It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
flashback
Bel pada jam terakhir pelajaran berbunyi tanda jam pulang, tak lama berselang anak-anak sudah pada berhamburan keluar dari kelas. Mereka terlihat berdesakan di gerbang sekolah seperti tak sabar ingin segera pulang dan sampai di rumah. Berbeda sekali dengan apa yang aku rasakan sekarang dimana aku malah sebaliknya tidak semangat untuk pulang karena suasana di kos yang tidak nyaman lagi kurasakan sejak kemaren. Ya semenjak perdebatan antara aku dan Erik kemaren diantara kami belum ada tegur sapa sama sekali. Aku memilih untuk mendiamkannya begitu juga dia, bahkan tadi pagipun kami berangkat sekolah sendiri-sendiri. Aku malas pulang ke kos karena aku yakin sekarang Erik pasti di kos karena sekarang les libur selama seminggu karena sedang ada minggu tenang sebelum ujian. Aku nanti sore saja balik ke kos ketika dia sudah berangkat pergi latihan sepak bola. Aku putuskan pergi main-main dulu ke pasar raya meskipun tanpa tujuan. Jarak pasar dari sekolahku tidak terlalu jauh kurang lebih sekitar 200 m bisa di tempuh jalan kaki dalam 5 menit. Ketika sampai di pasar raya aku putuskan pergi ke toko buku dan pustaka Tanah Air yang terdapat di bagian dalam pasar raya. Toko buku ini lumayan besar juga, kita bisa melihat-lihat dahulu buku yang mau kita beli. Karena sebelumnya tidak ada tujuan mau beli buku apa aku cuma melihat-lihat kamus, ku ambil kamus yang sampulnya bewarna merah ketika aku lihat sampulnya aku senyum dan ketawa sendiri membaca judul pada sampulnya “KAMUS INGGRIS-INDONESIA – INDONESIA INGGRIS 1 MILIAR KOSA KATA GRAMMAR”, gimana ngak ketawa coba kamus yang besarnya lebih kecil dari ukuran buku tulis dan tebalnya cuma sekitar 500 halaman mana mungkin isinya sampai 1 miliar kosakata. Ketika sedang asik-asik melihat kamus tersebut ada seseorang menepuk pundakku.
“Hai Ju, lagi apa di sini? “
Suara orang yang menepuk pudakku tadi, aku segera melihat ke arahnya, ternyata dia adalah Yudi, Yudi teman sekampung aku, aku kenal Yudi karena dia merupakan famili juga dari istri abangku yang paling besar. Kami cuma kenal gitu doang dan tidak begitu akrab karena dulunya kami sekolah di SD yang berbeda. Yudi dua tahun lebih tua dari aku sekarang ia sekolah di salah satu SMK disini. Walaupun kami sebelumnya tidaklah begitu akrab tapi karena kami berasal dari satu kampung yang sama dan bertemu di negeri orang seperti ini sudah seperti bertemu keluarga sendiri apalagi kami senasib sama-sama anak kos yang jauh dari orang tua.
“eh kamu Yud, ngak lagi ngapa-ngapain kamu sendiri ngapain di sini?”
Tanyaku balik
“aku tadi mencari pensil warna, untuk keperluan menggambar di sekolah besok”
Jawabnya
“sudah selsai?”
Tanyaku lagi
“sudah, btw kamu kos dimana?”
“Aku kos di Kel …”
Kataku menyebutkan kelurahan tempat aku kos
“ada acara ngak setelah ini?”
“ngak ada, aku cuma main-main aja tadi lagi bosan saja di kos”
“main ke kos aku yuk, kos aku dekat kok dari sini”
Ajaknya
“sudah selesai belanjanya?”
