It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Lah kan udah dijawab....
Tuh...
Di senja hari, aku sibuk membantu Ibu' menyiapkan beberapa hal yg perlu dipersiapkan, untuk membuka warung disamping rumahku..
Membuat adonan Mendoan, Menusuk-nusuk daging Kambing, Membuang sisik ikan, dan-lain lain. Biasanya Mbak Pun yg membantu Ibu', tapi karena Mbak Pun sedang sakit, jadi aku lah yg menggantikannya membantu Ibu'. Kasian Ibu' jika harus berkutat sendirian di Warung, apalagi gerimis-gerimis seperti ini semakin banyak saja Nelayan-nelayan yg singgah untuk mampir, pun jika itu sekedar untuk ngopi dan ngemil gorengan.. Yah, itung-itung juga nyari perhatian tetangga dan orang-orang, biar aku di cap anak yg rajin gitu, hehe.. Dengan menunjukan diri sebagai anak rajin seperti ini, selain dapat pujian, biasanya juga aku dikasih uang sama temen-temen bapak yg mampir ke sini. Hehe..
"wes mbak (sudah mbak)" Bapak-bapak itu sudah selesai dengan makannya.
"12.000 mawon pak (Dua belas ribu aja pak)"
Bapak-bapak itu memberikan uang lembaran 20.000an, lalu kemudian dia langsung beranjak berdiri dan ingin pergi..
"eh pak, niki susuk'e (eh pak, ini kembaliannya)" sergah Ibu'.
"Mboten usah mbak, gawe jajan bintang wae (ga usah mbak, buat jajan Bintang saja)"
See? Belum apa-apa aku udah dikasih uang kembalian. Tapi,,, uang kembalian itu ya tetep masuk ke laci meja, dan bukannya dikasih ke aku Hhh. Pak, pak, lain kali kalo mau ngasih duit, langsung keorangnya aja napa? Hehe
Mas'ku sendiri sedang ditambak dengan Bapak, biasanya mereka akan menginap digubuk. Hanya untuk berjaga-jaga saja, kalau-kalau ada tangan-tangan iseng yg mencoba mencuri Ikan-ikan dan udang kami. Jadi hanya ada aku dan Ibu' dirumah..
"kendel'ee (rajinnya)"
Aku yg sedang jongkok didepan tungku api, menoleh untuk melihat siapa yg bicara dibelakang. Dan ternyata itu Mas Dikin.. Rambut gondrongnya ia ikat, aku kira Mbak Pun tadi, lha kalo mbak Pun kok ya suaranya ngebas banget.. Haha
"woi mas, rak tau tumon (Mas, Ga pernah keliatan)" balasku.
"sibuk Tang.. Akeh pesenan Jareng"
"hallah alesan".
Mas Dikin kemudian duduk dikursi panjang yg memang disediakan untuk pembeli..
"prei Kin? (libur Kin?)" sapa Ibu'ku pada mas Dikin.
"nggeh bude (iya budhe)"
"sotone mawon setunggal budhe (sotonya aja satu budhe)" lanjutnya.
"maem kene po beto wangsul? (makan sini apa bawa pulang?)"
"mriki mawon lah (sini aja lah)"..
Kutinggalkan kerjaanku dan ikut duduk dengan Mas'Kin.
"mas, enko bengi nginep nggonku yo, aku ng umah ijen (mas, ntar malem nginep dirumahku yo, aku dirumah sendirian)" ajakku pada Mas'Kin.
"waduh, piye nek kowe wae nginep ng Mas, mas yo ijen ng umah. (gimana kalo kamu aja yg nginep dirumah mas, mas juga sendirian."
"sng bener? oke-oke sip."
Aku kemudian minta ijin ke Ibu' untuk menginap dirumah Mas Dikin, diluar duga'an ibuk malah mengijinkan.. Ibu' memang yg terbaik, beda sekali dengan perangai Bapak hh. Ibu' memang orangnya woles, nyante, bahkan saking santai nya, keliatan kayak dia itu ngga peduli sama aku. Tapi aku malah suka, dibanding dgn bapak yg keterlaluan Posesif nya, ngelarang ini ngelarang itu, banyak aturan.
Kembali kubantu ibuk dibelakang, sesekali kutengok Mas'kin yg sedang lahap menyantap Soto buatan Ibu'ku. Kugoda saja dia..
