It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lulu_75
@melkikusuma1
@liezfujoshi
@kikyo
@hendra_bastian
@hajji_Muhiddin
@sogotariuz
@junaedhi
@abiyasha
Satu catatan akan menjadi kenangan yang tak akan pernah terhapus, jadi melakukan yang terbaik hari ini adalah jalan yang mulia. Kenzo, salah satu makhluk yang cukup beruntung masih bisa menikmati hari ini, juga ingin melakukan teori kebaikan itu. Catatan masa lalunya, yang sejujurnya jika dia punya pilihan, dia ingin menghapusnya, namun apa daya, dia tak punya kuasa-Nya.
Hitam di masa lalunya masih tersisa dan bersatu dengan tubuh dan otaknya, namun dia terus mencari putih untuk menyandingkannya agar seimbang. Dia tahu bahwa dirinya sendiri tak akan mengijinkannya untuk menjadi putih, itu terlalu sulit dia lakukan seorang diri. Dan, itulah sebab dia sekarang berdiri disini, diantara orang yang mungkin akan membawa putih untuk hidupnya.
“Hay,!” sapaan pagi yang cukup sering terdengar di telinga Kenzo kini dia dapati kembali. Suara dari seseorang yang dia klim bisa membawa warna putih untuknya.
“Hey,!” balas Kenzo dengan senyum khasnya.
“Dapat teman kencan baru?” sela Kenzo yang melihat raut wajah Rey lebih cerah.
“Bagaimana bisa kamu tahu?” tanya Rey cukup bingung karena dia belum membawa topik itu.
“Ada tulisan di jidatmu,” jawab Kenzo asal.
“Sial,!” gumam Rey langsung mengalungkan lengannya di leher Kenzo dan membawa langkah mereka ke kelas.
“Bagaimana liburanmu?” sela Rey di tengah perjalanan mereka menuju kelas.
“Menyenangkan namun tak sesuai rencana,”
“Ada masalah?”
“Tidak serius namun harus segera di selesaikan,”
“It’s clear?”
“Yes,”
“Jadi kita bisa kembali menikmati hari ini?”
“Tentu,”
Percakapan khas sahabat tersaji sepanjang perjalanan antara Kenzo dan Rey, hingga akhirnya terhenti ketika mereka melihat beberapa polisi dari arah berlawanan serta jangan lupakan seorang pria yang berada di tengah mereka.
“Ada apa ini?” gumam Rey bingung, sedangkan Kenzo hanya diam dan terus memperhatikan pergerakan polisi dan pria yang ada di tengahnya. Matanya terus menatap tajam hingga pada akhirnya mereka berjalan melewati posisi Kenzo. Kenzo baru menyadari bahwa pria itu berjalan dengan borgol di tangannya.
Tidak butuh waktu lama untuk Rey bertindak. Dia langsung mencari informasi dari para penghuni kampus lainnya. Cukup membutuhkan waktu lima menit untuk Rey kembali berdiri disebelah Kenzo.
“Polisi mencurigai pria yang mereka bawa adalah pelaku pembunuhan Siska, mereka membawanya ke kantor untuk pemeriksaan lebih lanjut,” jelas Rey yang seolah tahu bahwa Kenzo menunggu hasil investigasi singkatnya.
“Apa dia mahasiswa di kampus ini juga?” tanya Kenzo masih menatap jalan yang dilalui pria dan segerombolan polisi tadi.
“Iya, dia satu angkatan dengan kita, namun berbeda fakultas,”
“Siapa namanya?”
“Aku belum menanyakannya, tunggu sebentar aku akan menanyakannya pada mereka lagi,”
“Tidak usah,” ujar Kenzo kini menghadap Rey dan berjalan mendahuluinya.
“Hey,! Kamu tidak ingin mengetahuinya?” seru Rey mengejar langkah Kenzo.
“Kamu pernah bilang jika kita tidak perlu memikirkan hal yang bukan urusan kita, jadi kenapa kamu harus repot-repot mencari tahu identitasnya huh?”
“Aku pernah mengatakannya?” ujar Rey sok berfikir.
“Dasar lelaki pikun,!” ejek Kenzo.
“Heh, apa kamu bilang?”
“PIKUN,!” seru Kenzo langsung mengambil langkah cepat untuk menghindari aksi kekerasan Rey.
“Heh,! Jangan lari, awas Kamu,!!!” balas Rey yang langsung menyusul Kenzo.
