It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
~
Pagi dan awal hari yang seharusnya bisa membuat siang dan malam menjadi lebih ringan untuk dilalui nyatanya tak segampang itu Kenzo dapatkan.
Kehadirannya di hidup Kenzo benar-benar membuat pria itu muak dan benci dengan hidup yang dia miliki. Kenzo kadang benci menjadi dirinya jika hal seperti ini menyapa, walau hal ini bukan yang pertama dia alami, namun tetap saja kemauan sosok itu yang besar untuk mencampuri segala urusan Kenzo menjadi hal yang sangat ingin dia hilangkan.
“Hey Kenzo!!! Kau sedang melamun apa huh???” teriakan itu terpaksa membuat Kenzo sadar bahwa hari ini belum selesai dan belum saatnya dia merenung.
Ya, dia masih berada di kampus dan tidak seharusnya menggunakan tempat ini untuk memikirkan makhluk itu.
“Ibumu memberi makan kamu apa huh? Kenapa kau selalu meneriakiku dengan suara cemprengmu?” sahut Kenzo yang telah naik pitam akibat suara bising Rey.
“Lagian siapa suruh siang bolong gini udah ngelamun, apa yang kamu pikirkan? Ini masih tentang Siska? Bukannya tadi urusannya sudah selesai? Kita sudah memberi keterangan pada polisi,”
“Entahlah, aku merasa urusan dengan Siska belum selesai,” jawab Kenzo tak semangat.
“Maksudmu?” tanya Rey.
“Aku...aku merasa akan ada hal yang akan terungkap setelah kasus pembunuhan ini,” jawab Kenzo yang sejujurnya bingung dengan kalimat yang dia ucapkan.
“Maksudmu?” tanya Rey sesuai prediksi Kenzo bahwa dia akan bingung seperti dirinya sendiri.
“Aku juga tidak tahu,”
“Kamu kenapa sih? Tidak biasanya kamu bersikap seperti ini. oke kejadian hari ini memang bukan hal biasa yang bisa kita sikapi dengan biasa saja, tapi aku rasa ada yang berubah darimu,”
Tanya Rey setengah menyelidiki.
“Maksudmu?” kini Kenzo yang menggunakan kata ini untuk menuntut penjelasan dari kalimat Rey.
“Kamu.....kamu memotong rambutmu ya?” ujar Rey dengan wajah tanpa dosanya yang sukses membuat Kenzo sweetdrop.
“Kau!!” geram Kenzo dengan candaannya yang tak tahu situasi dari Rey.
“Ayolah Ken,? Sejak kapan kita mengurusi orang lain huh? Kita bahkan baru mengenal Siska satu minggu yang lalu, kenapa juga kita harus memikirkannya, dan ingat kalimatku bukan bermaksud tidak simpati dengan keadaannya. Hanya saja, tidak seharusnya kita terlalu memikirkannya,”
“Sifatmu memang tak berubah,” gumam Kenzo menyadari bahwa Rey tetap menjadi orang yang cuek.
“Itulah kenapa aku tidak mau ikut dengan kakak lelakiku,”
“Maksudnya?”
“Kau tahu aku punya kakak lelaki bernama Rio?”
“Iya, kau pernah menceritakannya,”
“Dia seorang polisi,”
“Apa! Polisi?” lengking Kenzo kaget.
“Hey! Biasa saja kale,”
“Aku tidak menyangka saja ada anggota keluargamu yang bisa bermanfaat untuk orang lain,” ejek Kenzo yang sukses mendapat hadiah jitakan di kepalanya.
“Sialan,!” geramn Rey.
“Oke, oke aku minta maaf. Tapi, apa hubungannya ikut dengan kakakmu dengan kelakuan cuekmu huh?”
“Ya tentu saja ada bodoh, jika seorang polisi memiliki sifat cuek, bagaimana bisa dia mengungkap sebuah kasus,!” jelas Rey dengan nada yang sepertinya belum reda akibat ejekan temannya itu.
“Iya juga ya,” balas Kenzo dengan cengiran dan tidak bisa dia pisah dengan tawa bodohnya.
“Gitu donk, bibirmu itu tidak pantas untuk di tekuk, jelek tahu!” sela Rey tiba-tiba merangkul Kenzo.