Tanyaku lagi
“sudah, yuk cabut”
Katanya lagi kemudian aku ikut dengan Yudi ke kosnya
***
Kos Yudi ternyata cukup rame karena kawasan di sekitar ini memang kawasan kos-kosan. Maklum disekitar kawasan ini terdapat 1 SMP, SMA dan SMK selain itu kawasan ini juga tinggal dekat dengan pasar. Kosnya cukup asri karena, halamanya cukup luas terdapat dua buah pohon seri (aku tidak tahu bahasa Indonesia nama pohon ini, pohon ini buahnya bisa dimakan) yang berukuran sedang. Sedangkan di sisi kiri kanan dari masuk gerbang berjajar berbagai macam bunga kertas yang di tanam dalam pot berukuran besar. Kos Rudi terdiri dari dua lantai dan kamar Rudi berada di lantai dua, kamarnya berada di bagian depan dan menghadap ke halaman, kamar rudi berukuran 3 X 4 m di depan kamar terdapat teras (beranda) yang bisa di gunakan untuk bersantai atau nongkrong-nongkrong cantik ketika bosan di dalam kamar.
“silahkan masuk Ju, tapi maaf ya kamarnya berantakan”
Kata Yudi mempersilahkan aku masuk setelah ia membuka pintu kamarnya. Ku lihat kamarnya cukup rami terdapat dua tempat tidur di sisi kiri dan di sisi kanan yang merapat ke dinding masing-masing di ujung tempat tidur ada lemari pakaian dan bisa dipastikan bahwa penghuni kamar ini terdiri dari dua orang.
“wah kalau begini dibilang berantakan, bagaimana ya kalau rapinya”
Kataku menjawab perkataan Yudi tadi, karena memang ku lihat kamar Yudi cukup rapi tapi dia bilang berantakan ya walaupun tadi sempat kulihat ada beberapa buah buku yang berserakan di atas tempat tidur.
“mmm…”
Dia hanya tersenyum menanggapi kata-kataku tadi
“aku tinggal bentar dulu ya Ju, anggap saja rumah sendiri”
Katanya lagi
“mang kamu mau kemana?”
Tanyaku lagi
“ke depan”
Jawabnya sambil berlalu
Sepeninggal Yudi aku cuma membaca koran yang terdapat di tumpukan buku belajar Yudi selang beberapa saat dia kembali, kulihat dia menenteng kantong yang berisi sebuah es batu, mmm ternyata dia ke depan untuk membeli es batu. Kemudian dia memukul bongkahan batu menjadi beberapa bagian dan memasukkannya kedalam teko lalu ia campur dengan susu kental dan terakir ia siram fanta warna merah.
“panas-panas gini enaknya minum yang dingin-dingin biar segar”
Katanya, kemudian ia mengambil gelas dua buah dan mengisinya lalu memberikannya satu kepadaku.
“ngak perlu repot-repot lah Yud, seperti tamu jauh aja”
Kataku sambil mengambil gelas yang dia berikan
“ah kamu cuma minuman ini masa bikin repot pula”
“kos kamu enak juga ya lingkungannya dan ramai lagi, berapa orang sih anak kos disini”
“di kos ini ada sepuluh kamar rata-rata dua orang perkamar tapi ada juga dua kamar yang isinya satu orang”
“enak ya kalau kos ramai seperti ini”
“ada enak dan ada juga tidak enaknya tapi lebih banyak enaknya sih, lagian kita di sini juga berasal dari daerah yang berbeda dan sekolah juga berbeda-beda jadi asik bisa saling kenal daerah masing-masing, memangnya kos kamu bagaimana gak ramai seperti ini ?”
“wah kalau aku sih tinggal bukan di kawasan kos-kosan kayak gini, dan satu kos pun cuma dua orang, sepi sering bosan, suntuk seperti sekarang ini makanya jalan-jalan tadi”
“kalau begitu pindah saja ke sini, kebetulan di kos ini ada satu kamar yang lagi kosong lagian dari sini ke sekolah kamu kan gak terlalu jauh masih bisa jalan kaki”
“ngak bisalah Yud”
“kenapa?”
“aku kan kos berdua jadi ngak bisa pindah sendiri-sendiri”
“ya pindah aja sekalian keduanya”
“ye belum tentu juga kawan kos aku mau, eh btw kawan satu kamar kamu mana?”