Mulut Kenzo memang berujar jika dia tidak ingin tahu lebih jauh masalah yang baru menjadi topiknya dengan Rey, namun benaknya tak demikian. Kasus pembunuhan Siska adalah hal yang tak mudah untuk dia lenyapkan dalam otak dan pikirannya. Dia adalah orang yang mungkin tahu dibalik pembunuhan itu, namun dengan apapun yang ada dalam dirinya, dia tidak mampu untuk mengungkapnya.
“Apakah dia melakukan hal yang tidak aku ketahui? Dia selalu bertindak seenaknya tanpa meminta izinku, tapi......” ocehan Kenzo dalam hati terus saja berkumandang. Dia yakin sosok itu andil dalam kasus ini, namun sekuat tenaga Kenzo mengungkapnya, semakin dia terlihat bodoh di hadapan sosok itu.
Belum habis masalah Kenzo dengan sosok itu, manusia lain muncul untuk semakin merunyamkan pikiran Kenzo. Lelaki yang dibawa sekelompok polisi tadi kini juga masuk kedalam otaknya. Kenzo tahu ada sesuatu yang tersembunyi pada lelaki itu. Sorot dan tatapan mata lelaki itu bukan hal biasa, Kenzo terlalu berpengalaman untuk ditipu dengan penampilan luar, walau mungkin terkedang dia terlambat untuk menyadarinya, persis seperti lelaki yang baru saja beradu pandang sekilas dengannya tadi. Kenzo baru sadar jika wajah dan tatapan lelaki itu sudah pernah mengisi harinya. Ingatan Kenzo kembali berputar pada keributan kecil di restoran, pengintai di pantai, ketidaksengajaan di kantin, petunjuk ketika menemukan Levi, semua itu merujuk pada tatapan yang sama.
“Tatapan itu? aku yakin aku pernah melihatnya jauh sebelum aku berada di tempatku sekarang. Ya,! Aku sangat ingat itu, tapi... dimana........................” gaungan perdebatan batin Kenzo masih berlanjut dan mungkin akan terlalu panjang seandainya Rey tak membawanya kembali ke dunia nyata.
“HOI,!!!!” sentak Rey menepuk punggung Kenzo keras. Sesaat Kenzo hanya memberi tatapan kesal pada sahabatnya itu.
“Pagi-pagi sudah melamun, ada yang kamu pikirkan?” sela Rey tak mau meladeni kekesalan Kenzo.
“Bukan urusanmu,” jawab Kenzo ketus karena masih kesal dengan aksi jahil Rey.
“Cie, marah nih ceritanya?” goda Rey menyenggol bahu Kenzo dengan miliknya.
“Rey?” ujar Kenzo tiba-tiba merubah ekspresinya menjadi lebih serius dan tak memperpanjang perdebatannya.
“Hm?”
“Apakah kakakmu masih ikut menyelidiki kasus Siska?” tanya Kenzo merubah topik.
“Jadi kamu masih memikirkan kejadian di koridor tadi?”
“Jawab saja pertanyaanku tadi,!”
“Setahuku iya, kenapa?”
“Apa dia bercerita tentang perkembangan kasus Siska?”
“Aku tidak tau?”
“Kok tidak tahu?”
“Kamu tahu sendiri kalau aku dan kakakku tidak tinggal serumah, makanya aku jarang bertemu dengannya,”
“Kalian jarang berbincang?”
“Kalaupun kita bertemu, lebih baik kita gunakan untuk menanyakan kabar masing-masing dan mungkin merencanakan kunjungan bersama untuk melihat ortu, ngapain juga aku harus ikut campur masalah pekerjaannya?”
“Dasar orang tidak bermutu,” ejek Kenzo kini kembali mengalihkan pandangannya kedepan karena Levi sang dasen pengajar sudah masuk dalam kelas.
“Sialan,!” keluh Rey. Mungkin untuk saat ini dia harus mengalah dalam perdebatan kali ini karena dia tak mau dikeluarkan dari kelas gara-gara membuat ribut.
“Mungkin aku harus menemuinya,! Aku harus mencari tahu sendiri tentang semua ini......” batin Kenzo memerintah.
Waktu perkuliahan berjalan tanpa mendapat perhatian penuh dari Kenzo. Pikiran dan otak Kenzo kini jauh pada hal didepannya. Dia ingin segera mengetahui semua yang mungkin dia tidak tahu. Dia benci untuk terus terlihat bodoh terutama di depan sosok yang selalu hadir tanpa Kenzo perintah. Sosok yang sejak Kenzo bersama dengan Levi menjadi cukup liar dan tak bisa dia kendalikan lagi. Sosok itu yang seolah kini ingin mengambil seluruh hal yang Kenzo miliki.