“Thank man,” balas Kenzo merangkul sahabat terbaiknya ini.
“Itu gunanya sahabat,” jawab Rey enteng.
“Ya,”
“Kalau begitu, aku masih bisa bernegosiasi tentang mobilku dong? Jangan satu minggu ya?” sela Rey kini mengalihkan topik.
“Enak saja, No!” ujar Kenzo tegas langsung membanting lengan Rey dari pundaknya.
“Kamu benar-benar keterlaluan Kenzo! Aku bahkan sudah menghiburmu kenapa kau tidak bisa membalasnya sedikitpun huh? Kau benar-benar manusia paling kejam!” runtuk Rey kesal dengan penolakan sahabatnya.
“Kalau tidak seperti ini, kapan kamu mau belajar sendiri dan mengerjakan tugas kuliah sendiri huh? Harus ada hukuman karena kemalasanmu bodoh!”
“Buat apa aku harus susah-susah mengerjakan tugas jika aku punya kamu!”
“Hey! Kamu pikir aku pesuruhmu!”
“Beda dikit,” jawab Rey dengan cengiran tak berkelasnya.
“Rasakan ini!” balas Kenzo langsung menghadiahi kepala Rey dengan jitakan keras.
“Aw! Sakit tahu. Hey! Mau kemana kamu?” tanya Rey yang melihat Kenzo bankit dari bangku.
“Aku ada janji dengan orang, lagian urusanku di kampus juga sudah selesai,” jawab Kenzo enteng mulai meninggalkan kelas.
“Sok sibuk kau Ken,!” teriak Rey.
“Memang aku sibuk,” jawab Kenzo dengan nada mengejek.
“Cih!” decih Rey.
“Hahahaha,” tawa Kenzo mengiringi langkahnya menjauhi Rey
Ternyata tak selalu hari yang buruk dan menyebalkan akan berakir atau berlangsung tetap dengan kemurungan.
Kenzo lupa bahwa dia punya orang yang selalu setia dengannya, walau mereka sering menghabiskannya dengan ejekan atau adu mulut, tapi dia tetap yang tahu apa yang Kenzo rasakan. Terima kasih, Rey!.
“Lima menit menurutmu lama atau tidak,?” jawab Levi, sosok yang dia temui di area parkir.
“Kalau itu yang menimpamu maka sebentar. Tapi, jika aku yang harus menunggu, itu lama,” jawab Kenzo enteng.
“Dasar egois!” cibir Levi dengan wajah merajuk ala kadarnya.
“Oke, oke aku sudah lapar! Ayo cepat!” balas Kenzo tak mau memperpanjang perdebatan bodoh dengan Levi.
“Baiklah Tuan Kenzo,” balas Levi menyerah dengan tingkah kekasihnya.
“Eh,” sela Kenzo mengehntikan Levi yang ingin membuka pintu mobil.
“Ada apa?” tanya Levi.
“Kita pakai mobilnya Rey,” jawab Kenzo sambil menggoyangkan kunci mobil Rey di hadapan Levi.
“Kenapa kunci mobil Rey bisa ada di tanganmu?”
“Biasa, dia kalah taruhan,” jawab Kenzo asal tak ingin Levi tahu alasan sebenarnya.
Bisa mati Rey jika Levi tahu tugas yang dikumpulkannya adalah hasil kerjanya.
“Benar-benar masih kekanakan?” gumam Levi dengan nada seolah menolak namun dengan cepat dia mengambil kunci dan berjalan menuju mobil kilik Rey.
“Aku dan Rey mahasiswamu pak tua,!” ledek Kenzo langsung masuk ke dalam kursi penumpang disebelah kursi kemudi mobil Rey yang terparkir tak jauh dari mobil Levi.
“Hey! Jaga ucapanmu, aku masih 25 tahun. Lagipula orang yang kamu panggil pak tua sudah menjadi kekasihmu,” sangkal Levi sambil mendudukan dirinya di kursi kemudi yang tak terima dengan ucapan Kenzo.
“Yayaya kamu menang pak tua, sekarang jalankan saja mobilnya! Aku sudah lapar. Kau tahu bahwa jam tiga itu sudah lewat jam makan siang?”
