It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
aku tak menyangka undangan yang diberikan Lia tadi adalah undangan pernikahannya. Setelah aku membaca nama yang tertulis di undangan itu adalah nama Lia aku sungguh terkejut.
kenapa Lia tidak memberi tahu ku sebelumnya...?
kenapa dia hanya memberi tahu ku sekarang ketika undangan telah jadi...?
kenapa ...?
kenapa ...?
kenapa juga dengan perasaanku ini...?
kenapa hatiku jadi sakit begini ketika mengetahuinya skrang ...
kenapa...?
“ngak nyangka kenapa Ju?”
Tanya Lia lagi.
“gak nyangka kamu mau menikah secepat ini?
Jawabku
Kulihat Lia hanya tersenyum masam, suasana hening beberapa saat kami hanyut dalam pikiran masing-masing
“secepat ini katamu! Ju”
Kembali Lia membuka suaranya, kali ini terdengar suara Lia sedikit pasrah. Aku melihat perubahan pada wajahnya. Lia kemudian menundukkan wajahnya lalu mengusapkan kedua telapak tangannya kewajahnya lalu mengangkat wajahnya sambil melepaskan kedua telapaktangannya. Kenapa ekspresi Lia bisa berubah secepat itu apakah aku tadi ada salah bicara ya. Lia lalu berdiri dan berjalan untuk melihat-lihat desain undangan, gambar wallpaper dan desain bingkai untuk foto yang aku pajang di dinding ruang tunggu. Aku hanya memperhatikan Lia.
“kamu bilang aku menikah secepat ini Ju!”
Kali ini Lia kembali membuka suaranya tanpa membalikkan wajahnya padaku dan tetap berdiri ditempatnya tadi. Setelah beberapa saat Lia kembali ke bangku tempat dia duduk tadi.
“kamu tahu ngak Ju, aku telah menunda pernikahan sampai 2 kali”
Kata Lia lagi setelah dia duduk kembali di kursi tadi
“menunda pernikahan kamu sampai 2 kali, maksud kamu?”
Tanyaku lagi tidak mengerti dengan maksud perkataan Lia tadi
“ya sebelum ini sudah ada dua orang yang datang melamar aku untuk menjadi istrinya, tapi selalu aku tolak”
Jelas Lia. Kemudian dia berhenti sejenak mengambil nafas.
“kenapa ?”
Tanyaku lagi
“aku menolak mereka karena aku menunggu lamaran seseorang”
Katanya lagi
“seseorang”
Kataku menyela perkataan Lia
“ya seseorang”
Jawab Lia
“tentunya orang itu sangat spesial sekali ya”
“ya dia sangat spesial sekali”
“dan orang itu adalah orang yang akan menjadi suamimu sekarang tentunya ya! Yang ada dalam undangan ini”
Kataku sambil memperhatikan undangan pernikahan Lia tadi, di undangan pernikahan tersebut juga terdapat foto Lia dan calon suaminya. Kulihat Lia reaksinya biasa saja bahkan tanpak seperti tiada ekspresi sama sekali. Lia kembali tertunduk kemudian mengalihkan lagi pandangannya lurus ke depan.
“mengapa kamu bisa mengambil kesimpulan kalau orang yang orang tersebut adalah yang terdapat dalam undangan itu”
Katanya lagi
“karena kamu telah menerima lamarannya”
Kataku menjawab pertanyaan Lia tadi.
“analisa yang cukup bagus tapi kali ini jawabannya salah”
Katanya lagi tetap dengan ekpresi seperti yang tadi
“lo kok bisa begitu?”
Tanyaku heran
“kamu kira aku menerima lamarannya karena dialah orang yang selama ini aku tunggu”
Kulihat Lia tersenyum ke arahku, tapi seperti senyum yang dipaksakan.
