It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
suka atau tidak entahlah aku juga tidak tahu, waktu itu kita kan masih unyu2 msih kelas 2 smp akhit belum bgitu memahami, kita baru mamasuki masa2 puber jadi bawaannya bercanda melulu.
bahkan sikap Afdal yg berubah kala itu yang setiap hari mengajak jalan kesana kemari tidak menjadi tanda tanya bagiku
flashback
Kalau hari selasa pagi adalah hari yang kurang aku sukai karena jadwal belajar bahasa Indonesia lain halnya dengan rabu pagi. Rabu pagi adalah hari yang paling aku sukai dalam belajar karena ada dua mata pelajaran favoritku yaitu matematika dan bahasa inggris dua mata pelajaran ini selalu ada dihari yang sama. Selain rabu pagi matematika dan bahasa inggris juga selasa siang setelah dua pelajaran yang membosankan itu, untuk pelajaran hari ini kita hanya dikasih tugas oleh wali kelas. Suasana di kelasku hari ini kelihatan beda dengan hari-hari sebelumnya dimana penghuninya agak jauh berkurang pada hari ini selain ada yang absen 4 orang yang tercatat di papan absen 1 sakit 3 izin adalagi 5 orang lagi yang tidak berada di kelas salah satunya Afdal. Kalau Afdal katanya ada yang mau dia urus sedang yang empat lainnya tadi dipanggil wali kelas. Sampai jam pertama berakhir mereka tidak juga kembali barulah pada jam kedua mereka kembali tetapi hanya dua orang yang kembali salah satunya adalah Afdal.
“ngapain lagi tadi dipanggil”
Tanyaku pada Afdal ketika dia sampai di kelas
“ada yang aku urus”
Jawabnya singkat
“urus apaan sih dari kemaren gak kelar-kelar?”
Kataku lagi
“ada lah”
Jawabnya singkat
“eh iya hampir lupa kamu dipanggil wali kelas nanti jam istirahat temui beliau”
Katanya lagi
“aku dipanggil wali kelas, memang ada apa?”
Tanyaku
“ngak tahu, aku tadi di titip pesan untuk memberitahu bahwa kamu dipanggil, itu aja”
Jawab Afdal sambil mengangkat bahu
Setelah itu kami tidak lagi bicara karena guru Bahasa Inggris sudah masuk
***
Ketika jam istirahat aku segera menuju ruangan majelis guru untuk menemui wali kelas. Setelah sampai di ruang majelis guru aku langsung masuk ke ruang sebelah kanan belakang dimana terdapat meja wali kelasku, aku lihat beliau sedang sibuk menulis.
“Permisi Bu”
Kataku menyapa ketika telah sampai ke meja beliau, segera beliau mengangkat kepala dan melihat ke orang yang menyapanya.
“ya Ju silahkan duduk”
Kata beliau lagi mempersilahkan saya duduk di kursi depan yang berhadapan dengan beliau
“tadi Afdal bilang ibu memanggil aku”
Kataku setelah duduk
“iya ibu tadi titip pesan ke Afdal menyuruhmu agar menemui ibu”
Jawab beliau
“ada apa ibu memanggil aku?”
Tanyaku lagi
“ibu memanggilmu karena ibu mau minta tolong padamu!”
“minta tolong apa Bu?”
“ibu minta tolong kepadamu untuk memberikan surat ini kepada orang tua Erik!”
Kata beliau lagi sambil memegang sebuah amplop lalu memberikan amplop itu kepadaku dan aku mengambil amplop itu
“kenapa dititip ke aku bu, bukan ke Erik langsung”
Tanyaku tak mengerti
“kalau ibu titip ke Erik ibu kawatir surat ini gak bakalan sampai ketangan orangtuanya”
“kenapa begitu bu?”
“Erik lagi di skor”
“di skor!!!”
Kataku terkejut mendengar yang baru dikatakan wali kelasku itu
“ya Erik di skor karena kemaren mangkir saat pelajaran bahasa indonesia”
“kalau boleh tahu berapa lama Erik di skor Bu?”
“sampai orang tuanya datang, jadi ibu minta tolong sama kamu untuk memberikan suart ini kepada orangtuanya karena setelah ibu lihat kamulah yang bisa karena kalian juga satu kampungkan”
“kalau begitu baiklah bu secepatnya akan aku sampaikan”
“ya, ibu berterima kasih sebelumnya”
“sama-sama bu, kalau begitu aku pamit dulu bu”
“ya, silahkan”
Aku segera berlalu dari ruangan majelis guru dan menuju kantin tapi sebelumnya aku masuk dulu ke dalam kelas untuk menyimpan surat kedalam tas. Setelah dari kelas aku menuju ke kantin dan segera bergabung dengan Afdal.