“Hehehe, maaf sudah membuatmu menunda makan siang,”
“Akan aku maafkan jika kamu cepat jalankan mobil ini menuju tempat makan Mr. Levi,”
“Siap Mr. Kenzo,” balas Levi yang langsung Kenzo timpali dengan gelengan dan senyuman.
“Kamu tidak ada jadwal kuliah lagikan hari ini?” tanya Levi di sela perjalan mereka menuju tempat makan.
“Hm,” gumam Kenzo mengiyakan ucapan Levi.
“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, mau kan?”
“Kemana?”
“Nanti juga kamu akan tahu,”
“Ih, main rahasia segala,”
“Ini namanya kejutan sayang,”
“Terserah anda,” balas Kenzo dengan nada tak mau peduli. Kekehan dan usikan rambut menjadi balasannya.
“Sudah aku bilang jangan memegang rambutku pak tua,!” sela Kenzo merasa Levi kembali dengan kebiasaan Levi mengacak rambut.
“Oke, sorry”
“Kamu mengucapkan maaf, tapi tidak pernah berhenti melakukan hal yang tidak aku sukai itu,” rajuk Kenzo mengingat Levi selalu mengucapkan maaf namun tetap mengulanginya.
“Wajahmu sangat lucu ketika risih dengan kelakukanku itu,” jawab Kenzo enteng.
“Aku tampan pak tua,”
“Terserah anda,” balas Levi mengulang kata yang Kenzo berikan tadi. Gelengan kepala yang sekarang bisa Kenzo berikan sebagai balasan, namun sepertinya Levi sangat senang dengan kondisinya saat ini, dasar pak tua!. Namun Kenzo juga mencintai pak tua itu, dia benar-benar gila kali ini.
Sejenak Kenzo mengedarkan tempat pemberhentian kami. Cafe baru rupanya, pikirnya.
“Kamu sudah sering ke tempat ini?” tanya Kenzo.
“Baru dua kali,”
“Oh,”
“Ayo!” ajak Levi langsung menarik tangan Kenzo menuju Cafe bergaya tradisional eropa di hadapannya ini.
“Ramai juga,” gumam Kenzo sesampainya di dalam Cafe.
“Kita duduk di meja itu saja,!” sela Levi yang sedari tadi ternyata mencari tempat duduk kosong.
“Hm,” jawab Kenzo menurut.
“Mohon tunggu sebentar tuan, pesanan anda akan segera datang!” ucap pelayan yang sedari tadi mencatat pesanan Kenzo juga Levi.
“Terima kasih,” balas Levi pada sang pelayan sedangkan Kenzo hanya membalasnya dengan senyuman dengan mata yang masih fokus pada band live di panggung depan.
Datanglah bila engkau menangis,
ceritakan semua yang engkau mau
Percaya padaku, aku lelakimu,
Mungkin peluhku tak sehangat senja,
ucapku tak menghapus air mata
Tapi ku disini sebagai lelakimu,
Akulah yang tetap memelukmu erat saat kau berfikir mungkin kan berpaling
Akulah yang nanti menenangkan badai,
agar tetap tegar kau berjalan nanti
Sudah benarkah yang engakau putuskan,
garis hidup sudah engkau tentukan
Engkau memilih aku sebagai lelakimu
~Virsha “Aku Lelakimu”~
“Apakah kamu akan memilihku sebagai lelakimu juga?” sela Levi sukses mengalihkan pandangan Kenzo dari band live kini menatap wajah seriusnya.
“Maksumu?” tanya Kenzo belum paham ucapan Levi barusan.
“Seperti lagu itu, apa kamu bersedia menjadikan aku lelakimu?”
“Aku bukan wanita yang bisa terbuai dengan rayuan gombalmu Tuan Levi,”
“Aku serius Kenzo,!” potong Levi dengan wajah seriusnya. Wajah ini memang jarang Kenzo temui dan dia paham jika Levi memberikan ekspresi ini, dia sedang tidak ingin bercanda.
“Em, aku tidak tahu,” jawab Kenzo kini tidak mampu untuk menatap mata Levi.
“Itu bukan jawaban Kenzo,”
“Aku...aku takut Lev,”
“Takut? apa yang kamu takutkan?”
“Aku...aku takut jika.....”
