget dengan jeritan cewek-cewek cantik yang brisik di kelas ini.
"Daya.... kangen sama kamu, apa itu ?" sorak mereka
"halah lebay, baru kemaren juga bertemu masak udah kangen-kangenan gitu. Nih mamaku jualan kue enak, beli ya" kataku
"mau..... aku emang lagi laper" sorak salah satu dari mereka yang kelihatan sekali baru bangun, mana sempat sarapan.
Langsung deh aku dikerubungi oleh cewek cantik dan uang pecahan sepuluh ribuan milik mereka.
"uwenaaaak, pedesssshhhh" sorak mereka
"ya, sudah sisanya untuk teman-teman di lokal lain" kataku
"aduh, aku pengen beli tiga untuk persiapan makan di lokasi bimbel ntar" rengek mereka
"ga boleh" aku berlari membawa sisa jualan Jala
mereka mengejar dari belakang
Kulihat wajah Jala dengan senyum keheranan melihat tingkah kami
Sesampainya di kelas yang banyak anak-anak cewek yang se SMP dengan aku dulu, mereka berteriak tumben aku masuk kelas mereka
"Daya, ada apa kah ? apa itu yang kamu bawa ? " tanya mereka
"Ayo siapa yang cepat dia dapat, ini makanan yang dijual mamaku" kataku dengan sedikit promosi
"Aku beli dong Daya sini jangan kasih dia, masa aku ga kebagian ?" saah satunya menjerit
yang lainnya berteriak
"enaaakkkk, pedeesssss" teriak cewek yang gesit membeli jualan Jala wkwkwk
Habis Ludes deh
"tuh kan, aku ga kebagian !" protes yang yang ga dapat.
Aku kembali dengan cepat ke kelas. Cara berjualan yang jitu. Ku serahkan semua uang yang membeli jualan mama Jala
Saat duduk di bangku aku berucap
"Ini Jala hasl penjualannya" kataku
"makasih sekali lagi Daya !" jawab Jala, duaaaaarrrr serasa meledak petasan ketika bibir Jala menyebut namaku
"Terima kasih ya Allah, akhirnya dia mau menyebut namaku" kataku dengan lirih. Jala ketawa tertahan mendengar ucapanku. Telapak tangan kirinya mengelus tanganku yang ku kepal di atas pahaku. Telapak tangan Jala terasa hangat dan nyaman. Tak hentinya ku pandang senyum manis Jala dengan bibir bebas dari pengaruh rokok dan di atas bibirnya ada kumis tipis yang mulai tumbuh. Hingga senyum itu hilang karena kami akan segera mengikuti pelajaran,
BERSAMBUNG
Tu di atas dah update 3 episode Kak Yoga
Iya Kak Yohan, semangat. Di atas dah ada tiga episode ku update kak
Setengah jam pada pelajaran pagi itu telah berjalan. Di HP ku telah beredar pict foto makanan yang dijual oleh Jala, tetapi judul pict itu : jualan Daya yang super lezat pakek senyum. Aku yang melihatnya juga senyum. Ada retweet yang berbalasan dengan beberapa usul, agar makanan itu diletakkan di kantin sepagi mungkin jadi aku tidak ada pilih kasih dalam menjualnya. Sepertinya mereka deal agar makanan ini besok diletakkan di kantin. Iya deh menurutku itu lebih baik, karena anak-anak tidak pilih kasih tentunya juga ingin menu baru yang enak. Kehadiran Jala betul-betul membawa magnet tertentu. Lalu ku balas untuk meluruskan informasi : Bukan mamaku loh yang membuat, aku sekedar bantu jualan. Yang membuat adalah mama Jala.
Siapa itu Jala ? pertanyaan bertubi-tubi masuk. Terutama dari Wandi, sejak SMP dia selalu melihatkan gelagat yang baik berlebihan terhadapku tapi ujung-ujung nya dia minta di beliin sepatu basket, hahahh begitulah si Wandi. Sudah berapa sepatu basket aku beliin untuk Wandi.