"Piye mas? Mantap toh? (gimana mas? Mantep kan?)"
Dia yg sedang makan hanya meringis dan mengacungkan jempolnya saja. Haha
Kupastikan lagi tentang rencana menginapku padanya, dan dia memastikan akan mengajakku ke pasar malam dikampung sebelah..
"wah tenan lho mas, (wahh beneran lho mas)"
Saking senangnya aku, kucelupkan saja satu bakwan ke mangkuk sotonya. Bakwan gratis sebagai tanda kepastian kalau yg dia ucapkan itu jangan omong kosong belaka..
Melihat itu, Ibu' hanya senyum-senyum saja.. Malah mas Dikin yg merasa tidak enak dan ingin mengembalikan bakwan itu ke tempat semula..
"wes ma'emo Kin, bakwane mboten budhe ditung (udah, makan Kin, tenang, bakwannya ngga budhe hitung hehe" celetuk ibu'..
"Wkwkwk, aseekk entar malem ke pasar malem.. "
Pukul 17:16. Hari mulai petang, kulihat Warung ibu' semakin ramai saja. Aku sendiri sudah selesai membantu Ibu' sejak jam setengah lima tadi.
Sekarang aku tengah bersiap-siap untuk ibadah di Langgar (Mushola) setelah sebelumnya aku sempat mandi. Sederhana saja seperti layaknya orang yg ingin pergi ke Surau, kukenakan Baju Koko putih, sarung kotak-kotak (yg juga satu-satunya sarung yg ku punya) dan peci hitam guna menyanggah rambut depanku agar sujudku tetap sah saat ibadah nanti. Kuambil sajadah lalu keluar rumah..
Adzan Maghrib memang masih beberapa menit lagi. Kuputuskan untuk keluar saja, melihat anak-anak lain bermain Gundu (Kelereng) agar saat Adzan tiba nanti, aku bisa langsung saja ke surau..
"wheezttt Pak Ustad'e teko (Wheetzz Pak Ustadnya datang)" goda mereka padaku..
Beberapa orang tua yg sedang ngobrol di Pos Kampling juga sempat-sempatnya menggodaku. Mereka bilang aku mau Tausiah dimana? Aku jawab saja kalau aku tidak mau Tausiah, tapi mau marawis'an (rebbana'an) dikampung sebelah. Hhh
Hingga hari benar-benar mulai gelap, teman-temanku yg tadinya asyik bermain kelereng berhamburan pulang kerumah mereka masing-masing.
Suara Khas Adzan pak Sukirman mulai berkumandang. Tidak terlalu merdu memang, tapi yg penting kan niatnya. Niatnya adalah untuk mengajak kaum kita untuk sholat. Tapi ya tetap saja iramanya kemana-mana.. Haha..
Sampainya di Surau, ku menuju ke kamar mandi sebelah surau untuk Kencing dan mengambil air wudhu.. Didalam bilik tempat kencing kulihat ada Abang-abang sedang kencing, dan ternyata dia tetanggaku sendiri, Om Agung. Dia kencing dengan menyingkap kain sarungnya keatas. Sayangnya adalah, 'hal' itu tidak terlihat karena terhalang pembatas Urinior haha. Pembatas Urinior di Surau ini memang cukup tinggi, jadi cukup sulit untuk melihat sesuatu disamping bilik urinior kita Hehe. Lagi pula aku kesini untuk Ibadah dan bukannya melihat-lihat yg seperti itu, hhh.
Ia tersenyum padaku kemudian menyapa
"nguyuh Tang? (kencing Tang?)"
"nggeh Om. (iya om)"
Aku kencing tepat disebelahnya, dan dengan cueknya Om Agung melihat kedalam Bilik Urinior ku. Karena badannya yg tegap dan tinggi, ya mudah sekali untuknya melihat sesuatu disimping uriniornya. Tapi tidak bagiku, aku masih 13th. Aku bisa saja melihat kedalam bilik urinior Om Agung, tapi itu perlu usaha, harus jinjit dan mendongak-dongakkan kepalaku. Lagi pula tidak sopan kan jika itu dilakukan? Hhh.
Dengan santainya, Om agung melongok ke Burungku yg sedang memancurkan airnya. Ia bahkan merangkulku..