“Apapun yang terjadi nanti, percayalah aku akan selalu ada disampingmu,!” ujar Levi kini menggenggam tangan Kezo yang berada di atas meja erat.
“Tapi..............”
“Aku tahu hubungan kita bukan hubungan yang orang lain dengan wajar menjalaninya, tapi aku percaya Ken, jika ini yang selalu aku inginkan dari dulu. Bertemu dengan orang yang benar-benar membuatku nyaman, dan kau tahu itu adalah kamu,” ujar Levi meyakinkan.
“Aku tidak sebaik yang kamu pikirkan,”
“Aku juga tidak sesempurna yang kamu bayangkan. Aku hanya manusia biasa yang ingin mencoba meraih apapun kebahagiaanku. Aku hanya ingin mencintai orang yang menurutku tepat,”
“Levi...”
“Aku memang tidak bisa menjanjikan kebahagiaan yang kekal untukmu, namun kamu bisa percaya padaku bahwa aku bukan orang bodoh yang menyiakan semua pengorbananku ataupun kamu. Kita melanggar batas ‘normal’ yang tertanam di benak sebagian orang, aku tidak mau menyiakan semua itu,”
“Aku tidak bisa menjawabnya sekarang, tapi apa kamu mau membantuku untuk membuatku menjawab dengan lantang bahwa kamu adalah lelakiku?”
“Ya, aku bersedia.” Jawab Levi mantap.
Tangannya kini tak henti mengelus lembut punggung tangan Kenzo yang berada di genggamannya bahkan ketika pelayan mengantarkan makanan kami, dia tetap setia menggengamnya.
“Seandainya aku bisa berdiri sendiri di atas kakiku. Tidak ada orang gila itu yang selalu mengganggu hidupku, aku tidak perlu waktu untuk membuatku mengakatakan ‘kamu adalah lelakiku’. Terlalu banyak hal yang harus kamu tahu sebelum aku menjawab pertanyaanmu itu. Namun begitu, aku yakin kamu akan menepati janjimu Lev, untuk membantuku mengatakan dengan tegas bahwa kamu lelakiku,” gumam Kenzo dalam hati.
“Maaf,! Tuan aku tidak sengaja,” suara pelayan yang sepertinya menjatuhkan baki. Suara itu kini sekses mengalihkan perhatian Kenzo karena ada sebuah suara lain yang menyahut.
Kenzo langsung mengalihkan pandangannya pada pelayan itu dan memang ada sosok lain yang ada di dekatnya.
“Tidak apa-apa, permisi,” suara asing ini tidak terlalu asing sepertinya, Kenzo sekarang tahu siapa orang itu. Sial,
“Hey!” sela Levi menggalkan umpatan yang hendak keluar untuk sosok suara itu.
“Hm,” gumam Kenzo menanggapi selaan Levi.
“Kamu melamun?”
“Ah, tidak. Aku hanya sedang melihat orang yang tadi bertabrakan dengan pelayan yang tadi menjatuhkan bakinya,”
“Kamu mengenalnya?” tanya Levi yang kemudian penasaran siapa sosok yang Kenzo maksud, dia memutar arah badannya untuk melihat, namun dia tak melihat apa yang barusan Kenzo bicarakan.
“Aku rasa tidak,” jawab Kenzo.
“Ya, sudah tidak usah kamu pikirkan. Sekarang makanlah,!”
“Iya,”
@lulu_75
@melkikusuma1
@junaedhi
@sogotariuz
@liezfujoshi
@lulu_75 hehe
@lulu_75
@melkikusuma1
@junaedhi
@sogotariuz
@liezfujoshi
~
“WOOOOOO” teriak Kenzo seketika saat melihat tempat yang Levi janjikan.
“Kamu menyukai tempat ini?” tanya Levi kini mensejajarkan dirinya di samping Kenzo.
“Tentu,” jawab Kenzo tanpa ragu.
Pantai dengan pasir putih bersih dengan bebatuan besar yang terbentuk sempurna, bukan hal yang bisa dia nilai jelek.
“Tapi kenapa disini sangat sepi? Tidak mungkin tempat seindah ini belum diketahui orang bukan?” tanya Kenzo mulai heran mendapati tempat ini ternyata sepi bahkan tak ada seorangpun yang ada disini.