“seharusnya iya kan”
“aku menerima lamarannya karena aku sudah lelah, aku sudah lelah menunggu seseorang itu Ju, selama ini aku selalu berharap dia orang pertama yang datang. Sampai sudah dua orang yang datang kepadaku aku tolak hanya demi menunggu seseorang tersebut. Harapanku ternyata tidak terkabul karena jangankan yang pertama yang keduapun juga tidak. Tapi aku masih berharap mungkin orang yang ketiga tersebut adalah dia. Tapi harapanku hanya tinggal harapan saja ternyata yang ketiga juga bukan dia. Aku lelah karena aku tidak tahu sampai kapan aku harus menunggu. Ya mungkin ini adalah memang jalan hidupku bisa mencintai tanpa harus memilikinya, dan mungkin dia ditakdirkan bukan berjodoh dengan ku”
“tapi apakah kamu yakin dengan keputusan mu ini Li”
Tanyaku
“Insya Allah aku yakin Ju”
“apakah kamu mencintai calon suamimu”
“Insya Allah dengan berjalannya waktu aku yakin rasa cinta itu akan tumbuh Ju meskipun tanpa pacaran, lagian pacaran juga tidak akan menjaminkan!”
“tapi apakah kamu yakin dengan keputusanmu?”
“Insya Allah, memang kenapa Ju?”
“ngak aku takut kamu mengambil keputusan ini karena hopeless”
“ hopeless … mmm ngak lah Ju
aku sadar tidak semua yang kita cintai itu harus kita miliki, karena mereka ada untuk kita cintai tapi bukan untuk kita miliki”
“Puitis”
Kataku
“mmmm…”
Lia hanya menjawab dengan senyuman yang kelihatannya masih seperti dipaksakan.
“Li …”
Kataku lagi
“ya”
Jawabnya
“mmm… kalau boleh aku tahu siapa sih seseorang itu?”
Tanyaku pada Lia
“apakah kamu pengen tahu siapa orang itu?”
Kali ini Lia menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan.
“itu kalau boleh tahu juga”
Jawabku
Lia tidak menjawab pertanyaanku, suasana kembali hening beberapa saat.
“kenapa Li?, kalau kamu tidak mau memberitahu juga tidak apa-apa Li”
“bukan begitu Ju, aku rasa memang seharusnya kamu tahu”
Jawab Lia lagi,
Kulihat Lia mengalihkan pandangannya lurus kedepan lalu Lia mengambil nafas dalam-dalam dan melepaskannya perlahan-lahan.
“Ju …!”
“ya”
“o… oorang.. “
Kata Lia terbata-bata
“ya orang apa”
“orang itu… orang itu…. adalah kamu Ju”
Kali ini Lia tanpa melihat lagi kepadaku dan hanya menundukkan kepalanya
Whaaaaaaaat? Aku….! Apa aku gak salah dengar, jadi seseorang yang dimaksud Lia tadi adalah aku. Jadi selama ini Lia tidak hanya menganggap aku sebagai sahabatnya. Kenapa aku tidak menyadari itu.
“apa Li, aku…. !!! aaaapa aku ngak salah dengar”
Kataku lagi karena kurang yakin dengan apa yang aku dengar
“ngak Ju, kamu ngak salah dengar”
Kali ini Lia mengangkat wajahnya dan melihat kea arah aku, aku lihat matanya basah, mungkin saat menunduk tadi air matanya sempat keluar.
“sejak kapan Li?”
“sejak kapan apa Ju”
“sejak kapan kamu berharap aku…meng..”
Aku belum sempat melanjutkan kalimatku Lia langsung memotong karena mungkin sudah tahu maksud pertanyaanku.
“saya juga ngak tahu sejak kapan Ju, saya hanya berfikir mungkin ngak ya dua orang sahabat yang telah mengenal jauh satu sama lain dalam waktu yang lama bisa bersatu dalam ikatan pernikahan, kalau itu terjadi pastilah lebih mudah dalam menjalani kehidupan rumah tangga.”
“kenapa bisa yakin dengan aku Li, apa aku cukup baik buatmu”
“mmm… aku mengenalmu bukan setahun dua tahun Ju tapi sudah lebih dari 10 tahun, tapi aku memang bodoh ya tidak mensyukuri apa yang ada selama ini kamu telah menjadi sahabat terbaik bagi aku tapi aku malah mengharapkan lebih”
Aku hanya terdiam mendengar kata-kata Lia karena jujur aku memang ngak tahu harus bicara apa lagi, aku takut nanti jika salah bicara. Perasaan dihatiku ini berkecamuk seperti ada perang batin dihatiku.