“oh dia tadi balik kampung, ada keperluan katanya”
Ngak terasa sudah dua jam saja aku main di tempat Yudi, banyak yang kami obrolin. Ternyata Yudi orangnya enak juga dibawa ongomongin ngelar-ngilur sana sini. Setelah jam empat lebih aku pamit dari kos Yudi pulang ke kos aku, semoga ngak ada lagi yang bikin aku kesal pas tiba di kos.
thank atas kritikannya
memang agak bertele-tele, tp itulah kenyataan yang kualami, klau aku ubah2 ceritanya tentu gak true story lg namanya
mulai dekat sih tapi tidak terlalu akrab, selain perbedaan umur 3 tahun tp Yudi melarang aku memanggilnya kakak, beda sekolah beda visi anak SMK & SMP jg krn jrang bertemu krn ksibukan masing2
Maaf lama menunggu krn lg sibuk krn mau masuk tahun ajaran baru plus masih suasana lebaran yang bnyakan kegiatan di luar.
lanjutannya lagi on going kok mudah2an dalam minggu ini bs di upload
Flashback
Karena hari sudah sore aku memutuskan untuk pulang naik angkot jadi dari kos Yudi aku harus jalan kaki dulu ke terminal angkot, Yudi menyarankan aku pulang lewat jalan depan agar tidak melalui pasar raya, karena aku belum tahu jalan maka dia menemani aku sampai ke jalan depan yang dia maksud. Ternyata jalannya mutar arah dari jalan masuk tadi, bila tadi dari pasar kita masuk ke arah timur sekarang menuju ke utara. Setelah memasuki jalan gang yang hanya beberapa meter kita tiba di jalan utama yaitu jalan K.H Ahmad Dahlan.
“oh jadi kita tiba di jalan ini! padahal aku hampir tiap hari melalui jalan ini”
Kataku
“kamu hampir tiap hari melalui jalan ini bukannya kamu kos di …?”
Tanyanya heran
“ia aku hampir tiap hari melalui ini karena aku les di LKPB”
Jawabku
Ya tempat les aku namanya LKPB yang terletak di Jalan K.H Ahmad Dahlan ini juga, palingan kurang lebih 100 meter dari simpang gang ke kos Yudi ini.
“wah bagus tu! lebih baik kamu pindah kos ke sini aja kan dekat kalau pergi les, tidak ribet harus bolak balik dahulu dari sekolah ke kosmu”
“iya juga sih”
Jawabku singkat
“bukan iya juga tapi memang iya”
Katanya lagi
“mmm…”
Aku hanya tersenyum saja menjawab kata yudi tadi. Memang benar sih apa yang dikatakan Yudi kalau aku kos disini aku tidak ribet harus bolak balik ke kos dari sekolah karena kos Yudi dan tempat les aku searah dari sekolah ku. Sekarang aku kos lumayan jauh dari sekolah, memang sih dibanding kos Yudi tidak berapa beda tapi kalau dilihat dari tempat aku les bakalan terasa jauhnya karena berlawanan arah sedangkan kos Yudi searah tempat les aku.
“nanti aku piker-pikir dulu deh”
Kataku lagi
“Ya”
Jawabnya
“aku antar sampai di sini aja ya, tau kan jalannya?”
Katanya lagi
“ngak papa aku tau kok, thank’s ”
Jawab ku
“sama-sama”
balasnya
“aku cabut dulu”
Kataku lagi
“ok”
Katanya sambil mengacungkan jempol kananya
Aku kemudian menyebrang jalan K.H Dahlan tersebut setelah tiba di sebarang aku lalu melalui jalan gang di sebelah pertokoan, dibelakang pertokoan ini ada sepasan jalan yang mengapit jalan rel kereta api. Jalan ini lah yang selalu aku lalui ketika pergi les, setelah berjalan beberapa meter barulah tiba di terminal angkot.
***
Sudah empat hari ini perang dingin antara aku dan Erik berlangsung. Aku menyebutnya perang dingin karena diantara kami masih belum juga ada tegur sapa sama sekali, baik aku dan Erik masih memilih saling diam. Dapat dibayangkan bagaimana rasanya tinggal satu atap bahkan satu kamar tapi tidak ada komunikasi sama sekali walaupun hanya untuk satu kata, ya mungkin diantara kami saling mempertahankan ego masing-masing. Aku ngak tahu juga kenapa aku bisa mendiamkannya selama empat hari ini tapi aku melalkukannya agar tidak ada lagi konflik mulut antara aku dan dia yang ujung-ujungnya membuat aku sakit hati apalagi akhir-akhir ini sifat Erik kalau boleh aku bilang makin menjadi seperti tadi sore ketika aku sedang santai sambil membaca novel favoritku aku dikejutkan oleh suara pintu yang terhempas ke didinding karena di dorong keras dari luar ternyata Erik itu yang datang ku lihat ia seperti tergesa-gesa, kemudian ia juga dengan santainya masuk ke dalam kamar tanpa melepas sepatunya.