Ada juga para geng cewek cantik briksik kelasku menyahuti pertanyaan itu dengan informasi sesuai dengan persepsi mereka. Aku tdak mempedulikan apapun itu. Selanjutnya aku kembali konsentrasi pada pelajaran. Saat pak gurnya membaca kembali bahan ajarnya, aku ada kesempatan buka HP lagi terbaca satu tanggapan yang lucu, kenalin dong sama Jala ! katanya ganteng ya
Senyumku kembang pada wajahku yang tertunduk
Jala heran melihat ke arahku
Ku serahkan HPku pada jala tentang twitter yang berkembang
Jala juga tersenyum, dalam dua hari Jala begitu terkenal. Begitulah kalau seseorang yang membawa aura terkenal, kemanapun dia pergi akan disenangi orang, entah dengan cara yang bagaimana, pokoknya terkenal saja.
Pas jam istirahat, aku berkata pada Jala
"Aku ada perlu sama bu Bahasa Indonesia" kataku pada Jala
Dia menganguk
Saat aku melangkah ke luar, bergerombolan deh cewek cantik brisik mengerubungi Jala dengan segala macam topik pembicaraan.
Aku mendapati Ibu yang baik hati itu dan Ibu honorer pangajar Bahasa Inggris lagi duduk berbincang. Mereka senyum-senyum melihat aku mendekati keberadaan mereka
"Ada apa Daya ?" tanya Ibu itu dan satu lagi Ibu yang cantiknya senyum menggoda
"Aku ada makanan satu untuk Ibu dan satu lagi untuk Ibu" aku menyerahkan makanan itu pada ke dua guru itu
"wah, enak, pedes" si ibu Bahasa Inggris berteriak mencari air minum isi ulang yang ada di depan pintu
"iya enak" si ibu yang baik hati ini ga makan sama saos pedes asam, manis, dan pedes itu jadi aman
"Bu hampir rampung tuh idenya, aku mau lebih dalam penghayatannya. Ibu tahu ga yang buat makanan ini mamanya Jala" kataku
"mama jala ? wah ga nyangka enak" kata ibu
"aku mau lihat langsung keseharian mama Jala bu, semoga feelnya dapat" aku mohon si Ibu juga mendo'akan ku
"iya Ibu juga dah kepikiran kamu harus berbuat itu, karena Ibu takjub saja sejak mendengar kalimat Jala kamu jadi tertarik mengikuti lomba yang jelas-jelas bersaing dengan anak IPS" kata Ibu yang baik hati itu. Dia tidak tahu berapa besar sebenarnya kisah pilu diriku yang tidak punya amma. Inilah yang akan ku tuangkan apa adanya pada naskah itu ditambah feel yang tulus dari keluarga Jala.
"wah habis deh, masih ada yang lain Daya ?" kata Ibu yang cantik
"iya isi satu kantongnya nangung, kurang banyak, wahahah" Ibu Bahasa Indonesia menyahuti permintaan temannya
"Nah besok pagi, menu ini ada di kantin, ga banyak ! siapa cepat dia yang dapat, ga mahal kok. Hanya lima ribu doank" promosiku
"murah amat, ah susah itu pasti persaingan untuk mendapatkan ketat. kalau harganya dibuat agak mahal Ibu perkirakan hanya orang-orang tertentu yang bisa beli" kata si Ibu yang cantik
"iya kecuali guru honor" wkwkwkwk aku tertawa lepas berlari keluar pintu
Ibu yang baik hati tertawa terpingkal-pingkal
Sementara si Ibu Bahasa Inggris merasa kalah pagi ini dengan kalimat terakhirku
Dalam perjalanan pulang, aku telpon Wandi. Ada suatu ide cemerlang yang akan ku dapat dengan bantuan Wandi
"Hoi bro, tolongin ane dunk" kata ku
"ogah, pengkianat cinta, siapa itu Jala ? terus ane mau ente kemanain ?
"ya itu bro, kalo mau tahu tentang Jala, silahkan ke ruang pak kepala sekolah bilang saja papa ente sebagai wakil perhimpunan wali murid mau bantu anak baru ini" saranku
"ya elah ente kan papa nya ketua perhimpunan wali murid, kok papa ane sih ?" protes Wandi
"yalah bro kalo ente mau, kalo ga ya udah" gertakku hahahh
"ok deh ok deh, demi ente apapun akan ane lakuin" kata Wandi yang emang berminat sama pribadiku dan uangku hahahh
HP ku berdering dengan SMS dari Wandi yang sudah begitu PD nya mau jalan-jalan sore dengan ku. karena sudah mendapatkan alamat keluarga Jala.