@lulu_75
@melkikusuma1
@liezfujoshi
@kikyo
@hendra_bastian
@hajji_Muhiddin
@sogotariuz
@junaedhi
@abiyasha
@lulu_75
@melkikusuma1
@liezfujoshi
@kikyo
@hendra_bastian
@hajji_Muhiddin
@sogotariuz
@junaedhi
@abiyasha
"Kenapa masih diluar?" Suara Levi menginterupsi kegiatan Kenzo yang tengah menikmati malam di balkon apartment.
"Kamu sudah pulang?" Tanya Kenzo pada Levi yang sekarang memeluknya dari belakang.
"Hm, pemandangan yang indah." Gumam Levi memberi pujian pada langit malam yang ditemani banyak bintang.
"Yeah" ucap Kenzo setuju.
Menikmati moment malam adalah hal menyenangkan. Kenzo tahu jika dia mungkin tak punya banyak waktu untuk selalu bisa menikmati hal ini. Dia tahu dia tak bisa berekspektasi terlalu tinggi pada hal yang disukainya. Selalu membuat diri nyaman adalah jalan terbaiknya untuk menikmati hidup.
"What?" Tanya Levi yang cukup terkejut ketika Kenzo merubah posisi menjadi memeluk tubuhnya.
"Biarkan seperti ini. Aku ingin menikmatinya." Jawab Kenzo.
"Semuanya baik-baik saja?" Levi tak bisa tak bertanya dengan tingkah langka Kenzo.
"Yeah" jawab Kenzo yang dihadiahi ciuman di ujung kepala oleh Levi.
"Ingin bercerita sesuatu?" Tanya Levi masih berusaha.
"No." Jawab Kenzo tak terpengaruh.
"Aku tahu ada sesuatu yang tidak kamu katakan padaku." Ujar Levi mengeratkan pelukan.
"Lalu kamu akan memaksaku menceritakannya?" Tanya Kenzo kini mendongakan kepala untuk melihat langsung wajah Levi.
"No. Aku akan menunggu," jawab Levi yakin. Satu kecupan manis di bibir Kenzo sebagai tanda.
"Sampai kapan kamu akan menunggu?" Kenzo ingin tahu lebih dalam.
"Sampai kamu mau mengatakan apa yang ingin kamu katakan."
"Jika aku terus diam?"
"Aku masih akan menunggu," jawab Levi yakin dan kali ini Kenzo yang dengan senang hati memberi kecupan manis dan mengeratkan pelukan.
Moment diam antara Kenzo dan Levi kembali berlanjut. Angin malam yang berhembus pelan menjadi pengiring sempurna malam mereka. Banyak kata yang sejujurnya ingin keluar dari mulut Kenzo, namun bagian besar dirinya masih menolak untuk melakukannya. Kenzo tahu pasti jika suatu saat cepat atau lambat semua yang ingin ia keluarkan akan keluar. Satu yang Kenzo tak tahu adalah bagaimana hal itu akan terjadi.
"Aku harap kamu benar-benar akan terus menungguku Levi" batin Kenzo berharap.
"Morning," balas Kenzo yang tampak sudah terlebih dahulu terbangun dan tengah menikmati kopi favoritnya di depan tv.
"Kamu tidak ada kuliah?" Tanya Levi duduk disamping Kenzo dan meminum kopi yang sudah disiapkan oleh pasangannya.
"Nah," geleng Kenzo dengan tatapan penuh perhatian pada tv.
"Kamu akan tetap dirumah atau pergi?"
"Aku belum ada rencana apapun, jadi mungkin aku akan stay di rumah."
"Oke, aku berangkat dulu." Pamit Levi dengan kecupan sebagai tanda perpisahan.
"Take care,!" Sahut Kenzo.
"Yeah" final Levi.
"Sepertinya pagimu cukup damai ken?" Tanya sosok yang selalu muncul dengan sesuka hati di depan Kenzo.
"Pagiku selalu damai jika tidak dirusak oleh kehadiranmu," balas Kenzo sinis. Dia sudah bosan dengan sosoknya yang selalu muncul sesuka hati.
"Ouch, aku sakit mendengarnya," ujarnya dengan tingkah mengejek dan dihadiahi tatapan jijik Kenzo.
"Kita harus bertindak cepat, jika tidak, dia akan semakin mendekatkanmu pada hal yang paling tidak kamu sukai" salanya tiba-tiba membuat Kenzo langsung mengalihkan perhatiannya penuh pada sosok itu.
"Siapa dia?" Tanya Kenzo sedikit bosan dengan teka-teki yang disuguhkan untuknya.
"Kamu akan tahu pada saatnya nanti."
"Jika seperti itu, aku tidak membutuhkanmu untuk mengetahuinya," ejek Kenzo kesal.