“ngapain tadi dipanggil walas?”
Kata Afdal bertanya ketika aku telah bergabung dengannya
“di suruh nitip surat!”
Jawabku
“surat apa?”
“kayaknya surat panggilan untuk orang tua Erik”
“kena masalah apa dia?”
“kena skor, sepertinya masalah saat belajar Bahasa Indonesia kemaren”
“ooo…pantesan dia ngak balik lagi ke kelas tadi kena skor rupanya”
“gitulah”
Kataku sambil menganggat kedua bahuku
“emang gak ada yang lain ya, meski kamu segala?”
Kata Afdal lagi
“ya kamu tau sendirilah yang sekolah satu kampung dengannya kan cuma aku”
“kok ngak di titip kedia langsung sih!”
Katanya lagi sedikit kesal
“kata wali kelas nanti takut ngak sampai sama orangtuanya”
“nyusahin sekali, ternyata butuh kamu juga dia! eh nanti ikut aku lagi yuk!”
“kemana?”
“ngak kemana-mana jalan-jalan aja, selagi ada kesempatan!”
“gaya kamu selagi ada kesempatan! Sok sibuk segala”
“serius ni”
“ya udah tapi ada syaratnya!”
Kataku
“Apa?”
“kamu harus menemani aku dulu antar surat itu”
“antar surat itu, ke kampung kamu?”
“ya ngak lah”
“trus kemana?”
“aku akan menitip surat ini ke sopir minibus yang narek ke kampung”
“ngak masalah, ntar sekalian jalan-jalannya setelah itu, nanti aku jemput jam setengah tiga sore”
“ok”
****
“mau kemana lagi ni?”
Kataku pada Afdal ketika aku telah selesai menitip surat tersebut ke Sopir langgananku.
“kamu maunya kemana?”
Tanyanya balik
“ye kamu yang ngajak masa tanya sama aku!”
Jawabku kesal
“ya siapa tahu kamu ada ide!”
“ok, kalau begitu kita pergi ke Pulau Belibis Yuk!”
“mau mandi lagi?”
Kataku bertanya
“masak mandi terus !!! mmm... kamu ketagihan ya?”
Katanya lagi dengan nada canda menggoda yang dibuat-buat
“ketagihan!!! Maksudmu ?”
“ketagihan mandi bareng aku, ya siapa tahu sekarang bisa bugil”
Katanya lagi sambil tertawa
“ketagihan udelmu, kamu sarap, gila”
Kataku mengeluarkan kata sumpah serapah sambil memukul kecil helm yang terpasang di kepalanya dari belakang.
“hehehehe…”
Suara Afdal yang masih tertawa merespon kata-kata dan perlakuanku tadi.
Setelah itu Afdal manstarter motornya dan mulai menjalankan motor, selama perjalanan kami hanya sesekali bicara ringan apalagi ketika masuk area pasar kami tidak bicara sama sekali. Dari pasar raya kami melalui jalan KS. Tubun setelah tiba di simpang tiga depan rumah dinas Wali Kota kami belok kanan setelah ketemu simpang tiga lagi simpang ke Kelurahan Nan Balimo (simpang rel kereta Api) kami belok kiri lagi kemudian terus lurus sampai bertemu turunan lalu tanjakan kecil sampailah kami di depan SMK N 2 Kota Solok. Dari depan SMK N dua terus lagi keatas samapia ketemu lapangan Pacu Kuda Ampang Kualo dari sana terus lagi ke atas, setelah kurang lebih 10 menit perjalanan baru sampai kami di Pulau Belibis.
Terlihat pemandangan yang cukup indah, hamparan danau kecil atau tepatnya disebut telaga dengan airnya yang cukup jernih. Pemandangan di sekitar danau ini di kelilingi rumput dan pohon-pohon kecil, disekitar danau ini juga ada taman bermain dan hamparan rumput yang biasa digunakan untuk taman pramuka. Udara disini juga terasa sejuk, sungguh tempat yang indah pemandangan dengan suasana danau di atas daerah perbukitan di dalam kota. Tapi sayang kelihatannya kurang terewat karena kebersihan disekitar kawasan ini kurang terjaga karena masih terlihat ada sampah yang berserakan. Andaikan pemerintah mau menatanya lebih baik bakal bisa menjadi destinasi wisata yang bagus untuk di kunjungi dan juga tentunya bakal menjadi sumber pendapatan APBD kota juga nantinya.
