It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dewi rasa cinta begitu malu untuk mengatakan tujuannya datang ke Maya pada atau alam manusia, dan dari matanya muncul butiran - butiran air mata menetes ke pipinya, sehingga membuat Mahesa sakti menjadi heran dibuatnya, hingga timbul penyesalan dalam hati Mahesa sakti.
'kenapa gadis bernama Dewi rasa cinta ini menangis, padahal aku cuma bertanya untuk apa tujuannya dan mencari apa? kalau tahu begini tidak akan aku mengajukan pertanyaan seperti itu?!' ucap hati Mahesa sakti pada dirinya sendiri.
"maafkan aku nona jika pertanyaanku menyinggung perasaanmu?" sesal Mahesa sakti.
"andika tidak perlu minta maaf. Seharusnya aku yang minta maaf karena telah merepotkan andika" kata Dewi rasa cinta setelah beberapa saat lamanya terdiam, kemudian ia pun terdiam, begitu pula Mahesa sakti, ingin rasanya bertanya lagi tapi takut menyinggung perasaan Dewi rasa cinta.
Tapi kemudian dalam hati Mahesa sakti tidak enak juga membisu seperti itu, apalagi suasana malam yang hening dan berdua saja dibilik kamarnya, dan hanya suara binatang malam yang terdengar. Sedangkan guru serta kakak-kakaknya sudah terbang kealam mimpi mereka masing-masing di ruang besar milik gurunya.
"nona mau minum?" tawar Mahesa sakti ragu. "hmmm untuk menghangatkan badan supaya tidak dingin?" Mahesa Sakti coba mengalihkan pembicaraan.
Dewi rasa cinta hanya mengangguk kecil, ia sedikit heran. Walaupun dirinya belum pernah mencoba memakan atau meminum sesuatu yang berasal dari bumi, sedang dinegrinya Dewi rasa cinta hanya meminum sari Bunga Cinta.
Tapi entah mengapa setelah Dewi rasa cinta diturunkan ke Maya pada punya rasa haus juga lapar.
Mahesa sakti berlalu dari tempat tidur menuju kedapur, sesampainya didepan pintu kemudian Dewi rasa cinta berkata. "kuharap andika jangan memanggilku nona, panggil saja namaku Dewi rasa cinta!"
Mahesa sakti tidak menoleh, setelah sampai diluar pintu kamarnya Mahesa saktipun menjawab. "baiklah nona! tapi kuharapkan juga nona jangan memanggilku andika lagi, panggil saja namaku Mahesa sakti!" sambi berlalu dari tempat itu.
Sementara didalam kamar, Dewi rasa cinta menjadi bingung, entah apa yang difikirkannya?
"aku harus memanggil dia apa ya, ataukah harus memanggil kakang? tapi aku bukan adiknya ataupun saudaranya, tapi kata ibundaku dulu beliau setelah turun kedunia juga memanggil kakang pada seseorang. Tapi biarlah akan aku coba" gumamnya dalam hati.
Sesaat kemudian Mahesa sakti datang membawa minuman. "ini nona minumannya" ucap Mahesa sakti menyodorkannya kearah Dewi rasa cinta.
Gadis itu hanya terdiam memandanginya, tapi kemudian ia mencium sesuatu dari minuman yang dibawa oleh Mahesa sakti.
'hmmm harum sekali minuman ini. Seperti aroma sari Bunga cinta, tapi ada sedikit hawa panasnya!' bisik hatinya.
"kenapa nona diam! apa nona takut aku meracunimu, atau nona curiga pada ku?" kata Mahesa sakti karena Dewi rasa cinta diam saja.
"sudah aku bilang, panggil namaku saja, bukan nona" ingatnya.
"Maaf Dewi, kalau kamu tidak suka aku panggil nona. Sekali lagi aku minta maaf padamu! tapi apakah kamu juga menolak minuman ini?"
"bukan begitu, dinegriku sebelumnya aku belum pernah minum sesuatu yang berasal dari bumi ini!" jelas Dewi rasa cinta pada Mahesa sakti.