Lalu ku telpon si Wandi
"Ini adalah tugas sekolah Bro, bukan jalan-jalan sore seperti yang ente fikirkan ! paling 30 menit ente dah mulai bosen di rumah Jala. Kalau aku emang tertarik dengan kehidupan Jala untuk tugas sekolah pakai senyum. Jadi berapa jam pun akan terasa menyenangkan" kataku pada Wandi
"siapa sih si jala ini ? lalu itu tugas rahasia apa yang ente garap ?" desak Wandi
"jadi ente mau ikut ? atau ga ?" aku juga mendesak
"ogah ane, bermanis-manis sama orang yang ga ane kenal" kata Wandi
"ya deal, jadi gue bebas jalanin tugas" aku menjawab dengan senang kalau Wandi ga mengganggu ku sore ini
"akan ada sore yang lain kan untuk kita ke toko sepatu ?" rengek Wandi
tuh kan pasti deh ujung-ujungnya toko sepatu
Ketika ku matikan HP itu, masuk lagi panggilan dari teman kelas ku
"Halo, ada apa nih ente selalu ganggu tidur ane" jawabku
"eh Daya oon, tahu ga tadi si Ibu yang cantik masuk kelas pas jam pulang. Jala masih dikerubungi para cewek brisik ngajak minum es kelapa-jeruk segala" kata dia
"haaaaaa" hatiku mulai panas, sesungguhnya aku cepat-cepat pulang demi strategi untuk mendapatkan alamat Jala, nah malah jala di embat orang !
"ada juga manfaatnya si ibu itu datang, langsung ngajak Jala bahasa Inggris dan bahasa Inggris Jala bagus amat Daya, elu mah lewat sama Jala" kata dia
"hahahhh syukurlah, mereka ga ngajak Jala makan kelapa-jeruk" aku meminta kepastian dari teman itu
"iya hahah lagi asik ber Inggris ria, para gerombolan cewek cantik brisik langsung kabur ga terima kalau Ibu itu ikut-ikut mendekati jala" katanya
"hahaha syukurlah" kataku dan berakhir jugalah percakapan dalam HP ku. Misalnya ada lagi yang masuk, pasti pak supir protes, aden juga brisiiiiikkkkk jangan orang saja yang aden nilai suka brisiiikkk ukur saja diri sendiri, hahahah. Tapi untungnya ga ada lagi panggilan yang masuk.
BERSAMBUNG
Selesai rebahan sebentar sambil membaca resume, aku keluar dari kamar. Aku telah berganti pakaian yang beda. Bukan seragam anak SMA tentunya, aku pakek jeans abu-abu dengan T-shirt putih bergaris-garis kuning muda rapi dan bersih tentunya bebas dari bau apek. Aku bergegas ke kulkas, makan siang ga jadi pilihanku. Hanya makanan dari Jala yang menarik seleraku siang ini. Ketika ku buka kulkas, walah....... hilang ........ kemana ? Hanya bibi ku dan pembantu yang ada, maka aku berteriak .......
Bibi.......... kue ku manaaaaaa......... ??????????
Bi Surti mendekatiku sambil berlari kaget
"Ada apa den ? bibi kira gempa bumi" bi Surti cemas sekali
"kue ku dalam kulkas mana ???? ditinggal 50 menit saja kok hilang????" aku menahan emosi, lagi lapar ini belum makan siang
"diambil bu Hana, bibi kira itu punya dia" kata bi Surti polos
"tuh kan ! pasti dia biang kerok nya" aku segera berlari ke lantai atas menuju kamar bibiku pastilah tante Hana lagi membelai-belai rambut bibiku
Aku mendorong pintu mereka
"heh kalo masuk minta permisi dulu, berapa kali tante bilang kudu punya sopan santun" kata tante Hana yang lebih galak dan tomboy dibandingin adek papaku yang cantik ini
"aiiihhhh kue ku kok diambil, itu kue istimewa!!!!" kata ku
"ah, ga tahu tante kira bi surti yang beli di pasar. Nemu kue enak ya tante embat!" kata tante Hana
"aku yang makan dua" kata bibiku
"bibi rakus ga berperasaan aku yang lagi kelaparan" protesku
"enak sih, tanggung di kerongkongan, jadi bibi embat dua bungkus" kata bibiku lagi
"kamu iyah emang rakus, ayo kalo Daya lapar tante ajak ke Cempaka Mas" kata tante Hana wujud dari penyesalannya
"eeehhhhhhhhhhh" aku protes sambil merebahkan diri di samping bibiku
"bi aku laper nih bi, tapi aku pengen makan kue itu eeeehhhhh" hilang harapanku
Bibiku jadi kasihan melihatku yang iya wajahku terlihat lemes "duh keponakan bibi yang dah semakin ganteng, semakin tinggi, ayo bibi temanin ke resto mana maunya" hibur bibiku, aku hanya mengatubkan bibir menahan kesel iya, marah iya, dan lapar juga iya.