“gimana suasananya, suka kan?”
Kata Afdal bertanya saat dia sudah siap memarkir motornya
“lumayan, udaranya sejuk tapi sayangnya kurang terawat”
Jawabku
“iya juga sih kawasan ini kurang mendapat perhataian pemerintah”
“Kesana yuk!”
Katanya lagi menunjuk ke sebelah kiri kami, lalu kami berjalan sekitar 20 meter dari tempat tadi dan tiba di tepi telaga yang agak lebih rendah dan dekat dengan air telaga, kami duduk di tepian telaga di atas rumput dengan kaki yang menjulur ke dalam air kaki kami terendam hingga mata kaki. Aku memainkan air telaga dengan mengayun-ayunkan ujung kakiku sambil melempar batu kerikir sekali-kali, terlihatlah gelombang kecil yang dihasilkan ketika batu menyentuh air.
“tau ngak kenapa tempat ini dinamakan pulau belibis?”
Tanya Afdal lagi
“kenapa emangnya?”
Tanyaku balik
“dulu ini adalah kawasan main burung belibis, di sekitar sini banyak burung belibis mandi tapi setelah kawasan ini mulai diambil alih oleh pemda dan renovasi burung-burung tersebut mulai menghilang dan pergi entah kemana”
“mengungsi ke tempat yang lain kali”
Jawabku bercanda
Jawabnya datar sepeti tanpa ekspresi, aku heran kenapa nada bicara Afdal jadi seperti kurang semangat begitu.
“dengar lagu apaan sih?”
Tanyaku lagi pada Afdal karena dari tadi aku lihat dia bicara sambil mendengar Walkman sambil memasang earphone di salah satu telinganya.
“mau dengar!”
Jawabnya sambil memberikan Walkman dan earphonenya padaku, aku kemudian mengambilnya dan memasang earphone ke telinga. Ternyata yang sedang dia dengar adalah lagu Sherina yang berjudul Lihatlah Lebih Dekat.
“ni lagunya Sherina kan?”
“ya, akhir-akhir ini aku jadi suka sekali mendengar lagu Sherina yang ini”
Jawabnya
“lagunya memang bagus kok”
Kataku lagi
Kami terdiam untuk beberapa saat karena aku sibuk mendengar lagu Sherina sambil sedikit menggoyangkan kepalaku mengikuti iramanya, Afdal juga tidak terdengar suaranya dan dia hanya memperhatikan aku.
“ju“
Kata Afdal kembali memulai percakapan
“ya”
Jawabku tanpa menoleh karena sedang asik mendengar lagu
“aku mau ngomong sesuatu”
Katanya
“mau ngomong apa?”
Tanyaku lagi tetap tanpa melihat ke arahnya
“aku mau… ngomong…. aku ….”
Katanya dengan nada datar dan sedikit terbata
“mau ngomong apa sih sayang!!! ribet amat kayak cewek mau dilamar aja hahaha…”
Kataku sambil tertawa sedikit menggoda untuk mencairkan suasana
“aku … ngak jadi deh”
Katanya lagi
“lah kok ngak jadi?”
Kataku
“ngak penting juga ah”
Kilahnya
“ngambek ni, jangan ngambek ya dek nanti abang kasih permen”
Kataku kembali menggoda
“yeeee… memang aku anak kecil’
Katanya pura-pura manyun
“Dal aku perhatikan akhir-akhir ini kamu berubah ya?”
Tanyaku lagi
“berubah apanya?”
Tanyanya balik
“baik sekali padaku dan sering pula mengajak aku main seperti sekarang ini!”
Jawabku
“mang ngak boleh dan kamu keberatan?”
Tanyanya lagi
“ngak begitu juga maksudku, malah aku yang merasa keberatan kalau menolak”
“kan sudah aku bilang aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersamamu selagi ada kesempatan belum tentu bisa lain waktu”
Jawabnya datar
“ih omongan kamu itu lo kayak orang sibuk amat! selagi ada kesempatan segala kayak ngak ada waktu lain aja, lagian kenapa kamu cuma ngajak aku”
Kataku tetap bercanda menggoda
“terus mau ngajak siapa?”