Mahesa sakti hanya mengangguk-angguk saja mendengar penuturan Dewi rasa cinta.
"oh,,, begitu. Ini cuma wedang jahe Dewi, ku beri gula merah, ku campur dengan madu. Kalau kamu tidak mau tak apa-apa" balasnya, sekaligus menjelaskan minuman yang kini dibawanya.
"baiklah. Aku akan mencobanya minuman ini?" ucap Dewi rasa cinta agak ragu, sehingga membuat hati Mahesa sakti gembira.
Sedangkan Mahesa sakti membawa minuman wedang jahenya dua buah gelas yang terbuat dari bumbung bambu.
(bersambung)
Dewi rasa cinta mengambil salah satu minuman itu dan meneguknya kemudian agak terkejut karena muludnya sedikit panas lalu cairan itu masuk ke kerongkongannya menuju perutnya, sesaat kemudian tubuh dan wajahnya bersemu merah. Lalu meneguknya kembali wedang Jahe buatan Mahesa sakti.
Mahesa sakti yang melihat hal itu sambil tersenyum kecil. "kenapa? Apakah tidak enak wedang jahe buatanku ini?"
Dewi rasa cinta hanya meminum saja tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Mahesa sakti, kemudian minuman yang ditangannya diminumnya sampai habis.
Mahesa sakti hanya memandangi tingkah laku Dewi rasa cinta. "sudah habis ya. Enak tidak? kamu apa mau ini, tapi sudah ku minum satu teguk dan apa kamu mau sisa orang yang jelek begini?!"
Dewi rasa cinta hanya tersenyum mendengar ucapan Mahesa sakti yang begitu merendahkan diri.
"Kenapa Dewi malah tersenyum, memangnya ada kata-kataku yang lucu?" celutuk Mahesa sakti bercanda.
Dewi rasa cinta hanya tersenyum kecil.
Lalu kemudian keduanya sama-sama diam sehingga suasana hening kembali...
"bener tidak mau nih?" tawar Mahesa sakti karena tidak tahan dalam kebisuan.
Dewi rasa cinta hanya mengangguk tidak mau menjawab.
Lalu Mahesa sakti menyodorkan gelas yang ada ditangannya kearah Dewi rasa cinta.
Dewi rasa cinta pun mengambilnya. Akhirnya keduanya pun saling berpandangan....
Mulud memang diam tapi hati mereka saling berkata...
'Mahesa sakti ini sangat tampan dan gagah seperti ayahandaku!' puji hati Dewi rasa cinta.
Begitu pula Mahesa sakti. 'Dewi rasa cinta ini cantik luar biasa! apa mungkin dia ada perasaan denganku. Kakangku JAKA PERKASA lebih tampan dan gagah dariku sekalipun kulitnya tak seputih aku, sawong matang, pasti dia lebih tertarik pada kakakku dari pada aku' bisik hatinya menduga.
Dewi rasa cinta cepat-cepat mengambilnya dari tangan Mahesa...
Karena Dewi rasa cinta tidak kuat lama-lama memandang lalu memalingkan wajahnya kearah jendela yang saat itu masih terbuka sambil memandang langit yang nampak yang saat itu bulan sepenggalan akan lenyap dibalik Cakrawala.
"ohhh,,,!" desah Dewi rasa cinta gelisah. "waktuku akan habis. Bagaimana ini, apakah aku harus memberitahukan hal sebenarnya tentang diriku? Tidak mungkin aku menceritakan hal sebenarnya tentang diriku padanya. Tetapi kalau tidak, apa alasanku untuk pergi dari sini, sedang Mahesa sakti masih disini" gumamnya sambil berfikir Dewi rasa dengan perasaan penuh kekhawatiran, dan juga sambil meneguk meminum yang ada ditangannya yang masih separuh.
