It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Jaka perkasa pun heran, mengapa dirinya tidak kuat memandang tatapan Mahesa sakti sehingga mengalihkan pandanganya. Seperti ada sesuatu hal yang lain didiri Mahesa sakti.
"maaf kakang! Pekerjaanku semua sudah beres!" jawab Mahesa sakti kemudian, dengan tenang.
"baiklah. Aku akan keluar! Tolong jaga guru sebentar... aku mau melihat adik-adik seperguruan berlatih"
Setelah berkata demikian Jaka perkasa beranjak dari ranjang gurunya sambil melirik kearah Mahesa sakti lalu memberi salam gurunya.
"maaf guru, aku mau melihat dulu latihannya!" kata Jaka perkasa.
"pergilah Jaka, dan selesaikan latihannya. Ajak adik-adikmu untuk sarapan" ucap Sedanu rata, lirih.
"baik guru!"
Setelah itu Jaka perkasa meninggalkan bilik gurunya bersama Mahesa sakti menuju halaman rumah tempat latihan para murid- murid perguruan Karang Merah.
Sementara Mahesa sakti hanya diam saja, karena gurunya juga terdiam, dia merasa tidak enak didiamkan seperti itu, tapi tiba- tiba gurunya Sedanu rata terbatuk- batuk sambil memegangi dadanya.
"maaf. Apakah guru tidak apa- apa?" kata Mahesa sakti.
"entahlah Mahesa? Kesehatanku akhir-akhir ini agak menurun. Aku sendiri tidak mengerti?"
"boleh aku menyalurkan tenaga dalamku kepadamu guru" pinta Mahesa sakti, agak khawatir.
Sedanu rata hanya terdiam saja mendengar kata- kata Mahesa sakti, kemudian mengangguk perlahan.
Lalu Mahesa sakti mendekati ranjan gurunya dan duduk bersila dibelakang gurunya.
Mahesa sakti mulai meletakkan kedua telapak tangannya yang disatukan didepan dadanya. Dia tidak menempelkan kedua telapak tangannya dipunggung gurunya. Sesaat tubuhnya bergetar!
Sedanu rata heran dibuatnya, karena telapak tangan Mahesa sakti tidak menempel dipunggungnya, dia hanya terdiam dan memejamkan matanya sambil mengatur nafasnya.
Sedanu rata tidak tahu kalau Mahesa sakti telah melakukan semedi yang ada didalam kitab "Hati Suci".
Dan perlahan- lahan tubuh Mahesa sakti mengeluarkan asap putih. Semakin lama asap itu menebal dan membungkus tubuhnya.
$$$$
Sementara Jaka perkasa yang melihat latihan adik seperguruannya telah menyelesaikan latihannya, nampak begitu letih...
"sudah cukup latihannya! Sekarang kalian boleh membersihkan badan lalu sarapan. Biar aku melihat keadaan guru terlebih dahulu, nanti aku menyusul kalian" ucap Jaka perkasa mengakhiri latihan yang telah dilakukan oleh adik- adik seperguruannya tanpa bimbingannya juga gurunya.
"baik kakang"
Semuanya hampir serentak menjawabnya. Semua para murid pun bubar dari pusat latihan menuju ke telaga Air merah. Hingga halaman yang luas itupun menjadi lengang.
Jaka perkasa berlalu dari tempat itu menuju kebilik gurunya.
"kenapa sepi, dimana guru dan adik Mahesa? Apa mereka keluar?. Tapi tidak mungkin kalau mereka keluar. Biasa guru selalu berpesan dan memberitahu kalau keluar dari padepokan,,"
Kemudian Jaka perkasa perlahan mendekati bilik gurunya yang agak terbuka, ada rasa penasaran yang menggelitik hatinya.
Dan betapa terkejutnya Jaka perkasa karena melihat tubuh Mahesa sakti telah diselimuti asap putih sedang gurunya Sedanu rata duduk bersila didepan Mahesa sakti.
"aneh sekali. Mengapa tiba- tiba tubuh Mahesa telah diselimuti asap putih? Sungguh menakjubkan sekali!? Dari mana dia mendapat ilmu seperti itu? Lagi pula guru tidak pernah mengajarkan ilmu semacam itu, bisa mengeluarkan asap?" gumam Jaka perkasa, sangat keheranan sekaligus takjub.
Jaka perkasa hanya diam didepan pintu sambil memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Mahesa sakti.
