BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Perjalananku * Bintang *

11213141618

Comments

  • Asekk tuh ke PM berdua, macam kencan kan :))

    Ntar nginepnya gimana nih ya~ ;))
  • PM kali ini meriah sekali. Lampu warna-warni berhamburan disetiap wahana. Memang si sederhana, namanya juga PM dikampung hehe. Beberapa besi disetiap wahana itu sedikit ada beberapa guratan karat. Entahlah itu aman atau tidak. Tapi yang pasti, melihat orang-orang itu bersenang-senang. Aku juga jadi ingin ikut-ikutan. Haha

    Beruntunglah aku diajak mas Dikin. Terakhir kali aku melihat PM, saat kelas 3 SD dulu dengan Bapak. Sekarang Bapak mana ada waktu mengajakku ke PM seperti ini. Selain bapak selalu bermalam di Tambak, dia juga pernah bilang kalau aku terlalu dewasa untuk hal seperti ini. Padahal kan aku masih 13 tahun. Burung masih bekulup, pangkal paha belum berambut. Dewasa apanya?


    "meh mangan ndisek po piye? (Mau makan dulu apa gimana?)" tawar mas Dikin.
    "aku meluk wae, trakter yo mas. Hee (Aku ikut saja, traktir ya mas hee)" godaku.
    "gampang.."

    Jiah asek.. Mas Dikin kemudian menawarkan lagi padaku antara mau makan Mie Ayam atau Bakso. Aku bilang 'Bakso saja, biar kita bisa makan dengan Lontong. Orang Indonesia tidak akan kenyang tanpa beras bukan? Hahaa lagi pula, Bakso lebih mahal dibanding Mie Ayam. Kapan lagi kan ditraktir Mas Dikin? Wkwk.


    Saat aku dengan Mas Dikin sibuk dengan Mangkuk Bakso kita masing-masing. Tiba-tiba ada beberapa anak laki-laki dan satu perempuan seumuran mas dikin datang menghampiri kami.

    "Woi.." salah satu diantara mereka menepuk pundak Mas'Kin.

    "Woi, ng ndi wae kowe. (woi, kemana aje lu)" ya kira-kira gitulah bahasa betawinya haha.

    Ternyata mereka adalah teman se-alumni SMA mas Dikin. Mereka akrab sekali, peluk-pelukan layaknya saudara kandung terpisah berpuluh-puluh tahun. Hanya satu mbak-mbak itu saja yang tidak ikut peluk-pelukan. Yah aku tau apa alasannya. Haha pasti takut ada yang ganjel kan? :3


    "ayo kumpul-kumpul, mumpung temu kabeh." ajak salah satu teman Mas Dikin.

    "lha ayo ra," Mas Dikin meng-iyakan.

    Jiah, aku dicuekin. Mas Dikin hendak berdiri, dan yg lainnya juga langsung bergegas untuk meninggalkan kedai Bakso. Terus aku bagimana? Mas Dikin benar-benar seolah-olah lupa jika dia membawaku. Bahkan baksonya juga belum dia habiskan, dia langsung menghampiri mamang bakso untuk membayar Bakso kami. Barulah saat itu mas Dikin sadar jika dia membawaku.

    "eh? Aku gowo adekku wel (eh? Aku bawa adekku)" katanya.

    Aku diam saja, tetap lanjut dengan Bakso ku.

    "iki adimu kin? (ini adekmu kin?)" tanya salah satu teman mas Dikin sembari memegang pundakku.

    "iyo" jawab mas'kin.

    "lahh rak iso pesta, jar gowo adi mbarang kowe kin (jiah ngga bisa pesta, kenapa lu bawa adek segala Kin?)" sahut teman Mas Dikin, perkataannya benar-benar membuatku jengah.

    Tapi aku tetap diam saja, apa yg bisa dikatakan oleh anak umur 13 tahun sepertiku? Bakso'ku kini benar-benar tidak seenak tadi. Kedatangan mereka membuat nafsu makan hilang saja.