Aku tak menyangka bahwa selama ini Lia tidak hanya menganggap aku sebagai sahabatnya tetapi lebih dari sekedar sahabat. Kenapa aku tidak menyadarinya sama sekali.
Apakah memang tidak ada yang namanya sahabat antara laki-laki dan perempuan?.
Atau karena aku begitu bodohnya tidak menangkap sinyal yang diberikan Lia selama ini!.
Sebagai seorang sahabat seharusnya aku bahagia jika sahabatnya bahagia.
Tapi apa yang aku rasakan sekarang?
Setelah mendengar pengakuan Lia kemaren hatiku jadi tak menentu ada rasa cemburu, sedih, sakit semuanya bercampur jadi satu. Apakah aku tidak menyadari selama ini bahwa aku juga mencintai Lia ? aku rasa tidak. Kata orang-orang selama ini hatiku dingin dan beku. Ya orang-orang tidak salah mengatakan hatiku memang dingin dan beku seperti batu es karena aku tidak kenal dengan yang namanya jatuh cinta. Bahkan waktu SMP dan SMA dimana teman-teman sibuk pacaran dengan cinta monyetnya aku tidak peduli. Meskipun di SMA dulu aku dekat dengan Lia bahkan dengan kedekatan kami teman-teman sering menganggap kami pacaran tapi aku tetap menganggap Lia sebagai sahabat aku.
Hari ini adalah hari bersejarah bagi Lia karena hari ini Lia akan melangsungkan pernikahannya. Sebagai sahabat aku harus menghadiri pernikahan Lia apapun perasaanku sekarang ini harus aku singkirkan.
****
Mesjid Raya Nurul Iman
Adalah tempat dimana Lia akan melakukan akad nikahnya. Terlihat ramai dari keluarga kedua mempelai yang datang. Setelah penghulu melakukan kuliah singkatnya yang berisi nasehat pernikahan maka dilakukanlah akad nikah. Terlihat ayah Lia dan calon suami Lia berjabat tangan untuk melakukan Ijab Kabul.
“Saudara F***i B*** K********, aku nikahkan engkau dengan anak kandungku S**** A**LIA A***** binti A**** H***** dengan mahar seperangkat alat sholat di bayar tunai lillahi Ta’ala ”
“ aku terima menikahi anak kandung bapak S**** A**LIA A***** binti A**** H***** dengan dengan mahar seperangkat alat sholat di bayar tunai lillahi Ta’ala ”
“Bagaimana saksi sah”
Tanya penghulu kepada saksi
“sah”
Jawab saksi
“sah”
Suara orang-orang yang hadir
“alhamdulillahhirrobbil a’lamin”
Ucap orang – orang yang hadir memanjatkan syukurnya.
Semua orang yang hadir bersuka cita dan bahagia terlihat dari wajah dan senyum mereka mungkin hanya aku disini yang merasakan hal yang lain sedih, sakit bercampur jadi satu. Aku tak tahan merusak kebahagian orang-orang yang hadir maka aku menarik diri mereka menuju ruang wudhu.
Diruangan inilah aku meluapkan isi hatiku, air mataku tak terasa keluar begitu deras. Aku tak mengerti apa yang aku rasakan ini, apakah cemburu? Apakah aku juga mencintai Lia? aku juga tidak tahu, yang jelas ada rasa tak rela dihatiku melihat Lia jadi milik orang lain. Mungkin aku belum siap aja Lia diambil orang lain. Bagaimanapun Lia adalah orang yang paling dekat dengan aku.
Aku menyadari cepat atau lambat Lia pasti akan meninggalkan aku untuk membina kehidupan sendiri bersama keluarga dan anak cucunya kelak. Tak selamanya Lia akan bersama aku tapi kenapa aku malah seperti tak rela begini. Mungkin cuma aku belum siap saja karena bagiku terkesan mendadak saja apalagi setelah pengakuan Lia itu.
“aku cari kemana-mana rupanya disini, kamu lagi ngapain disini?”