Sebenarnya bukan kali ini saja ia melakukan ini, kemaren setelah pulang latihan sepak bola dengan santai ia masuk ke kamar dan dengan cueknya langsung rebahan ke tempat tidur tanpa melepas sepatu. Sepertinya dia memperlihatkan keangkuhannya pada ku dengan berbuat seperti itu seakan-akan dia berkata “mau apa lo, lo ngak berhak ngatur-ngatur gue, kita tinggal disini sama-sama bayar dan ini adalah wilayah gue” seperti yang dia bilang kemaren. Hatiku memang sedikit dongkol melihatnya ingin aku labrak dia tapi tetap aku tahan. Aku pilih diam dan mencuekkannya karena dengan begitu seakan-akan aku juga bilang ke dia “terserah lo mau melakukan apa, asalkan tidak mengganggu ketengangan gue”. Ya aku memilih bersifat cuek kepadanya asalkan tidak menggangu aku, mau dia bawa sepatu ke kamar, mau dia taruh pakaian kotor sembarangan, mau bukunya berserakan disana sini asalkan di wilayah dia (seperti yang dia bilang kita sama-sama ngontrak jadi diantara kita berhak separuh wilayah kos ini) aku ngak peduli karena di kos kami hampir tidak pernah bersama kecuali malam saat tidur. Siang hari kalau aku ada di kos Erik biasanya main keluar begitupun kalau dia di kos aku yang pergi ke luar atau kalau tidak keluar aku duduk santai di kedai pak Indra. Seperti malam ini Erik ada di kos bahkan mungkin dia sudah tidur karena capek siap latihan bola tadi aku tidak tahu karena setelah magrib tadi aku keluar untuk main ke kedai pak Indra.
“Si Erik kemana Ju?”
Tanya Pak Indra
“Ada Pak di dalam”
Jawabku sambil tetap membaca novel kesukaanku (novel Kisah 1001 malam)
“ngak main ke luar?”
Tanya Pak Indra lagi
“mungkin dah tidur kali Pak, capek siap latihan bola tadi”
Suasana hening beberapa saat karena Pak Indra sibuk melayani pembeli sedangkan aku sibuk membaca.
“bapak perhatikan akhir-akhir ini kalian jarang sekali jalan bareng”
Tanya Pak Indra memulai lagi obrolan
“maklumlah pak kita banyak kegiatan dan sibuk dengan urusan masing-masing, pulang sekolah kami les lalu ada lagi kegiatan di luar”
Jawabku
“ooo… bapak kira kalian ada masalah”
“ngak lah Pak kita punya kegiatan yang berbeda dan kesibukan masing-masing”
Jawabku sedikit berbohong.
Siapa sih yang ngak curiga melihat kami berdua, kami hidup satu atap, satu sekolah dan satu lokal tapi tidak pernah kelihatan lagi bersama akhir-akhir ini. Okelah kalau pulang sekolah kami ada kegiatan, Erik les jam setengah tiga kemudian sore dia latiham bola dan aku les jam setengah Lima. Tapi sebelum berangkat les Erik balik dahulu ke kos siap pulang sekolah untuk ganti baju dan aku selalu pulang sekolah lima sampai sepuluh menit setelah Erik. Aku sengaja lambat pulang ke kos agar tiba di kos tidak ketemu Erik. Lalu ketika aku main ke kedai Pak Indra Erik ngak ada dan dia di kos begitupun jika dia di kedai Pak Indra aku yang di kos. Dan yang paling kentara kelihatannya adalah ketika ketika kami berangkat sekolah sendiri-sendiri padahal kami satu lokal, tentu saja ini menimbulkan pertanyaan bagi orang.