Tanyanya tetap datar, aku jadi bingung juga kok sifat Afdal agak berubah begini terkesan agak kaku
“pacarmu”
Jawabku
“ye aku kan ngak punya pacar tau”
Jawabnya manyun
“atau jangan-jangan kamu sering ngajak aku karena kamu mau nembak aku ya!!! hahahaha ….kamu mau menjadikan aku pacar kamu ya”
Kataku menggoda sambil menggelitik pinggangnya kemudian aku lari karena takut Afdal membalas gelitikan aku, Afdal merasa terusik karena aku jahili begitu kemudian ia mengejarku, aku terus lari sambil tertawa-tawa dan Afdal terus mengejarku. Setelah berlari-lari cukup lama aku akhirnya berhenti karena kelelahan, nafasku juga terasa sesak. Aku terduduk di atas rerumputan untuk melepas lelah.
“eh nyet”
Kata Afdal ketika sudah duduk bergabung denganku
“apa tadi kamu bilang?”
Kataku
“nyet”
Katanya mengulangi tanpa dosa
“tu mulut ngak pernah disekolahin ya!”
Kataku pura-pura marah, aku senang akhirnya Afdal tidak lagi kaku
“nyet kamu itu lagi puber ya?”
“tu mulut memang perlu disekalhin biar benar ya!”
“memang kenapa kalau benar sedang puber?”
Tanyaku lagi
“abis omongan kamu itu akhir-akhir ini ngaco bangat tau, kalau memang ia cepat cari cewek sana”
“ngak nanti kalau aku cari cewek kamu patah hati lagi kan kamu mau nembak aku untuk jadi pacar kamu, hahahaha”
Kataku tetap menggoda
“kamu itu”
Katanya tiba-tiba ia menindih tubuhku dan mengunci pergelangan tanganku dengan tangannya. Aku jadi susah bergerak kemudian Afdal mulai mengelitik pinggangku aku meronta-ronta kegelian.
“ampuun …. ampuuun ….ampuun ahhahaha”
Kataku sambil meronta-ronta tertawa-tawa menahan geli
“ngak biar tahu rasa”
Kata Afdal tetap tidak menghentikan gelitikannya. Setelah beberapa lama baru dia menghentikannya dan melepaskan kuncian tangannya pada tanganku.
“sakit tau”
Kataku pura-pura marah sambil memegang perutku
“duh anak papa sakit sini papa obati, makanya jangan nakal”
Katanya menggoda membalas candaanku tadi
“sialan kamu”
Kataku sambil memukul pelan sikunya
“habis kamu itu ngomongnya ngaco bangat, yuk pulang!”
Ajaknya
Aku segera berdiri dan membersihkan celanaku dari rumput dengan menepuk-nepuknya dengan tangan, setelah itu baru kami pulang.
***
kok @Riyand bisa ngambil kesimpulan bgt ya! jangan2 @Riyand ini ada bakat peramal ni
hehe
waktu itu aku juga tidak tahu, mgkin karena aku kurang peka kali
flashback
Bel pulang sekolah telah berbunyi, anak-anak sudah berhamburan keluar dari kelas masing-masing, terlihat ramai di gerbang seperti anak ayam yang keluar dari kandang. Aku berdiri dekat gerbang ini menantikan Afdal tapi dia belum juga muncul-muncul. Dia tadi minta pulang bareng, dia minta aku menemaninya ke pasar raya karena ada yang mau dia beli, tapi pas pulang sekolah tadi dia ada keperluan dulu sama walas di ruang majelis guru dan dia minta aku menunggunya di gerbang. Jadilah aku terdampar di sini menunggunya. Kulihat jam di tanganku sudah sepuluh menit aku berdiri di sini tapi yang kunanti-nanti juga belum ada tanda-tanda kemunculannya. Karena capek menunggu Afdal dekat gerbang aku berjalan ke arah kanan gerbang sebelah luar untuk duduk dekat pohon yang ada di samping ruang majelis guru tapi di luar pagar sekolah, di sini lumayan agak sejuk karena dilindungi pohon. Baru saja aku mau duduk ada seseorang yang menarik tanganku dan membawanya berjalan ke arah belakang sekolah, aku yang ditarik dalam keadaan badan yang belum seimbang jadi tertarik mengikuti langkahnya.
“apaan sih, tarik-tarik begini!”