Suara Rovi mengejutkan aku
“ah ngak ngapa-ngapa tadi aku cuma kebelet pipis aja”
Jawabku sedikit berdusta agar Rovi tidak curiga
“kamu ngak apa-apa kan?”
Tanyanya lagi
“apa-apa kenapa? Emangnya aku kenapa?”
Jawabku lagi pura-pura tidak terjadi apa-apa.
“ya udah kalau begitu yuk kita balik”
“mang udah selesai ya acaranya?”
“udah, orang-orang juga udah bubar, oh ya tadi Lia juga titip pesan!”
“peeesan…, pesan apa?”
“esok reesepsinya jangan sampai ngak datang”
“oooo itu … aku pasti akan datanglah”
Jawabku
klo emang ini kisah nyata, ada baiknya dari awal semua nama disamarkan
anw, itu si remon beneran kuliah di it khan? ga dari jurusan akuntansi ato sastra gitu?
masa iya seh anak itu yg udah mau ta tapi ga ngerti beda aplikasi berbasis desktop & web (ini mah sekelas anak stm informatika juga dah pada ngerti)
klo emang ini kisah nyata, ada baiknya dari awal semua nama disamarkan
anw, itu si remon beneran kuliah di it khan? ga dari jurusan akuntansi ato sastra gitu?
masa iya seh anak itu yg udah mau ta tapi ga ngerti beda aplikasi berbasis desktop & web (ini mah sekelas anak stm informatika juga dah pada ngerti)
mungkin untk karakter yg lainnya akan disamarkan saja
Iya Remon mmang anak IT, itulah nasib kuliah dikampus yg prodinya baru 2 th jalan ketika kami masuk, bnyk kekurangan. aku yg jur Teknik Informatika yg shrusnya basic ke Jarkom or hardware malah TAnya lari ke Sisfo yg notabene adalah bagian SI, ya harus bagaimana lagi cuma bagian programlah yg bisa dilakukan secara otodidak. sedangkan bagian jarkom setidaknya kita butuh alat tempat praktek. mau praktek di kampus bukan maksud menjlekkan sampai saya duduk di smstr 7 kami blum pernah praktek di lab khusus IT, mata kuliah pratikum dr smstr 3 slalu BL.
belajar program di teknik informatika tidak sepadat di Sistem Informasi, masing2 bhs pemograman cuma belajar 1 smster saja, dalam satu semester paling cuma 6-7 pertemuan belajar pratikumnya biasanya setelah MID smster. klau gak otodidak belajar sendiri pasti kikuk mau bikin ta program.
yg rajin kuliah saja blum tentu paham program apalagi Remon yg kuliahnya santai kadang hanya titip absen
eh, brarti setting waktu "sekarang" di crita ini ga sekarang2 banget juga ya alias bbrp tahun yg lalu (awal th 2000-an), bener ga?
eh, udahan ya ngobrolnya, km khan "harus" nulis lagi utk kelanjutan ceritanya *hehe
iya ya kok jd malah curhat sih, ntar secepatnya dilanjutin
Minggu, 26 Mei 2013
Pagi hari yang cukup cerah yang menemani jiwaku yang sepi. Terlihat orang-orang di kampung sudah mulai ramai lalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing.
Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Lia, acaranya dimulai pukul 09:00 WIB. Aku akan pergi bareng Rovi tadi pagi aku udah kontak dia dan kita sepakat pergi sekitar jam 10:00 WIB dan Rovi akan menjemputku. Kulihat jam di tanganku masih pukul 08:40 WIB masih sekitar sejam lagi.
Aku segera pergi mandi tapi sebelumnya kuhidupkan dahulu komputer untuk menyetel musik. kupilih beberapa lagu dan memasukkannya ke playlist jet audio lalu baru mainkan lagunya. Baru setelah itu aku pergi ke mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Kebiasaanku mandi sebelum aku mandi terlebih dahulu aku selalu membasahi rambutku dengan air kemudian aku pakai sampo tanpa aku bilas. Jadi selama aku menggosok gigi, cuci muka, kaki dan tangan sampo yang aku pakai aku biarkan tanpa aku bilas.