Aku memilih situasi ini agar tidak ada lagi percekcokan diantara kami, mudah-mudahan dengan situasi ini kami bisa saling introspeksi diri masing-masing. Entah sampai kapan aku juga tidak tahu pastinya.
“aku pamit dahulu ya Pak, sudah malam soalnya”
Kataku pada Pak Indra untuk pamit pulang ke kos
“oh ya silahkan, bapak sebentar lagi juga mau tutup”
Jawab pak Indra
Sesampainya di kos aku lihat Erik memang sudah tidur, akupun langsung tidur karena sudah ngantuk berat.
***
Tuuuuuttt…..tuuuutt…. tuuuuutttt
Bel tanda istirahat berbunyi, benar gak ya begitu bunyinya (anggap sajalah begitu).
Akhirnya dua pelajaran yang membosankan buat aku berakhir juga dengan berbunyinya bel istirahat. Gimana ngak membosankan pagi belajar PPKn yang membahas undang undang ini itu dan dilanjut pelajaran ke dua Bahasa yang membahas tentang apalah itu namanya majas-majas. Meskipun dari tadi aku mengharapkan jam istirahat tapi hari ini aku malas keluar istirahat aku memilih melanjutkan membaca buku cerita “Kisah 1001 Malam”. Anak-anak juga pada keluar satu persatu meninggalkan kelas hanya ada bebrapa orang saja yang mondar mandir keluar masuk kelas.
“ngak keluar Ju”
Tanya Dino
“ngak malas”
Jawabku singkat
“btw nanti pulang jam sekolah jangan lupa ya”
“ya”
Jawabku sambil membuka buku cerita Kisah 1001 Malam
“kalau begitu aku cabut dulu”
Katanya lagi
“Ok”
Jawabku tanpa menoleh
Aku, Dino, Naura dan Ega nanti siang habis sekolah berencana pergi ke Pasar Raya untuk mencari bahan-bahan untuk praktek pelajaran KTK besok. Besok pelajaran KTK adalah praktek menyablon, untuk pelajarannya kita dibagi jadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang per kelompok.
“serius amat membacanya”
Terdengar suara seseorang ketika aku sedang asik membaca, ketika aku menoleh ke samping ternyata Afdal teman sebangkuku sudah duduk saja di sebelahku. Afdal baru sebulan menjadi teman sebangkuku karena Erik yang sebangku dengan aku memilih pindah duduk ke bangku yang lain semenjak sebulan yang lalu.
Aku hanya tersenyum menjawab
“cerita apaan sih?”
Tanyanya kemudian dia memegang buku yang aku baca dan melihat halaman depan
“kisah 1001 Malam, cerita tentang apaan sih?”
Tanyanya lagi
“cerita dongeng dari negeri Irak”
Jawabku
“ceritanya tentang apa ?”
“cerita tentang seorang Raja yang di Khianati oleh Istrinya, Istrinya berselingkuh ketika ia pergi berburu atau sedang tidak di istana. Suatu hari ketika Istrinya berselingkuh di ketahui oleh adik Raja yang berkunjung ke Istananya lalu adiknya memberitahu kepada raja tersebut, tapi sang raja tidak mempercayainya sebelum ia membuktikannya sendiri, sang raja bersumpah kalau memang yang dikatakan adiknya itu benar maka ia bersumpah akan membunuh istrinya dan tak akan percaya lagi kepada wanita seumur hidupnya, dia hanya akan menikahi wanita selama satu malam dan esoknya langsung ia bunuh. Untuk membuktikan apa yang dikatakan adiknya sang raja tersebut membuat suatu rencana untuk menjebak istrinya. Suatu hari Raja tersebut memberitahu kepada istrinya bahwa ia akan pergi berburu namun di tengah perjalanan sang Raja secara diam-diam tanpa diketahui istrinya pulang ke istana dan menyelinap di kamar tempat adiknya melihat istrinya berselingkuh dulu. Setelah menunggu beberapa lama ternyata apa yang dikatakan adiknya itu adalah benar, sang Raja melihat dengan matanya sendiri istrinya berzina, Sang Raja jadi murka dan membunuh istrinya. Hari-hari berikutnya sang raja membuktikan sumpahnya, ketika sang Raja rindu akan wanita untuk melepaskan hasratnya ia menikahi wanita tersebut hanya untuk satu malam saja dan paginya langsung ia bunuh yang dilakukan oleh menterinya. Hal itu berlanjut untuk beberapa lama.