    "lha adimu wes gede kok. Dolan dewe kan iso (lha adekmu udah gede kok. Main sendiri kan bisa)" usul teman Mas Dikin lagi.

    Mereka ini benar-benar. Pesta apa memang sebenarnya yg hendak mereka rayakan, sampai-sampai kehadiranku benar-benar dianggap mengganggu. Nonton bokep berjama'ah? Atau mbak satu itu mau digilir rame-rame? Hhh sial.

    "iyo mas, aku iso ndewe. Sng penteng enko balek'e bareng (iya mas, aku bisa maen sendiri. Yg penting nanti pulangnya bareng)" sanggahku pasrah. Dari pada mereka terus berdebat.

    "tenan rak popo? (bener, ngga papa?)" tanya Mas Dikin

    "iyo.." aku berusaha untuk tetap senyum. Setidaknya teman-teman mas'kin ini akan menganggap kalau aku adalah adik yang baik. Haha.

    Yah, mau bagaimana lagi? Meskipun sebenarnya, seharusnya mas dikin tau jika senyumku adalah senyum getir, tapi dia tetap menganggap bahwa aku tidak apa-apa, dan tetap pergi bersama teman-temannya..

    Pergi ke Pasar Malam dengan Mas Dikin, yang seharusnya menyenangkan bagiku. Malah berakhri seperti ini, hehe. Padahal tadi aku membayangkannya saja sudah seneng banget. Ahh Payah lu Tang. Wkwk


    Setelah mas dikin dan teman-temannya keluar kedai, aku tetap sibuk untuk menghabiskan Baksoku. Sembari aku makan, terfikir untuk pulang saja. Ya, aku pulang saja.


    PM ini memang berada di kampung sebelah. Jauh juga jaraknya dengan kampungku. Apa lagi, dibeberapa jalan hanya terhempas luasnya sawah. Takut juga untuk pulang jalan sendiri.

    Kukeluar kedai, berharap ada orang yg aku kenal disini. Dengan begitu aku bisa punya temen disini, sekalian numpang pulang.


    Tapi setelah beberapa kali aku keliling-keliling setiap wahana, tidak juga aku temukan orang yg aku kenal. Kebanyakan orang-orang dan anak-anak kampung sini, jadi banyak yang tidak aku kenal.

    Tapi tunggu. Diseberang jalan pintu masuk PM. Apa itu Pangkalan ojek? Tapi kok ojeknya beda. Didepan motornya ada becaknya. Apa itu salah satu wahana PM ini? Kuputuskan untuk menghampiri kumpulan Bapak-bapak itu.


    "nyuwun sewu pak, niki ojek nopo? (permisi pak, ini ojek bukan?)" tanyaku pada mereka.

    "ha'a nang, iki bemor. Pripun? (Iya dek, ini bemor (Becak Motor). Kenapa?)"
  • "diter kulo pak. Kulo bade wangsul (Anterin aku pak, aku meh pulang)" jawabku.

    "waduh, lha sinang mriki kale sinten? (waduh, lha adek kesini sama siapa?)" tanya bapak itu lagi.

    Sedangkan Bapak-bapak yang lainnya hanya memperhatikan dialog aku dengan bapak ini saja.

    "wau kale mas, tapi, yo meh wangsul lah pak. Mas lungo wau (tadi sama mas, tapi,, ya pokoknya meh pulang lah pak. Mas nya pergi tadi)" bingung juga aku mau jawab apa.

    "lah kok biso? Ayo pa'e lhuruk'ke masmu (lah kok bisa? Ayo Bapak cari'in masmu)" ajaknya.

