It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
juju ini dah open ya ke ravi, kok becandanya coklat-stroberi gitu?
ya aku sudah open ke rovi, gimana ceritanya cokelat strawberry itu adalah julukan aku untuk "DIA" dan LIA. dan ini Rovi dah tahu semuanya. nanti ada flashback khusus bagaimana aku open ke Rovi
hehe, jadi juju buka hatinya utk coklat2 laen ato stroberi2 laen nih?
ya setelah LIA menikah kbanyakan aku cerita sama Rovi, bahkan Rovi sering mensupor aku dalam berbagai hal, tapi walaupun begitu tetap aku anggap sbg teman biasa aku tidak menganggap Rovi sebagai sahabat, kenapa bisa begitu aku juga tidak tahu padahal Rovi adalah satu2nya orang yang aku open tentang diriku
@lulu_75
aduh jgn panggil Juju ah, gimana2 gitu dengarnya. R@ju aja
Flashback
Hari ini adalah hari pertama dimana aku menjadi mahasiswa salah satu PTS di kota Padang. Sebelumnya tak ada rencana untuk kuliah di kota ini, waktu SPMB kemaren tidak ada yang aku pilih PTN di kota Padang karena memang jurusan yang aku ambil tidak ada di kedua PTN tersebut. Aku pegen kuliah di luar daerah untuk mencoba suasana baru sekalian juga mau mencoba peruntungan di negeri orang tapi karena kuatnya arus di selat sunda membuat kapalku oleng dan akhirnya terdampar juga di kota Padang ini. Andaikan “DIA” ada di sini apa mungkinkah kami bakal satu kampus juga?.
Hari pertama kuliah ini di isi pengenalan kampus, penyampaian tata tertib kuliah yang kebanyakan di isi oleh bagian civitas akademik. Sesi terakhir baru diambil oleh anggota BEM yang materinya penyampaian tata tertib kegiatan ospek selama seminggu kedepan. Untuk kegiatan ospek kita dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok tidak hanya dari satu jurusan tapi dari beberapa jurusan. Bagus juga pembagian kelompkonya karena kita bisa kenal dengan anak-anak jurusan lain.
Kegiatan Ospek selama seminggu sungguh sangat melelahkan dan membosankan. Kalau boleh di kata banyak mudarat daripada manfaat. Tidak jarang MABA jadi bullyan para senior. Ada-ada saja kesalahan junior yang dicari-cari apalagi dengan dengan adanya dua pasal yang berlaku selama Ospek yaitu
Pasal 1 ” senior selalu benar”
Pasal 2 “jika senior salah maka kembali ke pasal 1”
Dengan pasal tersebut apapun yang dilakukan senior selalu benar termasuk melakukan pembulyan. Dan yang lebih parahnya mahasiswa- mahasiswa yang tidak masuk dalam panitia juga ikut-ikutan. Sungguh sangat membosankan, jika ada wacana penghapusan Ospek di kampus maka aku adalah orang pertama yang menyetujuinya.
Selama kegiatan OSPEK ada seorang maba yang cukup menarik perhatian MABA lain. Dia tidak satu kelompok dengan aku, dia menarik perhatian orang bukan karena sifat MPO atau over actingnya. Dia kelihatannya cukup enjoy menjalani kegiatan ospek ini, apapun yang di suruh senior dia lakukan dengan senang hati, sepertinya dia cukup terkenal diantara senior-senior di sini dan ternyata dia juga satu jurusan dengan aku. Usut punya usut ternyata dia memang cukup dikenal oleh para senior karena sebelum kuliah di sini dia juga sering di bawa ke kampus ini oleh abangnya. Ternyata abangnya juga alumni di sini dan juga merupakan mantan anggota BEM. Abangnya baru tamat satu tahun yang lalu. Nama mahasiswa baru yang itu adalah Rovi Arisandi (nama belakang disamarkan).
Ternyata Rovi satu daerah dengan aku tapi beda kecamatan. Tapi sejak SMP dia sudah sekolah di Padang karena ibunya pindah mengajar di Padang.
Waktu terus berjalan dan kami sibuk dengan perkuliahan, aku dan Rovi juga sudah mulai akrab. Keakraban kami juga tidak lepas dari tugas kuliah yang sering kami kerjakan bareng. Tahun pertama kuliah kebanyakan pelajaran umum, entah kenapa kok pelajaran umum seperti bahasa, fisika, mtm, pancasila masih masuk dalam silabus mata kuliah IT. Rovi anaknya cukup pintar dibagian IT maklum karena dia basicnya dari SMK IT tapi cukup lemah dibagian umum seperti Kalkulus dan Fisika dan bagian ini aku cukup lumayan karena basicku yang dulu SMA IPA. Ketika ada tugas IT terutama tentang program aku sering bertanya kepada Rovi dan sebaliknya jika ada tugas dari pelajaran umum. Sekarang kami sudah duduk di semester 3 mata kuliah yang jurusan IT nya sudah banyak.
