It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
flashback
Aku segera mengajak Afdal berlalu dari tempat Erik CS agar masalah tidak semakin runyam. Kami keluar dari tempat itu ke arah yang berlawanan dari arah masuk tadi tepatnya ke arah pasar raya. Kali ini kami menuju pasar raya dengan naik bendi karena kebetulan pas kami tiba di jalan depan ada bendi yang lewat. Selama kami di atas bendi kami tidak bicara sama sekali karena aku lihat selama perjalanan Afdal kelihatan masih marah terlihat dari raut wajahnya. Kurang lebih lima menit kami sampai di pasar raya.
“makan dulu ke Gemilang Yuk!”
Ajakku kepada Afdal ketika kami turun dari bendi
“yuk”
Jawabnya singkat
Kemudian kami segera pergi ke warung Gemilang yang terletak di bagian belakang pasar raya.
“mau pesan apa?”
Kataku ketika kami telah sampai di warung Bofet Gemilang.
“bubur kampiun sama es teh manis saja”
Jawab Afdal
Kemudian aku memesan bubur Kampiun dan es teh manis dua porsi untuk kami berdua. Setelah memesan aku kembali ke tempat duduk untuk bergabung dengan Afdal, aku lihat dia masih kesal saja kelihatannya, cukup lama aku hanya memperhatikannya tanpa bicara, lama-lama ku perhatikan ia jengah juga.
“kenapa lihat-lihat aku begitu, ada yang aneh?”
Tanyanya
“masih marah?”
Tanyaku balik
“ngak”
Jawabnya singkat
“tapi kok kelihatannya masih seperti orang marah”
Kataku menggoda
“Cuma kesal saja”
Jawabnya singkat
“permisi da, ni pesanannya”
Tiba-tiba datang seorang pelayan membawa pesanan kami, kemudian ia menaruh pesanan kami diatas meja.
“silahkan da”
Katanya lagi
“makasih da”
Jawabku
Pelayan itu menganggukkan kepalanya setelah itu dia segera berlalu dari hadapan kami.
“ya udah yuk makan!”
Kataku mengajak Afdal makan, kami terdiam beberapa saat karena sibuk dengan makanan kami masing-masing.
“kamu memang bisa ya berantem?”
Kataku kembali membuka percapakan ditengah-tengah makan
“ngak terlalu bisa sih, kenapa memangnya?”
Tanyanya balik
“ngak papa sih, kamu seram juga lo kalau marah, aku ngak nyangka lo kalau kamu marah bisa seram begitu!”
“seerammmm….kayak hantu dong!”
“ngak, tapi kayak bapaknya hantu! Hehe…”
Kataku bercanda
“masak sih …”
Katanya pura-pura memelas
“iya serius …”
Kataku lagi sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengah tangan kananku
“berarti kamu juga hantu dong tepatnya teman hantu sih… hehe”
Katanya membalas candaanku tak mau kalah, aku senang akhirnya suasana kembali cair.
“habis aku kesal sekali sih sama mereka, apalagi sama teman kamu yang satu itu?”
Katanya lagi
“maksud kamu Erik?”
Tanyaku
“Iya, emangnya siapa lagi teman kamu di kelompok para pecundang itu!”
Katanya sinis menyebut Erik Cs dengan sebutan pecundang, aku cukup kaget juga mendengar kata Afdal tadi yang mengatakan mereka pecundang.
“ngak usah sampai segitu juga kali, ntar kedengaran mereka lagi”
“mang siapa takut sama mereka?”
Jawabnya cuek
“bukan masalah takut atau tidak, nanti urusan jadi panjang”
Kataku lagi
“mereka tu ya gayanya aja yang sok jagoan, beraninya Cuma keroyokan dan bersama-sama, tapi kalau lagi sendiri dan diajak fight satu lawan satu gak bakalan berani, ya begitulah namanya juga pecundang”
“mmm…”
Aku hanya tersenyum dan mengangkat bahu menjawabnya. Kalau dipikir-pikir memang betul juga apa yang dikatakan Afdal tadi. Buktinya pas tadi mereka ditantang Afdal gak ada yang maju.
“apalagi teman kamu yang satu itu… gayanya !!! pengen aku tabok aja mukanya biar kapok”
“sentimen amat!”
Tanggapanku pendek sambil menghirup es teh manis dengan pipet setelah dulu mengaduk-aduknya sebentar.
“habis aku ngak suka sekali caranya itu, kalau ada masalah itu ya di selesaikanlah secara baik-baik, bukan dengan cara seperti itu apalagi bawa-bawa anggota pecundangnya itu”
“kok Erik lagi?”
Tanyaku heran karena bingung kenapa Afdal sampai begitu kesalnya sama Erik.
“ya emang dia lah!”