“Aku menyewanya sampai besok pagi,” jawab Levi yang sukses membuat Kenzo terbelalak tak percaya.
“Kau menyewanya?”
“Iya, malam ini kita akan tinggal di resort itu,”
“Kamu serius? Tapi... ini terlalu menguras uangmu,”
“Uang tidak akan bernilai sama dengan kebahagiaan yang akan aku dapat,” jawab Levi kini meraih tubuh Kenzo untuk berada di dekapnya.
“Hey! Tapi darimana kamu mendapatku uang sebanyak itu untuk menyewa tempat ini? kau hanya seorang dosen, atau................”
“Atau apa?”
“Jangan-jangan kamu anak konglomerat yang kabur dari rumah,”
“Jika iya, kenapa?”
“Apa?” pekik Kenzo langsung melepas rangkulan Levi.
“Mereka bilang orang tuaku adalah salah satu pengusaha tersukses di negri ini, dan beruntungnya aku, aku bisa menikmati jerih payah mereka,”
“Lalu untuk apa kamu menjadi dosen?”
“Untuk bisa dekat denganmu,”
“Jangan bercanda,”
“Aku hanya ingin hidup mandiri,”
“Lalu kenapa sekarang kamu menggunakan uang orang tuamu untuk menyewa tempat ini?”
“Sekeras apapun aku menolak uang pemberian orang tuaku, mereka akan tetap memberikanku beberapa nominal di rekening bankku,”
“Lalu?”
“Daripada mubadzir uang itu, lebih baik aku sedikit memanfaatkannya,”
“Itu sama saja kamu masih hidup dari orangtuamu,” cibir Kenzo.
“Mungkin, ternyata kemauanku tidak bisa sepenuhnya terpenuhi oleh kemampuan mandiriku,” jawab Levi enteng sambil kembali merangkul Kenzo.
“Kamu kenapa tidak mengatakan ini jujur padaku?”
“Yang mana?”
“Kamu adalah anak konglomerat,”
“Kamu tidak menanyakan,”
“Iya juga ya,” ujar Kenzo yang berhasil membuat dirinnya sendiri juga Levi terkekeh pelan.
“Kamu tahu aku seperti pemeran utama dalam drama-drama,” sela Kenzo tiba-tiba.
“Maksudnya?”
“Bertemu dengan seorang pangeran kaya raya dan menikmati kebahagiaan bersamanya,”
“Bukannya dalam drama seorang pangeran selalu berpasangan dengan putri, kalau begitu kamu sekarang sudah tidak keberatan jika aku sebut sebagai wanita,”
“Enak saja,” rajuk Kenzo tak lupa menghadiahinya dengan jitakan di kepala.
“Aw, sakit Ken!” protesnya.
“Siapa suruh mengatakan hal bodoh itu?” jawab Kenzo sambil melepas rangkulannya.
“Kamu yang memulainnya,”
“Bodoh,!” gumam Kenzo kesal dan meninggalkan Levi berjalan menuju bebatuan besar di hadapannya.
“Hey! Kamu marah huh?” bujuk Levi mencoba menghentikan langkah Kenzo.
“.............” tak ada balasan dari Kenzo. Dia terus berjalan menjauh dari Levi hingga akhirnya,
GREP
“Jangan pergi dariku,! Aku minta maaf,” ujar Levi yang kini dalam posisi memeluk Kenzo dari belakang. Tangan kekarnya kini melingkar nyaman di pinggang Kenzo sedang kepalanya tak mau dia lepas dari sandaran di bahu kanan orang terkasihnya.
“Kalau begitu jangan mengucapkan hal menjengkelkan itu padaku,” jawab Kenzo yang sejujurnya tak begitu marah dengan ucapan Levi, walau memang kesal.
“Kalau begitu aku minta maaf. Kamu mau memaafkanku kan?”
“Ya, aku memaafkanmu”
“Thank you,” balasnya.
“I LOVE YOU,” sambung Levi.
“I LOVE YOU TOO,” balas Kenzo melunak sambil mengusap lembut tangan yang ada di perutnya.
Tangan kekar yang melingkar di pinggang Kenzo-pun terbawa suasana. Levi mengerat seiring gerakan lembut bibir sang empunya yang bermain nakal di daerah leher dan tengkuk sang lawan main.