Akhirnya aku keluar juga dari kamar tersebut, karena ada tujuan yang lebih mulia daripada sekedar rasa lapar ini. Ntar sore juga bisa makan apa gitu
"Ntar malam jangan lupa ya undangan tante untuk makan malam" kata tante Hana menutup pembicaraan
"Nanti malam aku sibuk nerjain tugas sekolah tante" alasanku
Sampai jugalah aku di rumah Jala, ga terlalu jauh dari rumahku. Harus masuk gang sempit, jadi supir kelurga ku memarkir mobil agak ke ujung jalan.
Aku disambut oleh dua orang Ibu muda
"wah bintang filem dari Korea ya, mau syuting dimana mas ?" sapa mereka, aku terseyum membalas pujian mereka, padahal aku lapar ga butuh dipuji
"bukan Ibu, saya mencari penghuni kontrakan yang baru namanya Ibu Maimunah" kataku
"Oh ada tuh di lantai dua, Ibu kira mas mau syuting di rumah kontrakan kami" informasi dari mulut si Ibu itu. Rupanya mereka pemilik kontrakkan ini. Lumayan rame juga dengan kamar yang berdempet-dempet khasnya kota Jakarta.
Aku mengetuk pintu
"Assalamu'alaikum....... biasa ketemu sama Ibu Maimunah ?" salam dariku untuk seisi rumah
"waalaikum salam, silahkan masuk mas" suara seorang cowok
"wah Jala, selamat sore Jala" sapaku
"eh Daya ? kok tahu rumahku ? sama siapa datang kesini ? silahkan masuk" kata Jala keheranan
"iya Daya, sendirian saja kok, Mana mama ?" tanyaku
"mama lagi sholat, ayo silahkan duduk, maaf ya agak kecil kamarnya" kata Jala
"makasih Daya" balasku
"waduh lemes kamu ya, kenapa ? " Jala mencoba menerka-nerka kondisiku
"kue yang kubeli tadi, dimakan tanteku, padahal aku belum makan siang" kali ini raut muka kesalku tidak dapat bersembunyi lagi
"hahah pantesan lemes, tapi jangan khawatir ! kebetulan yang untuk esok sudah selesai dimasak mama, jadi kamu bisa coba" hibur Jala yang begitu pengertian
Taklama kemudian, datanglah Jala dengan piring berisi makanan kesukaanku. Aku ga tahu namanya kreasi mama Jala sepertinya, rasa baso iya, rasa siomay iya, rasa pempek selam iya, mix dan enak
"kalo baru digoreng, cara motong dan nyuapnya seperti ini Daya" dia mencontohkan dan menyuapkan pada bibirku. Meskipun terkesan kaku, Jala sebenarnya perhatian. Siapapun cewek yang dapat Jala pasti akan bahagia.