Sementara Mahesa sakti juga ikut-ikutan memandang kearah keluar jendela kamarnya sambil berbisik hatinya. 'Kenapa Dewi rasa cinta ini menjadi bingung setelah melihat kearah keluar jendela. Sepertinya dia memandangi bulan sepenggalan yang sebentar lagi akan leyap itu! dan kurasa ada sesuatu yang dia sembunyikan?'
"Dewi kenapa kamu seperti bingung dan khawatir begitu setelah memandang kearah bulan yang akan leyap itu?" bertanya Mahesa sakti karena Dewi rasa cinta tetap bingung serta diam.
"tidak ada apa-apa. Aku,,, aku cuma meminta tolong padamu, apakah kamu mau Mahesa?" pinta Dewi rasa cinta.
(bersambung)
Kini Mahesa sakti yang dibuat bingung? "ya, tapi pertolongan apa yang kamu butuhkan?"
"sebenarnya,,," Dewi rasa cinta ragu, tapi ketika melihat Bulan yang akan tenggelam hatinya bertambah khawatir.
"waktuku akan habis tinggal di Maya pada ini. Ibundaku memberi waktu kepadaku hanya semalam saja. Jika bulan sepenggalan itu lenyap maka aku harus kembali keduniaku. Jika tidak, maka bahaya akan mengancam diriku dan keselamatanku, akan terancam. Lagi pula ibundaku berpesan 'Dewi anakku, jika kamu turun kealam manusia, jika yang kamu temui pertama kali seorang wanita, dia harus menjadi adikmu dan jodohmu masih lama. Jika dia seorang lelaki maka itulah jodohmu' itulah pesan ibundaku, ketika aku akan turun ke Maya pada!" tutur Dewi rasa cinta kepada Mahesa sakti, menatapnya lekat.
"mungkinkah aku ini menjadi jodohmu. Itu sesuatu yang mustahil bagi diriku, Dewi?!" jawab Mahesa sakti tak percaya.
"tapi itu adalah suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri lagi!" sergah Dewi rasa cinta.
Lalu...
"bolehkah aku memanggilmu kakang?" suara Dewi rasa cinta mulai agak merendah.
"memanggil apapun aku mau, yang penting panggilan itu tidak menyakitkan hati ataupun menyinggung perasaan. Ku rasa panggilan itu tidak salah, karena ku rasa, aku lebih tua sedikit dibabdingkan dirimu!" canda Mahesa sakti.
"eh kenapa masalah panggil memanggil harus dipermasalahkan?" kata Mahesa sakti lagi, tersenyum dipaksa.
Kemudian Dewi rasa cinta berkata lagi. "dan ku harapkan kepada kakang Mahesa agar pertemuan kita ini menjadi RAHASIA!" pinta Dewi rasa cinta.
"maaf kan aku kakang! waktu tidak banyak lagi sebelum aku pergi. Sebenarnya aku ini adalah dikatakan Jin bukan, manusia juga bukan, karena ayahandaku berasal dari alam manusia, sedangkan ibundaku berasal dari golongan Jin. Aku juga berpesan, jika kakang dalam bahaya maka aku akan datang!" pesannya.
Kemudian Dewi rasa cinta turun dari ranjang milik Mahesa sakti dan melangkah perlahan keluar bilik pondok Mahesa sakti...
",,, dan sekali lagi, maafkan aku kakang, aku juga berterima kasih kakang telah menolong aku serta membuatkan wedang jahe yang kurasa dinegriku tidak ada! juga mungkin aku merepotkan kakang"
dan kemudian keluar dari pintu menuju kearah halaman rumah.
Mahesa sakti mengikutinya dari belakang, tiada kata-kata yang terucap dari mulutnya. Entah mengapa Mahesa sakti begitu berat melepaskan Dewi rasa cinta pergi, seperti ada sesuatu yang hilang.
"Dewi,,, aku tidak dapat memberimu apa-apa setelah kamu pergi dari sini. Hanya, terimalah minyak wangi ini sebagai tanda dari diriku. Mungkin aku akan selalu mengenang. dirimu" ungkap Mahesa sakti sambil menarik nafas berat.