    Tapi aku langsung menolaknya. Aku bilang saja kalau mas'ku sudah pulang duluan. Aku bilang kalau mas'ku marah, jadi pulang duluan. Yah terpaksa berbohong. Dari pada tidak bisa pulang?? Hhh

    "lha kok ndemen nemen masmu. Adine ditinggal dewe'an (lha kok ndemen (monyet) sekali mas'mu. Adeknya ditinggal sendirian)" timpal bapak-bapak yg duduk dipangkalan sana.

    Aku diam saja. Yah maaf ya pak, terpaksa berbohong hehe.

    "lha sinang wangsule pundi? (lha adek pulangnya kemana?)" tanya bapak yg sedari tadi berdialog denganku.

    Kusebutkan nama kampungku. Aku juga bertanya mengenai tarifnya, tapi bapak itu bilang 'tidak usah'. Dia mau mengantarku dengan cuma-cuma. Tapi aku memaksa, aku tetap ingin membayarnya. Tapi bapak itu lebih memaksa lagi, jadi ya, mau bagaimana? Tinggal naik saja bemornya, lalu pulang. Hhh Pasar Malam yang sia-sia.


    Singkatnya, aku dan bemor ini sampai didepan Gang rumahku. Aku bilang ingin turun disini saja. Aku takut kalau-kalau bapak ini mengantarku sampai rumah, dia malah mencari-cari mas'ku dan mau ngelabraknya. Atau bisa jadi dia akan tanya ke Ibu' 'kok bisa aku ditinggal mas'ku sendirian di PM. Kan berabe? Jadi ya, aku turun disini saja. Dan bapak itu menyetujuinya.

    "matur suwun sanget yo pak (terimakasih banget ya pak)"

    "tenan meh mudun kene? (beneran mau turun disini?)" tanyanya.

    "nggeh, suwun pak."

    "yo wes, ati-ati.. (ya udah, hati-hati)" ucapnya.


    Untung ada bapak itu.

    Aku menyusuri gang ku menuju rumah. Kulihat warung Ibu' masih ramai saja. Laris manis rupanya. Alhamdulillah.. Padahal, sekarang sudah pukul 20:18.

    "seko endi Tang? (dari mana Tang?)" sapa Pakde Rusdi yg melihatku dari lincak warung.

    "kae sakeng dolan Pakde, (habis maen pakde)" jawabku singkat.

    Aku langsung lari masuk ke rumah. Aku tidak ingin Ibu' melihatku pulang sendirian. Nanti malah dia nanya-nanya tidak jelas. 'Lha kok bisa aku pulang sendiria? Mas Dikinnya mana? Dan lai lain.. Aku tidak mau nantinya seperti itu. Biar tidak ribet juga.


    Kututup pintu, kunyalakan TV. Harusnya dari awal aku nonton TV saja dirumah. Tidak usah capek-capek pergi ke PM. Toh akhirnya malah seperti ini? Tapi ya, sisi baiknya, aku kenyang bakso. Hehe

    Kupilih-pilih channel yang bagus. Sembari nonton Tv, sembari tiduran juga. Acara tv yang bagus saat ini hanya Trans7. Ya, apalagi kalau bukan OVJ. Setidaknya, lawak'an Om Sule dan kawan-kawan masih bisa membuatku tertawa.


    Tak lama setelah beberapa saat. Tiba-tiba HP ku berbunyi. Nada Pesan yang kudengar, sudah pasti itu SMS. Kuraih HP ku, dan benar, ternyata SMS. Kubuka..

    ***
    Dari : Mas'Kin
    Pukul : 20:45.

    Awakmu ngendi Tang? (kamu dimana Tang?)
    ***

    Aku bingung mau balas atau tidak. Tapi kalau tidak kubalas, kasihan juga, dia pasti nyari-nyari aku keliling PM. Kubalas saja, yah.. Gimana.. Masih ingat aku juga ternyata.. Lagian, dia yang mengajak, malah aku ditinggal sendirian. Adapnya dimana? Hh

    ***
    Pesan
    Pukul : 20;50.

    Aku wes mantuk mas (aku dah pulang mas)
    ***

    Masih dongkol juga rasanya dengan teman-teman mas Dikin. Acara PM ku gagal total karena mereka... Hhh tak lama, kemudian HP ku berbunyi lagi. Kubuka SMS yg masuk..