“btw waktu SPMB kemaren kamu ngambil kampus mana Vi?”
Tanyaku pada Rovi
“aku ngak ikut SPMB”
Jawab Rovi
“kok ngak ikut?”
Tanyaku lagi
“memang kenapa?”
Dia balik bertanya
“ngak kenapa juga, aku lihat kamu itu cukup pintar di bagian IT, kok ngak mencoba ngambil di kampus yang sudah lama buka IT nya, seperti di pulau jawa misalnya?”
“ya itu masalahnya “
“maksud kamu?”
Tanyaku lagi karena kurang paham
“aku tidak di izinkan oleh mama kuliah di luar daerah apalagi pulau Jawa, di UNAND dan UNP belum ada jurusan IT, poli kalo ngak salah mungkin baru buka tahun ini, tapi aku pengenya langsung S1 makanya aku ngak ikut SPMB”
Jawab Rovi menjelaskan
“kamu sendiri?”
“aku dulu waktu SPMB ngambil Ilkom UI sama Ilkom USU tapi dua-duanya ngak jebol”
Jawabku
“wuih UI !“
“aku sih dulu mencoba-coba saja setidaknya aku lulus di pilihan kedua, tapi ya pilihan kedua aku juga gagal”
Jawabku
“dan akhirnya terdampar disini”
Katanya lagi
“ya dan sialnya lagi ketemu orang gila seperti kamu”
Balasku tak mau kalah
“ganteng gini kok di bilang gila, lagian mana ada orang gila yang ganteng”
Jawab Rovi lagi
“btw kok kamu malah tertarik kuliah di IT? Aku lihat kamu cukup pintar dibagian eksak terutama kalkulus, kok ngak ngambil mtk atau statistic aja?”
Tanya Rovi
“bosan, pengen mencari suasana baru aja Vi, lagian kalau IT kan di butuhkan disegala bidang”
Jawabku
“ooo…”
Jawab rovi
Setelah itu kami sibuk mengerjakan tugas kuliah untuk esok. Kami cuma beberapa kali saja bicara itupun tentang tugas.
“akhirnya selesai juga”
Kataku sambil mengepal-ngepalkan tangan kedepan untuk menghilangkan capek karena kebanyakan mengetik program.
“eh Ju”
Kata Rovi lagi
“apa?”
Jawabku
“kuperhatikan sepertinya Siska suka deh sama lo, serius deh”
Aku tidak merespon perkataan Rovi barusan karena memang tidak menarik buat aku bahas.
“eh nyet lo yang sopan dikit dong kalau orang lagi ngomong dengerin kek”
Kata Rovi lagi mulai menyerocos, dia juga tidak konsisten kalau manggil orang, kadang dia nyebut nama orang, kadang kamu aku kadang lu gue. Akupun juga sering terbawa olehnya.
“Not interested”
Jawabku singkat
“gue heran deh sama lo, hati lo itu terbuat dari apa sih? kaku banget, dingin seperti batu es dan keras seperti batu karang, mang lo ngak tertarik sama siska”
“kan udah gue bilang NOT INTERESTED”
“tapi Siska lumayan cantik lo”
Kata Rovi lagi sedikit menggoda
“kalo cantik menurut lo kenapa ngak lo embat aja”
Kataku menyela
“kenapa gue kan gue lihat dianya suka sama lo, lagian dia bukan tipe gue”
“oh ya aku lupa, tipe lo kan om om”
Jawabku sedikit bercanda
“enak aja, yang ada om-om itu yang tergila-gila sama gue kali”
“sarap”
Kataku
“memang tipe seperti apa sih yang kamu cari?”
Kata Rovi lagi penuh selidik
“gue ke sini bukan mau cari bini tapi mau kuliah?”
Kilahku
“cie-cie anak kuliahan”
Katanya lagi menertawakan
“emang anak kuliahan”
Kataku tak mau kalah
“atau jangan-janagan…”
Katanya menggantung kalimatnya
“jangan-jangan apa?”