“mang ada masalah apa kamu sama Erik? Sampai segitu kesalnya”
Tanyaku lagi masih heran
“masalahnya bukan sama aku tapi sama kamu?”
“aaaaku…!!!”
Kataku sambil menunjuk diriku sendiri yang tambah heran mendengar apa yang dikatakan Afdal barusan
“ya iyalah kamu, jadi kamu belum paham juga ya apa masalahnya?”
“….”
Aku hanya mengangkat bahu menjawabnya
“kamu ngak lagi bercanda kan?”
Tanyanya lagi heran
“bahkan aku juga ngak tahu masalahnya kenapa tadi temannya Erik menghadangku”
Kataku lagi
“ya ampuuuuun…!!!”
Katanya lagi sambil memukul pelan jidatnya
“kamu tahu kenapa tadi walas tidak ada di keleas dan tahu tidak apa yang terjadi di ruang majelis guru?”
“ngak”
Jawabku singkat
“tadi orang tua Erik datang ke sekolah juga orang tua siswa yang lainnya yang ada masalah ketika belajar Bahasa Indonesia, tau ngak apa yang terjadi”
“apa?”
Tanyaku pengen tahu
“Si Erik dan yang lainnya kena semprot oleh wali kelas, tapi yang lebih parah si Erik”
“parah gimana?
Tanyaku
“selain kena semprot sama wali kelas dia juga kena semprot oleh orang tuanya, dia mungkin tadi malu kelihatan tadi dari wajahnya”
“trus dengan aku apa masalahnya?”
Tanyaku heran
“nah itu dia, ketika dia kena semprot walas dan orangtuanya nyebut nama kamu”
“maksudnya?”
“Erik tidak bakalan boleh masuk kelas selama orangtuanya dating ke sekolah, kata wali kelas untung surat itu dititip sama kamu dan kamu cepat menyampaikannya”
“Ooo… “
Kataku sambil mengangguk-angguk kecil
“tidak hanya itu ketika semua sudah bubar Erik juga kena semprot orang tuanya, katanya dia itu sekarang berubah perangainya padahal dulunya dia itu tidak begitu, kata orangtuanya mungkin karena pengaruh teman. Mereka juga membandingkan dengan Erik dengan kamu”
“ooo… jadi karena itu Erik marah sama aku!”
Kataku lagi
“mmm….”
“ngak sepantasnya kan dia marah sama kamu bahkan seharusnya dia berterima kasih, kalau tidak sampai sekarang dia masih di skor kan!”
“mmm…”
Aku hanya tersenyum sambil mengangkat bahu
“ntahlah mungkin dia masih marah sama aku!”
Kataku pasrah
“marah sih marah tapi bukan begitu juga caranya kali”
“Btw kenapa tadi kamu bilang tidak tahu kepada Erik?”
Tanyaku heran karena tadi saat Afdal marah kepada Erik dia tidak tahu masalah aku dan Erik.
“yang kumaksud bukan masalah ini tapi masalah yang terjadi antara kalian kenapa kalian sekarang pisah kos bahkan di sekolahpun seperti orang yang tidak kenal, lagian kamu juga ngak pernah cerita kan!”
Katanya panjang lebar
“ooo …”
Kataku mengerti
“oh ya kok kamu tadi tahu aku lagi bersama Erik Cs?”
Tanyaku lagi
“Tadi dari ruang majelis guru aku lihat kamu ditarik oleh tu pecundang, makanya aku susul untung saja urusanku sama walas juga sudah kelar”
Katanya masih dengan nada sinis kembali menyebut Erik Cs dengan sebutan pecundang.
“mang kamu tadi nunggu aku dimana? Kok sampai bertemu mereka”
“di bawah pohon yang dekat ruang majelis guru”
Jawabku
“tumben kamu duduk nongkrong disana? Aku kira kamu nunggu aku di depan kelas!”
Tanyanya heran karena memang aku hampir tidak pernah duduk disana karena tempatnya berlawanan arah dengan kos ku.
“tadinya aku nunggu di depan gerbang, tapi karena sudah lama nunggu kamu ngak juga muncul makanya aku ke sana”
Jawbku lagi
“kamu dah siap makannya?”
Kataku lagi
“dah”
Jawabnya singkat
“kalau begitu yuk cabut!”
Ajakku
“yuk”
Setelah membayar makanan kami kemudian kami segera berlalu dari tempat itu.
***
juga sibuk antar adek ngurus mau masuk kuliah
sory kalau nunggunya lama
Tetap semangat dan jangan lupa seret Klo da up date .
Dikira masalah yg pecah itu bukan masalah surat panggilan.. hahaha...
“mau kemana lagi ni?”
Tanyaku pada Afdal setelah keluar dari Bofet Gemilang
“ke toko Global”
Jawabnya singkat
“mau beli apa sih?”