"kapan sunat??" tanyanya.
"hh? Mengko om nek preinan (nanti om kalo liburan)" jawabku.
Kita kencing bersebelahan, sambil tangan Om Agung merangkul pundakku.
"sipp enko tak batiri (sip ntar tak temanin)" katanya.
"tapi rak loro si om? (tapi ndak sakit si Om?"
"rak.. Cuman koyo dicokot semut tok"
Yap, jawaban yg klise. Setiap kali aku tanya pada seseorang mengenai sunat, pasti mereka akan jawab bahwa sakitnya hanya seperti digigit semut. Semoga benar hanya seperti digigit semut.
Acara kencing selesai, aku dan Om Agung menuju surau untuk menunggu Iqomat untuk kemudian sholat berjama'ah.
Singkatnya, sang Imam datang, lalu kemudian Muadzin bersiap untuk Iqomat.
Aku sengaja mengambil tempat paling belakang. Aku tidak biasa untuk Dzikir, jadi pasti aku akan mengganggu jika didepan. Karena sehabis sholat biasanya aku akan langsung pulang.
Aku berada pada Shaf paling belakang dengan temanku, Teguh. Didepanku ada abang-abang yg membawa anak lelakinya (mungkin umurnya sekitar 4-5 tahunan). Dan lagi sepertinya anak itu cukup Hyperaktif, dia sholat semaunya dia sendiri, mulutnya juga tak mau diam.. Menganggu saja..
Saat yg lain Sujud anak itu malah berdiri, dan saat yg lain berdiri, anak itu malah sujud terus tak kunjung berdiri. Yah namanya juga anak-anak.
Yg membuatku terhenyak adalah saat Takhyat kedua. Saat abang itu sujud, anaknya malah meremas-remas burung abang itu dari belakang. Abang itu beberapa kali sempat menghalau remasan anaknya itu. Tapi di sujud yg kedua, anak itu melakukannya lagi hh.. Saat ibadah pun masih ada godaan? Ya tuhan!
Melihat tangan bocah itu menyentuh benda itu dari belakang, sepertinya bocah itu hanya memegang bagian buah zakarnya saja.. Besar sekali ukurannya. Merasa jengah terhadap anaknya itu, akhirnya abang itu mendahului duduk, padahal sang imam masih tetap sujud. Hh dasar bocah nakal..
Sedangkan Teguh yg berada disampingku, cekikian saja melihat hal itu.. Hhh.
lalu kemudian Ibadah maghrib pun usai. Abang itu langsung membawa anaknya keluar.. Aga' kasar dia menarik tangan anak itu..
"nek nakal, esok neh usah melu ng langgar (kalo masih nakal, besok lagi jangan ikut ke mushola)"
Dari dalam sini, samar-samar aku mendengar suara abang itu sedikit membentak anaknya.. Jiah gimana lagi? Emang anaknya yg nakal haha..
Biasanya setelah dari Mushola, aku selalu membaca surah Yasin untuk mendo'akan mbahku yg sudah disana, juga Waki'ah, untuk sekedar berdo'a semoga Rezeki Bapak dan Ibu'ku dilancarkan. Sesekali, Al-qu'ran juga aku buka. Tapi untuk sekarang, rasanya malas untuk mengaji. Toh bentar lagi Mas Dikin akan datang jemput. Jadi ya, yg penting isi perut saja dulu.
Pukul 18:15 WIB.
Aku yang sedang makan didepan TV, kaget dengan kedatangan Mas Dikin. Suara kendaraannya tak terdengar olehku. Jadi kupikir dia belum datang..
"Madhang Mas? (makan Mas)" tawarku.
"kok jar madhang, enko tumbas mie ayam ng kono (knapa makan? Ntar beli mie ayam aja disana)"
"porah. Enko ma'em neh yo wetengku jek ngamot (biar. Nanti makan lagi juga perutku masih muat)"
"yo wes lah, ayo cepet. Lhek mankat (ya udah lah, ayo cepat. Terus berangkat)"
Kuhabiskan cepat makanku.
Setelah selesai, aku kebelakang untuk cuci piring. Ibu'ku sendiri tengah sibuk-sibuknya di warung. Tenang, dia dibantu dengan Yuk Sari tetanggaku. Dengan begitu aku tak perlu khawatir kalau-kalau ibu' kerepotan, toh sudah ada yg membantu.