Aku juga mempunyai kebiasaan mandi yang lain dimana aku biasanya mandi stengah-setengah badan artinya kadang aku memandikan badanku dari leher kebawah dahulu setelah selesai baru aku mandikan kepalaku kadang juga sebaliknya kumandikan dahulu kepalaku baru setelah itu bagian leher ke bawah. Aku lebih nyaman mandi begini dari pada langsung mengguyur badanku langsung dari kepala ke badan. Aku kurang tahan dinginnya kalau langsung seperti itu mungkin karena kurang tahan dingin aku malah nyaman mandi setengah-setengah dahulu. Tapi malah ada yang aneh kalau bagian kepala aku lebih suka kalau yang dingin. Aku lebih suka memakai sampo yang mentol dari pada yang biasa. Ketika memakai sampo yang mentol dan membiarkannya beberapa lama aku merasa nyaman, kepalaku serasa seperti dialiri oleh dinginnya kedalam dan membuat kepalaku terasa ringan. Kurang lebih 20 menit aku sudah selesai mandi.
Aku memakai celana jeans warna biru dan kemeja lengan pendek warna biru laut bergaris memanjang dari atas ke bawah. Aku memang tidak terlalu memperhatikan penampilan karena memang selera fashionku biasa saja. Yang penting bagiku aku bisa nyaman aja memakainya. Mengenai pakaian aku paling tidak suka memakai kemeja lengan panjang dan kaos oblong, aku seperti orang kikuk aja kalau memakainya. Aku lebih suka memakai kemeja lengan pendek yang pas yang ngak kebesaran dan pas di badan tapi bukan kemeja yang ketat. Aku merasa rileks aja memakainya karena kebiasaanku juga tidak suka memasukkan baju ke dalam celana. Itu makanya aku suka kemeja lengan pendek. Selain itu aku juga tidak suka memakai topi. Kepalaku terasa gatal bila benda itu menempel di kepalaku.
Tak lupa pula aku pakai parfum merek “BVL GARI AQVA” parfum yang selalu aku pakai semenjak kuliah dahulu. Parfum ini Rovi yang mengenalkannya padaku, pas pertama kali aku coba aku langsung suka dengan baunya walaupun harganya terbilang mahal untuk ukuran mahasiswa seperti aku. Untuk rambut aku tidak suka memakai minyak rambut aku lebih suka memakai gel pelembut atau conditioner rambut saja yang biasanya aku beli sepaket dengan shampo.
Sambil menunggu Rovi aku main game di computer. Game yang aku mainkan kali ini adalah game Strong Hold 1, game jadul yang cukup asik dimainkan ketika sedang bosan atau menghabiskan waktu. Sekitar jam 09:50 Rovi datang.
Kurang lebih 10 menit akhirnya kami sampai di tempat resepsi, tempat resepsinya adalah dirumah kediaman orang tua Lia.
Seperti kebanyakan pesta pernikahan pada umumnya kehebohan music sudah mulai terdengar sejak masuk kawasan perumahan ini. Kali ini yang terdengar adalah music dangdut dengan nada tripping yang cukup membuat telingaku eneg mendengarnya. Memang aku kurang suka dengan yang namanya music dangdut, entah dimana enaknya mendengar music itu, yang ada telingaku langsung eneg kalau mendengarnya. Apalagi jika melihat penyanyinya memakai pakaian yang cuma beberapa centi dari selangkangan ditambah lagi menggoyang-goyangkan pinggul, kalau pinggulnya ramping sih lumayan tapi ni malah sebesar baskom atau bakul penjual jamu bikin aku mau muntah aja kalau melihatnya. Kadang aku bingung dengan mereka itu apa sih tujuannya memakai pakaian seperti itu, ingin terlihat seksi?