Melihat penomena tersebut menarik perhatian anak perempuan menteri yang menjadi algojo sang raja ketika membunuh wanita yang siap ia nikahi semalam. Ia bertekad akan menghentikan tindakan gila sang Raja karena kalau di biarakan terus menerus wanita pasti akan habis oleh sifat gila sang raja. Maka ia menajukan diri kepada ayahnya untuk menikah dengan sang raja. Tentu saja ayahnya terkejut dengan permintaan putrinya tersebut, tapi dengan tekad yang sudah bulat dan niat untuk menyelamatkan para wanita ia dapat meyakinkan ayahnya. Maka ia pun menikah dengan sang raja, setelah sang Raja selesai menggaulinya, anak menteri tersebut meminta kepada sang Raja untuk dapat menghadirkan adiknya ketengah-tengah mereka karena ia mau bercerita untuk yang terakhir kalinya kepada adiknya. Sang Rajapun mengabulkan permintaan wanita tersebut dan ketika adiknya sudah bergabung dengan mereka ia pun mulai bercerita, ceritanya sangat menarik tapi sedang asik bercerita terdengar suara ayam berkokok tanda pagi telah tiba padahal ceritanya masih menggantung dan membuat orang yang mendengarkan jadi penasaran begitu juga dengan adik wanita tersebut dan juga sang Raja. Wanita tersebut berkata kepada sang raja andaikan sang Raja memberikan dia kesempatan hidup satu hari lagi maka ia akan melanjutkan ceritanya, karena penasaran dengan kelanjutan ceritanya maka sang raja mengabulkannya dan menangguhkan hukumannya. Pada malam kedua ketika wanita itu bercerita terjadi hal yang sama ketika hari sudah pagi cerita masih menggantung. Karena penasaran dengan lanjutan cerita sang Raja kembali menangguhkan hukuman pada wanita tersebut, begitu seterusnya sampai malam-malam berikutnya”
Jawabku menerangkan sedikit cerita Kisah 1001 Malam yang kubaca
“sepertinya menarik terus bagaimana endinngnya?”
Tanya Afdal antusias
“aku juga belum tahu karena aku baru baca sampai malam ke 88”
Jawabku karena waktu itu aku membaca memang baru sampai halaman tersebut
“memang apa sih yang diceritakan wanita tersebut kok sampai beberapa malam belum juga selesai”
“banyak, di dalam cerita itu juga ada cerita”
“boleh aku pinjam, aku jadi penasaran pengen membacanya juga”
“nanti ajalah ketika aku sudah siap, sekarang aku baru sampai malam ke 88 nanti kalau sudah malam ke 100 siap baru aku pinjamkan”
“kok cuma sampai malam ke 100, tidak sampai malam 1001 seperti judulnya”
Tanyanya lagi heran
“memang ngak cuma sampai malam ke 100”
Jawabku
“maksudnya?”
“ceritanya memang sampai malam 1001 tapi dibuku ini cuma ada sampai malam ke 100, lanjutan malam-malam berikutnya di buku seri selanjutnya”
“busyet buku setebal ini baru 10 % dari ceritanya”
Katanya setengah tak percaya
“ngak tau juga ini baru 10% nya atau bukan, karena belum tentu juga cerita malam-malam selanjutnya bakal sepanjang ini”
“ooo…”
Katanya
Bel masuk segera berbunyi, kami segera mengakhiri percakapan kami aku juga kemudian menyimpan buku tersebut karena dua pelajaran berikutnya adalah pelajaran favorit aku yaitu matematika dan bahasa inggris.
***
silahkan
@Riyand
@lulu_75
dinikmati
hehe
maaf klo ada kekurangan dan tak sesuai yg diharapkan
aduh @lulu_75 masih penasaran sampai harus menebak2 dr Rovi, Erick, Yudi, skrg Afdal