Tanyaku lagi
“aku mau beli sepatu olah raga”
“ooo…”
Balasku
“kita lewat pasar atas saja yuk!”
Ajaknya lagi
“yuk”
Balasku lagi
Lalu setelah itu kami naik tangga ke pasar atas untuk menuju ke toko Global yang terletak di lantai 2 Pasar Raya bagian depan. Setelah menaiki beberapa anak tangga sampailah kami dilantai 2. Kami berjalan ke arah Barat karena letak toko Global ada di sebelah Barat dari sini tapi di bagian depannya atau tepatnya sebelah Utara, sebenarnya kami bisa saja langsung menuju dahulu ke arah Utara atau depan dari posisi kami sekarang dan setelah sampai di depan jalan sedikit lagi ke Barat sampailah di toko Global. Kami malas melalui jalan tersebut karena sepanjang jalan itu kita harus melalui toko pakaian yang berjajar di kiri kanan sepanjang blok pasar ini. Kenapa kami malas melalui blok yang dipenuhi oleh toko pakaian tersebut? Tentu bukan tanpa alasannya, pernah suatu kali kami melewati tempat tersebut, di setiap pintu toko yang kami lewati penjaganya selalu memanggil-manggil kami dengan sapaan “mau beli apa dek, nak? Ayo masuk!” dengan ramahnya. Karena kami tidak berniat belanja kami menjawab “ngak ada pak, buk, kak, uda, uni cuma numpang lewat saja” jawab kami merespon sapaan mereka, kadang kalau lagi malas kami hanya melempar senyum saja membalasnya agar tidak di cap sombong. Sebenarnya bukan masalah sih kalau hanya melakukan itu saja, tapi kan capek juga jadinya karena yang kita lalui bukan hanya satu dua buah toko saja tapi ada puluhan toko jumlahnya, memang dilantai dua ini terutama bagian depan kebanyakan adalah toko pakaian. Dan bukan itu saja bahkan ada juga dari penjaga toko yang tidak hanya menyapa tapi juga dengan langsung meraih tangan pengunjung dengan santainya tanpa dosa untuk masuk ke tokonya. Karena itulah kami memutuskan untuk lewat bagian belakang saja. Sebenarnya lewat jalan itu bukan berarti seratus parsen terhindar dari hal tersebut sih, karena nantinya ketika sudah sampai dibagian Barat nanti di bagian depannya juga masih ada beberapa buah toko pakaian.
Kami berjalan kearah kiri di bagian belakang blok A ini, sepanjang blok ini yang kami lihat kebanyakan adalah lapak-lapak para penjahit, satu dua kami lihat ada juga salon tapi kebanyakan memang penjahit. Setelah kurang lebih berjalan sepanjang 50 m sampailah kami di blok B sebelumya terlebih dahulu kami melewati tangga layang yang berfungsi menghubungkan antara Blok di Pasar Raya ini. Pada bagian belang Blok B ini adalah arena bermain anak. Dari Blok B ini kami harus berjalan ke arah depan karena toko Global ada di arah depan atau tepatnya di Blok C. Ketika sampai di Blok C pemandangan berbeda dari dua Blok sebelumnya karena pada Blok ini terdapat beragam toko, ada toko mainan, toko bunga, toko aksesori dan juga bebrapa toko pakaian. Setelah melewati beberap buah toko sampailah kami di toko Global. Toko Global adalah toko yang menjual alat-alat olah raga, toko ini cukup terkenal di Solok.
“mau cari apa dek?”
Sapa suara seorang perempuan penjaga toko tersebut ketika kami masuk
“mau cari sepatu kak!”
Jawab Afdal
“tapi boleh kami lihat-lihat dahulu kak?”
Katanya lagi
“boleh dek silahkan!”
Jawab mbak itu lagi
Lalu mbak penjaga toko tersebut meninggalkan kami dan melayani pelanggan yang lainnya. Sepeninggal mbak tersebut kami melihat-lihat koleksi sepatu sport, setelah melihat beberapa buah kami tertarik pada dua merek yaitu merek Nike dan Adidas. Selain karena desainnya yang bagus keduanya juga menarik dari sisi warnanya yang terlihat natural dan tidak norak Adidas dengan desain warna hitam bercorak putih dan Nike dengan warna putih bercorak biru. Keduanya cocok bila dipakai dengan atasan warna apapun menurutku. Itu menurut aku lo, maklum selera fashion orang kan berbeda-beda tapi kalau menurut aku yang selera fashionnya biasa saja dua warna tersebut lebih aku sukai.
“menurutmu mana yang bagus Ju”
Tanya Afdal kepadaku
“mmm.. ngak tau juga sih soalnya semuanya bagus-bagus”
Jawabku
“tapi kalau seandainya kamu disuruh memilih kamu pilih yang mana?”