Memasuki area pesta terlihat tenda yang di dominasi warna merah orange bercampur putih, pintu masuk berbentuk gonjong dihiasi hiasan dengan menggunakan daun kelapa ditambah lampu warna-warni, di dekat pintu masuk dipajang foto pra wedding kedua mempelai. Dari pintu masuk sebelah kiri ada dua orang perempuan berpakaian bundo kanduang yang didaulat sebagai penyambut tamu, mereka menyambut para tamu dengan ramah tamah dan senyumnya yang begitu anggun. Dekat mereka ada dua orang lagi yang bertindak sebagai pencatat tamu undangan yang hadir karena disamping mereka ada buku daftar tamu. Disudut sebelah berjejer makanan dan minuman untuk para tamu. Di bagian sebelah kanan terdapat kursi dan meja yang telah disusun sedemikian rupa untuk para tamu undangan dan di ujungnya terdapat panggung untuk music orgen. Diatas panggung terlihat seorang penyanyi wanita sedang membawakan sebuah lagu, syukur saja ternyata penampilan penyanyi tersebut kali ini dengan pakaian sopan, mungkin karena ini adalah pesta pernikahan kali. Sedangkan mempelai sendiri ada di dalam rumah, jadi kalau undangan yang datang untuk memberikan salam atau untuk berfoto dengan mempelai harus masuk kedalam rumah.
Setelah beramah tamah dengan seksi tamu dan mengisi buku tamu kemudian kami langsung masuk ke dalam untuk beramah tamah dengan kedua mempelai dan tuan rumah lainnya.
“selamat ya Li!”
Ucapku kepada Lia
“sama-sama Ju, terima kasih ya sudah datang”
Jawab Lia
“selamat juga ya Lia, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah”
Suara Rovi
“Amin, terima kasih ya Vi”
Jawab Lia lagi
“kami keluar dulu ya, yang lain dah pada ngantri tu”
“eh jangan lupa makan dulu ya!”
Kata Lia lagi
“tenang aja, nanti sekalian dibungkus juga kok, hehe”
Balas Rovi lagi
Suasana pesta sudah ramai sekali, terlihat para undangan di bawah tenda sudah memenuhi kursi menyantap hidangan yang disediakan. Belum lagi tamu-tamu yang datang menyaksikan orgen. Suasana yang ramai ditambah suara music dangdut yang keras sungguh membuat telinga dan jantungku tidak nyaman. setelah mengambil makanan yang disediakan aku tidak bergabung dengan para undangan di dalam tenda tapi memilih untuk keluar dari tenda. Aku memilih duduk di bawah pohon jambu yang terdapat disamping rumah Lia. Di pohon jambu tersebut terdapat tempat duduk yang terbuat dari kayu, aku biasanya juga sering duduk santai disini ketika bertamu ke tempat Lia. Tidak lama setelah itu Rovi juga datang menyusul.
“kok malah duduk disini, kenapa ngak gabung di dalam?”
Katanya memulai percakapan
“ogah ah, aku masih saying telinga ama jantung”
Jawabku
“gak segitu juga kali”
Balas Rovi
“lagian aku juga gak suka ma musiknya”
“kok kamu ngak makan?”
Tanyaku lagi pada Rovi karena aku lihat yang dibawa Rovi bukan nasi, tapi bakso. Memang untuk makanan para undangan tidak hanya disediakan nasi. Bagi yang tidak mau makan nasi bisa menggantinya dengan makan bakso, lontong dan sate. Aku sendiri memilih nasi dengan lauk rendang daging kemudian ditambah acar mentimun.
“aku tadi pagi sudah makan”
Jawab Rovi singkat
Beberapa saat kemudian sedang asik-asik makan terdengar sebuah lagu dangdut yang lagunya aku tidak tahu tapi aku cukup tertegun mendengar lirik lagunya kalau tidak salah bunyinya begini
KUTITIPKAN KEPADAMU
DIA YANG PALING KU SAYANG
………..
CINTAI DIA, SAYANGI DIA
JANGAN PERNAH KAU SAKITI DIRINYA
“tumben lo suka dangdut”
Kata Rovi mengagetkan aku
“aku suka dangdut, ogah ah”
Jawab ku membantah perkataan Rovi
“kok malah tertegun sekali mendengarnya, atau jangan-jangan …”
Kata Rovi dengan mengantung kalimatnya
“jangan-jangan apa?”
Tanyaku penasaran
“jangan-jangan lagu itu sesuai dengan perasaan hati lo sekarang ya!”
“maksud lo …?”