Kataku melepaskan tanganku dari pegangan tangannya, orang yang memegang tanganku tadi berhenti dan mebalikkan badannya.
“dah ikut aja, ada yang perlu diselesaikan dengan kamu!”
Jawabnya kemudian kembali memegang tanganku
“ada apa emangnya, memang gak bisa di bicarain disini?”
Kataku kesal dan menepis tangannya
“makanya ikut aja gue bilang!”
Katanya lagi dan lagi-lagi pengen memegang tanganku kembali
“ngak usah pake tarik-tarik segala, aku pandai sendiri”
Jawabku kesal sambil menepis kembali tangannya yang mau menarik tanganku
“ya udah, ikut!”
katanya lagi kemudian dia berjalan dan aku mengikutinya dari belakang karena aku juga penasaran apa tujuan anak ini sebenarnya. Anak itu membawa aku ke area belakang sekolah tapi di luar perkarangan sekolah. Kami berhenti ketika sudah sampai ke tempat yang di tuju. Terlihat ada empat orang anak yang masih berpakain seragam seperti aku salah satu diantara mereka ada Erik, mereka juga pada merokok kecuali Erik.
“tu dia orangnya”
Kata salah seorang dari mereka sambil menggerakkan kepalanya kedepan seperti orang menyapa tapi dengan nada sinis dan pandangan tidak suka.
“maaf anda ada urusan denganku?”
Tanyaku pada anak yang bicara tadi sambil mengernyitkan dahiku karena tidak mengerti maksudnya bicara begitu
“tu lihat gaaaayanyaaa !!!”
Katanya dengan nada semakin sinis
“mau jadi jagoan kali”
Kata temannya yang lain
“maaf ya!, aku merasa tidak ada urusan dengan anda tapi aku ngak tahu kalau anda ada masalah dengan aku!”
Kataku lagi dengan tegas sambil memandang ke arah anak yang mengatakan aku mau jadi jagoan tadi
“kayaknya lo mau menantang gue!”
Katanya lagi, lalu dia menghirup rokoknya agak lama setelah itu dia menghembuskan asapnya tepat ke muka aku.
“huk… huk… huk…”
Aku terbatuk-batuk sambil mengibaskan asap rokok tersebut. Aku cukup terkejut dengan apa yang baru terjadi dan aku juga tidak siap mengelak ketika dia menghembuskan asap rokok tadi ke mukaku karena kejadiannya begitu cepat dan tidak aku duga-duga.
“alaaaah cemen kena asap rokok aja sampai batuk-batuk gitu mau jadi sok jagoan pula, dasar banci!”
Katanya lagi dengan sinis
“apa kamu bilang?”
Kataku kesal kepadanya dengan pandangan tidak suka sama sekali dengan apa yang baru dia ucapkan
“banci….!”
Katanya kembali tetap dengan nada sinis
“brukk…!!!”
Secara spontan dengan kesal aku mendorong anak yang mengatakan aku banci tadi, tubuhnya tergolek kebelakang dan terhempas ke tanah, rokok yang dia pegang pun terlepas dari tangannya.
“aduuuu…hhh”
Katanya menjerit setelah tubuhnya terhempas ke tanah
“bangsaaaaat...”
Katanya lagi, dia berusaha berdiri, sebelum dia berdiri aku lebih dahulu berinisiatif untuk menyerangnya.
“pummm… bruuuk…”
Sebelum aku menyentuh anak yang tadi sebuah tendangan telah bersarang di pinggangku, tubuhku yang tidak seimbang pun terjatuh ke tanah. Ternyata salah seorang dari mereka telah melayangkan tendangannya kepadaku.
“bruuk….”
Lagi-lagi tubuhku ambruk terjatuh ketika mau berdiri, anak yang tadi aku dorong ternyata sudah mendorong aku kembali disaat aku belum berdiri sempuna.
“besar juga nyali lo ya”
Katanya lagi
“hahaha segitu aja mau ngelawan pula”
Kata yang tadi menendang pinggangku
“makanya jangan belagu jadi orang!!!”
Kali ini suara Erik yang terdengar mencemooh. Sungguh aku terkejut dengan apa yang aku dengar barusan yang keluar dari mulut Erik. Aku berdiri sambil memegang pinggangku yang agak terasa sakit sedikit dan menghadap ke arah Erik.
“kamu bilang apa tadi ?”
Kataku kembali kepada Erik karena tidak percaya dengan apa yang aku dengar tadi.