Tanyaku penasaran
“jangan-jangan kamu mencari yang ganteng-ganteng lagi”
Katanya lagi tetap dengan ekspresi yang tadi
“sarap”
Kataku kemudian aku berdiri karena aku mau keluar
“mau kemana”
Tanyanya
“ke kedai mau beli cemilan”
“titip”
“sini duitnya”
“pake duit lo aja”
“itu bukan titip namanya monyet”
Kataku kesal
“aku kan disini tamu”
Katanya membela diri
“tamu dari Hongkong”
“eh aku pakai computer ya”
“pakai ajalah kayak orang lain aja”
Selaku
“dipassword ngak”
“ngak”
Jawabku
Kemudian aku segera berlalu
Rovi orangnya memang supel dan blak-blakan, dia mudah bergaul dengan siapa saja. Sepertinya dia itu cocok kalau di tempatkan pada bagian humas. Di kampus pun dia banyak di kenal oleh kalangan mahasiswa karena selain abangnya juga karena pintarnya. Tidak jarang hal itu juga ia gunakan untuk tebar pesona di kampus, tebar pesona bukan berarti dia itu playboy.
Bahkan pernah secara blak-blakan dia mengakui kalo dirinya itu bisek. Saat itu terjadi pada mata kuliah seorang dosen yang memang terkenal sedikit killer di kalangan senior. Tapi kalau menurut aku sih dosen itu tidak killer tapi tegas, dia malah open terhadap mata kuliah. Pada awal kuliah dia memberikan pilihan pada mahasiswa mau pakai Sistem penilaian apa. Sistem Penilaian ada 4 kategori yaitu absen, tugas dan quiz, uts dan uas. Untuk mendapatkan nilai akhir diserahkan kepada mahasiswa untuk mengambil masing-masing nilai tersebut dengan batas maksimal 40% dan total ke empatnya adalah 100%. Kalau mahasiswa mau mengambil nilai 40% dari absen maka konsekuensinya status sakit dan izin jadi waspada dan toleransi terlambat maksimal 5 menit. Dia juga bilang tidak segan-segan mengasih nilai A semuanya dan juga tidak segan-segan mengasih nilai E semuanya
Pada suatu saat juga pada mata kuliah dosen tersebut ada seorang senior yang sangat kawatir sekali dengan tugas yang belum dia selesaikan padahal hari ini adalah deadline nya. Tapi sukur hari itu dosen tersebut berhalanagn hadir karena ada urusan mendadak dan bakal dicari hari lain sebagai pengganti kuliah hari ini.
“sukur deh kalau hari ini dia ngak masuk”
Kata senior itu
“Segitu senangnya tampaknya bang, mang ada apa bang?”
Kata Rovi menyela perkataan senior itu
“iya lah Vi, tugas abang belum kelar”
Jawab senior tersebut
“santai aja kali bang”
Kata Rovi
“kamu ngak tahu aja kali Vi, tu dosen killer dia ngak bakalan mentorelir keterlambatan, abang aja sudah mengulang dua kali dengan mata kuliah yang sama, oh ya abang cabut dulu ya masih ada urusan”
Kata senior itu lagi , kemudian ia segera berlalu
“ah kalau sama gue mana berani tu pak kumis memberi nilai E”
Kata Rovi lagi setelah senior itu pergi
“kenapa ngak ?”
Kataku menjawab
“ya mana tegalah pak kumis itu melihat cowok sekeren gue ini, palingan dia bakalan terpesona dengan tampang gue”
“gila”
Jawabku
“om om aja banyak yang tergila-gila dengan pesona aku, apalagi pak kumis itu dia pasti bakalan klepek-klepek”
“sarap lu ngak malu apa?”
Kataku lagi
“kenapa harus malu, justru kita harus bersukur lo, bisek itu adalah anugerah”
Jawabnya santai
“ni anak memang sarap kali ya, biseks aja dibilang anugerah”
Jawabku lagi
“gimana ngak anugerah, disaat cowok-cowok lain hanya bisa menyukai perempuan kita malah bisa mencintai keduanya, jadi kalau tidak ada cewek cowokpun jadi”
“kita …? Kamu kali, sudah ah yuk cabut sarap gue lama-lama nanti”
Kemudian kami segera cabut dari kampus karena hari ini cuma hanya ada satu mata kuliah.