Kataku lagi
“ya siapa tahu aja sekarang hati lo lagi sedih karena Lia diambil orang lain”
Kata Rovi lagi dengan sedikit bercanda
“kok kamu bicara begitu, siapa yang sedih, lagian Lia kan bukan siapa-siapa aku kali”
“benaran bukan siapa-siapa”
“ya elah ni anak, emang Lia siapanya aku, aku dan Lia kan cuma sebatas sahabat”
“kamu ngak cemburu melihat Lia sekarang”
“kenapa harus cemburu”
Jawabku sambil mengangkat bahu
“kamu ikhlas?”
Tanyanya lagi
“kok kamu malah mengintrogasi aku begini ”
Kataku tanpa menjawab pertanyaan Rovi
“jujur sebagai sahabatmu aku kawatir padamu”
“sahaaaabat ….???”
Kataku lagi, entah kenapa setiap mendengar kata sahabat ada sesuatu yang mengganjal di hatiku, sahabat bagiku bukan hanya sekedar kata-kata tapa mempunyai arti yang lebih
“yaya sebagai teman kamu”
Kata Rovi lagi meralat perkataannya tadi.
“maksud kamu kawatir itu apa?”
“aku kawatir kamu bakal kecewa dan sedih karena Lia menikah dengan orang lain”
“kenapa kamu bisa berpikiran begitu?”
“akhir-akhir ini semenjak Lia mau menikah kamu terlihat berubah, kamu terlihat murung dan sedih walaupun kamu berusaha menyembunyikannya, ada apa sebenarnya Ju?”
“ya wajarlah Vi, aku dan Lia sudah sahabatan cukup lama, sekarang Lia akan disibukkan dengan keluarga barunya. Mungkin aku kurang siap saja kehilangan sahabat seperti Lia”
“yakin cuma itu?”
Tanya Rovi lagi, kenapa Rovi bertanya seperti itu? Apa aku terlihat seperti orang yang berbohong atau aku tidak bisa menyembunyikan kebohongan aku.
“sebenarnya memang ada yang aku pikirkan Vi”
Kataku lagi, jujur aku tidak bisa lagi berbohong dihadapan Rovi bahwa memang ada yang aku pikirkan akhir-akhir ini.
“apa yang kamu pikirkan?”
“Lia”
Jawabku
“Lia, ada apa dengan Lia?”
“kamu tahu ngak ternyat a Lia telah 2 kali menunda pernikahannya”
“menunda pernikahan 2 kali, maksudnya apa?”
“sebelum suami Lia yang sekarang datang melamar Lia sudah ada 2 orang sebelumnya yang datang melamar Lia tetapi selalu dia tolak”
“kenapa bisa begitu”
“karena Lia menunggu seseorang”
“menunggu seseorang!”
“ya dan kamu tahu siapa orang yang dia tunggu itu”
“siapa?”
“aku Vi, ternyata selama ini Lia tidak cuma menganggap aku sebagai sahabat”
“ooo…”
“kok Cuma ooo… aja?”
Tanyaku heran melihat reaksi rovi seperti terlihat biasa saja
“aku juga sudah menduga sebelumnya bahwa Lia tidak hanya menganggap kamu sebagai sahabatnya saja”
Katanya santai
“darimana kamu yakin ?”
Tanyaku heran
“mmm… aku tahulah semua orang juga mungkin tahu cuma kamu aja yang tidak menyadarinya”
“maksud kamu ?”
Tanyaku lagi masih heran dengan perkataan Rovi
“sudah berapa lama sih kamu bersahabat dengan Lia?”
“sejak SMU”
“sejak kamu bersahabat dengan Lia apakah kamu kenal dengan pacarnya Lia atau kamu pernah melihat Lia pacaran selama ini?”
“tidak, bahkan selama ini Lia setahuku tidak pernah pacaran”
“kenapa Lia tidak pernah pacara ?”
“ngak tahu juga mungkin karena dia mau focus study kali”
“kamu itu terlalu polos atau apa sih, mungkin Lia selama ini tidak pernah pacaran karena merasa nyaman bersama kamu dan mungkin saja selama ini dia menyimpan perasaan sama kamu tapi dia tidak bisa mengungkapkannya dan berharap kamu yang mau memulai dahulu”
“bisa jadi begitu ya?”