Entah bagaimana Mahesa sakti melakukannya? Tiba- tiba asap putih yang menyelimuti tubuhnya kemudian terangkat keatas serta menempel diatas atap, lalu perlahan- lahan turun dan kemudian menyelimuti tubuh Sedanu rata, gurunya.
Sedanu rata sendiripun tidak mengerti dan setelah menyadarinya, tiba- tiba seluruh tubuhnya sampai urat nadinya dijalari oleh hawa hangat yang luar biasa dan perlahan- lahan rasa sakit yang dirasakannya serta merta sirna.
"Aneh,,, mengapa tiba- tiba ada hawa hangat yang menjalar keseluruh tubuhku? Dan rasa sakitku juga lenyap! aku merasa baikan?!" pikir Sedanu rata.
Perlahan- lahan asap yang menyelimuti tubuh Sedanu rata pun telah lenyap, entah kemana?
Sedangkan Mahesa sakti sendiri sudah tak ada ditempatnya, entah kemana? bersamaan sirnanya asap putih yang menyelimuti ruangan.
Jaka perkasa yang melihat hal itu berdecak kagum sekaligus kaget bukan kepalang karena sebelumnya selalu memandang kearah gurunya lalu memandangi dibelakang gurunya.
"luar biasa sekali! Tubuh guru tiba-tiba bersemu merah, tidak pekat lagi seperti pertama kali tadi. Tapi dimana adik Mahesa? Mengapa tiba- tiba dia lenyap. Aneh sekali,,,?" desah Jaka perkasa.
Kemudian Jaka perkasa pun masuk untuk memberitahukan hal tersebut.
"maaf guru, apakah guru melihat adik Mahesa?"
Mendapat pertanyaan seperti itu Sedanu rata kemudian membuka matanya lalu memandang kearah Jaka perkasa lekat.
Sedanu rata terkejut mendengar pertanyaan dari Jaka perkasa, lalu memamdang kearah belakang.
"mungkin dia sedang keluar dan tidak sempat untuk pamitan serta mengucapkan salam" jawab Sedanu rata.
"tapi guru?!"
"Sudahlah Jaka!" potong Sedanu rata, membuat Jaka perkasa kemudian diam.
"Bagaimana latihannya?. Apa sudah mengalami peningkatan Jaka?" tanya Sedanu rata kemudian.
"maaf guru! kini sudah jurus kelima puluh tingkat pertama!" jelas Jaka perkasa.
"bagus kalau begitu! Ku harap besok tingkat pertama sudah selesai. Aku akan melihat latihan kalian!" tutur Sedanu rata.
"iya guru!. Apakah kini guru sudah merasa lebih baik?" tanya Jaka sakti.
"sudahlah. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan keadaanku, aku sudah sembut berkat bantuan Mahesa!" ungkap Sedanu rata karena tubuhnya kini terasa lebih baik dari pada sebelumnya.
"kalau begitu aku mohon diri dulu guru. Aku akan menyusul adik- adik untuk membersihkan diri" pamit Jaka perkasa berlalu dari tempat bilik gurunya.
Sedanu rata menganguk pelan! Jaka perkasa berlalu dari bilik milik gurunya menuju ke telaga Air merah.
Didalam biliknya, Sedanu rata pun berpikir tentang keanehan yang terjadi pada diri Mahesa sakti, begitu juga saat sedang mengobati luka dalamnya.
"Akhir- akhir ini aku merasa heran, mengapa Mahesa bisa memiliki tenaga dalam yang luar biasa,,dan juga waktu mengobatiku tadu aku merasakan tenaga dalam yang mengalir dalam tubuhnya tiada henti, sehingga aku sudah sembuh. Dan juga kenapa dia pergi meninggalkan aku setelah mengobatiku, juga langkah- langkahnya tidak terdengar?!" gumam Sedanu rata menelan keheranannya. kemudian perlahan- lahan Sedanu rata pun tertidur dalam bersila, mungkin karena terlalu banyak berfikir lalu yang terdengar hanya desah nafasnya yang teratur.
$$$$
ditunggu lanjutan nya ts
Sementara itu Jaka perkasa yang akan menuju ke telaga Air merah mengurungkan niatnya untuk membersihkan badannya karena didalam ruangan dapur terdengar derai suara tawa yang ramai.