Tanyanya lagi
“kalau aku disuruh memilih aku lebih suka memilih ini dan ini!”
Jawabku sambil menunjuk sepatu merek Adidas dan Nike
“wah ternyata selera kita sama ya, aku tadi juga kepikiran dengan kedua sepatu ini”
“tapi kalau diantara yang dua ini kamu lebih memilih yang mana”
Tanyanya lagi
“dua-duanya bagus, karena selain desainnya yang bagus warnanya juga lebih natural”
Jawabku tanpa memberikan pilihan
“mmm…”
Afdal hanya mengguman dan menganggukkan kepalanya
“tapi …”
Katanya lagi kelihatan bingung
“kenapa ?”
Tanyaku heran melihatnya
“aku bingung mau mengambil nomor berapa?”
Jawabnya
“masa kamu bingung dengan normor kakimu sendiri”
Kataku lagi tambah heran
“masalahnya ini bukan untuk aku!”
Jawabnya lagi
“memangnya kamu mau beli untuk siapa sih?”
“untuk temanku, hadiah ulang tahun untuknya”
“untuk ulang tahun cewek kamu”
Tanyaku lagi ingin tahu
“ya ngak lah ini kan sepatu cowok, masa cewek mau dikasih sepatu cowok kamu ini ada aja”
Katanya sedikit tertawa menanggapi pertanyaanku tadi, aku malah kikuk sendiri seperdi orang bodoh atas pertanyaan ku tadi.
“ooo …”
Kataku seperti orang bodoh yang masih menahan malu
“habis ngak biasa saja sih”
Kataku lagi membela diri
“ngak biasa bagaimana maksudnya?”
Tanyanya lagi
“kalau untuk hadiah ulang tahun aku rasa barang ini cukup mahal”
Jawabku sok tahu, karena memang menurutku hadiah ulang tahun untuk anak sekolah yang baru SMP seperti kami hadiah seperti ini sudah termasuk mewah dan mahal. Mungkin itu hanya pendapat aku saja kali.
“kecuali kalau untuk pacar…hehehe”
Kataku lagi bercanda
“memangnya kalau mau ngasih hadiah seperti ini harus untuk pacar saja, untuk sahabat ngak boleh?”
tanyanya
“lagian belum tentukan kita bisa memberinya hadiah lain kali, jadi selagi ada kesempatan kenapa tidak!”
Katanya lagi
“mmm…”
Kataku tambah kikuk.
Aku terpaksa senyum saja menjawab perkataan Afdal tadi karena apa yang dia bilang benar sekali. Lalu Afdal memperhatikanku sejenak, aku semakin kikuk diperhatikan seperti ini.
“kenapa?”
Tanyaku
“kalau aku perhatikan temanku itu ukuran badannya hampir sama dengan kamu, aku rasa nomor sepatunya juga sama, nomor sepatu kamu berapa?”
“sama ukuran badan belum tentu juga sama ukura kaki kan”
Kataku lagi tanpa menjawab berapa ukuran sepatuku
“tapi aku rasa pasti sama dengan ukuran kamu aku yakin sekali, memangnya berapa ukuran kaki kamu?”
“kalau aku sih 38, tapi awas jangan salahkan aku nanti ya kalau kamu nanti salah nomor”
Kataku membela diri
“kenapa sih ngak tanya langsung saja sama orangnya?”
Tanyaku lagi
“ngak ah, dia kan mau ulang tahun kalau aku tanya dia, pasti dia sudah tahu bahwa aku mau memberi hadiah apa untuk dia”
“iya juga sih”
Jawabku tanda setuju dengan pendapat Afdal
“Adidas ini no 38 sedangkan Nike 39 jadi aku ambil yang Adidas saja”
Katanya lagi
“tapi aku tidak mau tanggung jawab ya kalau kamu salah nomor”
Kataku lagi mengingatkan
“kali ini aku ngak mungkin salah aku yakin sekali”
Jawabnya tampak yakin sekali dengan pilihannya.
Setelah yakin dengan pilihannya dengan merek Adidas kami memanggil mbak penjaga tersebut untuk membeli, mbak tersebut mengatakan hargannya 90 puluh ribu tapi setelah melakukan tawar menawar akhirnya deal di harga 75 ribu. Dan tidak sampai disitu ternyata setelah selesai membeli sepatu Afdal juga membeli jaket parasut dan celana training seperti yang dipakai para atlet, total belanjanya waktu itu 140 ribu. Harga yang cukup mahal menurutku kalau hanya untuk diberikan sebagai hadiah ulang tahun teman.
ya ni baru sempat update setelah lebih satu bulan tak bisa aktif @lulu_75
kalau ditinggalin nanti sama @Riyand aja lagi. hehe