“bisa saja, buktinya kemaren dia sudah jujur sama kamu kan! Bagaimana perasaan kamu kepada Lia?”
Tanya Rovi lagi
“maksud kamu?”
Tanyaku balik
“apakah kamu mempunyai perasaan khusus maksud aku apakah kamu juga mencintai Lia?”
“aku juga ngak tahu Vi apakah aku mencintai Lia apa tidak”
“bagaimana perasaanmu melihat Lia sekarang, apa kamu merasa cemburu melihat Lia menjadi milik orang lain?”
“aku ngak tahu perasaan aku sekarang, jujur aku memang merasa kehilangan Lia, kamu tahu kan Lia adalah sahabatku yang paling dekat dengan aku, setelah “DIA” hanya Lia lah yang ada untukku sebagai sahabat. Aku sangat bersyukur ada mereka yang telah menjadi sahabat aku sehingga aku tidak pernah memikirkan yang lain lagi. Aku tidak sempat memikirkan yang namaya cinta bagiku mereka lebih dari segalanya. Aku tidak kenal dengan yang namaya cinta”
“ya aku mengerti, mungkin karena itu juga kamu tidak menyadari bahwa selama ini kamu juga mencintai Lia”
“maksud kamu?”
“mungkin kamu selama ini mencintai Lia tapi kamu tidak menyadarinya karena kamu tidak mau membuka hatimu dan hatimu telah tertutup oleh masa lalu cobalah untuk membuka hatimu”
“kamu tidak tahu dengan hatiku”
“justru karena aku memahami perasaanmu Ju, aku Cuma ingin kamu move on tidak terikat dengan bayangan masa lalu”
“tidak semudah itu untuk melupakannya Vi kamu ngak bakalan mengerti dengan apa yang aku rasakan ini”
“aku tidak meminta kamu melupakannya Ju, aku Cuma ingin kamu membuka pintu hatimu yang lain, berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk memasuki pintu hatimu yang lain. Kamu tidak harus melupakannya Ju tapi kamu Cuma perlu membuka pintu hatimu yang lain. ini juga demi kebaikanmu agar kamu tidak kehilangan Lia Lia yang lainnya Ju”
“kehilangan Lia yang lain?”
“iya Ju aku tidak ingin kamu merasakan lagi apa yang kamu rasakan sekarang ini dimana kamu kehilangan Lia yang tanpa kamu sadari kamu juga sayang sama dia hanya karena kamu tidak mau membuka hati kamu”
“kamu ngak perlu kawatir aku ngak apa-apa kok, mungkin aku belum siap aja kehilanagn Lia karena ini bagiku terkesan mendadak”
“kamu jangan membohongi hati kamu lagi Ju, kamu sangat tersiksa kan buktinya di masjid waktu itu kamu sangat terpukul sekali kan”
“apa di masjid, jadi kamu …”
Kataku terkejut mendengar perkataan rovi tadi, jadi waktu di masjid itu saat pernikahan Lia Rovi melihat aku.
“ya Ju, aku melihat semuanya, maka dari itu aku meminta padamu cobalah untuk membuka hatimu berikanlah orang lain kesempatan untum memasukinya, ingat Ju cokelat dan strawberry tidak hanya satu di dunia ini”
“aku akan mencobanya Vi”
“harus Ju, memang seharusnya begitu”
“Tapi .. !!!”
“tapi apa ?”
“kalau yang aku dapat cokelat gimana?”
“aku ngak peduli yang penting kamu bisa membuka dulu hatimu dan memberikan kesempatan pada orang lain, atau jangan-jangan …?”
“jangan-jangan apa?”
Tanyaku lagi
“jangan-jangan kamu memang sengaja membuka hatimu hanya untuk mencari cokelat… hahaha!!!”
“hahahahah … !!! “
Tawaku tak mau kalah.
Ada benarnya juga yang dikatakan Rovi, aku memang harus mencoba membuka hati untuk orang lain. aku tidak perlu melupakan masa laluku tapi aku hanya butuk membuka pintu hatiku yang lainnya. Mau cokelat atau strawberry lihat aja nanti.