Dewi rasa cinta terharu mendengar penuturan Mahesa sakti yang begitu tulus, tak terasa dari sudut matanya menetes butiran-butiran bening, itulah air mata. Lalu memeluk tubuh Mahesa sakti.
Dan keduanya pun tenggelam dalam lamunannya masing-masing!
Lalu terdengar kokok ayam jantan mengejutkan keduanya. Keduanya saling melepaskan pelukan.
"kakang ini saatnya aku harus pergi. Selamat tinggal kakang!" ucap Dewi rasa cinta, lalu kemudian Dewi rasa cinta mendongak keatas dan perlahan-lahan tubuhnya terangkat lalu memandang kearah kearah bulan sepenggalan yang akan leyap.
Lalu kedua tangannya diletakkan didepan dada sambil kedua telapak tangannya disatukan. Dengan tubuh masih melayang...
Tiba-tiba tubuh Dewi rasa cinta memancarkan sinar keperakan dan dari belahan telapak tangan Dewi rasa cinta yang disatukan didepan dadanya juga muncul membersit sinar keperakan.
Lalu dengan cepat sinar keperakan yang berasal dari tubuh dan telapak tangannya itu langsung menuju kearah bulan sepenggalan seperti membuat alur, sementara bulan sepenggalan itupun menyambut sinar keperakan milik Dewi rasa cinta, sehingga kedua sinar itu saling bersatu dan terhubung bagaikan sebuah tali raksasa yang berwarna keperakan.
Kemudian Dewi rasa cinta sekali lagi menoleh memandang kearah Mahesa sakti yang sejak tadi memandangi gerak-geriknya sambil melambai-lambaikan tangannya.
"sampai ketemu lagi kakang!" kata Dewi rasa cinta.
Mahesa sakti menyambuti lambaian itu, dia juga melambaikan tangannya...
Namun tiba-tiba tubuh Dewi rasa cinta lenyap dari pandangan mata Mahesa sakti, hanya sinar keperakan yang masih ada seperti tali raksasa, namun anehnya tiba-tiba sinar itu menuju kearah bulan sepenggalan yang akan lenyap. Akhirnya sinar itu pun lenyap bersama lenyapnya bulan sepenggalan dicakrawala.
Mahesa sakti hanya bisa menghirup nafas panjang lalu menghempaskan. Kemudian berlalu dari tempat halaman luas itu tapi kemudian dia berhenti lalu mendongak keatas kearah Pohon jambu monyet.
"mana sinar putih yang berubah menjadi gulungan rontal itu? Aneh,,, kenapa tidak ada dibatang pohon itu?" bisiknya, berpikir heran.
Lama juga Mahesa sakti memandangi sambil mencari, tetapi tak ada juga!
Karena apa yang dicarinya tak ada, kemudian Mahesa sakti beranjak dari tempat itu, dia sudah tidak memikirkan apa-apa lagi.
Apalagi tentang Dewi rasa cinta yang baru saja pergi dari tempat itu menuju kealamnya.
Yang ada didalam fikirannya adalah perkara dapur yang harus diselesaikan.
(bersambung)
Salam penuh kasih buat:
@lulu_75 @Adi_Suseno10 @DoniPerdana @Arie_Pratama
Terima kasih!
-
mention ya kalau updet lagi..thanks seblmnya
Pagi pun menjelang, kicau burung bersahutan-sahutan...
Menambah semarak pagi yang terlihat begitu cerah, Mentari pagi bersinar lembut keemasan diufuk Timur...
Mahesa sakti yang semalaman tak tidur masih sibuk didapur,,,
"wah beras di Tempayan habis! aku harus mengambil persediaan berasa yang ada dibawah atap rumah, yang letaknya diatas papan!" gumam Mahesa sakti melihat wadah berasnya tanpa sisa lagi.
Kemudian Mahesa saktipun naik keatas ranjang agak besar tempat segala barang dapur.
Untuk mengambil beras yang berada diatas papan dibawah atap...