“aku rasa kamu tidak budeg”
Jawabnya cuek
“maksud kamu berkata seperti itu apa?”
Tanyaku lagi, aku jelas mendengar apa yang dia bilang tadi tapi aku tidak tahu apa maksud perkataanya itu.
“makanya jangan suka mencampuri urusan orang!"
“mencampuri urusan apaan sih? kalau ngomong yang jelas!”
Kataku kesal dengan suara yang keras, aku memegang kerah bajunya dengan kedua tanganku sambil menatap matanya dengan tatapan yang tajam. Kali ini aku cukup kesal dibuatnya kesabaranku sepertinya sudah diambang batas.
“bruuk….”
Kembali badanku terjatuh karena di dorong Erik, bukannya menjawab pertanyaanku tapi dia malah mendorongku dengan sekuat tenaga. Aku berusaha segera bangkit tapi sebelum bisa berdiri teman-temanya menahanku sehingga aku tetap kembali tergolek.
“oi…oi… berhenti”
Terdengar suara seseorang orang, semuanya melihat ke arah suara tersebut berasal. Aku lihat ternyata Afdal yang datang.
“eh lo gak usah ikut campur ya!”
Kata salah seorang dari mereka kepada Afdal.
“kenapa emangnya kalau gue ikut campur!”
Kata Afdal tak mau kalah
“ini bukan urusan lo”
Katanya lagi
“oh jadi itu …! Kalau gue gak boleh ikut campur karena bukan urusan gue kenapa juga lo juga ikut campur, bukankah ini juga bukan urusan lo”
Kata Afdal lagi menatap tajam ke arah anak yang menantang dia tadi
“eh lo jangan …”
“kenapa lo gak suka, kalau ngak suka ayo sini kita selesaikan secara jantan satu lawan satu”
Kata Afdal lagi memotong perkataa anak tadi yang belum sampai. Aku cukup terkejut juga melihat sifat Afdal, ternyata kalau sedang marah begini dia terlihat sangar juga. Aku lihat anak yang menantangnya tadi juga diam tidak berkutik, karena tidak mendapat respon Afdal kemudian jalan menuju ke arah aku dan Erik, dia mengulurkan tangannya untuk membantu aku berdiri aku menyambut tangannya.
“kamu ngak apa-apa?”
Tanyanya padaku ketika aku telah berdiri disampingnya
“ngak apa-apa”
Jawabku sambil menepuk-nepuk pakaianku dengan tangan.
“Eh … aku memang tidak tahu masalah lo dengan dia”
Kata Afdal kepada Erik sambil menunjuk ke arahku
“tapi gue minta sama lo kalau lo memang jantan selesaikanlah secara jantan jangan berlagak seperti pecundang”
Katanya lagi kepada Erik dengan tatapan tajam dan juga dengan emosi seperti tadi, aku lihat Erik cuma terdiam mendengar apa yang di katakana Afdal, aku tidak tahu apa yang di pikirkannya.
“eh lo jangan sembarangan ya kalau ngomong”
Kata anak yang lainnya
“apa…! Lo kurang suka, kan sudah gue bilang kalau lo kurang suka ayo kita selesaikan secara jantan satu-lawan satu”
Kata Afdal kembali menantang mengulang kata-katanya tadi, Afdal bergeser sedikit mengambil posisi lalu ia menanggalkan tas yang dia sandang dari punggungnya dan memberikannya padaku. Aku lihat sepertinya Afdal tidak main-main dengan apa yang dia katakana tadi. Untunglah Erik cs tidak bergeming dan hanya diam. Aku yang tidak mau situasi ini berlarut-larut segera menghentikan Afdal.
“dah ah Dal, jangan diterusin yuk pergi!”
Kataku pada Afdal sambil menarik tanganya
“aku cuma gak suka cara dia”
Kata Afdal sambil menunjuk kepada Erik, aku lihat Erik cuma terdiam begitu juga teman-temannya, lalu kami segera pergi dari tempat itu meninggalkan Erik Cs
iya ni baru sempat update krena akhir2 ini lg sibuk sekali. siang banyak kerjaan yg numpuk, malampun juga nonton olimpic
Daser pun bingung masalah dimana? apalagi aku waktu itu juga bingung sekali, kok sampai2 Erik CS
nenghampiri aku padahal aku sama sekali gak ada urusan sama mereka.
dan rupanya Afdal tahu kok masalahnya