"Aku ada bukan untuk memberitahu kapan itu terjadi, tugasku tetap disampingmu untuk melawannya,"
"Ouch aku terharu dengan tugas muliamu tuan...." Kenzo tak bisa menghentikan cibirannya karena jengah dengan tingkah laku sosok disampingnya.
"Jangan meremehkanku Kenzo,!" Geramnya.
"Itu yang selalu lakukan padaku,!! Kamu menganggap bahwa aku lemah,!" Balas Kenzo tak kalah geram, bahkan nada suaranya sudah meninggi.
"Aku hanya...."
"Hanya melindungimu, itu yang selalu kamu katakan,! Bullshit,. Aku disini bahkan seperti orang bodoh yang tak tahu apapun. Apa yang kamu lakukan justru membuatku seperti orang pesakitan yang tidak bisa menentukan apa yang harus aku lakukan,!!" Geram Kenzo mengeluarkan semua kekesalannya.
"Aku......"
"Apa yang sekarang ingin kamu katakan hah!!!!" Potong Kenzo final. Tanpa menunggu lama langsung mengambil kunci motor dan langsung meninggalkan sosoknya.
"Kemarahan lebih baik untukmu ken, bukan rasa kesepian." Ujar sosoknya mengiringi kepergian Kenzo.
*
"Kita harus bertindak cepat, jika tidak, dia akan semakin mendekatkanmu pada hal yang paling tidak kamu sukai" kalimat itu terus terngiang di telinga Kenzo. Sukar sekali untuk memotong ucapan yang baru didengarnya itu dari otak dan pikiran. Kini harinya benar-benar mendekati kata kacau. Dia hampir lepas kontrol pada dirinya sendiri untuk menentukan masa Depannya.
Pagi Kenzo yang semula ia kira baik-baik saja ternyata tak berjalan sesuai pikirannya. Sosok itu belakangan terlihat sangat menyebalkan untuk Kenzo. Dia tidak membenci sosok itu namun dalam kondisinya sekarang, Kenzo tidak butuh sosok diktator, dia butuh teman. Kenzo selalu berusaha menyelesaikan apapun masalahnya dengan jalan yang sederhana, bukan dengan teka-teki yang membuat kepalanya ingin pecah.
Kenzo yang memutuskan untuk meninggalkan sosok itu hanya bisa terus menghindar. Laju motornya terus melewati berbagai kondisi jalanan. Dia tak tahu kapan dan dimana akan berakhir. Dia hanya butuh waktu sendiri, menghilangkan sejenak apapun yang disebut masalah.
Hari terang Kenzo terlewati dengan hal dan tempat random, namun masalah di otaknya tak juga hilang. Dia lelah, bukan hanya fisik namun pikirannya juga tak jauh beda. Otaknya tak bisa menemukan apapun yang membuat sedikit saja harinya tenang. Dia berusaha mencari tempat yang bisa meringankannya dan disinilah dia menghentikan kendaraannya, disebuah klub malam.
Minuman beralkohol menjadi pilihan Kenzo. Cara klasik, namun mungkin akan berjalan baik untuknya. Suasana gelap atau remang klub membantunya sedikit mengalihkan perhatian. Suara bising musik juga membuatnya tak lagi mendengar kata-kat tadi pagi terngiang. Bibirnya mengulas senyum mendapat tempat yang tepat.
Wakti berlalu tanpa Kenzo bisa pikir berubah cukup cepat. Dia dengan beberapa botol alkohol sudah cukup untuk membuatnya tak tahu apa yang terjadi di sekitar. Kenzo mabuk, itu hal yang pasti. Kondisinya cukup menyedihkan jika ada yang sudi melihatnya. Semua yang ada pada tubuhnya berantakan Dan jangan lupa rancauan tak jelas dari bibirnya.
"Apa yang terjadi denganmu?" Suara itu Kenzo kenal, siapa lagi kalau bukan sahabat bodohnya, Rey.
Rey yang mendapat telfon dari karyawan klub langsung tancap gas untuk menemui Kenzo. Sedikit keterangan dari karyawan itu tetang kondisi Kenzo, membuat Rey tak berfikir panjang untuk menjemput sahabatnya.
"Apa yang terjadi denganmu? Kau telihat kacau ken," gumam Rey disela perjalanan pulang ke apartment miliknya. Dia tak tahu alamat tempat tinggal Kenzo, dan dia baru sadar jika dirinya tak terlalu banyak tahu tentang Kenzo, miris memang.
@lulu_75
@melkikusuma1
@liezfujoshi
@kikyo
@hendra_bastian
@hajji_Muhiddin
@sogotariuz
@junaedhi
@abiyasha