Rasa geli namun nyaman benar-benar membuat Kenzo bahagia berada di posisi saat ini. Niat mereka untuk menyaksikan matahari terbenam kini justru sebaliknya yang terjadi. Matahari dan segala alam sempurna ini tengah menyaksikan dua insan yang kini tengah saling menyalurkan rasa yang entah apa itu namanya.
“Kenapa berhenti sayang,?” rajuk Levi akibat ulah Kenzo yang secara tiba-tiba menghentikan ciuman.
“Aku merasa ada orang yang memperhatikan kita,” jawab Kenzo curiga. Jujur sejak dari Cafe yang tadi mereka kunjungi, Kenzo merasa ada sosok yang tengah mengamati tingkahnya.
“Tidak mungkin sayang, aku menyewa tempat ini, jadi tidak mungkin kalau ada orang lain disini, atau....”
“Atau apa?”
“Atau mungkin itu hanya pelayan resort yang kebetulan kamu lihat sedang melintas,”
“Tapi,”
“Sudahlah Ken, sebaiknya kita lanjutkan saja kegiatan kita,”
“Tap..........Mmpffft” Levi kembali mencuri ciuman Kenzo.
“Hentikan Lev,! Bagaimana jika ada orang yang melihatnya?” sela Kenzo berusaha mengontrol diri ketika Levi sepertinya sudah hilang kendali.
Posisi mereka sudah cukup bahaya jika diteruskan. Levi yang sekarang berada di hadapan Kenzo dengan tangan memeluk posesif pinggang dan empat kancing kemeja yang telah terbuka membuat hal yang ada di otaknya akan segera terlaksana dengan mudah.
“Disini tidak ada siapa-siapa sayang,” balas Levi tak sudi kegiatannya dihentikan.
“Aku tetap tidak mau melakukannya disini,!” jawab Kenzo tegas.
“Tapi..............”
“Sebaiknya aku pergi,” gumam Kezo gemas dengan sifat keras kepala Levi.
“Hey! Hey baiklah aku tidak akan melakukannya disini, tapi,”
“Tapi apa?”
“Bisakah kita berciuman di tempat ini?”
“Daritadi kamu sudah menciumku Levi,”
“Itu ciuman yang penuh nafsu Ken, aku ingin melakukannya dengan rasa cinta bukan nafsu,”
“Mak.......Mmmmff”
Ya, Levi kembali sukses mencuri ciuman dari Kenzo sekarang. Tapi, dia menepati ucapannya ternyata. Ciuman kali ini terasa berbeda dengan yang tadi dia lakukan. Ciuman ini lebih lembut dan Kenzo juga merasakan cinta yang tadi Levi ucapkan.
Tangan kekar yang semula berada di pinggang kini beralih nyaman di kedua sisi pipi hingga salah satunya dengan suka rela berpindah ke tengkuk belakang untuk mendorong kepala Kenzo lebih dalam menciumnya.
Larangan Kenzo untuk mengharamkannya menyentuh rambut dan mengusiknya rupanya dia langgar hingga akhirnya aku mengehntikan aksi ciuman ini.
“Kenapa berhenti?” rajuk Levi dengan nada kecewa dengan sikap Kenzo.
“Kenapa kamu sering sekali melanggar aturan huh?”
“Tapi aku harus mengusik rambutmu untuk membuatnya lebih mudah,”
“Aku yang bisa melakukannya di rambutmu!”
“Tapi kamu tidak melakukannya tadi,”
“Itu karena kamu tidak sabaran, apa kamu tidak merasa jika tanganku juga berada di tengkukmu!”
“Benarkah? Oke kalau begitu kita lanjutkan, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi,”
“Aku sudah tidak mood,.. sebaiknya kita nikmati saja pemandangan matahari terbenam,” jawab Kenzo kesal.
“Ayolah Ken, aku bernjanji tidak akan melakukan hal mengganggu itu lagi,”
“Aku bilang aku sudah tidak Mood Levi, sebaiknya kita naik ke atas batu besar itu, aku pikir akan lebih terlihat indah pemandangannya,!” usul Kenzo.
“Baiklah,” patuh Levi.