    ***
    Dari : Mas'Kin
    Pukul : 20:53

    lha kok biso? Bali karo sopo? (lha kok bisa? Pulang sama siapa?)
    ***

    Sudah lah, tidak usah kubalas. Yg penting aku sudah memberitahunya kalau aku sudah pulang. Dengan begitu, dia tidak perlu mencari-cari aku di Pasar Malem. Hhhh

    Terkadang sesuatu yg kita rencanakan tidak berjalan dengan lancar. Dan sesuatu yg kita duga akan menyenangkan, malah terjadi sebaliknya. Ahh sudahlah..
  • Yahh ditinggal #pukpuk
  • Kurang aja juga si Dikin maen ninggalin aja wkwk. Masih belom dpt gambaran nih Bintang bakal deket sama siapa? Beneran Dikin kah?
  • waduh kasihan Bintang ...
  • Pukul 21:21 WIB.


    Malam semakin larut, tapi aku sama sekali tidak merasa mengantuk. Warung disebelah rumah juga masih ramai para Nelayan. Mereka singgah untuk sekedar beristirahat selepas melaut. Yah ngobrol-ngobrol, minum Kopi, sepertinya juga ada yang main catur dan main Kartu.

    Aku sendiri tengah nonton TV, ditemani Ketan Serundeng pemberian tetangga, karena tadi ada acara selamatan (Kendurian)


    Dhok dhok dhok "Taang.." seseorang mengetuk pintu rumahku.

    Terdengar dari suaranya sepertinya itu Mas Dikin. Haruskah aku membukanya? Atau aku pura-pura sudah tidur saja? Malas juga rasanya ngadepinnya.

    Dhok dhok "Taaang?" dia masih saja mengetuk pintu.

    Harusnya dia tau, jika aku tidak menjawab. Itu artinya aku sudah tidur. Aaahhh Walang Sangit..

    "Mrene lewat mburi ae Kin (Sini lewat belakang saja Kin)" sepertinya itu Ibu' yang bicara.

    Waduh mampos. Apa aku pura-pura tidur di depan TV saja ya? Tapi aku paling tidak bisa untuk pura-pura tidur. Mataku merem tapi pasti akan gerak-gerak kalau hanya pura-pura. Tapi kalau aku tidak pura-pura tidur, Mas Dikin pasti akan tanya 'Kenapa tadi aku tidak buka pintu?'. Hazzzz Buah Simalakama..


    Ku-acak-acak rambutku. Ku kucek-kucek mataku, agar terlihat seperti bangun tidur. Pura-pura bangun tidur saja lah haha..

    Mas Dikin kemudian datang dari arah pintu belakang. Dia hendak mengatakan sesuatu, tapi langsung saja ku sela.


    "Opo toh mas, ganggu wong turu tok. (apa si mas? Ganggu orang tidur aja)" gerutuku, tetap berpura-pura habis bangun tidur.

    Lumayan juga lah Aktingku. Andai aku Aktor, mungkin Grammy Award dengan mudah aku dapatkan. Tidak perlu menunggu Agnezmo, keburu dia tua. Wkwk.

    "kowe kok bali sek kie piye toh? (kamu kok pulang duluan?)"

    "lha meh opo ra? Ndak kluntang-kluntung koyo wong ilang enko ng kono hehe (ya mau apa juga disana? Ntar kluntang-kluntung kayak orang hilang disana hehe)"

    Kulihat kemudian Mas Dikin diam saja. Ia duduk disampingku. Kutawarkan Ketan Serundeng padanya, tapi dia menolaknya. Dia malah memberiku Martabak Manis.