"Ada apa mereka semua tertawa?. Coba aku lihat, siapa tahu adik Mahesa juga ada disana? Sekalian aku juga aku akan sarapan, aku merasa lapar"
Jaka perkasa hati- hati menuju ruangan dapur!
Sementara didalam ruangan Mahesa sakti hanya tersenyum- senyum saja melihat polah tingkah para kakak seperguaannya, namun tiba- tiba pendengarannya mendengar suara langkah kaki menuju tempatnya berada serta kakak-kakaknya berada, dia hanya diam saja.
"kakang kedua, coba kamu lihat buburnya, siapa tahu gosong? Bisa gawat! itu kan untuk guru. Sekalian aduk ya kakang!" pinta Mahesa sakti.
Yang disebut kakang kedua oleh Mahesa sakti kemudian meletakkan piringnya yang terbuat dari tanah liat diatas meja lalu melihat KENDIL (berbentuk kuali yang terbuat dari tanah liat juga) yang untuk membuat bubur. Bau harum pandan juga gula merah terbuat dari Aren mengebul dari kuali saat dibuka oleh kakak kedua.
"kakang Sejani, itu untuk guru. Nanti ya kalau guru sudah aku ambilkan. Bubur itu belum tanak benar. Dan lagi aku membuatnya cukup banyak!" jelas Mahesa sakti, sambil tersenyum bersahaja.
Sejani mukti hanya diam saja lalu meletakkan gayung itu kemudian duduk kembali dikursi meja makan.
"kakang marah padaku ya, karena tidak aku izinkan?" sindirnya melihat wajah Sejani mukti yang ditekuk, nampak imut.
Ketika Sejani mukti akan bicara Jaka perkasa sudah masuk tanpa permisi dan agak terkejut melihat Mahesa sakti diantara para adik seperguruannya.
Lalu Mahesa sakti mengambilkan piring untuknya...
"ini kakang piringnya. Semua sudah kusiapkan dimeja makan" ucap Mahesa sakti menunjukkan.
Jaka perkasa lalu menerima dan hanya diam saja sambil memandangi Mahesa sakti. Ditatap seperti itu Mahesa sakti jadi bingung dibuatnya...
"kenapa kakang memandangiku dengan perasaan heran?"
Mahesa sakti merasa tidak enak dan semakin heran.
"Sejak kapan adik berada diruangan ini?" tanya Jaka perkasa membuka ucapannya yang sejak tadi hanya diam serta menatapi saja Mahesa sakti yang jadi kebingungan dibuatnya.
"su- sudah agak lama kakang" ucapnya berusaha menyembunyikan perasaannya.
"Dan juga aku membuatkan bubur untuk guru. Tanya saja pada kakang Sejani" ungkap Mahesa sakti.
Lalu Jaka perkasa memandang kearah Sejani mukti yang duduk santai dikursi panjang, sedangkan yang lainnya sudah pergi meninggalkan ruangan menuju telaga Air merah dan yang tinggal berlima saja.
"Sejani, Apa benar yang dikatakan Mahesa?" seru Jaka perkasa agak keras.
"sudah kakang! Bahkan sebelum kami semua masuk diruangan ini adik Mahesa sudah berada didalam sedang mengelap piring serta gelas untuk kami. Ada apa kakang?" terang Sejani mukti sambil minum lalu dihapusnya dengan punggung tangannya karena ada bekas sisa makanan dan minuman disudut bibirnya.
"tidak! Aku percaya dengan kalian!" Jaka perkasa lalu meletakan pirulingnya diatas meja dan meninggalkan ruang dapur.
"kenapa kakang tidak jadi makan?" Mahesa sakti tidak mengerti dengan sikap Jaka perkasa.
"nanti saja setelah selesai mandi, aku akan makan" sahut Jaka perkasa, kemudian berlalu.
Kemudian Mahesa sakti hanya terdiam. Entah mengapa ada perasaan yang mengganjal dihatinya dan wajahnya tiba-tiba menjadi sendu. Hatinya menjadi sedih lalu terduduk ditepi ranjang dapur sambil menutupi wajahnya.
Sementara kakak kedua, ketiga dan keempat yang berada didalam ruangan menjadi prihatin melihat sikap adiknya yang tiba- tiba menjadi murung dan diam.
Salam penuh kasih buat:
@lulu_75 @Adi_Suseno10 @DoniPerdana @Arie_Pratama
@abyyriza @adinu
Terima kasih!