"wah Tempayan ini masih penuh dengan beras. Untung masih ada beras, kalau tidak bisa makan singkong lagi?!!" bisik hatinya. Menatap persediaan beras masih cukup banyak, ia tersenyum bahagia.
Mahesa sakti meraba-raba wadah Tempayan yang penuh berisi berasa itu, lalu dengan hati-hati mengambilnya untuk diturunkan, dan ketika sudah dipinggiran akan diturunkan kebawah, tiba-tiba sebuah benda seperti gulungan rontal terjatuh menganai wajahnya, lalu benda seperti gulungan rontal itupun jatuh kelantai dan tak menimbulkan suara apa-apa.
Sedangkan Mahesa sakti sendiri hampir terjatuh dari ranjang dapur, tetapi untung masih bisa menjaga keseimbangan.
"untung saja tidak jatuh! kalau jatuh, wah,,, bisa gawat. Bisa-bisa Tempayan wadah beras ini bisa hancur?!" pikir Mahesa sakti dengan dada berdebar.
Lalu Mahesa sakti turun hati-hati dari ranjang dapur sambil mengangkat Tempayan beras untuk diletakan diranjang dapur agar enak mengambilnya.
"kemana benda yang terjadi tadi? seperti gulungan rontal, dan seperyinya kulihat sekilas jatuhnya dekat dengan kaki ranjang?" gumamnya sambil memandang berkeliling kearah lantai.
Pandangan mata Mahesa sakti berhenti! ia melihat sebuah gulungan Rontal. Lalu berjalan menghampirinya, Ia menundukkan tubuh bermasud mengambil benda itu, ia teringat kejadian semalam, sewaktu ia beradu pukulan dengan gurunya Sedanu rata.
Akibat beradu kedua pukulan mililnya dan gurunya, batu yang berada dekat pondok hancur! dan dari hancuran batu itu muncul sinar putih menancap disebuah batang Pohon jambu moyet, lalu berubah menjadi sebuah gulungan Rontal.
"Aneh? rasanya gulungan rontal ini sama seperti yang diatas batang jambu monyet, dan lagi,,, Aneh, kalau sampai gulungan rontal ini bisa sampai kemari?" pikir Mahesa sakti yang dipenuhi berbagai pertanyaan.
Dan kemudia tanpa ragu lagi Mahesa sakti mengambil gulungan rontal yang tergeletak dilantai, Ia agak sedikit terkejut setelah memegang rontal itu. Ada hawa hangat yang masuk melalui telapak tangannya lalu perlahan-lahan menjalar keseluruh persendian tubuhnya.
"mengapa tiba-tiba setelah memegang benda ini ada rasa hangat memasuki seluruh tubuhku, dan tubuhku menjadi ringan sekali bagai tak mempunyai bobot apa-apa?!" tapi kemudian tanpa berfikir panjang lagi Mahesa sakti berlalu dari dapur, menyembunyikan gulungan rontal dibalik pakaiannya, sambil berlari menuju halaman. Dalam sekejab ia sudah berada dihalaman lalu memandang berkeliling.
Betapa terkejutnya Mahesa sakti ketika melihat, mendapati batu besar yang semalam hancur berkeping-keping jadi debu, kini terlihat sudah utuh kembali, bahkan batu itupun tak bergeser dari tempatnya.
"akh, kenapa batu besar itu masih utuh. Padahal jelas, bahwa tadi malam batu besar itu hancur terkena pukulanku dan juga guruku?!"
Lalu kemudian Mahesa sakti mendekati batu besar itu, dan memeriksanya, lalu tangannya meneliti batu besar itu, ternyata tak ada bekasnya lagi, apalagi retak. Baik pukulannya maupun pukulan gurunya Sedanu rata menganai batu itu.
ron artinya daun, tal = pohon tal, siwalan.
penulisan manuskrip kuno sebelum ada kertas menggunakan daun tal (siwalan) atau rontal/lontar. di Bali penggunaan lontar masih ada sampai sekarang.
mengenai penyebutan rontal bisa menjadi lontar, mirip penyebutan jalur/lajur.