Itulah Rovi yang blak-blakan, mulanya aku tak percaya dengan apa yang dibilang Rovi itu kalau dia biseks karena saat itu terkesan bercanda. Hal yang sama juga sering dia lakukan kepada orang lain tapi orang tersebut tidak menanggapi dengan serius karena sifat Rovi yang blak-blakan bahkan orang tersebut ikut-ikutan mancandain Rovi tentunya mereka menganggap sebatas bercanda. Tapi suatu waktu Rovi mengakui kepadaku bahwa memang sbenarnya dia itu biseks.
ngak pernah terbayang sampai, dan mudah2an takkan pernah terjadi
ngak pernah terbayang sampai kesitu, dan mudah2an takkan pernah terjadi
Aku berjalan cepat- cepat lebih tepatnya berlari kecil dari kedai karena aku merasa mau buang air kecil. Setelah sampai di depan kamar kos ku langsung aja aku dorong pintu tanpa permisi. Kulihat Rovi terkejut dengan kedatanganku, setelah ku taruh belanjaan aku langsung ke kamar mandi. Tak kuhiraukan umpatan kecil dari mulut Rovi yang terkejut dengan kedatanganku. Setelah selesai buang air kecil aku kembali ke kamar, sampai di kamar kulihat Rovi sedang mengacak-acak belanjaanku.
"Wuih... jajanan lo kayak anak TK aja"
Katanya sambil mengeluarkan beberapa snack dari kantong plastik
"biarin"
jawabku cuek
" wow ini apaan cooklat...!!! benar-benar anak TK benaran lo"
katanya lagi
"kalau ngak suka, ngak usah di makan, repot amat"
ucapku sedikit kesal, sebenarnya aku juga tidak terlalu suka coklat, tp tadi ketika aku memilih cemilan ketika aku lihat coklat aku pengen coba aja.
"sensi amat kayak cewek lagi dapat aja, btw strawberry nya mana?"
"strawberry..."
kataku sedikit terkejut
"ya siapa tahu lo beli juga, kan biasanya coklat itu pasangannya strawberry"
"sok tahu"
jawabku lagi
kami terdiam untuk beberapa saat karena sibuk makan cemilan.
"nyet"
kata Rovi kembali memulai percakapan sambil menikmati kacang garuda
"mmm .."
jawabku
"gue boleh nanya ngak?"
"mau nanya aja kok pake nanya"
"mmm btw coklat strawerry itu siapa sih?"
"what... "
kataku terkejut, coklat strawberry ... kok bisa-bisa Rovi nanya hal itu, jangan-jangan dia melihat album fotoku, biasanya foto itu aku hiden, ah kemaren kan aku sempat edit foto dan aku show hiden file and folder.
"lo kenapa?"
katanya lagi heran melihat reaksiku
"ngak-ngak apa-apa"
kilahku
"kok reaksimu begitu, orang cuma nanya?"
"biasa aja kok"
sedikit berbohong menutupi keterkejutanku tadi
"lo tu ngak ada pintar-pintarnya kalau berbohong"
"kok kamu bisa nanya soal itu?"
tanyaku balik
"sory tadi gue lihat album foto di komputer lo, gue lihat satu folder namanya coklat strawberry. pas gue lihat ternyata ada folder lagi folder coklat dan folder strawberry, di dalam folder coklat ada beberapa foto orang yang sama seorang anak laki-laki dan di dalam folder strawberry juga ada beberapa foto seorang perempuan, kemudian juga ada foto yang lo edit foto anak laki-laki dan perempuan tersebut lo gabungkan dan lo beri nama COKLAT UNYU N STRAWBERRY IMUT, mangnya siapa sih?"
"mang menurut lo itu siapa?"
"mmmm....... gue yakin mereka itu adalah orang yang spesial buat lo pastinya"
"iya Vi, mereka adalah orang yang sangat spesial buatku"
kataku, aku berhenti sesaat aku menunduk kemudian kualihkan pandangan ku ke atas sambil memicingkan kedua mataku
"ceritalah jika lo mau berbagi dan jika itu bisa mengurangi beban lo"
ucap Rovi sambil mengusap lengan kiriku.
"kamu percaya dengan sahabat sejati?"
tanyaku
"sulit memang, tapi aku yakin pasti ada?"
jawab Rovi
"di saat lo berhasil teman-teman lo akan tahu siapa diri lo dan disaat lo gagal maka lo akan tahu siapa teman lo"
"mmmm..."
Rovi hanya tersenyum menanggapi perkataan ku tadi.