"asiknya suap-suapan ! kalo mama sakit Jala juga suka nyuapin seperti itu" kata mama jala yang keluar dari kamar sebelah sehabis sholat Asyar. Jala tersipu bahagia dipuji oleh mamanya
"tapi dia ini tidak sakit, mama. Dia ini kelaparan belum makan siang. Oh iya mama ini Daya yang aku ceritakan itu" kata Jala
"hahaha kalian lucu, tapi terima kasih ya Daya atas pertolongan kamu pada Jala selama dua hari ini" kata mama Jala
"sama-sama mama" balasku
"Jadi, ada keperluan apa kamu datang kesini ? Besok kan juga ketemu" tanya Jala
"ini Jala dan mama : Besok jualannya saya tarok di kantin biar semua anak bisa merasa bebas membeli" kataku
"oh gitu ya nak, lebih bagus sih jadi Jala juga lebih konsentrasi untuk belajar" tanggapan mama Jala
"Iya mama, kira-kira begitu, diperkirakan ke depannya mama bertambah sibuk dengan aneka kue lain yang akan memvariasikan menu kantin kami" harapanku
"semoga mama dan Jala tetap sehat ya nak, jadi akan terus bisa bikin kue" kata mama Jala
"wah Jala sudah pinter, ganteng, ga neko-neko, sayang juga sama mama" pujiku dalam hati untuk jala, dia senyum memandangku, hanya senyum seorang sahabat, tidak lebih
"eh Daya, kenalin yuk sama adikku" ajak Jala
"ayo aja" persetujuanku
Seorang gadis kecil yang super cantik, mengimbangi kegantengan mas nya. Gadis kecil ini terbaring lemah dengan penyakit polio yang dideritanya. Bukan karena tidak diimunisasi, tetapi entah siapa yang harus disalahkan. Aku minta difotoi berdua dengan adik itu oleh Jala dengan kamera pada HP ku.
"Siapa namanya adek ?" tanyaku dengan sopan dan pelan agar dia tetap merasa nyaman
"Ratna, mas" kata Jala, dan terlihat adeknya yang bernama Ratna ini menyembunyikan wajahnya yang tersenyum
Banyak sudah jawaban yang dapat dari inti cerita yang akan ku buat naskahnya. Jika diperbolehkan, aku ingin jadi bagian keluarga ini. Tetapi itu tidaklah sekarang, mungkin suatu hari nanti
Akhirnya, aku membayar jualan mama Jala yang dibungkuskan untukku akan kumakan lahap nanti malam.
"ini bungkusannya Daya. Hati-hati di jalan. Aku juga mau mandi dulu ya agar bisa sewangi kamu" senyum penuh arti dari Jala
wadau, ga mungkinlah Jala ada maksud di balik kalimatnya. Ga mungkin Jala menyukaiku, kenal juga baru dua hari. Akulah yang terlalu GeEr
Malam harinya aku asik sekali merangkai talian peristiwa dan skema kejadian yang harus masuk akal sesuai degan kondisi mama yang akan ku angkat menjadi naskah Drama. Namanya juga naskah, apapun nantinya itu tergantung dari Sutradara di balik pementasan Drama ini. Kali ini aku begitu PD, karena feel ceritanya aku dapat selama Jala ada dalam hatiku, semangat mamanya akan menghangatkan sanubariku.
"Duh keponakan tante, masih asik saja. Ayo dong, tante udah laper nih" sekarang giliran tante yang merengek, sukurin
"ini karena aku baik loh tante, silahkan tante ambil satu bungkus saja plus saos asem-pedes-manis" tawaranku pada tante Hana
"eh, kamu nemu dimana ? aduh sini tante laper banget nih" Seru tante Hana
"kan aku ke rumah Ibu ini tadi beli lagi, gara-gara tante" kataku
"Babe..... sini, si Daya bawa 6 bungkus pempek selam modifikasi" seringai si Tante dapat makanan lezat
"heh, empat bungkus untukku, tante berdua masing-masing satu bungkus
"ga adil, keponakan bibi yang belagak (cakep), masing-masing dua saja ya" rayu bibiku
mataku melotot, kalau tidak demi keadilan maka yaaahhhh relakanlah. Masing-masing dapat dua bungkus seorang
"Yaaahhhh bi Surti juga laper den, kata bu Hana kita ke restoran malam ini, makanya bibi ga masak" kata bi Surti
Kacau malam ini, kacau, untung skema tautan ide naskahku dah jadi !!!!! Sekarang jam 20.10
Pintu rumah di diiing dooong
"heh ga sopan, kalo bertamu lebih malam kek jam 23.00 gitu" usir bi Surti
"maaf bi, ane dah janji sama Daya mau pergi" kata suara type pemalak
"ga ada urusan, kami lagi kelaparan" kata bi Surti
"ane juga lagi laper nih bi" kata dia lagi
Dialah si Wandi, haaaa ??? Lariiii
BERSAMBUNG