Aku bilang pada Mas Dikin untuk menunggu sebentar, aku mau ganti baju.
Eh malah dia ikutan masuk ke kamarku.hh
"iki kamarmu karo mas'mu Tang? (Ini kamarmu sama mas mu Tang?)" tanyanya
"iyo mas."
Kubuka baju koko ku, kulepas sarungku. Kini aku hanya mengenakan kaos singlet putih saja. Ada persaan nyaman untuk tidak bercelana didepan Mas Dikin. Memang ada sedikit rasa untuk menegang, tapi masih bisa untukku tahan. Hehee Exhibist, how lucky I am.
"ora sempakan Tang? (ga sempak'an Tang?)"
"ora mas. Ora penak"
Aku memang tidak suka memakai celana dalam. Suka nyangkut-nyangkut. Tidak nyaman.
"dinggo sempak'e (pake sempaknya)" perintahnya.
"wegah ah mas. Rak penak (ogah ah mas. Ga enak)" kilahku.
"ora apik kebiasaan koyo ngono. Kie rene tak dinggo'ke (ga bagus kebiasaan kayak gitu. Sini tak pake'in)" Mas Dikin mengambil satu Celana dalam merah marun dilemariku untuk dipakaikannya padaku.
Tapi aku tidak mau, aku tetap menolaknya. Mas Dikin yg tadinya memaksa, akhirnya nyerah juga untuk membujukku. Toh aku memakai sempak atau tidak, apa urusannya dengan dia? Memang aku tidak suka kok dipaksa. Hh
Setelah cukup lama perdebatanku dengan Mas Dikin berlangsung, langsung saja kukenakan kaos hitam dengan celana karet hitam panjang..
Lalu kita keluar, naik kendaraan Honda Supra X 125 milik bapak nya, OTW PM. Uhuuyy
Hhh dinginnya udara malam merasuk kesela-sela kaosku. Apalagi tadi baru saja turun hujan, suasana semakin sejuk saja.
Kendaraan ini terus saja menyusuri jalan setapak yg sedikit becek. Genangan-genangan air juga semakin banyak saja diujung jalan sana. Maklumlah, namanya juga kampung. Kalau jalan aspal ya namanya jalan raya. Tau jalan Vaping? Itu mah adanya dikomplek-komplek.
Setiap jalan di Gang-gang kampung kami memang hanya jalan setapak biasa. Hanya pada jalan-jalan utama saja yg diperbaiki. Itu juga atas bantuan Bupati setempat. Meski begitu, tetap banyak jalan yg berlubang.
"Goce'an Tang. Enko tibo. (pegangan tang, ntar jatoh)"
Aku yg sedari tadi sibuk dengan HP ku, langsung saja kupeluk perut rata Mas'Kin dari belakang. Karena kulihat jalan didepan sana semakin tidak karuan saja.
Pak Presiden.. Pak Presiden.. Ini lho desa-desa terpencil lha mbok diperhatikan toh. Uang negara tak kan habis kok jika hanya untuk memperbaiki jalan-jalan kecil disini. Bapak Bupati mah tidak bisa diandalkan. Ngurus keluarganya saja tau bener atau tidak.. Eh mau ngurus se-Kabupaten. Hh (lha kok malah kritik sosial begini. Hehe sorry-sorry).
Lampu-lampu terang sudah mulai kelihatan dari sini. Tenda Kincir angin dan Wahana biang lala juga sudh terlihat. Sedikit lagi kita sampai di PM. Sangat ramai.. Belum sampai di Lapangannya saja, sudah banyak PKL-PKL yg bejualan dipinggir jalan. Mulai dari penjual minuman ringan (Pop Ice, Cincau, cendol), Martabak, Tahu petis, penjual mainan, bahkan penjual Ikan Cupang juga ada? Untung tidak ada penjual ikan bandeng. Hhh
dan akhirnya,, sampai lah kita di Pasar Malam. Banyak sekali pengunjungnya. Bahkan tempat Parkir juga hampir penuh, mas Dikin saja kesulitan mencari tempat kosong untuk kendaraan nya. Meskipun habis Hujan, dan jalan becek. Tetap saja banyak yg datang kemari. Hebat,, kurang kerjaan banget orang-orang ini. Hahaa