"dulu aku tak percaya dengan sahabat sejati, sampai akhirnya " DIA" datang menawarkan persahabatan. Awal mulanya aku tak merespon bahkan senyumpun tak pernah kuberikan karena rasa kecewa dan sedih yang kualami. Namun dengan sabar dia tetap memberikan senyum dan persahabatan. Sampai akhirnya aku sadar bahwa persahabatan yang dia berikan adalah tulus tanpa modus. Aku merasa bersalah dan berdosa karena dulu mencuekinnya dan salah sangka padanya. Senyum di bibirku kembali tercipta. DIA lah yang membuatku tersenyum, hari-hari yang kami lalui terasa begitu bahagia sampai DIA pergi meninggalkanku. Hatiku begitu sedih, hancur rasanya seperi separuh nyawaku pergi bersamanya. Hari-hari yang kulalui di sekolah terasa begitu membosankan ingin rasanya aku pindah sekolah saja tapi tidak bisa karena sebentar lagi akan ujian akhir. Setelah tamat aku melanjutkan ke SMA, rasa sedih yang ku alami masih kurasakan. Di SMA aku bertenu dengan seorang cewek imut, manis berhijab berkulit kuning yang ktika kena panas matahari atau sedang malu maka kulit mukanya berubah warna menjadi merah seperti buah strawberry. Lambat laun kamipun jadi akrab dan kami menjadi sahabat satu sana lain. Dengan cewek itu aku kembali bisa tersenyum, luka hatiku sedikit terobati"
"sedikit"
sela Rovi
"ya walaupun sedikit tapi hanya dengan Lialah aku bisa terseyum lepas, ya semenjak DIA pergi LIA lah yang bisa ku jadikan sahabat"
"Ooo jadi namanya LIA"
tanya Rovi
" ya kalau ngak salah aku dulu pernah mengenalkan kamu sama LIA waktu ketemu di Minang Plaza bulan puasa tahun lalu"
"Oooo jadi Lia yang itu, ya ya aku ingat"
"iya"
jawabku
"ternyata itu yang membuat lo dingin selama ini, orang-orang mengatakan hati lo dingin seperti batu es dan keras seperti batu karang tapi ternyata lo itu seperti gunung es"
"maksud lo"
"terlihat kokoh diatas padahal dibawahnya mencair, seperti lo terlihat tegar di luar tapi ternyata lo menyimpan kesedihan yang mendalam"
"iya Vi bahkan itu gue rasain sampai sekarang"
"btw hubungan lo sama Lia sampai mana sih"
"sampai dimana maksudnya?"
tanyaku heran
"apakah lo ngak punya perasaan khusus "
"dari dulu sampai sekarang aku tetap menganggap Lia sahabatku"
"mungkin lo perlu mencoba membuka hati lo biar lo bisa mencintai seseorang"
"ngak tahu Vi, gue ngak kenal dengan yang namanya cinta, mungkin hati gue memang mati kali"
"hatilo tidak mati tapi lo cuma perlu mencoba membuka hatilo membiarkan orang lain memasukinya"
" gue tidak bisa Vi, sulit"
"sulit bukan berarti tidak bisa kan"
"lo tidak mengerti Vi"
"gue mengerti perasaan lo Ju, maaf Ju bagaimana perasaanmu sama " DIA" "
"seperti yang gue katakan tadi Vi, gue sangat menyayanginya karena dia adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki"
"Lo juga mencintainya Ju!!!"
"apaaaaaaa.....?"
"ya Ju apa yang lo alami sekarang membuktikan bahwa lo mencintainya, lo tidak hanya menganggapnya sebagai sahabat tapi lebih dari itu Ju"
"kenapa bisa lo bilang begitu?"
"tanyakanlah pada hatilo Ju dan lo akan menemukan jawabannya, yang lo alami sekarang bukan lagi sekedar kehilangan sahabat tapi sudah masalah hati"
"apa iya?"
"lo mungkin tidak menyadari selama ini karena lo telah menutup hatilo, makanya cobalah membuka hati lo"
" ......"
aku diam dan cuma menggeleng
"kalo lo buka hati lo siapa tahu Lia bisa jadi pacar lo"
"sembarangan"
jawabku
"atau kalo lo ngak mau dengan Lia yang ganteng-ganteng juga banyak, hehehe"
katanya dengan menggoda
"sarap lu"
jawabku
Itulah Rovi yang dengan sifat blak-blakannya di saat sedang serius dia masih bisa mencandain orang. Apa benar yang dikatakan Rovi tentang aku itu, bahwa yang kualami ini adalah tentang masalah hati, ku coba bertanya pada rumput yang bergoyang. Ah ini gara-gara Ebiet G Ade ni masak disuruh tanya sama rumput yang bergoyang, mana mungkin rumput bisa mendengar sarap ni si Ebiet kasih solusi. Eh siapa tahu rumput mendengar dan memberi jawabannya cuma mungkin aku saja yang tidak mengerti kali, ah sarap biarlah waktu yang menjawabnya.