    "Mas tak turu kene yo (Mas tak tidur sini yo?)" katanya kemudian?

    Jiah beneran nih?

    "wah tenane mas? Oke-oke siapp (wah yang bener mas? Oke siap)"

    aku yang tadinya marah, kini malah berbalik 180 derajat wkwk.

    Tak apalah ke PM nya gagal, yang penting dia tidur disini. Hehe, itung-itung buat temen malam. Tidur sama Mas Dikin? Kapan lagi? Bahkan sebelum insiden aku ikut Melaut, aku sama sekali tidak kenal dengan Mas Dikin sebelumnya. Dia bahkan tidak pernah untuk sekedar mampir ke warung Ibu'ku. Tapi sekarang semua berubah, baru kali ini aku punya teman yg usianya jauh lebih tua dariku. Untung saat itu aku ikut melaut.


    "maaf'e mas yo"
    "maaf kenopo mas? Ono-ono wae sampean. Hehe (ada-ada saja sampean hehe)"

    Dia diam saja.. Hening untuk sesaat. Entah apa yg dipikirkannya. Apa terjadi sesuatu tadi dengan teman-temannya?

    "lha mau pesta opo mas? (emang tadi pesta apa mas?)" tanyaku kemudian.

    "mas orak penak tenan karo kowe Tang (Mas ga enak benaran sama kamu Tang)" malah melenceng dari pertanyaanku. Hh

    "ahh woles lah mas"

    Mas dikin menggeleng-gelengkan kepalanya.. Entah apa maksudnya.

    "lha terus mau kowe balek karo sopo? (lha terus tadi kamu pulang sama siapa?)"

    "diter Bapak-bapak tukang bemor hehehe (dianter bapak-bapak tukang bemor hehehe)"


    Mas Dikin tersenyum, kemudian mengacak-ngacak rambutku, ahh tangannya benar-benar kasar.

    "arrggg ngene ah mas" berontakku.

    Ia kemudian merangkulku.

    "esok ng PM neh, okee? (besok ke PM lagi. Okee?)" ia mengatakan itu dekat sekali dengan wajahku.

    Tapi ya mungkin ini sesuatu yang biasa baginya. Sesama lelaki, berakrab-akrab'an. Hanya saja tidak biasa bagiku.

    Dengan mas Zaki, dengan Teguh, dengan Esa, dengan teman yg sebaya denganku, memang biasa berangkulan, tidur saling menindih. Tapi dengan Mas Dikin? Rasanya beda, mungkin karena badannya yg lebih besar dariku. Jadi, sedikit ada rasa hangat disitu..

    "wegah ah, enko ditinggal neh. (ngga mau ah, ntar ditinggal sendirian lagi)" kataku.

    "oraa.. Tenan.. Yo tak akui mau mas sng salah. Mulane mas njaluk maaf" ucapnya.

    Aku diam saja. Tapi kemudian aku menolaknya. Hehe, aku bilang padanya bahwa besok aku sudah ada janji dengan Mas Imam mau ke Pasar Burung. Mengetahui hal itu, mas Dikin malah sekalian ingin ikut. Ya sudah...
  • @Bintang bukan Grammy award tapi piala Oscar kalo yang itu buat nyanyi ... ^^ waduh mas Dikin merasa bersalah banget ... apa mas Dikin ... !?
  • lanjut dong,keren ceritanya.
  • pusing baca.y,,, coba bahasa indo semua, lebih enak bacanya,,hee
  • Knapa skrng udah gak ada mention lg?
  • Knapa skrng udah gak ada mention lg?
  • @Hendra_Bastian males lah mz, setelah dimention juga banyak yg ga koment kok. Terserah saja, mau baca ya silahkan, ga mau ya gapapa. Hehe
  • Ceritanya keren, alurnya nggak gampang ketebak
  • Ceritanya keren, alurnya nggak gampang ketebak
Sign In or Register to comment.